Saat sedang menikmati steak hot plate, Reva melihat orang yang ia kenal. Ia kemudian memanggil nya. "Linda!" seru nya.Yang merasa dipanggil pun menoleh. Ia juga melihat Reva lalu menghampiri Reva. "Wah, Bu Reva. Sudah sangat lama kita tidak berjumpa.""Sini, Lin, kita ngobrol-ngobrol dulu mumpung ketemu. Kamu apa kabar?" tanya Reva."Baik, Bu. Bagaimana sama Bu Reva?" tanya Lina balik."Baik juga. Kamu sama siapa ke sini?" "Sendiri, Bu. Maklum jomblo," jawab Linda. Ia ingin tertawa lepas. Hanya saja ada Roy merupakan mantan CEO di kantornya. Linda memang sudah lama resign dari kantornya Roy. Karena Linda merasa tak nyaman setelah tidak lagi bekerja dengan Reva. Sehingga Lina memilih resign dan ia bekerja di tempat lain. Roy juga bersikap dingin kalau bersama pernah lain. Ia hanya bersikap manis pada istrinya saja. Roy yang merasa istrinya ingin ngobrol sama Linda pun menarik dari dan membiarkan mereka ngobrol berdua. "Aku ke sana dulu bentar, ya?" ucapnya."Iya, hati-hati!" sahut
Reva pun mencoba mengingat siapakah calon suami Linda tersebut. "Ini Anton, bukan? Anak buahnya Roy?" Linda kembali tersebut. "Ya, memang benar." Reva sangat terkejut. Sekaligus senang juga karena orang yang sudah dianggap sebagai sahabat saat masih bekerja dulu. Hanya saja Linda masih saja menganggap Reva sebagai atasan sehingga memanggilnya dengan Bu Reva."Selamat ya, Linda. Aku benar-benar terkejut. Tapi apapun itu kita jadi tak bisa jauh-jauh ya? Aku ikut senang akhirnya kamu akan menikah," ucap Reva."Iya, sama-sama, Bu, aku juga terkejut sih saat Anton datang melamar belum lama ini juga sih," sahut Linda. Sesuai janjinya Reva menyuguhkan kue kering buatan tokonya. Meskipun saat ini bukanlah ia yang membuat sendiri tetapi tetap saja ia pemilik resep andalan dari toko miliknya."Wah, hebat nih Bu Reva bisa membuat toko kue sendiri. Bisa dibilang banting stir, ya? Dulu jadi karyawan sekarang jadi pengusaha dan punya karyawan sendiri," ucap Linda."Iya, Lin. Sebenarnya aku juga
Reva sudah mulai merasa fresh. Tubuhnya sudah tak lelah karena ia sudah sempat tidur beberapa menit. Ia terbangun ternyata Roy masih tidur. "Jam berapa sih ini? Kok laper banget," gumam Reva. Ia kemudian melirik jam dinding dan ternyata sudah pukul enam. "Hah? Lama bener berarti aku tidur nih?" Reva merasa lapar melihat di meja makan ada roti saja. Padahal ia ingin makan nasi. Ia melihat ada telepon dan nomor restoran. Ia pun memesan dua nasi goreng spesial lengkap dengan jus wortel dan orange jus untuk Roy.Saat pelayan datang, Roy pun terbangun. "Kamu sudah bangun?" tanya Roy."Sudah, aku bangun tidur terus laper banget jadi aku pesan makanan deh" jawab Reva ia sudah bersiap untuk makan."Kamu makan saja dulu! Aku mau mandi dulu," sahut Roy. Ia memang tak nyaman kalau makan belum mandi. Padahal sejak tadi siang Roy juga bekerja di Sana. Melihat Reva tidur ia tak hendak membangunkan. Ia sudah meminta anak buahnya untuk mengatur semua pekerjaan. Hanya saja memang ada yang harus ia
"Iya, Bu. Motor bekas bukan baru. Kata ayah gaji saya untuk beli Motor saja agar bisa mempermudah saat bekerja dan juga mengurangi transportasi," jawab Lina."Wah bagus itu pemikiran kamu. Jadi kamu bisa baik motor, Lin?" "Bisa, Bu. Hanya saja kalau bukan milik saya sendiri saya nggak mau pinjem. Kalau ada saya pakai kalau nggak ya saya naik angkutan umum seperti kemarin,'' jawab Lina."Bener banget itu. Ya sudah sekarang kamu bekerja yang rajin, ya! Mungkin saja nanti kamu bisa beli rumah sendiri," sahut Reva memberikan semangat untuk Lina."Terima kasih, Bu." Lina pun bergegas masuk ke dalam toko untuk mulai bekerja hari ini.Siang harinya Reva pulang. Ia ingin merebahkan diri di atas kasurnya. Tubuhnya memang tidak seperti saat hamil. Ia jadi lebih sering lelah. Memang ia juga tak merasa mual atau yang lain. Tetapi tetap saja ia merasa kalau dirinya lemas.Tok tok tok.Baru saja ia hendak tiduran bi Ira mengetuk pintu. "Masuk, Bi!""Non, ada tamu yang kemarin datang," ucap Bi Ira.
Reva menganggap Ivan juga baik. Cara bicara nya pun santun. Tetapi dia juga cukup tampan. Kalau saja Mega mau sih akan lebih bangga kalau Mega punya suami yang tampan. Meskipun pekerjaan nya adalah office boy. Pekerjaan itu juga tidak lah buruk. Banyak orang menganggap kalau sudah pendidikan tinggi akan merasa gengsi untuk melakukan pekerjaan yang ia merasa bukan levelnya padahal ia juga harus menyambung hidup. Minimal untuk makan saja. Makan juga harus punya uang kalau mau beli juga bisa mau masak sendiri juga tapi semuanya juga harus punya modal. Ya kalau anak orang kaya bisa dapat warisan atau uang terus mengalir. Bagaimana dan apa kabar kalau anak orang biasa? Tentu tidak bisa survive. Ivan datang dengan menunjukkan keseriusan nya pada Mega datang menemui Reva. Meskipun Ivan takut dengan status nya yang adalah seorang office boy. Tapi kalau dipikir kampus Mega dan tempat kerja Ivan cukup jauh. Kenapa harus Ivan mau bolak balik untuk bekerja sebagai office boy? Reva juga masih bel
"Kalau ibu memang tulus minta maaf, kami siap kok memaafkan. Hanya saja memang tak mudah untuk percaya kembali seperti dulu," ucap Roy.Mereka juga masih menjaga jarak. Begitu juga dengan Reva. Isi pertemuan mereka hanya lah Bu Wendah terus minta maaf dan mendoakan yang terbaik untuk Reva dan bayinya. Setelah waktu kunjung selesai pun akhirnya Reva bersalaman dengan ibu mertuanya. Reva merasa begitu hangat dan teduh. Selama menjadi menantu baru kali ini Reva merasa merasa dekat dengan ibu mertuanya. Kalau saja sejak pertemuan awal baik maka tentu saja tak akan perlu bu Wendah masuk ke dalam penjara. Tapi mau apa dikata karena ini semua juga sudah takdir atau menang keinginan bu Wendah sendiri.Reva kemudian pulang bersama dengan Roy. Tangan Reva pun sudah tak lagi membeku seperti tadi. Ia sudah tak merasa takut lagi dengan ibu mertuanya. "Roy, kasihan ibumu. Apakah tidak sebaiknya kamu cabut laporan untuk bisa membebaskan ibumu saja?" usul Reva. Ia benar-benar merasa tak tega denga
Roy mengajak Reva makan di tempat yang Reva inginkan yaitu di ayam geprek. Roy memesan tempat yang nyaman untuk Reva. Reva kemudian memesan ayam geprek level satu meskipun sebenarnya Reva ingin yang super pedas. Tetapi ia tahu kalau Roy tak akaN mengizinkan. Dan kalau pun memaksa dirinya lah yang akan sakit perut sendiri. Tak berselang lama pesanan Reva pun tiba. Ia sudah tak sabar untuk makan ayam krispi yang digeprek lengkap dengan sambal. Ia ingin makan dengan segera. Setelah datang pun Reva tak lupa berdoa agar ia makan juga baik untuk dirinya dan bayi yang ada di dalam kandungan nya. Roy hanya menggelengkan kepalanya karena tingkah sang istri. Ia juga ikut makan di samping Reva. Reva makan dengan lahap dan tak butuh waktu lama ayam geprek dan nasi pun sudah ludes. "Enak banget nih," ucap Reva setelah selesai mencuci tangan."Mau dibawa pulang juga?" usul Roy."Boleh tuh." Reva dengan semangat untuk membawa pulang ayam geprek. Reva dan Roy pun pulang. Reva merasa lelah. Ia but
Mereka pun duduk bersama di ruang tamu. Hanya Reva saja yang masih belum hadir di sana. "Mega, ngomong-ngomong kakakmu nggak pulang?" tanya Ivan."Ada, dia sedang tidur. Baru datang tadi pagi. Maklum ibu hamil begitu," jawab Mega. Sebenarnya ia malu kalau berbicara dengan Ivan di hadapan keluarga mereka masing-masing. "Yah, maksud kedatangan kami ini untuk melamar Mega, Pak, Bu. Ivan ini memang anak kami satu-satunya. Dia ingin menikahi Mega. Tetapi seperti yang Ivan katakan kalau dia hanyalah office boy. Apakah Bapak dan Ibu setuju?" tanya ayahnya Ivan."Sejak awal Mega mengatakan kami memang tidak keberatan dengan pekerjaan apapun. Kami juga dari kampung dan saya juga hanya membuka warung di sini. Bukan lah orang kaya. Yang penting pekerjaan halal dan Ivan juga serius dengan Mega bagi kami tak masalah," jawab Bu Ningsih.Orang tua Ivan pun saling memandang. Mereka saling melemparkan senyum. "Hanya saja untuk menikah kami sarankan untuk menunggu minimal Mega lulus kuliah, Pak. Kan
"Akhirnya kamu menikah, Mega," ucap Reva. Kandungan Reva sudah memasuki usia sembilan bulan dan hanya menunggu waktu lahir saja. Meskipun sebenarnya dokter tidak menyarankan untuk melakukan perjalanan perjalanan terutama jalan yang tidak rata. Tetapi Reva tetap memaksa untuk bisa datang di acara pernikahan adiknya."Terima kasih, kak. Ini juga semua berkat kak Reva. Sudah meyakinkan aku kalau jodoh tak akan kemana," sahut Mega. "Kamu harus raih cita-cita mu jadi dokter loh," peringat Reva."Tentu, kak. Aku akan fasilitasi Mega di rumah sakit yang aku pegang saat ini. Aku akan wujudkan cita-cita Mega untuk bisa jadi dokter. Kalau Mega mau aku akan menyekolahkan dia jadi dokter spesialis," sahut Ivan. Ia tak sengaja mendengar obrolan istri dan kakak iparnya."Iya, kamu jaga baik-baik adikku ya, Ivan! Aku harap kamu bisa mengerti dia kalau masih bersikap seperti anak kecil. Karena pada dasarnya Mega ini adalah anak yang manja yang kemudian tiba-tiba berstatus menjadi istri orang," tita
Satu minggu kemudian.Bu Ningsih sudah memulai aktivitas kembali. Dia membuka warungnya seperti biasa. Para pelanggan pun juga sudah berdatangan ke warungnya. Ada orang yang kebetulan lewat dan makan di sana. Ia ini dikirimkan oleh Ayahnya Ivan."Bu, nasi campur satu," pesan seorang tadi. "Lauk apa, Pak?" tanya Bu Ningsih."Telur pakai sayur nangka muda saja, Bu," jawab orang tadi.Bu Ningsih pun mengantarkan pesanan itu untuk orang tadi. "Bu, kok sering tutup sih warungnya?" tanya orang tadi."Ya, ada beberapa hal di kota dan harus diselesaikan." Bu Ningsih tak tertarik dengan obrolan dari pelanggan nya tersebut. Karena tak banyak respon akhirnya orang tadi pun diam. Tak berselang lama orang tua Ivan pun yang datang. Mereka memesan di warung Bu Ningsih tetapi masih memakai masker. Setelah selesai makan pun Ayahnya Ivan hendak membayar. "Berapa semua, bu?" "Empat puluh ribu rupiah, Pak,'' jawab Bu Ningsih. Ayahnya Ivan memberikan uang seratus ribu. Dan hendak mengembalikan Ay
"Sebenarnya apa penyebab ibu saya meninggal?" tanya Roy pada petugas lapas."Jadi beberapa minggu terakhir ini ibu Anda memang sakit dan sudah beberapa kali juga kami antar ke rumah sakit. Tetapi kami menyarankan untuk memberitahukan pada pihak keluarga. Tetapi Bu Wendah menolak dan ingin merahasiakan semua penyakit nya dari keluarga. Menurutnya dia malu pada keluarga nya. Jadi lebih memilih untuk diam. Dan tadi malam kondisi Bu Wendah benar-benar menurun. Kami akan bawa ke rumah sakit dia menolak. Dia tetap ingin berada di sini dan justru menitipkan surat pada pihak kami. Lalu tadi pagi kata temannya Bu Wendah saat akan dibangunkan suhu tubuhnya sudah dingin dan tak sadarkan diri. Kami periksa dan ternyata sudah meninggal sejak tadi malam," terang petugas lapas panjang lebar.Roy dan ayahnya saling memandang. Mereka selama ini tak tahu kalau ternyata Bu Wendah sakit. Mereka hanya bisa menerima takdir. Tetapi sebuah surat yang dititipkan pada petugas lapas diterima Roy. Begini lah i
Reva merencanakan untuk mengadakan acara tujuh bulanan. Acara ini memang sengaja ia gelar untuk keselamatan ibu dan bayi serta juga media untuk berbagi sesama. Melihat kebahagiaan orang membuat Reva juga bahagia. Reva melihat kebahagiaan para tamu undangan dan diberikan hampers berupa kue dari tokonya. Ia merasa tak akan rugi membagikan itu semua. Ini adalah jalan untuk berbagi dan memperkenalkan secara luas kue buatannya. Bu Ningsih dan Pak Haris juga datang. Begitu juga dengan Pak Toni selaku ayah dari Roy. Kehangatan keluarga besar itu pun sangat terasa. Begitu juga dengan para anak panti asuhan yang sengaja diundang hadir oleh Reva. Kali ini Roy juga lebih senang karena ada perwakilan keluarga nya yang hadir di acara perayaan tujuh bulanan. Segala doa dilanjutkan dan minta diberikan keselamatan sampai anak Reva lahir. Kalau pun sudah lahir Reva dan bayinya juga didoakan untuk bisa sehat terus. Dan menjelang sore pun semua tamu undangan pulang. Reva mengadakan acara tujuh bulan
Reva tahu bagaimana perasaan adiknya. Ia memang tak pernah ada di posisi Mega. Hanya saja ia pernah ditolak oleh orangtua nya dan memilih untuk pergi dari rumah karena ingin mengejar cintanya pada Roy. Apakah Reva akan memberikan nasihat seperti itu pada Mega? Tentu saja tidak. Reva hanya ingin pengalaman di masa lalunya tidak terulang untuk adiknya. Karena Mega sebenarnya anak penurut tidak seperti Reva yang lebih bar bar. Apalagi Mega juga tak pernah macam-macam. Sehingga Mega akan tetap menurut apa kata orang tuanya. Baginya keputusan orang tuanya adalah hal yang baik baginya. Karena baginya ridho tuhan ada pada orang tuanya."Kak, apakah aku memang tidak berjodoh dengan Ivan?" tanya Mega lirih."Kalau jodoh nggak akan kemana kok. Kamu lihat aku kan? Bagaimana aku bisa mendapatkan restu ibu untuk bisa menikah dengan Roy? Pada saat Roy sudah jadi menantunya pun juga masih diuji dengan berbagai masalah. Tidak hanya sampai situ, Mega! Kamu harus berdoa dan berusaha selagi kamu bisa,"
Ivan menggigit bibirnya. Ia merasa ada salah paham di sana. "Maaf, kami akan membatalkan rencana pernikahan Mega dan Ivan." Bu Ningsih langsung bangkit dan langsung menggandeng tangan suaminya dan Mega juga. Reva kemudian menghentikan langkah ibunya. "Bu, tolong dengarkan dulu penjelasan mereka! Aku yakin mereka bukan berbohong karena ingin menyakiti pihak kita." Ia yakin keluarga Ivan hanya tak ingin kalau Ivan terlihat seperti orang kaya saja. "Untuk apa, Reva? Sudah jelas tadi kita dengar kalau mereka berbohong, 'kan? Ibumu ini memang miskin tetapi bukan berarti bisa saja dipermainkan." Bu Ningsih benar-benar marah dan tak menyangka Ia bisa dipermainkan oleh calon besannya. Tampak Mega juga berkaca-kaca. Antara kecewa kepada Ivan atau sedih jika keluarga nya telah membatalkan setidaknya rencana pernikahan tersebut.Jika Bu Ningsih sudah berkehendak tentu saja tak ada yang bisa menghalangi. Bu Ningsih benar-benar pulang. Roy masih memahami situasi tersebut. Ia makin yakin kalau
Reva menghela napas. Ia ingat betul saat pernikahan pertama nya dengan Tio yang kandas di usia pernikahan yang tergolong masih baru. Tapi apalah daya. Sekelas mungkin Reva berusaha tetapi Tio lah yang membawa tamu ke rumah. Tamu itu adalah madunya. Reva juga ingin menikah sekali seumur hidup. Tetapi ternyata keinginan nya tak tercapai. Ia baru merasakan kebahagiaan sebenarnya setelah menikah dengan Roy."Sebenarnya kalau sulit tidak. Hanya saja perlu adanya komitmen yang kuat antara kedua belah pihak. Kamu tahu kan aku juga pernah gagal di pernikahan ku yang pertama?" Mega terhenyak. Ia menyadari memang kakaknya pernah gagal dalam pernikahan pertama. "Iya, kak. Aku mengerti.""Kamu sudah yakin sama Ivan?" tanya Reva meyakinkan. "Sudah, kak. Aku memang suka sih sama Ivan. Tapi mana mungkin aku berani mengatakan kalau aku suka sama dia. Tapi ternyata Ivan juga suka sama aku. Aku nggak percaya akan hal itu,'' jawab Mega."Ya sudah kalau kamu memang yakin. Masalah pekerjaan itu bukan la
Mereka pun duduk bersama di ruang tamu. Hanya Reva saja yang masih belum hadir di sana. "Mega, ngomong-ngomong kakakmu nggak pulang?" tanya Ivan."Ada, dia sedang tidur. Baru datang tadi pagi. Maklum ibu hamil begitu," jawab Mega. Sebenarnya ia malu kalau berbicara dengan Ivan di hadapan keluarga mereka masing-masing. "Yah, maksud kedatangan kami ini untuk melamar Mega, Pak, Bu. Ivan ini memang anak kami satu-satunya. Dia ingin menikahi Mega. Tetapi seperti yang Ivan katakan kalau dia hanyalah office boy. Apakah Bapak dan Ibu setuju?" tanya ayahnya Ivan."Sejak awal Mega mengatakan kami memang tidak keberatan dengan pekerjaan apapun. Kami juga dari kampung dan saya juga hanya membuka warung di sini. Bukan lah orang kaya. Yang penting pekerjaan halal dan Ivan juga serius dengan Mega bagi kami tak masalah," jawab Bu Ningsih.Orang tua Ivan pun saling memandang. Mereka saling melemparkan senyum. "Hanya saja untuk menikah kami sarankan untuk menunggu minimal Mega lulus kuliah, Pak. Kan
Roy mengajak Reva makan di tempat yang Reva inginkan yaitu di ayam geprek. Roy memesan tempat yang nyaman untuk Reva. Reva kemudian memesan ayam geprek level satu meskipun sebenarnya Reva ingin yang super pedas. Tetapi ia tahu kalau Roy tak akaN mengizinkan. Dan kalau pun memaksa dirinya lah yang akan sakit perut sendiri. Tak berselang lama pesanan Reva pun tiba. Ia sudah tak sabar untuk makan ayam krispi yang digeprek lengkap dengan sambal. Ia ingin makan dengan segera. Setelah datang pun Reva tak lupa berdoa agar ia makan juga baik untuk dirinya dan bayi yang ada di dalam kandungan nya. Roy hanya menggelengkan kepalanya karena tingkah sang istri. Ia juga ikut makan di samping Reva. Reva makan dengan lahap dan tak butuh waktu lama ayam geprek dan nasi pun sudah ludes. "Enak banget nih," ucap Reva setelah selesai mencuci tangan."Mau dibawa pulang juga?" usul Roy."Boleh tuh." Reva dengan semangat untuk membawa pulang ayam geprek. Reva dan Roy pun pulang. Reva merasa lelah. Ia but