"Lelahnya.. Tenagaku benar-benar terkuras habis hanya untuk–menghadapi–mereka, saja.." ujar Verlyn sembari menyandarkan punggungnya di kursi mobil dan memejamkan matanya. "Jika aku tidak datang, situasinya pasti akan lebih sulit di kendalikan. Kau tidak berterima kasih, kepadaku?" tanya Kayn. Verlyn yang hampir tertidur langsung membuka matanya dan menoleh cepat ke arah Kayn. "Karena kaulah situasi ke depannya akan semakin sulit, Kayn. Mereka sudah mengetahui identitasmu dan kau juga bilang bahwa aku–adalah.." Pipi Verlyn memerah setelah melihat tatapan Kayn yang sedang serius mendengarkan perkataannya lalu menoleh ke arah lain dan berdeham pelan. "Pokoknya, mereka pasti akan menyebarkan identitas tentang dirimu dan hubungan, itu.." lanjut Verlyn. Kayn berpikir sejenak dan Verlyn menghela napas panjang setelah selesai berbicara. 'Haa.. Sial! Kenapa tatapannya tadi terlihat sangat antusias, mendengarkanku?' batin Verlyn malu. "Mungkin karena aku sudah terbiasa berakting–
"Hee..?!"Verlyn menatap Kayn tidak percaya setelah mendengar jawaban dari mulut Kayn."Kau–serius, Kayn?" tanya Verlyn memastikan.Kayn menghela napas dan mengangguk pelan."Untuk apa aku mengatakan hal yang tidak benar, Verlyn," jawab Kayn dingin.Verlyn terus menatap Kayn dari dekat sembari menyipitkan matanya."Hm.. Sulit–dipercaya.." gumam Verlyn pelan.Kayn memutar bola matanya dan menoleh ke arah Verlyn."Tatapanmu itu sangat menggangguku, tahu!" balas Kayn kesal.Verlyn terkekeh setelah melihat ekspresi Kayn lalu mengangguk. "Haha.. Baiklah, baiklah.."Rion datang dan menaruh dua piring berisi tteokbokki yang dilumuri banyak saus gochujang berwarna merah di meja Verlyn dan Kayn."Selamat menikmati!" ucap Rion sembari tersenyum ke arah mereka.Verlyn menoleh dan matanya berbinar-binar setelah melihat sepiring tteokbokki di depannya."Terima kasih, Rion!" ujar Verlyn senang.Rion mengangguk senang lalu kembali ke tempatnya, sedangkan Kayn langsung melahap tteokbokki miliknya."T
"Kita tidak akan dimarahi, kan?" tanya Verlyn setelah mobil berhenti tepat di depan kediaman rumah Kayn.Kayn menggeleng sembari melepas sabuk pengamannya. "Tidak, karena kita pergi, bersama," jawab Kayn singkat.Verlyn terdiam sejenak. "Ah, baiklah.."Kayn membuka pintu dan melangkah keluar dari mobil, begitu juga dengan Verlyn."Seharusnya kau berterima kasih kepadaku, Kayn," ujar Verlyn sembari menghampiri Kayn yang sedang ingin melangkah masuk ke dalam rumah."Untuk apa aku melakukan, itu?" tanya Kayn dingin sembari menatap layar ponselnya.Verlyn mengibaskan rambut dan melipat tangannya."Kau–tidak–dimarahi setelah pulang selarut ini, karena pergi bersamaku, kan? Lain kali, jika kau ingin pulang larut lagi.."Verlyn langsung berpindah tempat dengan cepat dan berdiri di depan Kayn untuk menghalangi jalannya. Kayn menghela napas dan menatap tajam ke arah Verlyn."Apa?" tanya Kayn dingin.Verlyn tersenyum senang. "Ajaklah aku setiap kali kau ingin pergi kemanapun, Kayn! Aku–selalu–s
Kaze: [Pulanglah ke rumah, besok. Ibu akan keluar dari rumah sakit hari itu, juga. Ada sesuatu yang ingin Ayah sampaikan secara langsung setelah kau sampai di rumah]'Ukh.. Kepalaku masih–saja, pusing..' batin Verlyn sembari memijat pelan kepalanya.Jika bukan karena pesan dari Kaze, Verlyn hari ini tidak akan berada di luar rumah kediaman Kayn sembari memegangi kopernya sekarang."Hari ini kau akan pulang, Verlyn?" tanya Khalix.Verlyn mengangguk pelan. "Iya, Ayah. Karena Ibu sudah boleh pulang dari rumah sakit dan Ayah memintaku pulang untuk menyambut Ibu di, rumah!" jawab Verlyn sembari tersenyum.'Alasan sebenarnya sih, Ayah ingin membicarakan soal masalah kemarin..' batin Verlyn."Ibu akan merindukan waktu dimana kau–menginap–disini, Verlyn.." ujar Villian sedih.Verlyn menoleh ke arah Villian dan menggenggam kedua tangannya."Kapan-kapan aku akan menginap lagi, Ibu!" balas Verlyn menenangkan Villian.Villian terdiam sejenak dan menatap ke arah Verlyn. "Baiklah, berjanji pada Ibu
'Aku benar-benar tidak–bisa–melupakan–kejadian, semalam!' batin Verlyn sembari memejamkan matanya karena mengingat kejadian semalam."Ciuman–pertamaku.." gumam Verlyn pelan.Kayn menggeleng pelan mendengar gumaman Verlyn. "Kau pikir semalam bibir kita saling, bersentuhan?" tanyanya.Verlyn berpikir sejenak sembari memegang dagunya. "Memang, kan? Semalam itu..""Kau hanya mencium bagian sisi bibirku, dan setelah itu kau langsung terlelap sampai aku harus memindahkanmu ke, kamar," jelas Kayn.Verlyn terkekeh dan mengangguk pelan. "Jadi begitu ya, ceritanya. Hehe!"Verlyn tersenyum setelah mendengar perkataan Kayn. "Syukurlah, jika kita benar-benar tidak berciuman, saat itu!" ujar Verlyn lega."Aku memang sedikit menyayangkannya, tapi aku ingin ciuman pertamaku itu terjadi saat aku sadar dan tidak terpengaruh oleh apapun. Itu akan menjadi momen yang sangat berkesan–dalam–hidupku!" lanjut Verlyn panjang lebar."Hm.." Kayn berpikir sejenak. "Kukira kau–akan–sangat, menyayangkannya," balas
Suasana menjadi senyap dan senyum mereka semua di sana memudar perlahan setelah mendengar perkataan Caroline. 'Terulang–kembali?!' batin Verlyn tidak percaya. "I–Ibu? Ini aku, Verlyn! Anakmu.." ujar Verlyn meyakinkan Caroline sembari berusaha terus tersenyum ke arahnya. Caroline berusaha berpikir dan memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. "Maaf, aku tidak terlalu bisa mengingatmu.. Aku hanya ingat bahwa aku hanya memiki satu orang putra, saja.." lirih Caroline sembari menahan rasa sakit di kepalanya. Kaze menoleh ke arah Verlyn yang terdiam sembari menundukkan kepalanya perlahan. "Verlyn, Ayah harap kau bisa mengerti kondisi Ibu, saat ini. Dia harus lebih banyak beristirahat untuk bisa–memulihkan–ingatannya.." Verlyn mengepalkan tangannya dan mengangguk pelan sembari berusaha terus tersenyum agar keadaannya terlihat baik-baik saja. "Tidak apa-apa. Aku mengerti, Ayah," balas Verlyn pelan. Kaze menghela napas lalu kembali menuntun Caroline untuk masuk ke dalam
Kayn dan Verlyn terdiam sejenak dan berusaha mencerna apa yang dikatakan Kaze barusan kepada mereka."Ada seseorang yang–mengincar–kita?" tanya Verlyn bingung.Kayn menatap ke arah Kaze. "Makna dari kata 'keluarga kita' yang disebutkan oleh Ayah tadi, itu.."Kaze mengangguk pelan. "Benar, Kayn. Ayah dan Khalix merasa, ada seseorang yang sedang mengincar keluarga Alreo dan keluarga Viondra.." ujar Kaze."Tapi, bisa saja itu hanya perasaan Ayah dan Tuan Presdir Khalix saja, kan?" balas Verlyn cepat.Kayn dan Kaze langsung menoleh cepat ke arah Verlyn yang membuatnya menjadi keheranan."Kenapa? Ada–yang–salah?"Kaze hanya menghela napas panjang dan Kayn tidak menjawab pertanyaan Verlyn."Kau tidak tahu apa yang terjadi di perusahaan selama beberapa hari belakangan ini, karena Ayah sendiri yang mengurusnya," ujar Kaze.Verlyn hanya tersenyum kecil sembari menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal."Memangnya apa yang terjadi di perusahaan selama aku menginap di kediaman rumah K
54"Baiklah, terserah kau saja!" Verlyn langsung membuka pintu dan melangkah keluar dari sana sebelum kemudian menghentikan langkahnya setelah menoleh ke bawah.Kayn beranjak dari kursinya lalu menghampiri Verlyn yang sedang terdiam sembari sedang memperhatikan sesuatu dari atas. Kayn ikut menoleh ke lantai bawah dan melihat Kaze yang sedang berbincang dengan Khalix dan Villian di bawah.'Apa yang sedang mereka, bicarakan?' batin Kayn."Sepertinya, Ayah akan mengajak Tuan Presdir Khalix ke ruang kerjanya.." ucap Verlyn pelan.Kayn berpikir sejenak setelah mendengar ucapan Verlyn.'Apa alasan sebenarnya Ayah dan Ibu datang ke sini adalah untuk membicarakan masalah–itu–dengan, Tuan Presdir Kaze?' batin Kayn.Verlyn menoleh ke arah Kayn yang terlihat sedang memikirkan sesuatu."Sedang memikirkan, apa?" tanyanya.Kayn langsung menoleh ke arah Verlyn. "Jika Ayahmu sedang ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan orang lain, apa yang biasanya akan dilakulan oleh Ayah kepadamu selanjutn