" Sialan! Berani-beraninya kamu! " Bentakku dengan kesal padanya.
" Ups..maaf ya bu hahaha "
Berani sekali dia memanggilku bu, memangnya aku sudah tua!?
" Kamu jangan cari gara-gara denganku! Bisa ku cabik wajahmu itu! "
" Kedengarannya menyeramkan, tapi tak semenyeramkan hidupmu. Hidupmu jauh lebih menyeramkan bukan? Haha "
" Apa maksudmu!? " Tanyaku.
" Sepertinya Evan masih mencintaiku, dia datang ke Jakarta hanya untuk menemuiku" senyumnya miring.
" Apa aku peduli? "
" Memang seharusnya kau tak usah peduli! Tak usah peduli pada urusan cinta kami "
Menatapku dengan tajam lalu pergi.
Menjengkelkan sekali perempuan itu, membuat amarahku memuncak.
Aku lalu memunguti belanjaanku yang jatuh, setelah itu pulang ke rumah.
Di perjalanan pulang, aku bertemu Billy. Ia menghampiriku dan berniat ingin membantuku dengan membawa barang belanjaan yang kubawa.
" Biarkan aku membantumu "&nb
Evan pov:Selesai mandi aku memakan nasi uduk yang sudah dibelikan oleh temanku tadi, sedang asyik-asyiknya makan seseorang datang dan itu membuatku terganggu.Ceklek__seseorang membuka pintu." Hai sayang. Aku bawa makanan nih buat kamu "Kaila memberikan bubur ayam, tapi setelah melihat Evan yang sedang makan, dia merasa tersinggung karna Evan sudah makan lebih dulu sebelum ia membawakan untuknya.Tapi ia tetap meletakkan bubur itu di samping Evan." Terimakasih, tapi aku sudah mendapat makanan lebih dulu "" Sepertinya aku terlambat ya? Haha " Tertawa paksa.Kaila menerka bahwa makanan yang di makan Evan adalah pemberian Kamila, didalam hatinya sangat marah dan dendam pada Kamila, namun ia berusaha tersenyum dihadapan Evan, agar ia tak terlihat payah dimatanya.Melihat Kaila yang terus menatapnya Evan
Gorengan yang ku goreng gosong, air minum tumpah karna tersenggol olehku, kopi yang kurang manis, teh yang kurang panas.Dan masih banyak lagi kekacauan yang kubuat, bekerja sendiri memang sangat melelahkan, beda saat bekerja bersama ibu. Semuanya aman terkendali.Kepalaku sudah pusing menghadapi ini semua, ingin pecah rasanya mendengar ocehan para pelanggan, mereka tak mau bersabar.Lalu situasi menjadi terkendali saat Billy datang." Kamila. Biar ku bantu pekerjaanmu"Dia mengantarkan pesanan dan membuatkan semacam kopi dan teh, aku fokus melayani dan memasak.Beberapa jam telah berjalan dengan aman, semuanya telah beres karna bantuan Billy, untung saja dia datang, jika tidak kacau semuanya.Aku menghembuskan nafas lega, lalu ambruk di kursi, kusandarkan kepalaku pada punggung kursi. Pening sekali rasanya menghadapi situasi yang terjadi.
Tak lama setelah Billy pergi, Yanti datang dia baru pulang dari sekolahnya.Seperti biasa wajahnya masam padaku, dia tak pernah tersenyum dihadapanku, meski begitu aku tetap menyayanginya." Ma..mamah..maaa "Tiara memanggil-manggilku sambil merengek." Iya sayang! Mamah datang nak "Aku meraihnya dan menggendongnya, ku buat susu formula dan memberikannya pada anakku.Abidal yang lapar pun kuberi makan, aku menggendong Tiara sambil menyuapi Abidal, beginilah wanita janda yang memiliki dua anak, semua harus aku yang mengurusi, walaupun repot dan lelah tapi tetap kujalani.Memiliki dua anak dan suami yang jahat, membuatku semakin dewasa dan mengerti jalan hidup yang sebenarnya, aku telah paham bagaimana kehidupan setelah pernikahan.Aku banyak memiliki pelajaran dalam hidup, terutama tentang pernikahan.***
Kaila menyuruh Yanti mengambil buku apapun dan berapapun yang ia mau, Yanti tak percaya ada orang baik yang mengabulkan keinginannya.Yanti begitu senang dan antusias mengambil beberapa buku yang ia idamkan.Lalu Kaila membayar semuanya dan mengajak Yanti untuk memakan bakso, dengan waktu yang singkat mereka akhirnya akrab satu sama lain.Hari sudah malam, mereka akhirnya pulang Kaila tak mengantar Yanti, mereka berpisah di tengah jalan." Kak makasih ya sudah membelikan novel kesukaanku "" Sama-sama, lain kali kita akan main bersama lagi. Bisa? "" Bisa kak, oh iya ini nomor telefon rumahku, kakak bisa mengabariku jika ingin main bersama lagi "Yanti mengeluarkan secarik kertas dan menuliskan beberapa digit nomor telefon menggunakan bolpoin.Mereka saling tersenyum kemudian masing-masing pergi.***Ibu dan anak-anakku sudah tertidur, namun aku belum tertidur, aku masih menunggu Yanti
Malam ini tidurku tak nyenyak, aku selalu terbangun setiap beberapa jam, aku adalah tipe orang yang tak bisa melupakan suatu masalah walau masalah itu sepele.Perilaku Yanti membuatku tak bisa tenang dan terus memikirkan, mau sampai kapan dia bersikap angkuh padaku? Padahal saat masih kecil kami sering main bersama, kenangan bersamanya membuatku rindu, rindu akan tingkah manisnya, mengapa waktu begitu cepat? Mengapa Yanti begitu cepat melupakan kenangan kami?dan itu semua membuatku tak bisa tidur dengan nyenyak, aku terjaga selama beberapa jam, namun Sekitar pukul 03:30 kantuk menyerang tanpa sadar mataku menutup, entah mengapa diakhir malam tidurku sangat nyenyak sampai-sampai membuatku melewatkan sholat waktu subuh.***Hari ini aku bangun terlambat, aku bangun pukul 07:12 itupun masih mengantuk, tak ada yang membangunkanku, ibu juga pasti tidak bisa turun dari ranjangnya dan membangunkanku, aku tak belanja kebutuhan warung sehingga hari
Ibu memintaku untuk membiarkan Evan masuk, dengan terpaksa aku membukakan pintu atas permintaan ibu, jika bukan karna ibu, aku tak akan membiarkan laki-laki itu masuk kerumah ini.Evanpun memasuki rumah kupersilahkan ia duduk diruang tamu, aku menuntun ibu masuk kedalam kamarnya.Dikamar aku berbicara dengan ibu, aku bertanya padanya kenapa dia membiarkan Evan masuk sedangkan ibu tau bahwa aku sangat membencinya, kukira juga ibu pasti membencinya." Bu. Kenapa ibu membiarkan ia masuk? "" Ibu tau kau membencinya, ibu juga sama bencinya denganmu, tapi dia juga memiliki hak atas anaknya. Jika kau melarangnya bagaimana perasaan anakmu? Dia pasti merindukan sosok ayah, apa kamu juga tidak merindukan ayahmu "" Tidak! Ayah pergi meninggalkan kita, aku takkan rindu dengannya "Air mataku berlinang namun kutahan, Aku tidak sungguh-sungguh mengatakan hal itu, sejujurnya aku juga rindu dengan ayah.Aku pergi keluar dari kamar ibu, menemui Evan
Lalu Ku alihkan pembicaraan dengan mengajaknya makan siang." Kita makan siang dulu yuk, setelah itu tidur. Sorenya kita main lagi "Mereka menurut, apalagi Tiara yang doyan makan. Nafsu makannya besar hingga tak heran jika pipinya gembul.Aku menggendong Tiara dan menggandeng Abidal, kami menuju meja makan.Setelah selesai makan, aku menggiring mereka kekamar untuk tidur siang.Mereka akhirnya tertidur pulas, aku keluar rumah untuk membeli bubur dan beberapa buah-buahan untuk ibu.***Di tengah perjalanan yang terik akhirnya aku menemukan tukang bubur, tanpa berlama-lama aku menghampirinya dan memesan satu bungkus bubur ayam." Mang buburnya satu bungkus ya "" Oke siap neng "Aku duduk dikursi sementara menunggu buburnya siap, tak lama aku melihat dua orang perempuan yang familiar, perempuan disebelahnya memakai seragam sekolah.Dia melintas disebrang jalan, aku terus mem
Selesai mengurusi ibu, aku pergi kedapur lagi untuk memotong apel yang sudah kubeli untuk ibu." Assalamualaikum "Seseorang mengucap salam, aku segera kedepan untuk melihat siapa yang datang.Yanti membuka pintu lalu masuk, kulihat beberapa buku baru berada di tangannya, itu membuatku curiga pasti Kaila yang membelikannya, pantas saja tadi mereka menuju ke toko buku." Kamu baru pulang? "" Iya "" Dari mana semua buku itu? "" A..aku mengumpulkan u...uang untuk membeli buku ini "Yanti menjawab dengan terbata-bata, mungkin ia ingin merahasiakannya dariku dan tidak ingin memberitahuku bahwa Kaila membelikannya untukku.Apa Kaila yang melarang Yanti untuk memberitahuku? Aku sudah tahu sebelum dia menyembunyikannya, jadi aku tak begitu penasaran.Yanti masuk kedalam kamarnya, mungkin ia tak mau per