Setelah Adam pergi, Ibu Susan menarik Megan kembali ke dalam rumah.
"Ibu perlu penjelasan saat ini juga, Megan Larasati!" tegas ibu Susan.Megan menatap Ibu Susan yang terus menunggu sebuah penjelasan tentang apa yang terjadi semalam. Tidak ada jalan lain selain menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Setidaknya Ibu Susan akan membantunya mengatasi pria blasteran itu kalau berani datang lagi.“Bu, sebenarnya semalam itu aku hampir diperkosa,” ucap Megan lalu memejamkan matanya bersiap mendengar teriakan Ibu Susan.“Apa?!” pekik Ibu Susan syok.Wanita paruh baya langsung mundur lalu terduduk di kursi sambil memegangi dadanya. Di dalam sana, jantung Ibu Susah berdebar sangat kencang mendengar kenyataan yang hampir menghancurkan masa depan putrinya itu.Megan buru-buru mengambil air minum untuk membantu Ibu Susan mengendalikan dirinya. Deru nafas ibunya itu membuat Megan merasa bersalah karena berusaha jujur. Megan pun bersimpuh di hadapan Ibu Susan lalu menggenggam tangan ibunya itu.“Tapi dia tidak berhasil melakukannya, bu. Aku bersumpah, demi diriku sendiri. Aku berhasil melarikan diri tepat waktu,” lirih Megan dengan mata berkaca-kaca.Megan pun menceritakan dengan detail kejadian yang dialaminya semalam. Gadis itu tampak sangat tegar meskipun dari kedua sudut matanya terus mengalir air bening. Sebisa mungkin Megan menjaga emosi Ibu Susan yang terus-menerus terkejut mendengar cerita Megan.Setelah menceritakan kejadian semalam kepada Ibu Susan, Megan menarik nafas lega. Wanita paruh baya itu memberi pelukan hangat kepada Megan dan memintanya agar tidak memikirkan kejadian semalam lagi. Sekarang ibu Susan paham kenapa Megan bersikap kasar kepada pria asing tadi."Ya sudah. Yang penting kamu baik-baik saja. Hari ini kamu kerja, nak?" tanya ibu Susan lembut."Aku terpaksa off, bu. Belum berani keluar malam-malam. Besok aku kerja lagi," sahut Megan sendu."Ya sudah. Kamu di rumah saja hari ini ya. Nanti ibu yang nganter cucian ke tetangga."Megan menggeleng, dia masih bisa berkeliling untuk mengantarkan cucian ke rumah-rumah tetangganya. Mereka hanya akan bertanya siapa pria tampan tadi dan Megan hanya akan menjawab salah alamat saja kepada mereka.Baru saja selesai perbincangan ibu dan anak itu, seseorang tiba-tiba mengetuk pintu depan yang masih terbuka. Ibu Susan bangkit lebih dulu untuk melihat siapa yang datang. Megan hanya melihat dari tempat duduknya di meja setrika. Tak lama, ibu Susan masuk sambil membawa sebuah paket di tangannya."Apa itu, bu?" Megan menatap paket sebesar kotak mie instan di tangan ibu Susan."Ibu juga nggak tahu. Tadi kurir yang kirim kesini. Katanya buat kamu. Coba dibuka dulu."Megan menerima paket itu lalu membaca nama dan alamat rumahnya. Sadarlah dirinya kalau nama dan alamat rumahnya berbeda. Ibu Susan yang ikut membaca alamat yang salah itu, buru-buru melangkah keluar rumah. Dia berniat memanggil kurir yang salah kirim paket ke rumahnya barusan."Yah, kurirnya sudah pergi. Jadi gimana ini?" tanya ibu Susan kebingungan."Harus dibalikin ke orangnya, bu. Sepertinya alamatnya di dekat sini. Coba aku cari dulu ya, bu."Tanpa mengecek isi paket itu, Megan mengetik alamat jalannya lalu menunggu mesin pencarian di ponselnya menunjukkan lokasi jalan itu. Ibu Susan yang masih menunggu Megan mencari alamat di ponselnya, melihat paket itu ternyata sudah terbuka di bagian sampingnya. Penasaran dengan isinya, ibu Susan pun membuka robekan paket itu.“Megan!” pekik ibu Susan panik ketika melihat isi dari paket itu. Tangannya meraih ke dalam kotak lalu mengeluarkan isinya.Megan melihat dua kotak perhiasan yang mirip dengan kotak perhiasan yang tadi dibawa Adam. Dia buru-buru meraih dua kotak itu dari tangan ibu Susan lalu memasukkannya kembali ke dalam kotak pembungkusnya. Dengan hati-hati, Megan menutup rapat kotak pembungkusnya kembali.“Bu, aku harus mengembalikan paket ini! Aku pergi sebentar ya, bu,” pamit Megan lalu bergegas mengganti pakaiannya dan mengambil tas selempang kecil satu-satunya yang dia miliki.“Kamu tahu dimana alamat rumahnya? Ibu juga ikut ya?” pinta ibu Susan yang mengkhawatirkan Megan pergi sendiri.“Alamatnya sudah ketemu kok, bu. Ibu di rumah saja ya,” sahut Megan lalu bersiap keluar dari rumah.Berbekal alamat di kotak itu, Megan pun memilih berjalan kaki sampai di pangkalan angkot. Langkahnya sedikit dipercepat karena Megan ngeri sendiri membawa barang berharga seorang diri. Deru nafasnya sedikit lega setelah Megan duduk di dalam angkot yang langsung bergerak dari pangkalan.Perjalanan Megan siang itu dipermudah dengan bantuan mesin pencarian di ponselnya. Ketika hampir tiba di ujung titik tempat alamat itu, angkot harus berbelok mengikuti jalan besar. Megan pun turun di pertigaan jalan lalu melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki. Setelah melewati jalanan yang dinaungi pepohonan rimbun, Megan pun tiba di depan gerbang Mansion Wibisana.“Permisi,” panggil Megan pada bodyguard yang berjaga di depan pintu gerbang.“Ya. Ada apa?” tanya bodyguard itu sambil melirik paket yang dibawa Megan.“Apa benar alamat ini disini ya?” tanya Megan sambil memperlihatkan alamat di paket itu.“Iya, benar. Kamu kurir? Masuk saja ke dalam. Nanti ada pintu kayu, ketuk saja,” ucap bodyguard itu lalu membuka pintu gerbang lebih lebar.Megan mau tidak mau akhirnya berjalan masuk melewati pintu gerbang besar itu. Dia terus berjalan mengikuti jalanan yang rindang sambil menikmati pemandangan sepanjang padang rumput dan pepohonan di samping kiri dan kanan jalan. Sorot mata kagum terpancar dari mata indah Megan.Dari kejauhan Megan melihat bangunan yang sangat besar. Bahkan dari kejauhan terlihat seukuran dengan rumahnya. Tetapi semakin didekati, bangunan besar itu mulai terlihat kemegahan dan kemewahannya. Megan sama sekali tidak menyadari kalau bangunan besar yang sedang ditujunya saat ini adalah milik Ethan Wibisana.Ketika Megan sampai di depan pintu kayu yang sangat besar, dia memberanikan diri mengetuk pintu itu. Meskipun harus berjalan jauh dari pintu gerbang sampai ke pintu kayu, Megan sama sekali tidak terlihat lelah. Senyum manis mengembang di bibirnya ketika pintu kayu itu terbuka lebar.“Selamat siang, pak. Saya mau mengantarkan paket ini,” ucap Megan sopan ketika bertemu kepala pelayan Tan.“Paket dari mana ya?” tanya kepala pelayan Tan.“Saya kurang tahu, pak. Tadi paket ini nyasar ke rumah saya. Tapi waktu terima paket ini, paketnya sudah robek. Bapak bisa periksa dulu, saya tidak mengambil apapun di dalam paket ini,” sahut Megan jujur.Tanpa sepengetahuan Megan, Ethan terus memantau gerak-geriknya melalui layar monitor di ruang kerjanya. Mulai dari Megan pergi dari rumahnya sampai berdiri di hadapan kepala pelayan Tan. Ethan tersenyum smirk melihat gadis itu sudah berada di dalam jangkauan tangannya.“Adam, bawa dia masuk dan kurung di dalam kamarku!” titah Ethan tidak sabaran. Melihat sosok Megan, membuat tubuh pria itu bergejolak. Ethan mulai tidak sabaran lagi ingin memiliki Megan.“Tuan, saya mohon bersabarlah. Masih ada satu tes lagi yang harus kita lakukan pada Megan. Sebaiknya Tuan bersiap-siap sekarang.” Adam menatap dingin kepada Ethan yang balas menatapnya dengan galak. Asisten pribadinya itu langsung menunduk menghindari tatapan Ethan.“Saya hanya melakukan tugas saya untuk memastikan kalau Megan tidak sedang berpura-pura menjadi orang baik untuk mendekati tuan,” sambung Adam membuat Ethan mencebik kesal.“Tuan juga masih penasaran ‘kan?”“Apa kau serius? Aku harus melakukan ini juga? Dia sudah ada di dalam mansion ini, mau apalagi?”Adam sama sekali tidak mengatakan apa-apa mendengar omelan Ethan. Pria itu sudah mendandani Ethan seperti pria tua dengan rambut beruban dan kulit keriput. Mereka akan menguji Megan sekali lagi dengan cara Ethan berpura-pura menjadi kakek-kakek yang tersesat.Sesuai persetujuan dari Ethan, Adam merancang beberapa tes untuk menguji sifat asli Megan. Tes pertama untuk Megan adalah kedatangan Adam tadi pagi ke rumah Megan. Dia sengaja menawarkan perhiasan mahal dengan alasan berterima kasih atas bantuan gadis itu. Tetapi kedatangan Adam justru ditolak mentah-mentah.Tes yang kedua adalah mengirimkan paket salah alamat. Adam sempat mengira kalau Megan tidak akan mengantarkan paket itu ke alamat yang benar. Nyatanya, gadis itu bersusah payah mencari alamat dan sampai di Mansion Wibisana. Adam masih belum puas dan memutuskan mendandani Ethan seperti kakek-kakek.Tampak di layar monitor, Megan masih berdiri di depan pintu kayu. Ethan pun mendengus kesal kepada Adam dan beranjak keluar dari ruang kerjanya. Mereka berdua berjalan keluar mansion lewat pintu samping agar tidak dilihat Megan. Dengan sebuah mobil mini berwarna hitam, Adam membawa Ethan keluar dari pintu gerbang lalu berhenti di pinggir jalan di dekat pertigaan.“Tuan tenang saja, beberapa bodyguard sudah berjaga di beberapa sudut jalan. Saya juga akan menunggu di minimarket di ujung jalan sana. Tuan sudah ingat alamat yang harus Tuan sebutkan ‘kan?” tanya Adam memastikan kesiapan Ethan.“Iya sudah. Pergilah,” titah Ethan setelah melihat salah satu bodyguard setianya sibuk melambaikan tangan kepadanya.“Itu Moji?” tanya Ethan sebelum Adam melajukan mobilnya lagi. Tangannya menunjuk bodyguard di sudut jalan.“Iya, Tuan. Ada Boni juga. Saya tidak bisa tenang kalau mereka tidak mengikuti Tuan kali ini.” Adam menyebutkan nama bodyguard Ethan yang paling setia sekaligus paling gila. Mereka berdua bersedia melakukan apa saja yang diperintahkan Ethan dan Adam tanpa sekalipun membantah."Ya sudah. Sana," usir Ethan. Adam pun melajukan mobilnya menuju minimarket di ujung jalan dan menunggu disana.Beberapa menit kemudian, Megan muncul di ujung jalan menuju pertigaan tempat Ethan berdiri. Melihat ada seorang kakek yang sedang celingak-celinguk sendirian, Megan pun berniat untuk mendekatinya. Wanita baik itu memang tidak belajar dari pengalaman sebelumnya. Hatinya terlalu baik untuk mengabaikan seseorang yang sedang kesusahan."Selamat siang, kek. Kakek mau kemana?" tanya Megan ramah."Ka--kakek mau pulang, cu. Tapi sepertinya kakek kesasar," ucap Ethan dengan suara lemah yang dibuat-buat.Megan menatap wajah kakek itu dan merasa pernah melihatnya entah dimana. Ethan pun kembali berpura-pura kebingungan sambil melihat ke kanan dan ke kiri jalan besar. Samar tercium aroma parfum mahal milik Ethan yang membuat Megan mundur selangkah dari kakek itu.“Tidak. Dia hanya kakek tua, Megan. Tenanglah. Saat ini kakek itu membutuhkan bantuanmu,” batin Megan lalu menarik napas dalam untuk menenangkan dirinya.Setelah cukup tenang, Megan tersenyum ramah kepada kakek itu dan menanyakan alamat rumahnya. Ethan pun menyebutkan alamat rumahnya dengan baik tanpa menatap Megan.“Kakek harus jalan ke mana, cu? Ke kanan atau ke kiri?” tanya Ethan dengan suara mirip kakek-kakek keselek.“Sebentar ya, kek. Saya cari dulu dimana alamat rumah kakek,” sahut Megan lembut.Jantung Ethan rasanya ser-seran mendengar suara Megan yang lembut dan sekssi. Sungguh Ethan ingin sekali membopong Megan masuk ke dalam mansionnya lalu mengunci gadis itu di dalam kamar bersamanya. Tetapi demi mengetahui sifat Megan yang sebenarnya, Ethan terpaksa menahan dirinya.Megan pun mengetik alamat rumah kakek itu pada mesin pencarian di ponselnya lagi. Ternyata rumah kakek itu sejalan dengan arah jalan pulangnya. Megan pun menawari kakek itu untuk pulang bersamanya. Tetapi ketik
Pintu mobil Vans menutup kembali dan sopirnya hampir menjalankan mobilnya ketika rombongan mobil antik sudah mendahului mereka. Para penculik Megan terpaksa menunggu sampai rombongan mobil antik itu berlalu semuanya. Ketika mobil Vans itu mulai bergerak menyusuri jalanan besar, mobil Vans lain muncul di belakang mereka.Mobil Vans itu dikendarai Moji, dan Boni duduk di bangku belakang. Mereka sedang menyusul Megan untuk menculiknya. Moji menghentikan mobil tepat di belakang mobil penculik Megan itu karena ada truk yang akan lewat dari arah berlawanan. Perhatian Moji fokus melihat plat nomor mobil di depannya.“Sama persis ya, Ji,” ucap Boni sambil menunjuk mobil Vans di depan mereka.“Beda dikit. Itu tipe lama. Mobil kita kan tipe yang terbaru. Kau sudah lihat gadis itu?” tanya Moji.Boni melongokkan kepalanya ke luar dari dalam mobil lalu melihat sepanjang jalan yang rimbun. Megan tidak terlihat dimanapun juga sepanjang jalanan besar itu.“Dia ke mana? Tidak kelihatan. Coba maju lagi
Setelah Ethan puas mendengarkan cerita Adam, keduanya pun berjalan mendekati mobil Vans tempat Moji dan Boni sudah menunggu. Keduanya segera bersiap dengan sikap tegak ketika melihat kedatangan Ethan dan Adam.“Tugas kalian sudah beres kan?!” tanya Ethan tanpa basa-basi. Dia paling benci pada orang yang terlalu banyak basa-basi hanya untuk mengesankan dirinya.“Itu ….” Moji saling pandang dengan Boni.“Cepat jawab!” titah Adam yang masih kesal. Moji dan Boni terkesiap lalu sama-sama kompak menjawab Ethan.“Kami tidak menemukan gadis itu, Tuan!” ucap Moji dan Boni lantang.“Apa?!” Ethan langsung kebakaran jenggot mengetahui Moji dan Boni kehilangan jejak Megan. Panik dan geram dirasakan Ethan di dalam dirinya karena memikirkan Megan kembali melarikan diri darinya.Ethan tidak habis pikir hanya untuk menangkap seorang gadis dan membawanya ke Mansion Wibisana saja, kedua anak buahnya itu tidak becus. Bahkan sampai kehilangan jejak Megan dalam sekejap mata. Ethan berkacak pinggang lalu be
Belasan kilometer dari lokasi Ethan dan Adam, dua orang pria berbadan kekar sambil membawa seorang wanita cantik. Mereka memasuki sebuah ruangan berukuran 3x2 yang terasa pengap dengan ventilasi seadanya. Ketika tubuh wanita itu diletakkan di lantai yang dingin, terlihat wajah Megan yang pucat. Kedua matanya masih terpejam erat setelah tengkuknya dipukul salah satu pria kekar itu. Megan tidak sendirian di ruangan itu. Di samping Megan, ada seorang wanita yang terlihat sedang melihat. Tubuhnya bersandar pada dinding kotor dan tidak bergerak karena desah napasnya yang berat. Suara-suara mulai terdengar dari luar ruangan mulai mengganggu pendengaran Megan.Kedua mata terbuka perlahan sebelum memicing kembali karena wajah Megan terpapar cahaya matahari yang masuk dari celah jendela kecil. Gadis itu menyentuh tengkuknya yang terasa nyeri sebelum ia menyadari dirinya untuk bangkit dan duduk. Sekali lagi Megan mencoba membuka matanya dan melihat keberadaan saat ini. “Sss…sakit,” pelannya m
“Kau tidak apa-apa?” Suara bariton Ethan bagaikan suara petir terdengar di telinga Megan.Gadis itu meronta dalam dekapan Ethan dan mendorong pria itu kuat-kuat menjauh darinya. Kedua kaki Megan melangkah mundur berusaha menjaga jaraknya dari Ethan. Dia bahkan belum tahu siapa nama pria itu dan tidak mau tahu. Lebih baik mereka tidak bertemu lagi selamanya.Suara-suara keras di belakang Megan semakin keras terdengar. Megan sadar kalau pengejarnya semakin menipiskan jarak mereka sehingga dia mau tidak mau harus bersembunyi. Megan menatap wajah Ethan dengan sorot mata galak sekaligus takut. Bayangan kejadian malam itu kembali berputar di kepala Megan.Pilihan Megan semakin sulit antara tertangkap lagi oleh para penculiknya atau meminta bantuan kepada pria brengsek yang sedang menatapnya tajam. Megan harus menentukan pilihan paling sulit di dalam hidupnya. Dia menoleh ke belakang, manik matanya membesar melihat dua pria kekar yang menculiknya berlari semakin dekat.Tidak ada pilihan lain
Tidak ada yang lebih indah daripada membayangkan hidup bersama Megan. Tinggal dalam satu rumah bahkan satu kamar dan selalu bersama sepanjang hari. Ethan akan bisa melihat tubuh Megan yang hanya tertutup piyama tidur tipis. Aroma wangi tubuh Megan akan memenuhi penjuru rumah dan tentunya akan membuat Ethan bergairah.Itu yang terlintas di kepala Ethan saat memikirkan tentang rencana Adam. Bayangan Ethan sudah traveling kemana-mana memikirkan hal yang luar biasa itu. Mereka bisa menghabiskan waktu seharian saling meraih kepuasan duniawi. Sekali tercetus perintah Ethan untuk melanjutkan rencana Adam, pria itu langsung mempersiapkan segalanya dengan cepat.“Bawa mobilnya!” titah Adam pada sopir Ethan yang berdiri di belakangnya.Mobil Mercedes-Benz berwarna hitam pun muncul dari balik rerimbunan semak yang ada di dekat mereka. Ketika Adam membantu Ethan masuk ke dalam mobil itu, terdengar suara berisik dari arah bangunan tua itu. Rupanya anak buah Ethan sudah mengepung tempat itu dan sibu
Adam mengangguk pelan, Ethan memang mulai berubah setelah mengenal Megan. Kebiasaannya setiap malam sepulang dari bekerja adalah bermain dengan wanita yang berbeda. Ethan tidak pernah mau bermain cinta dengan wanita yang sama. Setelah puas, Ethan akan melempar wanita itu keluar dari kehidupannya.Adam harus menyiapkan dua sampai tiga orang wanita yang sesuai dengan standar Ethan. Cantik, tinggi, putih mulus, tidak cerewet, dan yang paling penting bisa memuaskan Ethan. Kriteria itu sangat sulit untuk Ethan yang perfeksionis, dingin, dan arogan. Pernah sekali Ethan menendang seorang wanita keluar dari kamarnya hanya karena tidak suka dengan rambut wanita itu.Semakin hari, semakin sulit bagi Adam untuk mencari wanita yang diinginkan Ethan. Rasanya waktunya lebih banyak tersita untuk menyeleksi tumpukan berkas milik para wanita cantik yang sesuai standar Ethan. Padahal pekerjaan Adam lebih dari sekedar pencari kenikmatan untuk Ethan.Tanggung jawabnya sebagai asisten pribadi Ethan adalah
Sementara Adam berlari keluar rumah kecil itu dan kebingungan sendiri, Megan tampak meringis merasakan sakit di bagian belakang tubuhnya. Dia baru saja sadarkan diri dan ingatannya kembali dengan cepat. Bayangan wajah sangar Ethan yang sangat dekat di depan wajahnya, membuat tubuh Megan merinding. Ketika dia berusaha bangun dari berbaringnya, tubuh Megan melemas dan akhirnya terjatuh dari atas tempat tidur.“Aduh!” pekik Megan sambil mengelus pinggangnya yang terasa sakit.Manik mata indahnya melihat sekeliling kamar itu sebelum meringis sekali lagi. Megan memijat kaki dan pinggangnya perlahan sebelum memutuskan naik kembali ke atas tempat tidur. Pelan-pelan Megan berusaha mengangkat tubuhnya sampai akhirnya berhasil duduk di pinggir tempat tidur. Megan perlu waktu sebentar lagi untuk menguatkan kakinya yang terasa lemas seperti jeli.“Aku dimana ya? Tempat apalagi ini?” gumam Megan lalu merebahkan tubuhnya terlentang di atas tempat tidur. Pandangan Megan terlihat mulai berbayang keti
“Iya, sayang. Aku sudah pulang. Dimana yang sakit, sayang?” tanya Ethan sambil menggenggam tangan Megan.Megan tidak menjawab, tapi meringis merasakan sakit lagi. Suster-suster yang bertugas membantu persiapan Megan untuk melahirkan, meminta Ethan untuk mundur sebentar. Mereka mengganti pakaian Megan dengan baju rumah sakit, lalu memasang alat penyangga kakinya. Megan terus merintih kesakitan di antara kesibukan dokter dan suster yang sedang bersiap untuk membantunya melahirkan.Tiba-tiba dokter Helena masuk ke dalam ruang bersalin itu. Dia sudah berganti pakaian dengan pakaian dinas dokter dan tampak sudah siap dengan sarung tangan karetnya. Dokter Helena tidak mengatakan apa-apa pada Ethan dan Megan, tetapi langsung bertanya pada rekan dokternya. Setelah mendapatkan laporan lengkap tentang kondisi Megan dan posisi bayinya, dokter Helena kembali fokus pada pasiennya itu.“Megan, dengarkan aku. Kamu ingat ‘kan dengan latihan nafas saat senam hamil? Sekarang ikuti petunjukku ya,” pinta
Baru saja Ethan ingin memejamkan matanya, ia merasakan Megan bergerak di sampingnya. Pria itu membuka matanya lalu menoleh ke samping. Tubuh Megan tampak bergerak gelisah dalam tidurnya. Ethan buru-buru bangkit bersamaan dengan Alex lalu mendekati Megan.“Sayang? Megan …,” panggil Ethan cemas.Ethan mengguncang perlahan tubuh Megan sambil menepuk-nepuk pipinya. Tetapi Megan tetap memejamkan matanya dan terlihat semakin pucat. Megan juga gemetar dan meringis menahan sakit. Saat Ethan menepuk pipi Megan lagi, Alex menghentikan pria itu. Alex menunjuk bagian bawah tubuh Megan yang sudah basah.“Tuan, sepertinya Nona akan melahirkan,” ucap Alex dengan nada gemetar. Sorot mata pria itu jelas menunjukkan kekhawatiran melihat keadaan Megan. Istrinya, suster Hanna sudah menjelaskan gejala akan melahirkan diantaranya keluar cairan yang sangat banyak dari bagian inti Megan.“Kenapa diam saja? Cepat kita ke rumah sakit!” bentak Ethan menyadarkan Alex.Pria itu segera melesat meninggalkan Ethan d
Enam bulan kemudian,Di Mansion Stephenson, Megan sedang berjalan-jalan di halaman samping mansion itu. Dia menghirup udara pagi yang segar lalu menatap jauh ke kebun buah dan sayur di seberang mansion. Tanah bekas mansion Billy Aomori yang sudah diratakan dengan tanah, disulap menjadi kebun buah dan sayuran oleh Gregory atas permintaan Megan.Semua bahan makanan untuk catering Ibu Susan, dipetik langsung dari kebun itu. Untuk memperkenalkan kebun itu, Megan mendirikan sebuah rumah kecil dan showroom agar orang-orang yang mengelola kebun itu bisa beristirahat disana. Dan hasil kebun itu juga bisa dijual kepada warga di sekitar mansion.Gudang yang ada di sekat Mansion Stephenson juga sudah dipindahkan ke tempat yang lebih dekat dengan rumah tinggal untuk bodyguard. Halaman samping dan belakang Mansion Stephenson sudah di rombak ulang untuk memperkecil kemungkinan adanya penyusup ke dalam mansion itu.“Alex, apa suamiku sudah menelpon?” tanya Megan ketika teringat pada EthanSudah bebe
[“Katakan saja,”] ucap dokter Helena.[“Bisakah kakak ipar bersabar menemani kakakku seumur hidupnya? Maksudku, aku minta maaf karena sudah memaksa kalian untuk menikah. Aku akan bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu padamu, kakak ipar,”] ucap Megan terdengar kasihan.Dokter Helena menarik nafas panjang lalu tersenyum lagi mendengar ucapan Megan. Sejujurnya menikah dengan Gregory tidak buruk juga. Toh, dia bukan lagi anak remaja yang harus merasakan cinta berbunga-bunga. Apalagi perlakuan Gregory padanya bisa dibilang cukup lembut.[“Aku bisa bertanggung jawab terhadap hidupku sendiri, Megan. Takdir yang membawa kami bertemu lalu menikah. Kamu hanya perantaranya saja. Well, jangan memikirkan yang seharusnya tidak perlu kau pikirkan. Aku dan kakakmu baik-baik saja. Ada atau tidak ada anak, kakakmu sudah bilang tidak apa-apa. Kalau sudah seperti itu, mungkin aku bisa mempertimbangkan untuk bersamanya selamanya,”] ucap dokter Helena.“Wifey, makanannya sudah datang. Kamu mau sampai kap
Dokter Helena meremat keras sprei yang menjadi alas tidurnya. Gregory sudah berhasil mendobrak masuk pertahanan Dokter Helena. Membuat wanita itu menjerit kesakitan sekaligus mendesis penuh gairah. Tidak lagi pembuktian yang perlu diungkapkan dengan kata-kata ketika noda merah tercetak jelas di atas sprei.Gregory terus menggerakkan tubuhnya dengan konstan. Setiap kali bergerak masuk, dokter Helena merasakan antara tubuhnya terasa terbelah sekaligus nikmat yang amat sangat. Gregory tahu betul bagaimana membuat dokter Helena tidak berhenti memanggil namanya dengan suara yang terdengar sangat menggoda.“Terus! Percepat!” Dokter Helena tidak bisa menahan dirinya dan ikut bergerak mencari kepuasannya.Gregory semakin bersemangat menghujam tubuh dokter Helena sampai mereka mencapai klimaks bersamaan. Dokter Helena menjambak rambut Gregory, membenamkan kelelakiannya ke dalam tubuh istrinya dan memuntahkan benih calon anak mereka. Masih belum puas, Gregory kembali menggerakkan tubuhnya sampa
Gregory tidak sabaran membawa dokter Helena ke dalam kamar pengantin mereka. Dia bahkan sudah menyiapkan helikopter untuk membawa mereka ke sebuah hotel termahal di sana. Mereka akan menghabiskan tiga hari bermalam dan bersantai di president suite room hotel itu.“Tidak apa-apa kita meninggalkan pesta begitu saja?” tanya dokter Helena sambil melihat keluar jendela helikopter yang sudah terbang ke langit.“Kau juga tidak senang dengan pesta semacam itu ‘kan? Mulai sekarang biasakan. Ada waktunya kau harus menghadiri pesta bersamaku. Sebagai Nyonya Stephenson, hanya itu yang perlu kau perhatikan,” ucap Gregory juga menatap keluar jendela.“Benarkah? Gampang sekali menjadi istrimu, Tuan Stephenson. Bagaimana dengan anak? Kau mau atau tidak?” tanya dokter Helena masih penasaran.“Aku sudah pernah bilang ‘kan. Megan yang akan melakukannya. Tapi kalau kau bersikeras, aku juga tidak keberatan membantumu. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku berolahraga,” sahut Gregory sambil tersenyum s
“Jadi kapan pernikahan kalian akan diadakan? Aku boleh usul?” tanya Ethan sambil mengelus lembut punggung Megan.Sejak beberapa hari ini Megan tidak mau melepaskannya sama sekali. Ethan harus selalu berada dalam jarak pandangnya atau Megan akan menjerit-jerit memanggil pria itu. Megan bahkan ikut ke kantor Wibisana Corp. hanya untuk menatap Ethan yang sedang sibuk bekerja. Untung saja kondisi kesehatan Megan dan kehamilannya sudah baik-baik saja.“Usul apa?” tanya Gregory memicingkan matanya curiga.“Boleh, usul aja yang banyak. Aku lagi malas mengurus pernikahanku,” sahut dokter Helena menyindir Gregory.Sejak dokter Helena menyetujui pernikahan itu, Gregory tidak membiarkannya hidup dengan tenang. Gregory memilih semua keperluan untuk pesta pernikahan dan juga mengundang banyak orang untuk merencanakan pernikahannya. Pendapat dokter Helena bahkan tidak didengar Gregory sama sekali.“Kamu ngambek, ya? Aku kan ingin yang terbaik untuk pernikahan kita. Sekali seumur hidup, kita berdua
“Eh, itu Alex sama siapa?” tanya dokter Helena sambil menunjuk ke arah Alex dan wanita itu.Keduanya secara bersamaan menoleh menatap dokter Helena dan berjalan mendekati mereka. Saat itu dokter Helena baru menyadari siapa wanita yang bersama dengan Alex.“Loh, suster Hanna? Kok bisa kesini? Ada apa?” tanya dokter Helena yang mengenali salah satu suster di rumah sakit Wibisana.“Dokter Helena, saya diminta mengantarkan obat untuk Nyonya Megan. Kebetulan ketemu Alex tadi di depan,” ucap suster Hanna lugas.Ucapan suster Hanna membuat Ethan, Gregory, dan dokter Helena saling pandang lalu tersenyum curiga. Ketiganya kompak memicingkan matanya menatap Alex yang terlihat salah tingkah. Wajah pria itu sudah memerah dan terlihat tidak berani menatap balik pada Tuannya.“Kalian kok sepertinya sangat akrab ya. Apa ada sesuatu?” tanya Gregory curiga.“Itu .. Tuan. Anu ….” Alex menelan salivanya sebelum memberanikan dirinya untuk menjawab.“Kami bersahabat waktu SMA, Tuan. Sudah lama kami tidak
Beberapa hari kemudian di Mansion Stephenson, semua orang sedang berkumpul untuk merayakan ulang tahun Megan. Gregory sudah menyiapkan sebuah pesta kebun di samping kolam renang hanya untuk keluarga dan orang-orang terdekat mereka. Bahkan bodyguard dan pelayan juga berkumpul untuk ikut merasakan hari bahagia bertambahnya usia Megan.Adam dan Marco sudah membaik dari luka-luka mereka dan datang ke mansion itu bersama istri masing-masing. Gwen dan Delia sekarang sibuk membantu suami mereka yang sedang memanggang daging dan ayam. Moji dan Boni juga tidak kalah datang membawa para istri mereka. Dan tampaknya kedua istri mereka saat ini sedang hamil muda.Ilham dan Michela tampak duduk berduaan di gazebo kayu di dekat kolam renang. Orang tua Ethan itu sedang bicara tentang rencana mereka untuk kembali rujuk. Michela berencana untuk tinggal di Mansion Wibisana untuk menjaga Megan yang sedang hamil. Sedangkan Ilham akan menyerahkan semua sahamnya pada Megan. Keputusan itu sudah Ilham sampaik