"Walaupun begitu, hatiku hanya menyayangi Reyyan seorang."
•••
Pada malam itu, guntur bersaut-sautan dengan sangat kencang.
Laura kecil yang tidur meringkuk diangkat tubuhnya menuju suatu ruangan.
Di dalam ruangan itu dia di dudukkan disana, tapi karena diminumkan obat tidur dia jadi tidak bergeming untuk bangun sedikitpun.
Disana sudah terdapat banyak lilin dan tanda untuk ritual pengambilan kekuatan.
"Mari kita mulai saja."
Juru sihir memulai ritualnya, tanda yang tergambar dibawah menyala terang saat juru sihir itu mengucapkan mantra.
"Please be my lady, Laura Laveau." -Edgard.•••Setelah Laura mengatakan hal itu, Reyyan bisa melihat dari jendela apartementnya, cahaya dari bumi menuju bulan berwarna biru terang.Reyyan mengernyit merasa aneh ketika melihat cahaya biru terang itu menabrak bulan sabit, bulan sabit itu berubah menjadi biru terang.Reyyan perlahan memegang dadanya, dia merasa ada sesuatu disana yang perlahan-lahan hilang. Tapi dia tidak mengerti sesuatu itu apa.Dia melihat Laura yang masih tidur terlelap memunggunginya.Dia tersenyum kecil.Dia berharap itu bukanlah pertanda buruk.•••Setelah malam itu Laura mengatakan hal itu, buku takdir yang disimpan ne
"Ini memang gila, tapi aku tidak pernah mencintaimu lebih dari teman, Edgard."-Laura Laveau•••Di Uks tempat kesepakatan Devon dan Reyyan."Apa kamu gapapa?"Reyyan melirik sebentar. "Ya, cuman lemes. Tiba-tiba tenagaku dipaksa keluar banyak. Untung ada kamu."Devon tersenyum senang."Aku sangat mengandalkanmu, terima kasih."Devon mendudukan Reyyan di brankar Uks."Tidak apa-apa, itulah gunanya asisten."Reyyan menaikkan sebelah alisnya. "Asisten?"
"Sesungguhnya aku benci dengan ketidak adilan ini."•••'Menghilang ya?'Laura diam menatap matahari terbenam bersama dengan Reyyan disampingnya.Dia jadi teringat kata-kata Reyyan tadi sebelum keduanya sama-sama terdiam."Aku bakalan nyari kebenarannya Laura, kamu ga perlu khawatir." Reyyan menatap yakin pada Laura.Tangannya meremas pundak Laura kuat-kuat."Kamu ga usah takut. Ada aku disini, kamu bakalan bebas. Sekarang kamu pulihin pikiran kamu dulu biar aku yang cari tau semuanya.""Kita udah punya Clue sedikit dari Nenekmu, lalu aku akan kerumah sakit mengecek tes DNA mu bersama Devon.""Lalu kita akan bertemu kebenarannya
"Ini emang ga adil, tapi aku harus jujur sama kamu."•••Rae sibuk mengobrak-abrik isi ruangannya yang terdapat banyak berkas-berkas pasien."Dimana ya? kutaruh."Ucapannya itu membuat Reyyan memutar bola matanya sebal. Dia jadi harus ikut turun tangan membantu dokter menyebalkan ini."Kamu ini pelupa apa gimana?""Maaf, aku sudah terlalu lama di dunia manusia. Kekuatanku mungkin semakin habis sekarang ini.""Kamu terlalu sibuk ya.""Lumayan gaji dokter lebih menguntungkan dari pada menyembuhkan pasien di dunia penyihir."Reyyan m
"Kamu adalah awal dari semua kemarahanku."•••"Apa? Ga mungkin.""Itu benar Alice. Itu cerita sebenarnya, ibu tidak pernah mengada-ngada."Alice menautkan alisnya marah, bangkit dari duduknya."Nenek tidak akan pernah melakukan hal sejahat itu!""Tapi itu yang Ibu alami selama ini, Alice!""Benarkah?""Ya, tentu saja." Ellyshia mengangguk cepat dengan alis mengerut.Alice tersenyum miris. "Tapi, tetap saja aku tidak akan pernah bisa jadi yang pertama dihatimu Ibu.""Apa?" Ellyshia tidak
"Maaf ga bisa menjaga kamu dengan benar."•••Suster mendorong Brankar tempat tidur rumah sakit dengan cepat membuat seluruh pengunjung rumah sakit memusatkan perhatiannya pada kami.Para pengunjung lain dan suster lain juga dengan cepat menghindar memberi jalan."Maaf ya mas, tunggu sini aja." Suster berucap profesional menahan Reyyan untuk tidak masuk IGD.Pintu IGD bening itupun tertutup rapat, ruang operasi ada paling ujung membuat Reyyan sulit mengintip apa yang akan terjadi. Yang dia lakukan sekarang mondar mandir dengan wajah cemas sambil menggigit jarinya, kemudian berteriak kesal sambil menjambak rambutnya dan meninju tembok rumah sakit."Edgard." Suaranya terdengar kelam.
"Aku lupa, aku tidak bisa mengingatmu tapi perasaan janggal itu tidak pernah bisa hilang. Sesuatu yang janggal seperti, merasa kehilangan."•••"Ugh..." Laura mengernyitkan dahinya sambil memegang kepalanya, dirinya hendak bangkit tapi jatuh tertidur lagi."Ah!" Teriaknya kesakitan membuat beberapa langkah kaki bergemuruh mendekatinya."Laura? Laura kamu gapapa nak?""Laura? Laura ingat mama kan? Ini mama sayang.""Nona Laura, anda belum pulih sepenuhnya.""Benar, anda tidak bisa bangkit dari tempat tidur sekarang.""Tinggalkan gadis
"Dari cahaya yang kau tinggalkan, disitulah aku bisa melihatmu. Dari dunia yang berbeda."••"Jaga pintunya." Titah Devon membuat Oca mengangguk dan keluar dari ruangan, menjaga dari luar"Demi tuhan, aku sedih melihatmu seperti sekarang ini tuan putri." Gumam Devon pelan, tangannya dia taruh diatas kepala Laura dan cahaya putih terang mulai muncul disanaLaura mengernyitkan dahinya, matanya mulai membuka kembali perlahan-lahan dan menatap Devon dengan wajah bingung"Dev?" lirihnya dengan suara parau"Saya disini, tuan putri.Tangan Laura terangkat dan memutar-mutar mimik wajahnya juga bingung
"Ayah saja tidak percaya padaku."•••Laura duduk ditempat tidurnya sambil menunduk lemas.Leny baru saja kembali dan bilang dia tidak bisa memenuhi permintaannya karena di cegat oleh ayahnya sendiri."Cih." Laura berdecih pelan.Ayah mana yang tidak membiarkan pelayannya mencari dokter pribadi miliknya?Laura sudah yakin, bahwa Rezor bukanlah ayahnya yang sesungguhnya.Saat ini Laura hanya bisa duduk sambil menatap kedua kaki putihnya.Dia mendongak dan tidak sengaja matanya menatap cermin didepannya, kemudian dia memiringkan kepalanya bingung.Sejak kapan rambutnya berubah jadi putih kepirang-pirang an? Dan juga tubuhnya semakin memucat.Laura cepat cepat mengambil kaca kecil disamping tempat tidurnya, dia menyentuh rambutnya perlahan lalu dia berdiri ke arah laci tempat jepit-jepit rambutnya berada.Dia dari samping menjepit rambutnya jadi satu ikatan samping dikepalanya lalu menatap ke kaca.Cantik, tapi juga keliatan aneh.Tidak sengaja Laura menjatuhkan cermin yang dia pegang,
"I don't hurt anybody and I don't believe you all.•••Laura menggerang kesakitan, kedua matanya perlahan lahan terbuka, sinar matahari yang masuk kematanya membuatnya mengernyit. Pening dikepalanya semakin bertambah ketika dirinya mencoba untuk bangun dari tidur"Eh, jangan bangun dulu badan kamu masih ga enak."Dengan gerakan cepat kedua manik mata Laura bertemu dengan kedua manik mata itu. Kedua manik mata yang semalam berhasil menipunya.Dahi Laura semakin mengernyit ketika melihat wajah itu di hadapan Laura sekarang."Siapa kamu? Ngapain kamu disini?"Pertanyaan blak-blak an itu cukup menyakiti hati Edgard, Edgard sadar Laura sudah terlebih dahulu sakit hati semalam ketika sadar dirinya berpura-pura menjadi James."Ra, dengerin dulu."Laura memalingkan tatapannya ke arah lain, tubuhnya bergeser berangsur menjauh, mimik wajahnya terlihat kalau dia sedang tak ingin disentuh.Tiba-tiba pelayan datang membawa nampan berisi bubur ayam dan juga air putih serta obat-obat an."Tuan, sepe
"I will destroy everything from you, Laura."•••Laura langsung tersentak kaget dan berbalik badan."Ka--kamu siapa?! Gimana kamu bisa masuk kedalam sini?! Kamu---""Bagaimana bisa?" Alice tersenyum miring. "Tentu saja bisa." Alice mengayunkan tangannya membentuk cahaya sihir.Kedua bola mata Laura membulat sempurna. "Kau--jangan bilang kau mengelabui mereka?!"Alice tertawa licik. "Untuk apa aku mengelabui mereka? Melewati mereka saja semudah melangkahi semut."Dahi Laura mengernyit bingung, tangannya mengepal tidak terima."Apa katamu?!! Seenaknya bicara seperti itu ditempat kediaman putri kerajaan terhormat!"Kali ini wajah Alice yang menyentak terkejut. "Putri kerajaan?"Alice melangkah berkeliling-keliling kamar Laura yang sangat luas. "Wah, putri kerjaaan dari negara mana eh?"Alice meledek Laura sambil mengangkat salah satu alisnya.Laura mengepal tidak terima. "Kamu!! Bisa-bisanya kamu ga tau putri mahkota kerajaan ini?!"Alice mengubah mimik wajahnya seperti berpikir. "Tidak,
"Lady? She's your lady or me?•••"Bisakah kita percaya padanya?"Devon dan Oca saling bertatapan, melihat Edgard dan Laura saling tersenyum pada mereka sambil melambaikan tangan.Devon dan Oca berniat pergi dari dunia manusia untuk waktu 2 hari saja, yah... Devon ingin cepat-cepat memberi tahu pangeran sesuatu yang akan terjadi pada tuan putri dengan begitu masa hukuman mungkin akan sedikit diringankan saat pangeran meminta belas kasih pada ketua hukum pengadilan penyihir.Devon tidak yakin ini akan sukses maksimal tapi inilah satu-satunya cara agar bisa mengembalikan ingatan Laura.Terakhir kali Devon mengecek tubuh Laura terutama pikirannya, memori otaknya makin lama makin memudar itu artinya jika waktunya lama ingatan itu akan hila
"It's not different... Because you're not change.•••"Apa?!"Hey! Bajingan!"Alice berteriak kesal sambil berjalan mengikuti Edgard yang sudah berjalan semakin jauh darinya.Butuh waktu beberapa detik untuk mencerna seluruh kata kata intens yang Edgard keluarkan tadi. Karena pasalnya Edgard tidak pernah berperilaku seperti itu.Mengatakan kata-kata intens sambil menatapnya seperti musuh.Tidak.Edgard tidak sejahat itu.
"He only beside me, when you gone.••Edgard kecil yang sedang berdiri di atap menara kerajaan sambil melihat pemandangan tidak sengaja mendengar suara tangisan kecilKarena dia penyihir, kupingnya cukup tajam untuk mendengar tangisan kecil ituKepalanya melongok kebawah, matanya mengedar sekeliling mencari siapa yang menangis itu. Tapi, matanya berhenti ke satu arahDia melihat seorang gadis perempuan berambut hitam legam sedang menangis ditaman kerajaan. Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil terus menangis terisak isakEdgard mengernyit kasian melihatnya
Laura terus berlari kemudian berbelok, di trotoar jalanan itu banyak sekali orang berlalu lalang. Tubuh Laura berjinjit berusaha mencari figur itu tapi tidak ketemu, bagai bayangan yang langsung hilang.Alis Laura mengerut bingung tapi setelah itu dia menghela nafas pasrah.Dia berjalan pelan kesamping bangku taman, duduk disana dengan dress kuno nya. Matanya menatap mawar merah yang sangat segar itu kemudian hidungnya mencium bau mawar yang sangat harum. Senyum kecil terukir di bibirnya.Setelah itu matanya menerawang sisi bunga yang dimana disitu ada sebuah surat kecil, Laura baru menyadarinya.Aku lewat toko bunga dan melihat bunga mawar ini lalu tidak sengaja melihatmu dengan dress merah kuno mu, aku berpikir kamu seperti mawar ini. Harum dan cantik.-your prince. Edd.Kedua mata Laura berbinar-binar ketika membaca bagian bawah. "your prince."
"Where are u?"•••"Kenapa mukamu melamun sambil gelisah seperti itu huh? Kamu bete tidak bisa bertemu tuan putrimu?" Edgard tersenyum miring meledek Reyan sang kaka yang duduk di ruangannya."Sayang sekali, masa hukumanmu sangat panjang. Tapi itu bagus, karena aku bisa sesuka hati mengunjungi calon pacarku."Reyan menatap Edgard tidak suka. "Shut up edgard. Tarik kata-katamu atau...""Atau apa?" Wajah Edgard menantang.Reyan tersenyum miring. "Atau sesuatu yang tidak akan kau inginkan akan terjadi.""Misalnya?"Kali ini Reyan tersenyum licik.
"Tenang, aku selalu ada didekatmu."••"Ah!! Laura ini kami! Ini kami temanmu!"Aku tidak punya teman!"Eren dan Rika tersentak kaget, keduanya menatap Laura bingung."Tidak punya teman? Apa maksudmu?"Oca yang mendengar pertengkaran dari bawah segera berlari ke atas bersama Devon."Laura! Demi tuhan, kami berdua bela belain kesini buat kamu dan kamu bilang kamu ga punya teman?" Kali ini Eren yang bicara, dia bisa merasakan dadanya berdenyut sakit."Keluar!! Atau kalian akan mati."Keduanya menatap Laura tidak percaya. "Laura kau---"