Reva pun dibimbing dokter kandungan menuju ke kamar mandi. Sementara Roy dan dokter menunggu di depan ruang tersebut. Reva memegang benda pilih itu pun bergetar. Ia mencelupkan benda tersebut di wadah kecil kemudian ia ambil dan lihat hasilnya.Deg.Strip dua. Reva pun merasa lemas. Antara sedih dan bahagia. Karena ia tak menyangka kembali di berikan kepercayaan oleh Tuhan. Ia merasa begitu bersyukur dan cairan bening dari ujung netranya pun meleleh."Rev, Reva, apa kamu masih lama?" tanya Roy. Ia mulai khawatir karena istrinya cukup lama ada di dalam kamar mandi.Senyap. Tak ada jawaban dari dalam. Roy kemudian membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci. Ia kemudian melihat istrinya duduk termenung di dalam kamar mandi sambil memperhatikan benda pipih yang Reva pandangi. "Rev, are you okay?" tanya Roy lirih. Ia tak mau sampai salah bicara. Apapun hasilnya itu adalah yang terbaik. Reva memperlihatkan benda pipih tadi pada Roy. Roy pun terkejut sekaligus senang. Akhirnya ia dibe
"Sayang, ayo makan dulu! Kamu nggak boleh terlambat makan lo, ya? Ada dua nyawa di tubuh kamu yang butuh asupan,'' ajak Roy. Reva tersenyum. "Iya, tunggu!'' Ia mematikan keran dan masuk ke dalam rumah. Sementara Roy juga ikut masuk dan mendampingi istrinya.Menu makan hari ini adalah sup sayur dan ayam. Ini semua juga demi Reva. Agar Reva makan makanan yang bergizi. Reva juga lebih suka makan makanan berkuah. Tak sulit bagi Bi Ira memasak untuk Reva. Apalagi keinginan Reva juga masih wajar dan masuk akal. Tidak ingin makan di atas awan alias naik pesawat. Kalau pun iya Roy pasti bisa mengabulkan. Apapun yang Reva inginkan Roy akan mengiyakan. "Kamu nanti makan siang di rumah atau di kantor?'' tanya Reva."Makan di rumah saja. Aku mau menemani kamu makan siang. Dan memastikan kamu benar-benar makan,'' jawab Roy.Bi Ira hanya tersenyum. Ia senang ketika majikannya kembali akur. Padahal dua hari yang lalu masih ribut gara-gara masalah kecil saja. Begitu lah ibu hamil. Ada saja mood yan
"Aku hamil, Bu,'' jawab Reva dengan nada tinggi. "Hah? Apa?" tanya Bu Ningsih tak kalah tinggi. Ia terkejut dengan jawaban dari putri sulungnya."Ya, Bu. Kok sampai nada tinggi banget deh. Nggak nyaman," keluh Reva."Alhamdulillah kalau begitu. Jaga baik-baik ya kandungan mu. Nanti kalau acara tiga bulanan undang ibumu juga!" sahut Bu Ningsih."Iya, Bu. Kalau begitu aku tutup dulu telepon nya. Ibu bisa melanjutkan masaknya,'' sahut Reva kemudian mengakhiri panggilannya dengan ibunya.Kembali pada tokonya Reva, Reva menyapu tokonya. Ia melihat ada beberapa debu. Ia tak mau toko kue nya terlihat kotor. Karena yang namanya menjual makanan tentu harus bersih dari higienis. Ia tak mau kalau toko kue nya dicap kotor dan jorok.Apalagi Reva juga telah mengantongi nomor izin untuk berjualan. Sehingga ia terus mempertahankan kebersihan dan yang paling penting adalah kualitas kuenya.Hari berlalu begitu cepat. Kini kandungan Reva memasuki usia tiga bulan. Seperti biasanya Reva akan mengadakan
"Oh, karena hal itu. Iya, mereka adalah anak-anak yang kurang beruntung. Tapi sesungguhnya mereka itu sedang mendapatkan kasih sayang Tuhan. Jadi kita yang masih diberikan kepercayaan maka kita harus menjaga anak kita sebaik mungkin," sahut Roy. Ia juga membayangkan kalau ibunya sendiri jahat dan tak terlalu peduli padanya. Ia bahkan lebih banyak waktu dengan Bi Ira daripada dengan orang tuanya sendiri yang masih hidup dan juga banyak harta. Ia tak ingin mewariskan hal itu pada anaknya kelak. Meskipun ia sibuk ia akan meluangkan banyak waktu untuk istri dan anak-anaknya."Aku akan menjaga anak kita. Aku berjanji akan jadi ibu yang baik untuk anak kita," balas Reva."Tentu, kamu pasti akan jadi ibu yang baik karena tumbuh dari keluarga yang harmonis," ucap Roy.Reva menganggap kalau sebenarnya Roy merasa tumbuh di keluarga yang kurang harmonis. "Iya, aku akan memberikan lingkungan penuh cinta di keluarga kita.""Terima kasih, sayang. Kamu memang begitu pengertian. Kamu adalah wanita te
Saat sedang menikmati steak hot plate, Reva melihat orang yang ia kenal. Ia kemudian memanggil nya. "Linda!" seru nya.Yang merasa dipanggil pun menoleh. Ia juga melihat Reva lalu menghampiri Reva. "Wah, Bu Reva. Sudah sangat lama kita tidak berjumpa.""Sini, Lin, kita ngobrol-ngobrol dulu mumpung ketemu. Kamu apa kabar?" tanya Reva."Baik, Bu. Bagaimana sama Bu Reva?" tanya Lina balik."Baik juga. Kamu sama siapa ke sini?" "Sendiri, Bu. Maklum jomblo," jawab Linda. Ia ingin tertawa lepas. Hanya saja ada Roy merupakan mantan CEO di kantornya. Linda memang sudah lama resign dari kantornya Roy. Karena Linda merasa tak nyaman setelah tidak lagi bekerja dengan Reva. Sehingga Lina memilih resign dan ia bekerja di tempat lain. Roy juga bersikap dingin kalau bersama pernah lain. Ia hanya bersikap manis pada istrinya saja. Roy yang merasa istrinya ingin ngobrol sama Linda pun menarik dari dan membiarkan mereka ngobrol berdua. "Aku ke sana dulu bentar, ya?" ucapnya."Iya, hati-hati!" sahut
Reva pun mencoba mengingat siapakah calon suami Linda tersebut. "Ini Anton, bukan? Anak buahnya Roy?" Linda kembali tersebut. "Ya, memang benar." Reva sangat terkejut. Sekaligus senang juga karena orang yang sudah dianggap sebagai sahabat saat masih bekerja dulu. Hanya saja Linda masih saja menganggap Reva sebagai atasan sehingga memanggilnya dengan Bu Reva."Selamat ya, Linda. Aku benar-benar terkejut. Tapi apapun itu kita jadi tak bisa jauh-jauh ya? Aku ikut senang akhirnya kamu akan menikah," ucap Reva."Iya, sama-sama, Bu, aku juga terkejut sih saat Anton datang melamar belum lama ini juga sih," sahut Linda. Sesuai janjinya Reva menyuguhkan kue kering buatan tokonya. Meskipun saat ini bukanlah ia yang membuat sendiri tetapi tetap saja ia pemilik resep andalan dari toko miliknya."Wah, hebat nih Bu Reva bisa membuat toko kue sendiri. Bisa dibilang banting stir, ya? Dulu jadi karyawan sekarang jadi pengusaha dan punya karyawan sendiri," ucap Linda."Iya, Lin. Sebenarnya aku juga
Reva sudah mulai merasa fresh. Tubuhnya sudah tak lelah karena ia sudah sempat tidur beberapa menit. Ia terbangun ternyata Roy masih tidur. "Jam berapa sih ini? Kok laper banget," gumam Reva. Ia kemudian melirik jam dinding dan ternyata sudah pukul enam. "Hah? Lama bener berarti aku tidur nih?" Reva merasa lapar melihat di meja makan ada roti saja. Padahal ia ingin makan nasi. Ia melihat ada telepon dan nomor restoran. Ia pun memesan dua nasi goreng spesial lengkap dengan jus wortel dan orange jus untuk Roy.Saat pelayan datang, Roy pun terbangun. "Kamu sudah bangun?" tanya Roy."Sudah, aku bangun tidur terus laper banget jadi aku pesan makanan deh" jawab Reva ia sudah bersiap untuk makan."Kamu makan saja dulu! Aku mau mandi dulu," sahut Roy. Ia memang tak nyaman kalau makan belum mandi. Padahal sejak tadi siang Roy juga bekerja di Sana. Melihat Reva tidur ia tak hendak membangunkan. Ia sudah meminta anak buahnya untuk mengatur semua pekerjaan. Hanya saja memang ada yang harus ia
"Iya, Bu. Motor bekas bukan baru. Kata ayah gaji saya untuk beli Motor saja agar bisa mempermudah saat bekerja dan juga mengurangi transportasi," jawab Lina."Wah bagus itu pemikiran kamu. Jadi kamu bisa baik motor, Lin?" "Bisa, Bu. Hanya saja kalau bukan milik saya sendiri saya nggak mau pinjem. Kalau ada saya pakai kalau nggak ya saya naik angkutan umum seperti kemarin,'' jawab Lina."Bener banget itu. Ya sudah sekarang kamu bekerja yang rajin, ya! Mungkin saja nanti kamu bisa beli rumah sendiri," sahut Reva memberikan semangat untuk Lina."Terima kasih, Bu." Lina pun bergegas masuk ke dalam toko untuk mulai bekerja hari ini.Siang harinya Reva pulang. Ia ingin merebahkan diri di atas kasurnya. Tubuhnya memang tidak seperti saat hamil. Ia jadi lebih sering lelah. Memang ia juga tak merasa mual atau yang lain. Tetapi tetap saja ia merasa kalau dirinya lemas.Tok tok tok.Baru saja ia hendak tiduran bi Ira mengetuk pintu. "Masuk, Bi!""Non, ada tamu yang kemarin datang," ucap Bi Ira.