Beranda / Romansa / Taruhan Cinta CEO / Bab 11. Surat Kesepakatan

Share

Bab 11. Surat Kesepakatan

Penulis: Nyi Ratu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-20 20:01:16

Bunda Anin membuka pintu kamar Andin tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu membuat Andin dan Sisil terkejut. “Andin, Sisil, ayo kita makan malam!”

“Bunda, kenapa nggak ketuk pintu dulu? Ngagetin kita aja,” ucap Andin sambil mengelus dada.

“Emangnya kalian lagi ngomongin apaan?” tanya Bunda Anin yang masih berdiri di ambang pintu.

“Kepo!” jawab Andin sambil bangun dari duduknya, kemudian menghampiri sang bunda.

“Sil, kamu panggil suamimu dulu ya!” titah Bunda Anin pada menantunya. Bukannya ia lupa dengan permasalahan anak dan menantunya, tapi Bunda Anin tidak mau Aldin dan Sisil semakin menjauh.

“Iya, Bun,” jawab Sisil sambil tersenyum pada mertuanya. Ia akan bersikap seolah-olah sudah baikan dengan sang suami supaya sang mertua tidak kepikiran terus tentang masalahnya.

“Bukannya Aban

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Taruhan Cinta CEO   Bab 12. Raja Di Hatiku

    Sisil segera mengemas pakaiannya setelah menandatangani surat kesepakatan. Ia memasukan semua pakaiannya ke dalam koper.“Jangan bawa terlalu banyak! Nanti kalau kamu main ke sini nggak perlu bawa baju ganti,” titah Aldin yang juga sedang mengemas pakaiannya.Sisil kembali menaruh sebagian pakaiannya ke lemari tanpa menyahuti ucapan suaminya. Setelah selesai berkemas Sisil keluar dari kamar tanpa bicara sepatah kata pun pada Aldin.Aldin membaringkan tubuhnya di tempat tidur sambil memegang ponsel baru yang ia beli untuk istrinya. “Apa aku buang aja. Dia juga udah nggak mau menyimpan kenangan aku dan dia. Aku juga nggak mau menyimpannya, cuma menambah luka di hati aja.”Ketika ia hendak mengeluarkan kartu memori dari dalam ponsel tersebut, ia ingat tentang ayah Sisil yang sudah meninggal. “Jangan-jangan di sini banyak foto ayahnya.”Aldin memer

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-21
  • Taruhan Cinta CEO   Bab 13. Rumah Baru

    “Hari yang cerah,” ucap Sisil sambil menarik kopernya keluar dari rumah Pradipta. “Lupakan semuanya, Sil. Anggap aja lo lagi ngekos sama beruang kutub.” Andin segera masuk ke dalam mobil suaminya.“Nanti kita tidur di kamar yang berbeda,” ucap Aldin ketika mereka dalam perjalanan ke rumah barunya.“Baguslah,” sahut Sisil dengan sinis.“Aku nggak pake pembantu supaya nggak ada yang tahu kalau kita tidur terpisah. Untuk membersihkan rumah, kita bagi tugas. Pakaian di laundry aja. Kalau mau makan beli, kalau kamu mau masak silakan,” ujar Aldin panjang lebar.“Ok.” Sisil menganggukkan kepalanya tanda setuju.Perjalanan dari rumah orangtuanya menuju rumah barunya memakan waktu satu jam. Kini Aldin dan Sisil berada di rumah baru mereka. Rumahnya tidak terlalu besar. Namun, sangat nyaman.Aldin

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-23
  • Taruhan Cinta CEO   Bab 14. Suami Di Buku Nikah

    “Astaga! Dasar beruang kutub, nggak bisa lihat orang seneng,” gerutu Sisil sambil mengekori suaminya yang berjalan lebih dulu sambil menenteng kantung belanjaan.Sisil masuk ke dalam mobil, lalu menutup pintu mobil dengan keras. Aldin segera melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang.Mereka berdua hanyut dalam keheningan. Tidak ada yang mau memulai pembicaraan‘Kalau sampai rumah, mau aku unjukin surat kesepakatan itu. Dia udah melanggarnya,’ batin Sisil.“Status kamu itu masih istriku. Berprilaku yang baiklah jika di tempat umum, jangan mempermalukan suamimu.” Aldin memecah keheningan di antara mereka.“Kamu itu masih suamiku di buku nikah, bersikaplah selayaknya seorang suami, Tidak membentak-bentak istrimu di depan umum,” balas Sisil sambil mencebikkan bibirnya. Kemudian menggeser duduknya membelakangi sang suami.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • Taruhan Cinta CEO   Bab 15. Hati Yang Terbakar

    Satu minggu sudah mereka berada di rumah barunya. Kini Sisil sudah mulai bekerja dengan Gilang. Sejak ciuman panas itu, mereka tidak pernah bertegur sapa walaupun tinggal satu atap. Semakin ada jarak di antara mereka berdua. Tembok yang tinggi yang mereka bangun sendiri dengan ego masing-masing.Sisil merasa kecewa karena Aldin menciumnya bukan karena cinta, tapi hanya ingin menyakitinya. Sementara Aldin menyesali perbuatannya yang hampir saja merenggut kegadisan sang istri dengan cara paksa. Aldin menyadari kesalahannya karena sudah sangat menyakiti istrinya.Ia menyesal telah menyakiti hati wanita yang sangat ia cintai itu, tapi egonya menghalangi ia untuk mengakui kesalahannya.Aldin seorang CEO dari RPP Group, ia menjadi pewaris perusahaan sang kakek karena ayahnya mempunyai perusahaan sendiri yang ia bangun dengan kerja keras sendiri yang dibantu oleh sahabatnya.Jam sudah menunjukkan pukul tuju

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-26
  • Taruhan Cinta CEO   Bab 16. Kesepakatan Baru

    “Kita buat kesepakatan baru.” Aldin mengeluarkan selembar kertas dan pulpen. Ia menuliskan beberapa poin di surat kesepakatan itu.“Kamu nulis apa, banyak banget.” Sisil mencondongkan wajahnya ke depan melihat apa yang ditulis suaminya.Aldin menulis surat kesepakatan itu dengan serius. “Aku cuma menulis empat poin aja, silakan kamu tulis apa yang mau kamu tambahkan, selain dari tugas rumah karena tugas rumah sudah disepakati sebelumnya,” jelas Aldin sambil mengulurkan tangan menyerahkan kertas dan pulpennya pada Sisil.“Apa ini? Kenapa banyak sekali.” Sisil membaca satu persatu poin-poin yang ditulis suaminya. Lalu ia menambahkan dua poin di kertas itu. Setelah selesai menulis dia memberikan kembali pada suaminya.“Yakin cuma nambahin dua aja?” tanya Aldin pada Sisil sambil menatap sang istri dengan serius.Sisil mengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-27
  • Taruhan Cinta CEO   Bab 17. Sisil Pingsan

    Sisil masuk ke dalam kamarnya dengan langkah sempoyongan. “Kalau mandi seger lagi kali ya,” gumamnya.Ia segera masuk ke kamar mandi setelah mengambil baju tidurnya terlenih dulu. Lima menit kemudian Sisil sudah selesai mandi dan berpakaian. Saat membuka pintu kamar mandi, kepalanya tiba-tiba terasa berputar.Tangannya berpegangan pada kenop pintu, tapi ia tidak bisa menahan tubuhnya lagi, dan akhirnya terkulai lemas di depan kamar mandi.Tok tok tok“Sil, aku masuk ya!” teriak Aldin dari luar kamar. Aldin terus saja mengetuk pintu sambil berteriak memanggil istrinya. “Apa dia udah tidur?” gumam Aldin sambil membawa susu hangat untuk Sisil.Aldin kembali ke kamarnya karena tidak ada sahutan dari dalam kamar Sisil. Ia merebahkan tubuhnya di kasur empuk itu. Aldin mencoba memejamkan matanya, tapi ia terus saja terbayang-bayang wajah sang istri.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-28
  • Taruhan Cinta CEO   Bab 18. Kalau Masih Cinta Jangan Jual Mahal

    “Udah tengah malam begini, mau makan apa?” gumam Aldin sembari membuka pintu kulkas. “Masak omlet aja lah.” Aldin pun mempersiapkan bahan-bahannya. Setelah semua bahan siap, ia segera memasaknya.“Yang penting kenyang,” ucapnya sambil menuang omletnya di atas piring. Ia pun segera menyantapnya. Tidak butuh waktu lama, omlet itu sudah ludes dilahapnya. Setelah selesai makan ia segera kembali ke kamarnya.Aldin berpapasan dengan Sisil saat kakinya baru selangkah menapaki tangga. Aldin tidak menyapanya begitu pun dengan Sisil. Tapi, Aldin terus memperhatikan istrinya sampai di dapur. Ia terus memantau sang istri dari kejauhan. Khawatir Sisil jatuh pingsan lagi.Setelah Sisil bangun dari duduknya hendak kembali ke kamar, Aldin baru masuk ke kamarnya. “Tidur lagi ah.” Aldin merentangkan otot-ototnya, lalu kembali terlelap karena perutnya sudah kenyang.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-28
  • Taruhan Cinta CEO   Bab 19. Pulang Ke Rumah Ibu

    “Bos, hari ini aku pulang duluan ya, badanku lagi kurang sehat. Tapi, tenang aja, kerjaanku udah beres semua kok.” Sisil duduk di kursi di depan meja bosnya.“Iya, Sil, kalau udah selesai pulang aja. Tapi, hari ini aku nggak bisa nganter, masih ada sedikit kerjaan.” Gilang menatap istri dari sepupunya sambil tersenyum manis.“Iya, Lang, nggak apa-apa,” sahut Sisil. “Eh, maksudku, Bos,” lanjutnya sambil tertawa pelan.Gilang pun ikut tertawa. “Nggak apa-apa, Sil, kalau lagi berdua gini panggil nama aja! Kalau lagi ada pegawai lain baru panggil Bos, kalau cuma nama, bisa ada fitnah nantinya. Kamu ‘kan tahu sendiri siapa aku,” jelas Gilang sembari tertawa. Sebrengsek-brengseknya dia, nggak mungkin menikung istri saudaranya sendiri.“Bener juga. Mereka pasti berprasangka buruk tentang kita,” kata Sisil sambil tertawa. “Ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29

Bab terbaru

  • Taruhan Cinta CEO   ( Extra part 5 ) Membuka Segel

    Kemudian membenamkan wajahnya di antara kedua pada sang istri. Lalu pria itu mengeluarkan jurus lidah membelah semak-semak."Mas ...." Amy menggelinjang sambil mencengkram rambut sang suami. "Ampun, Mas!"Walaupun sang istri meminta ampun, ia tidak mendengarkan ucapan istrinya. Rudi terus melanjutkan aksinya.Sentuhan lidah dan tangannya berhasil membuat Amy menjerit merasakan kenikmatan yang bergejolak di dalam tubuhnya. Kenikmatan yang baru pertama kali ia rasakan.Ia meninggalkan jejak-jejak cinta di tubuh sang istri. Amy menjerit saat Rudi menyesapi pusat intinya dengan rakus."Mas ... awas, aku pengin pipis."Amy mendorong wajah suaminya, berusaha menyingkirkan kepala sang suami dari daerah keramatnya."Namun, Rudi tidak mau menuruti keinginan sang istri, ia malah melakukan aksinya lebih dan lebih lagi."Mas ... aahhh...!"Napas wanita itu sudah tersengal-sengal. Ia menjerit merasakan kenikmatan yang lua

  • Taruhan Cinta CEO   ( Extra part 4 ) Membelah Semak

    "Mas, aku tidur duluan ya." Setelah mandi dan berpakaian Amy naik ke tempat tidur.Wanita itu menyingkirkan kelopak mawar merah yang sudah kembali ditata berbentuk hati. Ia malah membersihkannya tanpa sisa. Kelopak bunga itu berserakan di lantai.Rudi hanya melongo melihat itu semua. 'Kenapa? Apa dia marah atau efek kelelahan?'"Sayang, kok bunganya dibuang?" tanya Rudi setelah naik ke tempat tidur."Memangnya kenapa? Nggak boleh ya? Emangnya itu buat apaan?"Amy malah balik bertanya kepada suaminya."Boleh," jawab Rudi cepat. "Sekarang kamu istirahat ya." Rudi mencium kening istrinya dengan mesra. Ia tidak mau membahas hal sepele yang akan memancing keributan.Amy meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, lalu membalikkan badannya membelakangi sang suami.Terdengar bunyi ketika Amy meregangkan otot-ototnya.'Kelihatannya dia sangat lelah.' Rudi memijat bahu sang istri dengan lembut. "Kamu capek ya?"

  • Taruhan Cinta CEO   ( Extra part 3 ) Kelahiran Si Kembar

    Pasangan pengantin baru itu menunggu di depan ruang bersalin."Dari dulu sampai sekarang lo selalu merepotkan gue, Sil," gumam Rudi sambil menatap pintu ruang bersalin."Mas, nggak boleh ngomong kayak gitu! Kalau nolong tuh harus ikhlas.""Kamu tahu?" Rudi memegang bahu Amy sembari menatap wajah sang istri.Amy menggeleng pelan. "Nggak!""Oh iya, aku belum ngomong," kata Rudi sembari menyeringai. "Sejak dia nikah, yang ngurusin Sisil kalau lagi berantem sama Aldin itu aku, dari dulu sampai sekarang tuh anak dua merepotkan banget.""Kalau nggak ikhlas nolongnya nanti kamu nggak bakal dapat pahala loh, Mas. Lagian Tuan Aldin dan Mbak Sisil udah baik banget sama aku.""Iya, Sayang, maafkan aku." Rudi memeluk mesra wanita yang dinikahinya beberapa jam lalu. "Aku hanya heran aja, kenapa Aldin tidak pernah ada di saat Sisil butuh."Amy melepas pelukannya karena ia merasa malu berpelukan di tempat umum."Tadi 'kan Tuan Al

  • Taruhan Cinta CEO   ( Extra part 2 ) Kontraksi

    Andin mengetuk-ngetuk pintu dengan keras sembari berteriak memanggil nama sahabatnya.Beberapa detik kemudian pintu kamar mandi terbuka. "Lo kebelet juga?" tanya Sisil sembari meringis."Gue khawatir sama lo," sahut Andin. "Sil, lo baik-baik aja 'kan?"Ibu dua anak itu merasa khawatir dengan kakak iparnya yang terlihat sangat pucat."Gue mules, Din," jawab Sisil. "Tapi, dari tadi nggak keluar-keluar.""Jangan-jangan kamu mau ngelahirin." Andin segera memapah Sisil menuju ranjang pengantin."Tiduran dulu, Mbak. Aku panggil Tuan Aldin dulu." Setelah membantu Sisil berbaring di tempat tidur pengantin. Ia berlari keluar memanggil suami Sisil.Tempat tidur yang sudah dirancang untuk pengantin baru, dengan taburan kelopak bunga mawar merah yang membentuk hati, kini berantakan oleh Sisil yang sedang merasakan kontraksi."Perut lo sering kontraksi nggak?" tanya Andin pada Sisil setelah memberikan air minum kepada sahabatnya itu.

  • Taruhan Cinta CEO   ( Extra part 1 ) Hari Bahagia

    Di kediaman Amy sedang disibukkan dengan persiapan acara akad nikah yang akan dilaksanakan siang hari dan langsung dilanjut dengan resepsi.Hari ini adalah hari kebahagiaan Amy dan Rudi setelah beberapa bulan lalu Rudi melakukan lamaran dadakan.Amy menginginkan pesta yang sederhana. Mereka hanya mengundang keluarga, kerabat dekat, dan beberapa rekan kerja Rudi."Amy, kamu cantik sekali," puji Sisil saat gadis manis itu selesai dirias.Amy mengenakan kebaya pengantin berwarna putih dengan bordiran bunga dan aksen-aksen mutiara melengkapi penampilannya sebagai pengantin sunda.Siger berwarna silver bertengker indah di kepalanya. Dan beberapa hiasan lainnya, seperti untaian melati yang semerbak.Hiasan daun sirih berbentuk wajik di tengah keningnya semakin mempercantik riasan wanita itu.Akad nikah berlangsung di lantai bawah, di mana resepsinya dilakukan. Sedangkan Amy berada di dalam kamar pengantin ditemani oleh Sisil.'

  • Taruhan Cinta CEO   THANK YOU READERS

    Hai semuanya, terima kasih terima kasih terima kasih untuk kalian yang sudah mengikuti cerita recehku. Maaf, atas semua hal yang mengecewakan kalian, entah dari alur, typo atau kesalahan penulisan nama tokoh. Aku sungguh-sungguh minta maaf. Untuk kedepaannya aku akan belajar menulis dengan baik lagi. Maaf, kalau selama ini slow update karena kemarin aku lagi kurang sehat, tapi alhamdulilah sekarang udah sembuh dan bisa menamatkan cerita ini. Jika ada keluhan, silakan komen di bawah ini. Aku menerima kritik dan saran dari kalian semua untuk membangun aku menjadi lebih baik lagi. Love sekebon untuk kalian yang sudah mendukung aku dan cerita-cerita recehku. Sampai jumpa di cerita yang baru. Eh, Pengantin Tuan Haidar masih lanjut. Insyaallah aku akan rajin update lagi. I LOVE YOU ALL MY READERS.

  • Taruhan Cinta CEO   Bab 200. Maukah Kamu Menikah Denganku? ( END )

    Setelah beberapa hari pulang dari rumah sakit. Kondisi kesehatan Amy semakin membaik.Berada di tengah-tengah orang yang menyayanginya membuat Amy bersemangat untuk segera sembuh."Amy, kamu mau ke mana?" tanya Sisil ketika Amy bangun dari duduknya.Wanita hamil itu sedang berada di rumah Amy. Ia jarang sekali berada di rumahnya. Sisil selalu berkunjung ke rumah sahabat, mertua, dan juga teman barunya.Sisil pergi tidak sendiri, ia pasti ditemani Andin atau Bunda Anin. Kedua wanita itu tidak mengizinkan Sisil untuk bepergian sendiri karena kehamilannya yang semakin membesar."Saya mau ambilkan camilan untuk Mbak Sisil dan Mbak Andin," jawab Amy. "Ibu hamil pasti sering laper.""Duduk!" perintah Sisil kepada wanita yang telah menyelamatkan hidupnya. "Kamu jangan banyak gerak. Istirahat aja dulu! Lagi sakit juga nggak bisa diem.""Iya, Mbak." Amy pun kembali duduk di hadapan Sisil dan Andin."Sama kayak lo, lagi hamil

  • Taruhan Cinta CEO   Bab 199. Masa Depan Saya Itu Kamu

    Bu Mila langsung terdiam mendengar ucapan Amy. Ia menunggu gadis itu melanjutkan ucapannya."Maksud kamu apa?" Sisil meraih tangan Amy. Ia menatap bola mata gadis itu, terlihat kesedihan di dalamnya. "Terus siapa yang dicintai Rudi?""Saya nggak tahu, Nyonya karena saya nggak kenal, tapi kayaknya saya pernah melihat wajahnya. Dia cantik, sangat cantik.""Aduh Amy, jangan panggil aku Nyonya, dan jangan berbicara formal kayak gitu, aku nggak suka.""Iya, Mbak, maaf. A-aku masih belum terbiasa," ucap Amy pelan."Baiklah aku maafkan," balas Sisil dengan serius."Tapi, Nak. Rudi bilang sama Ibu kalau dia mencintaimu."Bu Mila menjadi sedih mendengar ucapan gadis yang ia harapkan menjadi menantunya itu.Amy meraih tangan Bu Mila, menatap wajah wanita tua itu yang terlihat sedih padahal awalnya terlihat sangat bahagia."Bu, terima kasih udah ngurusin saya sampai detik ini, walau saya bukan siapa-siapa, tapi Ibu begi

  • Taruhan Cinta CEO   Bab 198. Menangis Dalam Diam

    "Apa wanita ini kekasihnya Mas Rudi?" Amy memerhatikan wanita yang berfoto dengan sang asisten CEO itu. "Jadi, selama ini dia nggak mencintaiku? Kenapa dia sejahat itu sama aku."Amy menaruh ponselnya di atas nakas, lalu membaringkan tubuhnya, kemudian menutupi tubuh hingga wajahnya dengan selimut.Gadis itu menangis dalam diam. Hatinya terasa sakit melihat Rudi berfoto mesra dengan wanita seksi.Hampir satu jam ia menangis sampai akhirnya tertidur karena kelelahan.Pagi-pagi sekali ia sudah membuka mata. Kepalanya terasa pusing karena terlalu lama tertidur. Matanya terasa sulit untuk dibuka lebar, wajahnya masih terlihat sembab akibat menangisi Rudi."Kenapa aku nangis ngeliat dia sama wanita lain? Dia kan bukan siapa-siapa aku, toh aku juga sudah menolak cintanya." Amy menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya, lalu bangun dengan sangat hati-hati.Ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Amy melihat wajahnya yang te

DMCA.com Protection Status