Beranda / Romansa / Taruhan Berujung Cinta / Bab 11: Sebuah Bantuan

Share

Bab 11: Sebuah Bantuan

Penulis: Bicatik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Biar aku yang membayarnya,” ucap Yudis nyaris seperti perintah.

Mendengar perkataannya, seketika Laila terkejut. “Jangan! Saya tidak ingin merepotkan Anda lagi.”

“Aku tidak merasa direpotkan,” sanggah Yudis. “Biarkan aku membantumu sebagai seorang teman,” tambahnya.

Laila menatap netra hitam milik Yudis, di sana ia menemukan keseriusan. Tapi, dirinya tak ingin terus berhutang budi pada pria di depannya itu.

“Sekali lagi saya ucapkan terima kasih, karena Anda sudah membantu. Tapi, untuk kali ini saya ingin menyelesaikannya sendiri,” lanjut Laila.

“Panggil saja Yudis.” Yudis menimpali perkataan Laila yang menurutnya terlalu kaku. Ia berharap cepat akrab dengan gadis itu, sesuai harapannya untuk memenangkan taruhan.

“Tapi ... sepertinya itu tidak sopan,” jawab Laila.

“Tidak apa-apa, bukankah kita sudah berteman?”

“Baiklah, sa-eh, aku panggil Mas Yudis saja ya?”

Yudis mengangguk sembari tersenyum mengiyak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab 12: Bersepeda

    Bab 12 Pagi ini Yudis ingin memenuhi janjinya bersepeda bersama Laila. Ia sudah siap dengan pakaian olahraga, kaos hitam dan celana training lengkap dengan sepatu dan handuk di lehernya. Mbok Darmi yang melihat penampilan majikannya itu cukup kaget. Biasanya di hari libur seperti ini, kalau tidak bekerja lembur ya tidur. Namun, berbeda untuk kali ini. “Tuan, mau ke mana?” tanya Mbok Darmi. “Olah raga,” jawab Yudis. Mbok Darmi merasa aneh dengan majikannya itu, biasanya sang majikan hanya nge-gym atau berenang di rumah untuk olah raga. Sebaliknya jika tidak olah raga, maka sang majikan akan menghabiskan waktunya di ruang kerja dari pagi hingga menjelang malam. “Saya pergi, Mbok. Kemungkinan pulang siang,” ucap Yudis yang diangguki sopan oleh pembantunya itu. “Tuan Yudis mau di masakin apa buat makan siang?” tanya mbok Darmi ya

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab 13: Segel

     “Aw!” jerit Laila saat tubuhnya mendarat di atas rerumputan.  Ban sepedanya menabrak pohon besar dan penyok. “Laila kamu enggak apa-apa?” Yudis menghampiri Laila yang masih terduduk menahan sakit di pergelangan kakinya. Laila melepaskan diri, karena Yudis menyentuh lengannya. “Maaf,” ucap Yudis, baru sadar jika Laila tak suka disentuh. “Aku enggak apa-apa,” jawab Laila. Lantas wanita berhijab itu mencoba bangun sendiri. Namun, ia terduduk kembali karena merasakan sakit yang begitu parah di pergelangan kakinya yang terkilir. Yudis hendak meraihnya kembali, namun urung, saat teringat Laila tak mau disentuh. Yudis mengumpat dalam hati, saat dirinya hanya bisa melihat Laila kesakitan. Cepat ia merogoh Handphone lalu menghubungi seseorang. “Taman Agria cepat!” titah Yudi

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab 14: Niat Baik

     “Bagaimana, Dok, kondisi suami saya?” tanya Ismi saat dokter yang bertanggung jawab atas Hamid keluar dari ruang UGD. Dokter itu terlihat tenang sembari tersenyum hangat. “Ibu tenang saja, pak Hamid tidak apa-apa hanya sedikit syok saja.” Terdengar helaan napas lega dari Laila dan Ismi. Yudis masih di sana menemani keduanya. Tadi saat Laila tengah berteleponan dengan Hamid Yudis datang dan ia lupa mematikan sambungan dengan sang paman. Alhasil, Hamid pun syok mendengar kenyataan yang Yudis katakan. Ternyata Laila sengaja menutupi kebenaran soal Cafe yang di segel. Gadis itu tak mampu menutupi hutang Bank dengan pendapatan harian yang memang akhir-akhir ini Cafe Radya sangat sepi. Laila pun meminta Yudis mengantarnya ke rumah Hamid. Sesampainya di sana Laila kaget melihat tak sadarkan diri dan akhirnya harus dilarikan ke rumah sakit. Padahal bar

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab 15:

    Sontak Laila memejamkan mata, saat suara sang paman terdengar dari belakang.  Hamid menghampiri Laila, lantas menatap Yudis tak suka, pria empat puluh lima tahun itu dapat menebak jika pria kaya itu memiliki niat buruk terhadap ponakannya. “Laila! Masuk!” titah Hamid.  Laila terkejut, lantas berbalik dan menuruti perintah sang paman. Gadis itu tak benar-benar masuk, ia justru berdiri di balik gorden jendela. Sementara Yudis diam dengan tenang. Lelaki tiga puluh tahun itu sudah dapat menebak jika paman Laila tidak menyukainya. It’s oke, I like it. Batinnya.  Tantangan kembali untuknya. Ia sudah dapat mengambil hati Laila. Sekarang tinggal pamannya yang mungkin akan cukup sulit. Dilihat dari rautnya sepertinya Hamid adalah orang yang sangat tegas. “Sebaiknya kau pulang, tidak baik seorang pria mendatangi seorang wanita yang bukan mahramnya.” Hamid berucap t

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab 16: Pernyataan Cinta Yudis

     Yudis sedari tadi berdiri di luar minimarket tempat Laila berbelanja, dari sejak pagi dirinya sengaja menguntit hingga rela kepanasan menunggu gadis itu hingga selesai dengan urusannya. “Mas Yudis!” Seru Laila, terkejut; sesaat dirinya telah keluar dari dalam minimarket yang tak begitu jauh dari rumah sang paman. Semenjak Hamid tahu Laila bergaul dengan Yudis, pria itu semakin protektif padanya. Buktinya sekarang ia tinggal kembali bersama sang paman. “Ada yang mau aku bicarakan sama kamu,” ucap Yudis langsung pada intinya. “Bicaralah,” jawab Laila. “Tapi tidak di sini, mau minum kopi denganku?” ajak Yudis. Laila terlihat tengah menimbang sesuatu. Yudis tahu gadis yang tengah menenteng satu plastik belanjaan di tangannya itu ragu untuk menerima tawarannya barusan. “Please!” mohon Yudis, yang kemudian diangguki oleh Laila.

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab 17: Seorang Pemenang

     Mata Laila membelalak saat mendengar suara Yudis membahana memenuhi ruangan kedai. Semua mata tertuju pada dirinya. Rasanya Laila ingin sekali menyembunyikan wajahnya yang begitu malu jadi perhatian banyak orang. “Tidak ada yang salah, karena menikah itu ibadah, daripada zina!” Sahut seorang ibu-ibu berhijab. “Sudah terima saja, jika saling suka.” Sekarang suara seorang pria yang duduk di sebelah meja ibu-ibu berhijab tadi. Lantas terdengar suara riuh dari semua pengunjung, menyerukan kata ‘Terima’. Laila benar-benar sangat malu, dan bingung harus jawab apa. Apakah ia tolak saja, tapi logikanya itu berbeda dengan hatinya yang ingin sekali menerima. Laila menatap Yudis yang masih berdiri angkuh di hadapannya. Dari ekspresi pria itu seolah berkata ayo jawab. “Mas Yudis, aku mohon jangan begini,” bisik Laila. “Ini bisa kita bicaraka

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab 18: Jodoh

    Bab 18 Laila menatap tak percaya pada sang paman. Memintanya mengundang Yudis untuk makan malam di rumah. Sejatinya yang Laila tahu, kemarin-kemarin Hamid melarang dirinya agar tidak menemui pria yang kini sudah mengisi relung hatinya itu. Bahkan usai kejadian di kedai kopi kemarin, bagaimana Yudis melamarnya. Laila belum sempat untuk membicarakannya lagi dengan sang paman untuk meminta restunya, karena ia masih takut, jika nanti sang paman justru marah terhadapnya. Namun, entah ada angin apa, tiba-tiba Hamid memintanya agar Yudis menemui pria itu besok malam. Apakah sang paman akan menerima lamaran Yudis untuknya. Batin Laila terus bertanya-tanya mengenai ucapan pamannya itu. “Bagaimana, bisa tidak kira-kira pria itu menemui om besok?” tanya Hamid. Pria gempal itu ingin memastikannya, jika memang tak bisa besok malam, mungkin pekan depan lagi. 

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab 19: Kehangatan Keluarga

     “Laila, sana! bantu tantemu di belakang!” Titah Hamid, yang kemudian diangguki oleh sang ponakan. Lantas Laila masuk melewati tubuh pamannya itu yang berdiri di depan pintu antara ruang tengah dan ruang tamu. Usai kepergian Laila, Hamid lantas mempersilakan Yudis duduk. Tak ada keramahan sama sekali yang tampak dari wajah pria paru baya itu. Yudis tahu, pria yang kemungkinan besar akan menjadi pamannya itu sangat kesal terhadap dirinya. Tentu saja karena ancamannya dua hari lalu, mengenai bukti kejahatan Hamid. Yudis pun sebenarnya tak menyangka jika pria yang terlihat begitu menyayangi Laila, ternyata memiliki masa lalu yang bisa di katakan sangat mengerikan. Sudah pasti Laila akan kecewa jika tahu siapa pria yang selama ini ia anggap baik, bak malaikat dalam hidupnya itu. Benar-benar memprihatinkan. Ada sedikit nyeri dalam dada Yudis. Entahlah, ke

Bab terbaru

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab 51

    “Kenapa baru pulang?” tanya Yudis tiba-tiba.Laila terlonjak kaget mendengar suara berat Yudis. Hampir saja gody bag berisi baju kotor miliknya terlepas dari genggamannya. Suasana kamar yang temaran, membuat Laila tak bisa melihat pria itu yang ternyata tengah duduk di sofa santai miliknya. Laila menyalakan lampu utama agar bisa lebih leluasa menatap Yudis. Mulai hari ini Café-nya tutup di jam sepuluh malam, dan itu sudah direncanakan jauh-jauh hari oleh Laila dan dua rekannya. Café Radya memang di siang hari akan sepi pengunjung. Namun, di malam hari begitu ramai. Jadi, Laila memutuskan untuk buka dari pukul sepuluh pagi dan tutup pukul sepuluh malam, kembali pada rute seperti dulu.“Mas Yudis sudah pulang?” tanya Laila, sembari meletakkan gody bag ke atas nakas dengan perasaan setenang mungkin.Laila sudah dapat menebak jika suaminya itu pasti akan marah, karena tak menghubungi Yudis lebih dulu kalau ia akan pulang malam.Laila juga tidak ingat untuk memberitahu Yudis. Sejak tadi

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab 50

    Laila terperangah saat memindai penampilan wanita yang selalu terlihat cantik dan wangi di depannya. Wajah yang selalu terpoles make up mahal itu terlihat pucat. Matanya sembab seperti habis menangis berhari-hari.“Bu, apa ka_” Suara Laila tercekat saat wanita yang berpenampilan menyedihkan itu memeluknya dan terisak.Laila terdiam, membiarkan Belinda menangis dalam pelukannya. Perlahan tangannya terangkat dan mengelus punggung wanita tua itu.Setelah terlihat tenang, Laila membawa Belinda ke lantai dua. Tempat yang ia dan kedua rekannya gunakan sebagai tempat istirahat dan ibadah. Laila mempersilakan sahabat mertuanya itu untuk duduk di atas permadani yang sering digunakan untuk rebahan.Laila mengangsurkan tisu wajah ke hadapan Belinda guna mengelap air matanya yang tak kunjung surut. Entah apa yang terjadi dengan wanita di depannya itu.“Maaf,” lirih Belinda, “maaf sudah mengganggu waktumu.”Laila menggeleng, lantas tersenyum lembut. “Tidak apa-apa, kebetulan hari ini Cafe tak ter

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab 49

    Bab 49Sepekan setelah kejadian sepulang dari rumah sakit tempo lalu, Laila terus berusaha menghindari Yudis. Ia merasa malu jika harus berpapasan dengan suaminya itu. Hingga pada suatu malam, saat Laila terbangun dari tidurnya karena merasa haus, ia pun turun ke dapur untuk mengambil air dan membasahi tenggorokannya yang kering.Di dapur saat tengah menikmati air putih yang Laila ambil dari dalam lemari es. Suara deheman Yudis hampir membuatnya tersedak. Seketika Laila menoleh ke arah di mana Yudis kini berdiri, masih dengan setelan kerjanya. Rambutnya yang biasa rapi itu kini terlihat berantakan dan wajah tampannya nampak terlihat begitu lelah.Yudis berjalan melangkah mendekat pada Laila yang terlihat mulai gugup menahan debaran jatungnya yang berpacu tidak seperti biasanya.Yudis menarik kursi di samping Laila. “Aku lapar, bisakah kau buatkan makanan.”Laila tak menjawab, ia hanya mengangguk, lantas berdiri dan bergerak menuju lemari Es. Di sana Laila mencari bahan yang sekiranya

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab 48

    Mobil yang membawa Yudis dan Laila berhenti di depan pekarangan rumah. Tak menunggu lama, Laila cepat keluar dari kendaraan beroda empat itu dan masuk kamar untuk melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda. Sementara Yudis kembali ke kantor untuk bekerja.Saat sudah berada di dalam kamar, Laila sulit terlelap padahal matanya sudah mengantuk dan mulutnya tak berhenti menguap. Perlakuan Yudis tadi di mobil membuatnya hampir melayang.Laila pikir suaminya itu akan melakukan hal yang sama seperti malam kemarin kepadanya. Nyatanya pria itu hanya menyentuh pipi Laila lembut dan hal itu mampu membuat sekujur tubuhnya merinding serta jantungnya berdetak lebih cepat.Beruntung Handphone milik Yudis berbunyi dan pria itu melepaskan tangannya dari wajah Laila untuk menerima panggilan yang terlihat begitu penting. Saat itu juga Laila mulai bisa bernapas lega setelah beberapa menit menahan napas, karena perlakuan Yudis yang tak terduga.Karena belum bisa memejamkan mata, Laila pun beranjak dari te

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab: 47

    Pukul sembilan pagi usai melaksanakan salat duha, Laila bersiap mengemasi barangnya yang tak seberapa. Kemarin sore Mbok Darmi datang menjenguk dan membawakan beberapa keperluan untuknya, seperti baju dan yang lainnya. Pelayan suaminya itu juga membawakan makanan kesukaannya. Tentu saja Laila sangat senang, karena makanan dari rumah sakit cukup membosankan.Mbok Darmi menemaninya di rumah sakit setelah Chef Mia pulang, karena sudah sore dan rekannya itu harus menjemput anaknya dari rumah penitipan, dan besok pagi harus buka Café.Tepat pukul sembilan malam, Yudis tiba di rumah sakit dengan wajah lelah. Pria itu kemudian meminta mbok Darmi untuk pulang, karena dirinya sudah datang dan akan menginap di rumah sakit menemani sang istri. Pembantunya itu sempat menolak, karena tak tega melihat sang majikan yang terlihat lelah dan butuh istirahat. Namun, keputusan Yudis tak bisa diganggu gugat. Pada akhirnya mbok Darmi pun menyerah, lantas pulang bersama sopir pribadi majikannya itu.“Apa su

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab 46

    Di kantor Yudis benar-benar kaget saat mendapati kabar dari Jimmy tentang istrinya yang masuk rumah sakit. Sekretarisnya itu mendapat laporan langsung dari suruhannya yang memang ditugaskan untuk mengawasi Laila selama di luar rumah.Tak menunggu lama pria dengan setelan kerja warna hitam itu berdiri dari duduknya. Meninggalkan para klien di ruang meeting. Yudis meminta Jimmy untuk menggantikannya memimpin rapat siang hari ini.Wajah Yudis terlihat begitu tegang, ada raut kekhawatiran di paras tampannya yang selalu terlihat tegas dan berwibawa itu. Diam-diam ia menyesali perbuatannya semalam. Sangat mungkin Laila masuk rumah sakit karena ulahnya.Tadi pagi Yudis terbangun sudah tidak mendapati Laila di sampignya. Bahkan istrinya itu tidak menyiapkan sarapan pagi seperti biasanya. Yudis menanyakan kepada para pembantunya juga tak ada yang tahu. Bahkan Mbok Darmi pun tak mengetahuinya. Biasanya setelah subuh perempuan tua itu akan mendapati sang istri majikannya itu tengah berkutat di d

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab: 45

    “Untunglah sakitmu tidak parah, asam lambungmu naik dan kau juga terkena dehidrasi. Katakan, apa yang membuat seorang Laila yang sangat anti meninggalkan sarapan di pagi hari kecuali puasa tiba-tiba jatuh pingsan, karena tak sarapan sehingga asam lambungmu naik?” todong Chef Mia, sembari mengaduk bubur untuk menyuapi Laila.“Tidak apa-apa, aku hanya lupa saja, wajarkan aku manusia biasa jika sesekali lupa.” Laila membuka mulutnya saat sesendok bubur di sodorkan ke depan mulutnya.“Bohong, itu sama sekali bukan dirimu, Laila.” Chef Mia mendengus kasar. Sembari tangannya kembali menyendok bubur di dalam mangkuk. Lantas menyuapi Laila kembali. “Dokter tadi mengatakan sesuatu padaku. Kau tahu Dokter berkata apa?”Laila menggeleng tidak tahu sembari mengunyah pelan bubur yang kembali masuk ke dalam mulutnya.“Dokter mengatakan, kau itu seperti korban pemerkosaan,” jelas Chef Mia.Mendengar penjelasan dari rekannya itu, seketika Laila tersedak bubur. Chef Mia langsung menyambar air di atas

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab: 44

    Setelah selesai urusannya dengan Rio, kini Yudis masuk ke dalam rumah. Langkanya begitu cepat dan lebar, sembari matanya menatap ke lantai dua di mana kamarnya berada. Kedua tangannya mengepal, rahangnya mengetat saat kembali membayangkan bagaimana Laila dengan senang hati dalam satu mobil bersama Rio bahkan masuk ke dalam rumah temanya itu.Dulu, sebelum menikah Laila tidak pernah mau satu mobil bersama dirinya dengan alasan bukan mahram. Tapi, lihat apa yang istrinya itu lakukan bersama Rio bukan hanya satu mobil, keduanya bahkan masuk ke dalam rumah hanya berdua. Entah apa saja yang sudah lakukan di dalam sana.Membayangkan Laila disentuh oleh Rio membuat Yudis semakin emosi, ia akan memberi pelajaran pada Laila. Perempuan itu sudah berani mengabaikan peringatannya.Brak!Yudis mendorong pintu kamar yang tak di kunci begitu kasar, sehingga membuat Laila yang baru saja keluar dari kamar mandi berjingkat kaget. Jantungnya berdetak kencang saat Yudis menghampiri dirinya yang masih ber

  • Taruhan Berujung Cinta   Bab: 43

    Setelah menyelesaikan urusannya dengan Belinda, Laila lantas berpamitan. Karena hari sudah mulai sore dan sebentar lagi memasuki waktu magrib. Ia juga tak ingin terlambat pulang sampai rumah.“Aku antar?” cegah Rio. Saat keduanya sudah berada di teras rumah Belinda. Ternyata pria itu mengekor di belakang, tanpa sepengetahuan Laila.“Tidak usah aku bisa naik taksi Online,” tolak Laila, berbohong padahal ia sendiri pun bingung bagaimana memesan taksi Online, sementara ponselnya mati habis baterai. Biarlah, setelah sampai di gerbang kompleks nanti Laila akan mencari ojek saja, barang kali ada tukang ojek yang mangkal di sana.“Langit terlihat mendung dan sepertinya akan turun hujan. Akan lebih baik dan lebih aman kau kuantar.” Rio bergerak menghalangi Laila yang hendak kembali melanjutkan langkahnya dengan gerakan tiba-tiba.Laila cukup kaget dengan apa yang dilakukan oleh pria yang kini berdiri di depannya itu. Beruntung kakinya dapat mengerem dengan cepat, kalau tidak tubuhnya bisa men

DMCA.com Protection Status