"Apa kamu lelah, Sayang?" tanya Aldin pada wanita yang ada dalam gendongannya.
"Sangat lelah, tapi aku menikmatinya," ucap Sisil sembari membenamkan wajahnya pada dada bidang sang suami yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu untuk menutupi wajahnya yang memerah. Walau malu, tapi ia tetap mengatakannya.
Aldin tersenyum melihat wajah sang istri yang merona. "Aku juga sangat menikmatinya," balas Aldin. "Aku nggak nyangka goyangan istri mungilku sangat lincah."
Aldin merebahkan sang istri di tempat tidurnya. "Kamu tunggu di sini, nanti aku ambilkan pakaianmu."
Ketika Aldin hendak melangkahkan kakinya, Sisil menarik tangan laki-laki gagah yang hanya membalut tubuh bagian bawahnya itu dengan handuk.
Aldin menoleh pada sang istri. "Ada apa, My lovely? Apa kamu belum puas berolahraga?" tanya Aldin menggoda istrinya.
Sisil menggelengkan kepalanya. "Aku belum pernah melakukan kayak tadi dengan siapa pun. Aku juga nggak tahu kenapa tubuhku begitu menikmati
Bunda Anin mengetuk pintu kamar anaknya karena sudah lewat dari jam delapan pagi, anak dan menantunya keluar dari kamar.“Al, kamu nggak kerja, Nak?” tanya sang bunda sembari mengetuk pintu kamar anaknya. “Apa mereka lagi bikin adonan ya?” Bunda Anin bertanya-tanya pada dirinya sendiri.Ketika wanita paruh baya itu hendak melangkahkan kakinya meninggalkan kamar sang anak, tiba-tiba pintu terbuka.“Ada apa, Bun?” tanya Aldin sembari memakai dasinya.Sementara Sisil masih terbaring di tempat tidur. Ia merasa sangat lelah karena pagi-pagi sudah dua kali berolahraga dengan perut yang kosong.Bunda Anin kembali berbalik badan. “Kalian baru bangun? Sisil mana?” tanya sang bunda sembari melongokkan kepalanya ke dalam kamar.“Bunda masuk aja, kayaknya Sisil kelelahan,” ujar Aldin pelan.Bunda Anin masuk ke dalam kamar dan menghampiri sang menantu yang terbaring di tempat tidur. Laki-
Sisil tersenyum manis pada suaminya. “Nggak apa-apa, Sayang.” Sisil membelai wajah tampan sang suami yang ditumbuhi bulu-bulu halus di sekitar rahangnya. “Kamu juga sarapan dulu.”“Iya,” balas Aldin sembari membelai rambut sang istri yang masih basah dan belum sempat disisirnya.Aldin bangun dari duduknya, melangkah menuju meja rias dan mengambil sisir sang istri. Lalu, kembali lagi menghampiri wanita cantik berambut hitam itu.“Sayang, kamu bangun dulu ya.” Aldin membantu membangunkan sang istri agar terduduk.Dengan sangat pelan dan telaten Aldin menyisir rambut panjang istrinya yang masih basah. Laki-laki itu merasa sangat bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. Mempunyai istri yang cantik dan mau menerimanya kembali walau ia sudah snagat menyakiti hati wanita cantik itu.“Sayang, biar aku aja,” ucap Sisil pada suaminya. “Kamu sarapan dulu sana! Ini udah terlalu siang, kamu uda
"Jangan-jangan menantu Bunda sampai sakit begini akibat ulah kamu ya," tuduh sang bunda pada putranya."Nggak, Bun," elak Aldin. "Nggak salah," lanjutnya sembari menyeringai."Kamu nggak kasihan sama istrimu!" Lagi-lagi Bunda Anin memukul lengan anaknya. "Nanti malam Bunda tidur di sini, kamu tidur sama si kembar!" titah sang bunda tidak terbantahkan.Sisil hanya tersenyum melihat reaksi suaminya. Wanita cantik itu merasa senang karena malam ini ia bisa terbebas dari beruang mesum.Sebenarnya Sisil ingin menolak keinginan sang suami, tapi tubuhnya tidak bisa menolak setiap mendapat sentuhan dari laki-laki yang sangat ia cintai itu."Iya, Bunda," ucap Aldin dengan memelas. Laki-laki itu kembali mencium bibir sang istri di depan bundanya. "Sayang, aku berangkat ya." Aldin mengacak-acak puncak kepala sang istri yang baru saja ia rapikan itu."Sayang, kamu makan dulu ya." Bunda Anin menyuapi menantunya itu dengan penuh kasih sayang.
“Tante cantik mau bikin adik bayi buat kita ya?” tanya Gara pada Sisil. “Mommy juga gitu, jarang keluar kamar katanya kecapean abis bikin adik bayi,” lanjutnya.Sisil hanya menyeringai mendengar anak dari sahabatnya itu berbicara. ‘Si Andin bego banget, sama anak kecil ngomong kayak gitu,’ gerutu Sisil di dalam hati.“Sayang, mungkin maksud Mommy, di dalam perutnya ada dede bayi, jadi Mommy kalian sering kelelahan,” ujar Sisil pada kedua keponakannya.“Jadi, kita mau punya adik dong ya?” tanya Bara lagi. “Aku mau punya adik laki-laki supaya aku ada teman main,” ujar Bara kegirangan.“Aku mau adik perempuan, adik laki-laki sangat menyusahkan seperti kamu,” sahut Gara sembari melipat tangannya di depan dada.“Abang ngebosenin,” sahut Bara sembari melirik dengan sinis kepada saudara kembarnya.“Kalian kenapa berantem? Lebih baik kalian berdoa s
Kedua anak kembar itu menghabiskan waktu di kamar sang tante karena Sisil tidak boleh keluar dari ruangan itu oleh mertuanya. Mereka bercanda dan bermain sampai kelelahan.“Tante, aku ngantuk. Apa aku boleh tidur di sini?” tanya Gara pada sang tante.“Iya, aku juga ngantuk,” timpal Bara sembari menutup mulutnya karena menguap.“Boleh dong, Sayang,” sahut Sisil sembari membelai rambut kedua keponakannya.“Kamu juga tidur ya, Sayang,” ucap Bunda Anin pada menantunya. “Cucu-cucuku kalian tidur yang nyenyak ya, Nenek keluar dulu. “ Bunda Anin mencium pipi kedua cucunya sebelum keluar dari kamar.Setelah sang nenek keluar kamar, mereka mengatur posisi yang nyaman untuk tidur siang. Sisil tidur di antara mereka, kedua anak laki-laki itu tidur sembari memeluk sang tante.Sementara di kantor Aldin, ia sedang bersiap-siap untuk ke kantor Gilang setelah kerjaannya tidak terlalu numpuk.
āMinta maaf?ā Gilang menegakkan duduknya. āMinta maaf sama siapa?ā tanya Gilang pada sepupunya itu. āGue minta maaf sama lo,ā ujar Aldin. āPunya salah apa lo sama gue?ā tanya Gilang sembari terkekeh. Laki-laki itu kembali menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. āGue udah berburuk sangka sama lo. Gue pikir lo mau merayu kakak ipar lo sendiri,ā ujar Aldin. Gilang tertawa terbahak-bahak. āSisilnya nggak mau sama gue, dia cinta mati sama beruang kutub, padahal gue lebih tampan,ā ujar Gilang dengan sangat percaya diri. Aldin menggelengkan kepalanya. āKapan lo tobat?ā tanya Aldin pada Gilang. āGue nggak bisa ngebayangin kalau Nenek Marisa tahu kelakuan lo.ā āKalau bakal tobat kalau udah menemukan cewek yang bisa membuat gue jatuh cinta dan bertekuk lutut di hadapannya. Dari sekian banyak cewek yang gue kencani nggak ada yang bisa menggetarkan hati ini. Mereka cuma bisa menggetarkan senjata gue aja,ā ujar Gilang sembari tertawa terbahak-bahak
Gilang bangun dari duduknya, lalu berjalan mendekati lemari pendingin yang ada di ruangannya. Laki-laki itu mengambil dua botol minuman kopi dingin. Setelah itu ia kembali dan memberikan satu botol minuman itu kepada sepupunya. āDia dikawal terus sama Mami. Gimana caranya gue modusin dia,ā ucap Gilang setelah mengenggak minumannya. Aldin tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan saudaranya itu. āMami udah tahu kelakuan anaknya,ā ucap Aldin. āNama calon istri lo siapa?ā āNaya,ā jawab Gilang. āNayara Fateen Agis,ā lanjutnya. āNama yang cantik,ā sahut Aldin. āApa anak itu tahu kelakuan lo? Apa keluarganya juga tahu?ā Aldin terlihat sangat penasaran dengan calon istri saudara mesumnya itu. āKepo lo! Kayak emak-amak,ā cibir Gilang sembari mendelikkan matanya pada Aldin. āKampret lo!ā umpat Aldin yang membuat Gilang tertawa terbahak-bahak. āLo pikir aja sendiri. Mana ada orang tua yang mau menjodohkan putri satu-satunya kepada laki-lak
Aldin kembali masuk ke dalam ruangan CEO FaRiz Group setelah sekian menit ia keluar dari ruangan itu.Laki-laki tampan itu masuk tanpa mengetuk pintu. Ia tertawa geli pada dirinya sendiri. Lalu, duduk di kursi yang ada di hadapan sepupunya itu."Ngapain lo balik lagi?" tanya Gilang dengan nada yang tidak suka.Aldin tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal si CEO mesum itu. "Ada yang gue lupa," balasnya."Apa lagi?"Gilang bangun dari duduknya, melangkahkan kaki menuju sofa. Aldin pun mengikuti langkah sepupunya."Gue ke sini mau bilang kalau Sisil belum bisa masuk kerja dua hari ini," ucapnya setelah duduk di hadapan laki-laki tampan berlesung pipi itu."Kenapa kakak ipar gue? Sakit?" tanya Gilang pada suami sekretarisnya."Dia kelelahan abis olahraga pagi," ucapnya sembari terkekeh."Udah belah duren lo?" Gilang mencondongkan badannya pada Aldin. "Gimana rasanya ngebobol gawang perawan?'"Nggak usah sok
Kemudian membenamkan wajahnya di antara kedua pada sang istri. Lalu pria itu mengeluarkan jurus lidah membelah semak-semak."Mas ...." Amy menggelinjang sambil mencengkram rambut sang suami. "Ampun, Mas!"Walaupun sang istri meminta ampun, ia tidak mendengarkan ucapan istrinya. Rudi terus melanjutkan aksinya.Sentuhan lidah dan tangannya berhasil membuat Amy menjerit merasakan kenikmatan yang bergejolak di dalam tubuhnya. Kenikmatan yang baru pertama kali ia rasakan.Ia meninggalkan jejak-jejak cinta di tubuh sang istri. Amy menjerit saat Rudi menyesapi pusat intinya dengan rakus."Mas ... awas, aku pengin pipis."Amy mendorong wajah suaminya, berusaha menyingkirkan kepala sang suami dari daerah keramatnya."Namun, Rudi tidak mau menuruti keinginan sang istri, ia malah melakukan aksinya lebih dan lebih lagi."Mas ... aahhh...!"Napas wanita itu sudah tersengal-sengal. Ia menjerit merasakan kenikmatan yang lua
"Mas, aku tidur duluan ya." Setelah mandi dan berpakaian Amy naik ke tempat tidur.Wanita itu menyingkirkan kelopak mawar merah yang sudah kembali ditata berbentuk hati. Ia malah membersihkannya tanpa sisa. Kelopak bunga itu berserakan di lantai.Rudi hanya melongo melihat itu semua. 'Kenapa? Apa dia marah atau efek kelelahan?'"Sayang, kok bunganya dibuang?" tanya Rudi setelah naik ke tempat tidur."Memangnya kenapa? Nggak boleh ya? Emangnya itu buat apaan?"Amy malah balik bertanya kepada suaminya."Boleh," jawab Rudi cepat. "Sekarang kamu istirahat ya." Rudi mencium kening istrinya dengan mesra. Ia tidak mau membahas hal sepele yang akan memancing keributan.Amy meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, lalu membalikkan badannya membelakangi sang suami.Terdengar bunyi ketika Amy meregangkan otot-ototnya.'Kelihatannya dia sangat lelah.' Rudi memijat bahu sang istri dengan lembut. "Kamu capek ya?"
Pasangan pengantin baru itu menunggu di depan ruang bersalin."Dari dulu sampai sekarang lo selalu merepotkan gue, Sil," gumam Rudi sambil menatap pintu ruang bersalin."Mas, nggak boleh ngomong kayak gitu! Kalau nolong tuh harus ikhlas.""Kamu tahu?" Rudi memegang bahu Amy sembari menatap wajah sang istri.Amy menggeleng pelan. "Nggak!""Oh iya, aku belum ngomong," kata Rudi sembari menyeringai. "Sejak dia nikah, yang ngurusin Sisil kalau lagi berantem sama Aldin itu aku, dari dulu sampai sekarang tuh anak dua merepotkan banget.""Kalau nggak ikhlas nolongnya nanti kamu nggak bakal dapat pahala loh, Mas. Lagian Tuan Aldin dan Mbak Sisil udah baik banget sama aku.""Iya, Sayang, maafkan aku." Rudi memeluk mesra wanita yang dinikahinya beberapa jam lalu. "Aku hanya heran aja, kenapa Aldin tidak pernah ada di saat Sisil butuh."Amy melepas pelukannya karena ia merasa malu berpelukan di tempat umum."Tadi 'kan Tuan Al
Andin mengetuk-ngetuk pintu dengan keras sembari berteriak memanggil nama sahabatnya.Beberapa detik kemudian pintu kamar mandi terbuka. "Lo kebelet juga?" tanya Sisil sembari meringis."Gue khawatir sama lo," sahut Andin. "Sil, lo baik-baik aja 'kan?"Ibu dua anak itu merasa khawatir dengan kakak iparnya yang terlihat sangat pucat."Gue mules, Din," jawab Sisil. "Tapi, dari tadi nggak keluar-keluar.""Jangan-jangan kamu mau ngelahirin." Andin segera memapah Sisil menuju ranjang pengantin."Tiduran dulu, Mbak. Aku panggil Tuan Aldin dulu." Setelah membantu Sisil berbaring di tempat tidur pengantin. Ia berlari keluar memanggil suami Sisil.Tempat tidur yang sudah dirancang untuk pengantin baru, dengan taburan kelopak bunga mawar merah yang membentuk hati, kini berantakan oleh Sisil yang sedang merasakan kontraksi."Perut lo sering kontraksi nggak?" tanya Andin pada Sisil setelah memberikan air minum kepada sahabatnya itu.
Di kediaman Amy sedang disibukkan dengan persiapan acara akad nikah yang akan dilaksanakan siang hari dan langsung dilanjut dengan resepsi.Hari ini adalah hari kebahagiaan Amy dan Rudi setelah beberapa bulan lalu Rudi melakukan lamaran dadakan.Amy menginginkan pesta yang sederhana. Mereka hanya mengundang keluarga, kerabat dekat, dan beberapa rekan kerja Rudi."Amy, kamu cantik sekali," puji Sisil saat gadis manis itu selesai dirias.Amy mengenakan kebaya pengantin berwarna putih dengan bordiran bunga dan aksen-aksen mutiara melengkapi penampilannya sebagai pengantin sunda.Siger berwarna silver bertengker indah di kepalanya. Dan beberapa hiasan lainnya, seperti untaian melati yang semerbak.Hiasan daun sirih berbentuk wajik di tengah keningnya semakin mempercantik riasan wanita itu.Akad nikah berlangsung di lantai bawah, di mana resepsinya dilakukan. Sedangkan Amy berada di dalam kamar pengantin ditemani oleh Sisil.'
Hai semuanya, terima kasih terima kasih terima kasih untuk kalian yang sudah mengikuti cerita recehku. Maaf, atas semua hal yang mengecewakan kalian, entah dari alur, typo atau kesalahan penulisan nama tokoh. Aku sungguh-sungguh minta maaf. Untuk kedepaannya aku akan belajar menulis dengan baik lagi. Maaf, kalau selama ini slow update karena kemarin aku lagi kurang sehat, tapi alhamdulilah sekarang udah sembuh dan bisa menamatkan cerita ini. Jika ada keluhan, silakan komen di bawah ini. Aku menerima kritik dan saran dari kalian semua untuk membangun aku menjadi lebih baik lagi. Love sekebon untuk kalian yang sudah mendukung aku dan cerita-cerita recehku. Sampai jumpa di cerita yang baru. Eh, Pengantin Tuan Haidar masih lanjut. Insyaallah aku akan rajin update lagi. I LOVE YOU ALL MY READERS.
Setelah beberapa hari pulang dari rumah sakit. Kondisi kesehatan Amy semakin membaik.Berada di tengah-tengah orang yang menyayanginya membuat Amy bersemangat untuk segera sembuh."Amy, kamu mau ke mana?" tanya Sisil ketika Amy bangun dari duduknya.Wanita hamil itu sedang berada di rumah Amy. Ia jarang sekali berada di rumahnya. Sisil selalu berkunjung ke rumah sahabat, mertua, dan juga teman barunya.Sisil pergi tidak sendiri, ia pasti ditemani Andin atau Bunda Anin. Kedua wanita itu tidak mengizinkan Sisil untuk bepergian sendiri karena kehamilannya yang semakin membesar."Saya mau ambilkan camilan untuk Mbak Sisil dan Mbak Andin," jawab Amy. "Ibu hamil pasti sering laper.""Duduk!" perintah Sisil kepada wanita yang telah menyelamatkan hidupnya. "Kamu jangan banyak gerak. Istirahat aja dulu! Lagi sakit juga nggak bisa diem.""Iya, Mbak." Amy pun kembali duduk di hadapan Sisil dan Andin."Sama kayak lo, lagi hamil
Bu Mila langsung terdiam mendengar ucapan Amy. Ia menunggu gadis itu melanjutkan ucapannya."Maksud kamu apa?" Sisil meraih tangan Amy. Ia menatap bola mata gadis itu, terlihat kesedihan di dalamnya. "Terus siapa yang dicintai Rudi?""Saya nggak tahu, Nyonya karena saya nggak kenal, tapi kayaknya saya pernah melihat wajahnya. Dia cantik, sangat cantik.""Aduh Amy, jangan panggil aku Nyonya, dan jangan berbicara formal kayak gitu, aku nggak suka.""Iya, Mbak, maaf. A-aku masih belum terbiasa," ucap Amy pelan."Baiklah aku maafkan," balas Sisil dengan serius."Tapi, Nak. Rudi bilang sama Ibu kalau dia mencintaimu."Bu Mila menjadi sedih mendengar ucapan gadis yang ia harapkan menjadi menantunya itu.Amy meraih tangan Bu Mila, menatap wajah wanita tua itu yang terlihat sedih padahal awalnya terlihat sangat bahagia."Bu, terima kasih udah ngurusin saya sampai detik ini, walau saya bukan siapa-siapa, tapi Ibu begi
"Apa wanita ini kekasihnya Mas Rudi?" Amy memerhatikan wanita yang berfoto dengan sang asisten CEO itu. "Jadi, selama ini dia nggak mencintaiku? Kenapa dia sejahat itu sama aku."Amy menaruh ponselnya di atas nakas, lalu membaringkan tubuhnya, kemudian menutupi tubuh hingga wajahnya dengan selimut.Gadis itu menangis dalam diam. Hatinya terasa sakit melihat Rudi berfoto mesra dengan wanita seksi.Hampir satu jam ia menangis sampai akhirnya tertidur karena kelelahan.Pagi-pagi sekali ia sudah membuka mata. Kepalanya terasa pusing karena terlalu lama tertidur. Matanya terasa sulit untuk dibuka lebar, wajahnya masih terlihat sembab akibat menangisi Rudi."Kenapa aku nangis ngeliat dia sama wanita lain? Dia kan bukan siapa-siapa aku, toh aku juga sudah menolak cintanya." Amy menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya, lalu bangun dengan sangat hati-hati.Ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Amy melihat wajahnya yang te