"Silahkan turun, Nona," ujar Farga setelah membukakan pintu mobil.Verlyn yang tampak lelah hanya bisa menganggukkan kepalanya dan melangkah turun perlahan dari mobil dengan keadaan kepalanya yang sudah pening.Dia sudah menaiki 4 mobil yang berbeda secara bergantian untuk menutupi jejak kemungkinan ada seorang penguntit yang mengikuti mereka secara diam-diam karena perjalanan Verlyn menuju vila di rahasiakan dari media massa dan juga publik."Apa aku harus menaiki mobil lain lagi, Farga?" tanya Verlyn dengan mata sayu."Tidak, Nona. Ini adalah mobil terakhir, untuk selanjutnya Anda akan pergi bersama Tuan Muda Kayn menuju vila," jawab Farga.Mata Verlyn langsung segar kembali setelah mendengar nama Kayn. "Di mana dia, sekarang?! Apa dia sudah sampai di sini?" tanyanya.Farga membalikkan setengah badannya dan mengarahkan tangannya ke arah depan. "Tuan Muda Kayn sedang berbincang di sana, Nona," jawab Farga.Verlyn langsung menoleh ke arah yang sama dan menghampiri Kayn di sana dengan
'Padahal aku sudah memakai hoodie yang paling tebal di antara yang aku miliki, tapi masih tetap saja dingin!'Verlyn membatin sembari memeluk erat dirinya sendiri setelah keluar dari mobil yang berhenti tepat di sebuah vila berukuran sedang dengan pohon yang rindang di sekitarnya."Apa angin malam di pegunungan memang sedingin ini? Kalau begitu aku memakai double hoodie saja!" gerutu Verlyn dengan badan yang mulai menggigil.Kayn yang sedang mengeluarkan koper miliknya dan Verlyn dari dalam bagasi hanya menghela napas mendengar ocehannya itu dan buru-buru menutup pintu bagasi dan kembali menghampiri Verlyn yang berdiri di tempat yang sama.Verlyn mendengar suara roda koper yang sedang di tarik dan langsung menoleh untuk melihat Kayn yang sedang berjalan ke arahnya sembari menarik 2 koper sekaligus di ke dua tangannya."Terima kasih, Kayn!"Verlyn buru-buru menarik kopernya dari tangan Kayn dan tangannya sedikit bersentuhan, membuat Kayn merasakan dinginnya tangan Verlyn saat ini."Men
Verlyn sedang duduk di kasur sembari menatap ke arena sekitar kamar yang baru saja dia masuki bersama dengan Kayn tadi beberapa menit lalu.'Ternyata kasurnya sebesar ini, kukira ukurannya lebih kecil,' batin Verlyn sembari meraba bagian sprei berwarna biru muda yang sedang dia duduki.Pintu kamar kembali terbuka lebar, mengalihkan pandangan Verlyn ke arah Kayn yang baru saja masuk sembari menarik dua koper di masing-masing tangannya dan menempatkannya di dekat lemari besar sebelah kasur."Kayn, kau tidak pindah ke kamarmu sendiri?"Kayn melepas jaketnya perlahan laku menggantungkannya di belakang pintu kamar."Kayn?" panggil Verlyn lagi.Kayn menghela napas panjang dan membalikkan badannya menghadap ke arah Verlyn yang masih menunggu jawaban darinya.Kayn balik bertanya kepada Verlyn. "Kau pikir vila ini memiliki 2 kamar?"Verlyn menjadi sedikit bingung dengan Kayn yang balik bertanya itu."Apa maksudmu, Kayn?""Haah.." Kayn memegangi kepalanya sendiri sembari sedikit menunduk. "Vila
Verlyn membuka kelopak matanya yang terasa berat dan menatap langit-langit kamarnya sebelum akhirnya bangun dan mengucek matanya menggunakan tangan. Verlyn melihat ke sekitar lalu meregangkan tangannya ke atas sembari menguap lebar. "Emm,, jam berapa sekarang?" tanya Verlyn yang masih sedikit mengantuk. Dia melihat ke arah jam weker yang berada di atas nakas tepat di sebelahnya dan waktu menunjukkan pukul 08.37 AM. Verlyn yang awalnya masih melihat jam dengan mata sayu, kini langsung melebar setelah melihat jam di sana. "Bagaimana bisa aku bangun sesiang, ini?!" ujar Verlyn panik lalu menoleh ke sekitar dan tidak menemukan keberadaan Kayn di dalam kamar. Verlyn beranjak dari kasurnya dan segera keluar dari kamar namun terhalang oleh tubuh Kayn yang baru saja ingin masuk ke dalam kamar. "K–Kayn? Kau dari mana saja!" tanya Verlyn sedikit terkejut. Kayn menatap Verlyn heran. "Tentu saja aku sedang memasak untuk sarapan. Kau pikir kita di sini hanya akan memakan batu dengan
Kayn mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. Verlyn kembali menunjuk nama desa lain yang berada di sebelah desa Goferow bernama desa Glosica."Dan desa ini, untuk singkatan GLSC yang berarti Glosica. Aku benar, Kayn?" tanya Verlyn sambil tersenyum kecil.Kayn menyalakan ponselnya dan segera menghitung jarak antar tiap singkatan desa yang sudah terpecahkan oleh dirinya dan Verlyn tadi. Hasilnya Kayn menemukan angka yang sepertinya pernah dia lihat sebelumnya."Verlyn, berapa tanggal lahirmu?" tanya Kayn tiba-tiba."Lahir? Apa kau akan memberikanku hadiah, Kayn?!" Verlyn balik bertanya dengan mata yang berbinar-binar."Katakan saja!" balas Kayn kesal.Verly terkekeh dan mengangguk. "Baiklah, baiklah. Tanggal lahirku adalah 28 Februari 2037 di–""Itu cukup," potong Kayn lalu kembali melihat jarak di ponselnya.Verlyn mendengus kesal sembari melipat tangannya dan memperhatikan Kayn dengan seksama."Ada apa kau menanyakan hal itu, Kayn?" tanya Verlyn penasaran."Jika aku menghitung
Mereka membagi tugas agar keperluan yang mereka butuhkan cepat di temukan. Verlyn bagian mencari benda lain yang di butuhkan, sedangkan Kayn bagian mencari makanan instan.Untungnya vila yang sedang mereka tempati tidak jauh dari pusat desa Roles sehingga mereka bisa pergi ke toko di desa itu dan memberi beberapa barang dan makanan.Barang-barang yang di perlukan untuk persiapan perjalanan mereka ke desa Fandaria sudah selesai terkumpul setelah 1 hari berlalu."Cepat juga kau mengulkan barang yang kita perlukan," ujar Kayn setelah melihat Verlyn membawa barang terakhir di tangannya, yaitu beberapa ranting pohon kecil.Verlyn tersenyum bangga. "Tentu saja! Aku itu pintar dalam mencari alat dan bahan yang harus di perlukan," balas Verlyn lalu mengedipkan sebelah matanya ke arah Kayn.Kayn menghela napas sembari memutar bola matanya lalu melanjutkan mengemas barang dan makanan yang akan mereka bawa di esok hari."Lelah juta mengemas semua barang ini. Badanku terasa sangat pegal.." kesa
Verlyn membuka kelopak matanya perlahan dan hal yang pertama kali dia lihat di pagi hari itu adalah wajah Kayn yang tampan tepat berada di hadapannya sekarang."K–Kayn!?"Verlyn hampir berteriak karena kaget tapi dia langsung menutup kembali mulut dengan tangannya agar tidak bersuara. Verlyn melihat tangan Kayn yang melingkar di pinggangnya.'A–apa yang telah terjadi semalam?! Sampai tangannya memeluk erat pinggangku, ini..' batin Verlyn.Verlyn pelan-pelan berusaha untuk menjauhkan tangan Kayn dari pinggangnya agar Kayn tidak terbangun, namun hal itu sedikit sulit karena pelukannya terlalu erat dan Verlyn hanya bisa menghela napas dan kembali menatap Kayn yang masih tertidur lelap itu.Alis yang tebal, bulu mata lentik, hidung yang mancung dan bibir yang berwarna merah muda menjadi daya tarik tersendiri yang di miliki oleh Kayn.Verlyn masih tidak bisa percaya dan mengira bahwa ini hanya mimpi indah di pertengahan tidurnya. Pria yang sedang tertidur bersamanya saat ini adalah Kayn,
Perbatasan Desa Roles."Aku tidak tahu ternyata letak vila yang kita tempati sangat dekat dengan perbatasna desa," ujar Kayn sembari melihat map di tangannya.Verlyn tidak membalas dan sedikit menjaga jarak dari Kayn setelah kejadian di vila beberapa menit yang lalu. Verlyn masih sibuk memikirkan hal apa yang terjadi saat malam itu sambil menghindari Kayn.Kayn melirik ke arah Verlyn yang masih berdiam diri di tempat yang sama sembari mengenggam erat tas punggung dan menundukkan kepalanya seperti sedang memikirkan sesuatu.'Apa dia masih memikirkan hal itu?' tanya Kayn dalam hati.Kayn memperhatikan Verlyn selama beberapa saat lalu menghela napas pelan. "Ayo kita lanjutkan perjalanan kita."Verlyn hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah kaki Kayn dari belakang.Kawasan dalam hutan Desa Hirezan.'Apa aku benar-benar sudah melakukan hal 'itu' dengan Kayn?!' batin Verlyn terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri.Pertanyaan itu terus muncul di dalam benak Verlyn sampai-sampai
Setelah memasuki area tengah hutan dengan pohon yang besar dan rindang di malam hari, mereka memutuskan untuk beristirahat terlebih dulu dan membangun 2 tenda besar yang di bawa oleh Wallace di kereta kudanya.Cherryn sudah tertidur lebih dulu di dalam tenda dan Wallace tidur di dalam kereta kuda. Verlyn masih terjaga di luar tenda sambil memandangi langit malam dan menyandarkan tubuhnya di salah satu pohon besar.Verlyn menutup kedua matanya dan menghela napas panjang lalu merasa ada seseorang yang sudah duduk di sebelahnya setelah dia membuka matanya dan menoleh."Kau belum tidur, Kayn?"Kayn menggeleng pelan lalu menoleh ke arah Verlyn. "Kau sendiri belum tidur, Verlyn," balasnya.Verlyn tersenyum tipis lalu kembali menengadah menatap langit malam. "Aku tidak bisa tidur karena memikirkan ...""Masalah di kota?" lanjut Kayn cepat.Verlyn kembali menoleh ke arah Kayn lalu tersenyum. "Kau sudah sangat mengenal diriku, ya?"Kayn ikut tersenyum. "Entah lah. Jika di katakan kalau aku sud
Ace yang sedang menengadah ke langit biru yang sudah sedikit tercampur dengan warna jingga lalu menghela napas panjang."Ayah sama sekali belum menyentuh makanannya dan tidak keluar dari ruang kerjanya sama sekali ..." Ace menggenggam erat besi balkon dengan perasaan kesal. "Jika terus seperti ini ...""Ace ,,," lirih Selvania pelan.Ace membalikkan badannya dan menghadap ke arah Selvania yang tampak sedang gelisah dan khawatir sambil menaruh kedua tangannya di atas dada."Ace, ayah sama sekali belum keluar dari ruang kerjanya dari pagi, dan sekarang hari sudah menjelang sore, bagaimana ini?" tanya Selvania khawatir.Selvania menundukkan kepalanya. "Beliau juga tidak memakan sarapannya, terlebih setelah mendengar kabar lain bahwa Verlyn tidak ada di dalam vila ..." lanjut Selvania lesu.Ace melangkah mendekat ke arah Selvania lalu memeluknya sambil membelai rambutnya yang berwarna kuning sedikit panjang itu."Tenang lah, Nia ,,," ucap Ace lembut.Selvania memejamkan matanya dan mengan
Jersey City, Kediaman Kaze."Ace, apa kita tidak bisa melakukan apapun lagi untuk menghentikkan ibu?" tanya Selvania khawatir.Ace yang sedang duduk di sofa sambil menatap layar ponselnya hanya menghela napas panjang dan menggeleng pelan."Aku tidak tahu lagi, Nia. Aku pikir Ibu akan terus tinggal di rumah ini saat Verlyn tinggal di vila untuk sementara waktu, tapi nyatanya, Ibu yang ingin tinggal terpisah dengan kita dan tiba-tiba ... ukh ,,,"Ace memegangi kepalanya yang terasa semakin pusing daripada hari kemarin. Selvania segera menghampiri Ace dan memberikan teh kepada yang ada di meja kepadanya.Ace menerima teh itu dan meneguknya perlahan lalu memejamkan matanya sambil mengatur napas."Sebaiknya kau istirahat dulu, Ace. Jika kondisimu seperti ini, kita tidak akan bisa membantu ayah di persidangan, nanti," pinta Selvania khawatir."Aku tidak akan bisa istirahat jika sudah memikirkan masalah ayah dan ibu, Nia. Sudah dari semalam aku tidak bisa tidur dengan lelap," balas Ace denga
Hari ke-14 di Desa Fandaria."Sudah siap, Verlyn, Kayn?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk sambil menggendong tas gunung masing-masing dan membawa kantong plastik sedang yang berisi bekal untuk perjalanan mereka ke kota nanti.Mereka melangkah keluar dari rumah secara bergantian dan menuruni tangga perlahan. Para warga sudah berkumpul di depan rumah Cherryn untuk memberikan ucapan terima kasih dan doa untuk Verlyn dan Kayn sebelum pergi dari desa Fandaria.Salah satu anak menarik pelan jaket Verlyn, membuatnya menoleh ke bawah dan melihat Kila yang berada di sana bersama dengan Risa yang terlihat sudah sehat walaupun wajahnya masih terlihat sedikit pucat."Eh, Kila!" Verlyn menoleh ke arah Risa dengan senyuman yang sama. "Ada Risa juga, rupanya. Apa Risa sudah merasa lebih baik, sekarang?" tanya Verlyn.Risa mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Ini berkat usaha Kak Verlyn dan Kak Kayn, aku sangat berterima kasih!" jawab Risa pelan.Verlyn mengangguk lalu membelai rambut p
"Jadi, kau merasa kalung liontinmu itu menghilang setelah terjatuh ke sungai?" tanya Cherryn setelah Verlyn selesai bercerita.Verlyn mengangguk sambil menurunkan pandangannya. "Aku berpikir begitu karena aku dan yang lain tidak bisa menemukan kalung liontin itu sama sekali di rerumputan di tepi sungai, nek."Verlyn memainkan jari jemarinya. "Aku minta maaf, akibat keteledoranku sendiri kalung liontin uang berharga itu, menghilang ..." lanjut Verlyn dengan perasaan bersalah.Cherryn menyeruput tehnya perlahan dan menghela napas pelan. "Dugaanmu memang benar, Verlyn. Tapi, kalung liontin itu tidak menghilang dan jatuh ke dasar sungai," balas Cherryn.Verlyn dan Kayn kompak terkejut mendengar hal itu dan mendongak bersama ke arah Cherryn yang dengan santainya menaruh cangkir tehnya di atas meja lalu mengambil ikan Silver Fish yang tergeletak di atas meja di depannya.Cherryn membuka sedikit mulut ikan Silver Fish dan memperlihatkannya kepada Verlyn dan Kaun. "Apa kalian melihat ada bend
"Nenek belum tidur, kan?!" tanya Verlyn sambil mengatur napasnya setelah sampai di depan rumah Cherryn."Aku tidak tahu pasti, Nenek biasanya sudah tidur di kamarnya saat kita pulang ..." Kayn melirik ke arah ikan berwarna perak berkilau yang terlihat tenang tanpa air di genggaman kedua tangan Verlyn lalu kembali menatap Verlyn yang menunggu jawaban selanjutnya.Kayn menghela napas pelan. "Sebaiknya kita masuk dulu dan segera beritahukan hal ini kepada nenek," ajak Kayn.Verlyn mengangguk setuju lalu segera menaiki tanggal lebih dulu, di ikuti oleh Kayn di belakangnya. Setelah masuk ke rumah, Verlyn dan Kayn di kagetkan oleh Cherryn yang baru saja keluar dari kamar."Nenek!" kompak Verlyn dan Kayn.Cherryn menoleh dan sedikit terkejut melihat Verlyn dan Kayn yang tampak berantakan dan lusuh di dekat pintu.Cherryn melirik ke arah ikan yang sedang di bawa oleh Verlyn dan menyipitkan kedua matanya lalu berjalan ke arah Verlyn dan Kayn untuk melihat ikan itu lebih dekat lagi."Kalian ,,,
Kayn dan anak-anak lain di sana ikut membantu mencari kalung liontin merah milk Verlyn yang menghilang karena tidak sengaja terjatuh tadi di area tepi sungai."Apa kalung itu terjatuh saat aku membantumu menghindari bola karet tadi, Verlyn?" tanya Kayn."Mungkin saja? Saat pagi tadi, aku memakai kalung itu dengan terburu-buru. Jadi, aku tidak tahu apakah jeratannya kuat atau malah longgar," jawab Verlyn dengan nada lesu.Kayn menghela napas pelan lalu melanjutkan kembali pencarian kalung liontin merah itu. Perlahan, langit yang awalnya berwarna biru kini berubah menjadi jingga muda tapi mereka semua sama kali belum mendapatkan hasil."Kenapa kita tidak menemukannya setelah mencari berjam-jam, ya?" tanya Lina, teman bermain Kila.Kila menyeka keringat yang ada di dahinya lalu menggeleng pelan sambil mengatur napasnya. "Entah, Lina. Seharusnya salah satu dari kita sudah berhasil menemukannya jika terjatuh di area rerumputan di tepi sungai, tapi ini tidak."Verlyn merasa semakin tidak be
Hari ke-13 di Desa Fandaria."Ikan yang memakan berlian? Jangan konyol, Kila ..."Verlyn mengikat rambut panjangnya sambil menatap ke arah layar ponselnya. Di desa Fandaria tidak ada cermin sama sekali, sehingga Verlyn hanya bia mengandalkan kamera ponsel miliknya untuk di jadikan sebagai pengganti cermin."Jika ada ikan seperti itu, pasti hanya ada di cerita dongeng," gumam Verlyn sambil mengenakan kembali kalung liontin merah ke lehernya dengan hati-hati."Apa kau sudah selesai bersiap?" tanya Kayn tiba-tiba yang sudah berdiri di depan tirai kamarnya."Kau tahu kan hari ini kita harus bisa menemukan ikan itu? Kau tahu sekarang sudah hari ke berapa, kan?" lanjutnya.Verlyn memutar bola matanya. "Aku akan segera keluar!" balas Verlyn sedikit kesal.Sebelum Verlyn mematikan ponselnya, dia melihat tanda sinyal di bagian atas layarnya dan hanya melihat tanda silang yang mengartikan bahwa benar-benar tidak ada sinyal di tempat ia berada saat ini."Haah, ternyata benar-benar tidak ada siny
Hari ke-12 di Desa Fandaria."Kita akan langsung pergi ke sungai saja?"Verlyn mengangguk lalu melangkah keluar rumah bersama dengan Kayn. Cherryn menghampiri mereka dari arah dapur."Tunggu, Verlyn, Kayn!"Verlyn dan Kayn menghentikan langkah dan membalikkan badannya menghadap ke arah Cherryn yang sedang berjalan ke arah mereka sambil membawa beberapa kotak yang terikat oleh tali."Kalian mau ke sungai lagi, kan?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk bersama. "Iya, nek. Apa ada hal lainnya yang harus aku dan Kayn lakukan?"Cherryn menggeleng pelan sambil tersenyum lalu menyodorkan kotak di tangannya itu kepada Verlyn. "Nenek sudah tahu kalian akan pergi ke sungai, jadi nenek bawakan makanan ini untuk makan siang dan makan malam agar kalian tidak perli bolak-balik kemari."Verlyn menerima kotak tersebut dengan senang hati dan mengucapkan terima kasih, begitu juga dengan Kayn yang berdiri di sebelah Verlyn. Cherryn menatap ke arah Kayn lalu menepuk pelan pundaknya."Kayn, aku titi