"Hati-hati ya, nak!" Villian melambaikan tangannya ke arah Verlyn dan Kayn. "Kami pergi, dulu!" Verlyn membalas lambaian tangannya. Mobil mulai melaju perlahan keluar gerbang dan pergi ke rumah Verlyn. "Kenapa kau iya kan permintaan, ibu?!" tanya Kayn. Verlyn melipat tangannya dan menoleh ke arah Kayn. "Memangnya tidak boleh aku menginap di, rumahmu?" Kayn tidak menjawab pertanyaan Verlyn dan terus fokus melihat ke arah jalan. "Keluarga kita juga sudah dekat sejak aku belum lahir ke dunia, ini. Wajar kan jika Ibu mengajakku menginap untuk pertama kalinya?" lanjut Verlyn. Kayn memutar bola matanya dan tidak membalas kembali perkataannya. Di tengah perjalanan, Verlyn tiba-tiba merasa kedinginan dan menoleh ke arah Kayn. "Kayn, kau sudah matikan ACnya, kan?" tanya Verlyn memastikan. "Setiap malam aku tidak pernah menyalakannya." "Oke ..." Verlyn kembali menoleh ke arah jendela dan memeluk dirinya sendiri. 'Kenapa masih dingin, ya? Jendela juga sudah di, tutup.' Perlahan, rasa
'A–aku bisa gila kalau begini, terus!' batin Verlyn panik. "Kayn.. Kita–terlalu–dekat.." ujar Verlyn pelan sembari berusaha sedikit menjauh dari Kayn perlahan. "Jangan bergerak, Verlyn," balas Kayn. Verlyn langsung berhenti menjauh dari Kayn. "Me–memangnya kenapa, Kayn?" tanya Verlyn. "Tanganku berada tepat di gagang pintu, mobil. Jika aku bergerak sedikit saja, pintu ini bisa akan langsung terbuka dan kau akan terjatuh, keluar," jawab Kayn. "Masa kita akan di posisi seperti ini, terus? Jika Ayah dan Ibu lihat.." "Diamlah, Verlyn!" ujar Kayn lalu semakin mendekat ke arah Verlyn dan memeluknya dengan erat. 'Secepat, ini?' batin Verlyn. Verlyn langsung memejamkan matanya. "A–aku belum siap, Kayn!" teriak Verlyn lalu tiba-tiba pintu mobil sebelah Verlyn terbuka. "Ah!" Kayn menarik tubuh Verlyn dengan cepat ke pelukannya sebelum hampir terjatuh keluar lalu menutup kembali pintu mobil. 'Apa aku, terjatuh?! Tapi aku merasa hangat dan nyaman di pelukan seseorang..' batin Verlyn sem
"Hah?" Verlyn terdiam setelah mendengar pertanyaan Kayn sedangkan Kayn menatap serius ke arah Verlyn. "Uhh.. Boleh kau ulang perkataanmu, itu?" pinta Verlyn. Kayn menghela napas. "Sampai kapan kau akan terus menerus mendekatiku seperti, ini?" tanya Kayn. Verlyn berpikir sejenak. "Mungkin, sampai kau menaruh perasaan, kepadaku?" jawab Verlyn sembari tersenyum. "Jangan berpikir konyol, Verlyn. Sampai kapanpun, aku akan terus bersama Sellina," ujar Kayn. "Pft.. Kau percaya diri sekali, Kayn," balas Verlyn sembari terkekeh. Kayn menatap Verlyn dingin. "Memangnya, kenapa? Aku sudah bersama Sellina selama dua tahun lebih, dan–kau?" Verlyn tersenyum dan melipat tangannya. "Kau seyakin itu hanya karena sudah menjalin hubungan dengan Sellina selama, dua tahun?" "Memang benar, kan? Jika hubungan terjalin sudah lumayan lama, itu berarti akan bertahan sampai akhir," ujar Kayn. "Hahaha! Kau polos sekali ternyata, Kayn.." Verlyn mengusap air matanya yang keluar akibat tertawa. 'Apa-apaan,
"Ah, kenyangnya!" gumam Verlyn pelan sembari menyandarkan punggungnya ke kursi."Mau tambah lagi, Verlyn?" tawar Khalix.Verlyn menggeleng pelan. "Terima kasih, Ayah. Tapi aku sudah kenyang, sekarang!" jawab Verlyn sembari tersenyum."Syukurlah jika, kau menikmati makan malammu," ujar Villian.Verlyn mengangguk senang dan Kayn beranjak dari kursinya. "Aku akan kembali ke kamar, sekarang," ujar Kayn singkat lalu melangkah pergi dari meja makan."Hey! Kau belum menyantap hidangan penutupmu, Kayn!" ujar Verlyn sembar membalikkan badannya ke arah Kayn yang hendak menaiki tangga.Kayn tidak menjawab dan terus menaiki tangga untuk pergi ke kamarnya.'Lagi-lagi dia pura-pura tidak–mendengar–omonganku, menyebalkan! Padahal hidangan penutup adalah makanan yang paling aku tunggu-tunggu,' batin Verlyn.Villian terkekeh dan Verlyn kembali membalikkan badannya lalu menghela napas."Verlyn, dia memang jarang sekali menyantap hidangan, penutupnya," ujar Villian lalu memberikan kue Smooth Strawberry
'Apa–dia, berhenti?'Verlyn membuka matanya perlahan dan melihat Kayn yang masih menatap tajam ke arah dirinya."Kayn?" panggil Verlyn pelan.Kayn melepas genggamannya dari tangan Verlyn dan menundukkan kepalanya.'Apa harusnya aku tidak menghentikannya, tadi?' batin Verlyn khawatir.Verlyn bangun dan duduk di sebelah Kayn."Kayn? Apa perkataanku menyakiti, perasaanmu?" tanya Verlyn pelan.Kayn tetap terdiam dan tidak menjawab pertanyaannya, membuat Verlyn merasa bersalah kepada Kayn."Aku minta maaf, Kayn. Aku tidak bermaksud–" Perkataan Verlyn terhenti setelah mendengar Kayn terkekeh sembari memegangi kepalanya."Kayn?"Kayn lagi-lagi tidak menjawab panggilan Verlyn dan tiba-tiba tertawa keras."Hahaha! Aku tidak bisa menahan tawaku, sekarang," ujar Kayn sembari tertawa kencang.Verlyn menatap ke arah Kayn. "Apa maksudmu?" tanya Verlyn tidak mengerti."Apa kau tidak menyadari bahwa aku–hanya–bercanda, Verlyn? Hahaha!" jawab Kayn sembari masih tertawa.Verlyn mengerutkan dahinya kesa
Verlyn menoleh ke arah sumber suara dan melihat Kayn sudah berada di belakangnya dan tersenyum."Selamat pagi, Verlyn!" ucap Kayn sembari mengelus pelan kepala Verlyn."Ah–ya.. Selamat pagi juga, Kayn.." balas Verlyn malu.Kayn duduk di kursi sebelah Verlyn dan mulai menyantap sarapan paginya.'Apa dia terbentur sesuatu, semalam? Oh–ya, kami sudah bersepakat untuk terlihat berhubungan baik di depan orang tua kami..' batin Verlyn."Apa yang sedang kau pikirkan, Verlyn?" tanya Kayn pelan."Eh!" Verlyn menggeleng cepat. "Tidak ada, kok."Villian tersenyum melihat sikap Verlyn dan Kayn di depannya lalu beranjak dari kursinya."Ibu akan pergi ke kamar, kalian berbincanglah dengan santai," ujar Villian lembut.Verlyn dan Kayn mengangguk dan Villian melangkah pergi meninggalkan mereka berdua di meja makan."Fyuh.. Baiklah, katakan sejujurnya jika kau tidak mau mengantarku, Kayn. Aku tahu kau jawab seperti itu karena Ibu yang memintamu, kan?" tanya Verlyn sembari menatap ke arah Kayn.Kayn me
'Kenapa dia lama sekali?' batin Kayn yang sedang berdiri di dekat pintu masuk kamar mandi wanita.Kayn memutuskan untuk memainkan ponselnya sembari menunggu Verlyn keluar dari kamar mandi dan beberapa perempuan di sekitarnya mulai membicarakannya."Pria itu, meskipun sudah menggunakan kacamata hitam dan topi, ketampanannya masih bisa terlihat, ya!""Kenapa kau tidak meminta nomor atau media sosialnya, saja?""Dia tipe aku banget!""Apa dia akan memberikanku nomornya?""Dia sepertinya belum memiliki pasangan, kan?"'Aku benar-benar merasa tidak nyaman!' batin Kayn kesal."Permisi.." ujar seorang wanita berambut kuning panjang dengan bola mata berwarna jingga menghampiri Kayn.Kayn tetap terdiam dan hanya menoleh ke arah wanita itu."Bolehkah kau memberikan nomormu, kepadaku? Mungkin kita bisa dek–""Maaf, aku sudah memiliki kekasih," potong Kayn dingin."Eh! T–tapi kita bisa menjadi teman saja, kan?" ujar wanita itu lagi sedikit gugup.Sebelum Kayn membalas perkataan wanita di depannya
"Akhirnya–selesai!" ujar Verlyn sembari meregangan tangannya setelah melangkah keluar dari toko perhiasan untuk membeli kalung.Verlyn melihat jam di layar ponselnya dan waktu menunjukkan pukul 01.34 PM.'Tidak terasa sudah jam segini, saja..' batin Verlyn lalu menoleh ke arah Kayn yang banyak membawa paperbag milik Verlyn dan tersenyum."Kayn, hari ini lumayan–melelahkan, kan? Aku juga merasa sangat lelah sekarang, bagaimana kalau kita makan siang dulu sebelum–pulang?" ajak Verlyn."Kau–lelah? Padahal aku yang membawakan banyak paperbag ini!" ujar Kayn kesal.Verlyn terkekeh dan menghampiri Verlyn. "Maafkan, aku! Kemarikan paperbag yang itu, biar aku yang membawanya," ujar Verlyn sembari meraih paperbag di genggaman tangan Kiri Kayn.Kayn menjauhi tangannya dari Verlyn. "Tidak perlu, kau harus banyak istirahat karena kau sedang datang bulan," balas Kayn pelan."E–eh? Kau mengetahui itu dari mana?" tanya Verlyn sedikit terkejut.Kayn menghela napas. "Siapa lagi kalau bukan dari Ibu,"