Beranda / Romansa / Takut Kawin / Sentuhan Pertama

Share

Sentuhan Pertama

Penulis: Be Maryam
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-07 00:27:54

Alia dan Arini masih menanti di depan kamar ayah mereka. Begitu pula Leo, ia membiarkan Daffin dan Dira hanya berdua di dalam ruangan kosong.

Seakan terhipnotis, Daffin terus menatap wajah Dira tanpa lelah. Wajah natural tanpa make up terlihat begitu cantik meski dengan dandanan yang tipis. Namun, saat ini wajah itu terlihat menyedihkan dengan kulit memucat dan kedua mata membengkak karena terus menangis. rambut panjangnya disanggul sederhana, namun berhasil menunjukkan sisi keibuannya. Begitu manis, membuat rasa cinta Daffin meningkat beberapa kali lipat dalam sekejap.

Mencoba merasakan apa yang mungkin Dira rasa, hati Daffin tersentuh sampai-sampai berniat menyentuh Dira. Tangan Dira yang sedari tadi berada tak jauh dari tangannya terlihat begitu menggoda hingga ingin digenggam. Namun, Daffin menahan. Entah mengapa, ia merasa seperti bukan dirinya sendiri. Rasa dan perasaan itu hadir begitu saja, bahkan sulit dikendalikan. Membuatnya nyari

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Takut Kawin   Kepergian Daffin Yang Mendadak

    Leo yang penasaran mencoba mengikuti dan kini ia sudah berada di depan ruang Dokter berniat menguping pembicaraan keduanya. Namun sayang, ia harus pergi setelah seorang perawat memergokinya.“Abang ini ngapain di sini? Kalau mau masuk tunggu di sini dulu, nanti dipanggil yah,” ucap seorang perawat wanita yang kemudian memasuki ruangan Dokter.“Yeee ... gagal deh. Mana Daffin sengaja nyuruh gua nunggu di luar lagi. Emang lagi bahas apaan sih. Buat penasaran aja,” gerutu Leo. Ia pun terpaksa mencari ruang yang cukup sepi untuk mengangkat panggilan masuk.Leo kembali duduk di kursi yang ada di depan ruang Dokter. Menunggu lama dengan perasaan penasaran karena Daffin tak kunjung keluar. Gelisah, Leo memutuskan untuk mengetuk ruang Dokter.“Masih ada orang, Bang. Sabar yah,” jawab perawat yang sama.Leo kembali duduk. Ia membuka catatan yang ada di gawainya guna memeriksa jadwal Daffin yang sempat tertunda karea harus

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-07
  • Takut Kawin   Kabar Baik Datang

    Wajah tegang yang mereka perlihatkan pun mendadak sirna, berganti wajah bahagia penuh syukur mendengar ada seseoran yang berniat menyumbangkan satu ginjalnya. Namun, seketika wajah Dira berubah.“Kenapa kau, Kak?” tanya Alia yang lebih dulu menyadari wajah bingung Dira.“Enggak kok.”“Pasti mikirin biaya operasi Ayak kan?” sahut Arini dengan wajah pasrah.“Enggak juga. Kalau itu kecil lah. Kakak punya sertifikat. Bisa ambil pinjaman,” jelas Dira dengan bibir membulat di bagian bawah, menunjukkan keangkuhan.“Jadi ... mikirin suami kau yang enggak keliatan?” ledek Arini.“Apanya mulutmu. Kusobek jugak lama-lama,” jawab Dira kesal. Dira memutuskan pergi dan meminta kedua adiknya untuk menjaga sang ayah.“Abang ini kenapa pulak? Ngalah-ngalahin kami pulak, mukak Abang stresnya,” ucap Alia yang kemudian tersenyum geli dan segera menutupi mulutnya.L

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-08
  • Takut Kawin   Jalan Pulang

    Tiga hari berlalu dengan cepat, Ayah Dira sudah diperbolehkan untuk pulang. Betapa senang hatinya karena kini ayahnya terlihat jauh lebih baik. Gairah mudanya terlihat jelas, meski berbalut kulit keriput. Terus tersenyum dan kembali banyak cerita selama perjalanan pulang tak lantas membuat Dira kesal. Entah mengapa perasaan takut kehilangan membuatnya lebih mengerti betapa pentingnya kebersamaan. Pertengkaran kecil yang terus terjadi, peringatan-peringatan yang kerap menyakiti hati, semua itu menjadi momen indah yang kelak menjadi kenangan. Hampir saja Dira menitihkan air mata kala mengingat kejadian tempo hari. Hatinya terasa sakit seakan ada yang mengiris. Begitu pula dengan jantungnya yang berdetak sangat kencang hingga membuat dadanya sesak. Hanya bisa tersenyum sembari membuang jauh pandang agar tak ada yang menyadari perasaannya saat ini.Mobil melaju tenang dengan kecepatan empat puluh kilometer per jam. Namun, tidak setenang keadaannya. Terlihat dari wajah kesal supir ojek saa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Takut Kawin   Mengungkap Kerisauan

    Sebuah koper telah tertata rapi di samping pintu. Ada beberapa benda dan baju yang harus Dira bawa. Tak henti-hentinya Dira memandang ke arah koper. Tatapan cemas dan bingung tergambar di sana. Ngedumel dengan dahi mengernyit, Dira merasa tak siap untuk berangkat.“Oalah, nasib-nasib ... cemanalah ini,” ucapnya dengan tatapan nanar.Sengaja membanting kuat tubuhnya ke atas ranjang, lalu memandang tajam ke langit-langit kamar, Dira merasa kesedihan yang mendalam. Entah mengapa momen masa lalu kembali hadir dalam benaknya. Momen dimana ibunya masih berada di sisinya.Saat itu Dira berusia lima tahun dan lahirlah Alia. Pembicaraan yang tak dimengerti Dira kecil pun terdengar.“Pak, ini anak boru. Jangan diajarkan kuat. Aku enggak mau ya, anakku sampek kehilangan jati diri. Lihat itu si Dira, Cuma rambutnya aja yang panjang. Tingkahnya mirip anak lajang. Kalau Bapak mau anak laki-laki, nanti kita buat lagi. Dengar Pak?” ucap ibu Dira sembari menggendong Alia dalam pangkuannya.“Hah! Ceman

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Takut Kawin   Pria Berhoodie

    Tak pernah melihat wajah tenang ayahnya seperti saat ini, Dira sibuk mengutuk diri yang merasa kurang perduli.“Huh! Entah udah berapa lama aku enggak ngomong baik-baik kekgini dengan Ayak. Sampek aku lupa kapan terakhir Ayak bahagia kayak tadi,” gumam Dira setelah duduk tenang di atas kursi miliknya.Memandangi keheningan landasan udara dari jendela pesawat, Dira merasa sedih harus pergi. Padahal keputusan awal berkat tekadnya yang kuat. Yah, saat itu Dira bertengkar hebat dengan ayahnya yang tak henti menjodohkan dirinya. Memilih kabur dengan alasan tugas, menjadi pilihan. Tak menyangka, dari begitu banyak keputusan nekad dan mendadak yang sudah ia perbuat hanya keputusan kali ini yang ia sesali.“Andai aja aku enggak nerima tawaran itu, mungkin enggak gini kejadiannya?”Beragam sangka dan prasangka pun timbul. Bayang-bayang keadaan yang mungkin terjadi pun hadir memenuhi benak. Hingga sebuah keadaan pun terbayang jelas dalam mata yang kini terpejam.Bayang dimana Dira duduk di atas

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Takut Kawin   Buku Takdir

    Selama perjalanan pulang menuju rumah, Alia dan Arini terus saja menunjukkan wajah masam. Sepertinya ada sesuatu yang hilang hingga membuat mereka enggan untuk sekedar berucap. Saling membuang pandang, menatap jalanan kota Medan kedua saudara sedarah ini asik berkutat dengan perasaannya. Berbeda jauh dengan sang ayah yang terlihat begitu bahagi. Tergambar jelas dari senyum yang terus mengembang. Tatapan teduh diikuti hembusan napas tenang.“Ckiit!”Mobil yang membawa mereka mendadak berhenti. Ternyata seorang anak muda terjatuh dari motornya tepat di depan mobil mereka.“Udah gilak kurasa anak ini!” teriak Arini kasar. Wajahnya menunjukkan amarah terlebih melihat ayahnya yang nyaris tersungkur.“Kurang suntik kali. Udah lama enggak nyedot mungkin,” sambung Alia yang tak kalah geram.“Hus! Belum tau kok main tuduh aja,” ucap Ayah menengahi celotehan kedua putrinya.“Kenapa tuh Bang?” tanya pria dewasa yang tak lain si supir ojol.“Kayaknya lagi sakit Bang. Tiba-tiba dia enggak sadarkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • Takut Kawin   Pagi Yang Mengejutkan

    Pagi yang cerah digunakan Dira untuk berolah raga. Tubuhnya terasa kurang segar karena seminggu lamanya sibuk mengurus ayahnya. Begitu pula dengan pikiran yang terus dihantui akan pernikahan. Tidak ada kontrak dan sejenisnya yang artinya ia sungguh-sungguh melakukan pernikahan. Sesak dan pusing, entah mengapa ia sangat menderita setiap kali memikirkan hal ini. Padahal ada banyak hal sulit yang ia lewati selama ini. Namun, keputusan gila ini bisa menyiksanya seumur hidup.“Kekmana kalok aku cerai aja!”Pikiran gila seketika hadir. Tidak ada cara untuk menyelesaikan semua kerumitan ini.“Aku cerai tapi dengan syarat jangan sampek orang Ayak tau. Tapi ....”Bisik hati seketika terhenti. Mengingat betapa ayahnya sangat menyukai Daffin. “Kalok Ayak datang ke Jakarta langsung kekmana? Jangankan datang. Ayak pasti mintak foto atau video aku lagi di rumah sama dia kan? Ya Tuhan ... berasa masuk neraka aku.”Debat hebat dalam pikiran Dira mendadak lenyap kala ia melihat ada banyak wartawan di

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • Takut Kawin   Terjebak Bersama Daffin

    Mengetahui betapa kesalnya perasaan Dira saat ini, Daffin tanpa meragu menggenggam tangan Dira. Mendaratkan bibirnya di sana. Lalu menatap manja ke arah mata yang sedari tadi memandangnya tajam.“Aku cinta kamu. Sejak pertama kali melihatmu,” ucap Daffin. Nada lembut dan tulus itu tengah berusaha memujuk gadis yang ada di hadapannya.“Bener? Kamu enggak bercanda kan?” tanya Dira dengan nada terputus-putus. Ia begitu bahagia mendapatkan perlakuan lembut seperti ini. Sudah terlalu lama ia sibuk memikirkan keluarganya hingga terlupa untuk memikirkan hati dan perasaannya.“Enggak,” jawab Daffin diikuti gelengan manja. “Sumpah! Aku mencintaimu. Cuma kamu yang ada di hatiku. Aku yakin kamu jodohku, wanita yang Tuhan kirim untuk menjadi ibu dari anak-anakku.”Terdiam malu, Dira sedikit menunduk untuk menutupi pipinya yang merona.“Dira ....”Panggilan lembut Daffin memaksa Dira untuk menoleh ke arahnya.“Bolehkah aku mengecup dahimu?”Tak ada kata yang keluar, hanya kedipan mata sembari meng

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08

Bab terbaru

  • Takut Kawin   Siapa Cepat Dia Dapat

    Dira lebih dulu pulang bersama Bibi, sedangkan Daffin bersama kru lainnya. Rasa tak ingin berpisah itu hadir, namun Daffin tahan. Terlebih setelah melihat wajah jutek Dira. Bayang indahnya perjalanan pulang jika ia lalui bersama pun segera pudar setelah Sofia memanggil dirinya.“Bi, hati-hati ya. Jangan lupa untuk selalui kabari Daffin. Oke,” ucap pria tampan itu. Tatapan tulus serta kecupan penuh kasih ia layangkann pada wanita yang ada di hadapannya.“Ya sayang, Bibi tunggu di rumah.”Sesungguhnya Daffin ingin mengatakan sesuatu kepada Dira, tetapi sepertinya gadis itu menghindar dan memilih untuk pergi terlebih dahulu. Daffin hanya bisa menghela napas berat dari mulutnya. Ia pun mengantarkan Bibi menuju parkiran mobil.Sepanjang jalan Daffin terus tersenyum dalam diam. Sontak kejadian ini membuat banyak mata yang menaruh curiga.“Ehem, ada apa nih. Kok ada yang lain. Apa ada yang tau?” ledek salah satu kru.“Tanya Sofia gih. Kan dia yang paling dekat. Ngomong-ngomong cewek tadi sia

  • Takut Kawin   Tercium Sebuah Kebusukan

    Salah seorang kru mengetahui kabar kecelakaan yang dialami mobil Daffin. Ia pun segera menyampaikan kepada Leo selaku manajernya Daffin.“Mas Leo, aku dapat kabar kalau sopir mas Daffin kecelakaan,” ucapnya dengan tatapan cemas.“Apa?” tanya Leo dengan nada yang begitu kuat. Hingga membuat banyak mata memandang ke arahnya seketika. Tak terkecuali Daffin yang saat ini sibuk pemotretan.“Sebentar ya,” ucap Daffin meminta izin untuk menghentikan pemotretan sementara. Ia pun segera menghampiri Leo guna menanyakan apa yang telah terjadi.“Sopir lu kecelakaan!” jelas Leo dengan raut wajah cemas.“Emang dia kemana?” tanya Daffin yang tak mengetahui alasan sopirnya pergi.Leo pun menjelaskan, bahwa ia telah menyuruh si sopir mencari sesuatu di daerah kota. Untuk menjaga keamanan, ia menyuruhnya pergi dengan mengendarai mobil pribadi milik Daffin.Setidikitpun Daffin tak menaruh curiga. Ia justru sangat menghawatirkan keadaan pemuda yang menjadi sopir barunya. Sopir muda yang sengaja ia utus u

  • Takut Kawin   Awkaward

    Belaian lembut di kepalanya membuat Dira tersadar akan kantuknya. Wangi yang tak asing berhasil menggelitik hidungnya. Sadar betul akan sosok yang kini duduk memandanginya Dira, perlahan membuka matanya. Meski kabur, Dira tahu benar bahwa Daffin kini duduk tersenyum menatapnya.“Kau?” ucapnya menatap tak percaya.Memutuskan untuk bangkit dan segera memeluk Daffin. Tersenyum penuh haru kebahagiaan, Dira merasa senang sekali saat ini. Terisak, ia melampiaskan semua kekacauan hatinya. Memeluk kian erat, hingga membuat kerutan pada sebahagian kemeja Daffin.Sepertinya tidak hanya Dira, melainkan Daffin pun menunjukkan tatapan yang sama. Keduanya terhanyut dalam hangatannya pelukan rindu. Seling memeluk erat seakan tak ingin kembali dipisahkan.Semua ini terasa begitu nyata, hingga akhirnya tatapan Dira yang sedari tadi bersembunyi di dada Daffin kini beralih pada Devi. Senyum penuh syukur yang terlihat pada wajah wanita tua itu memberi isyarat bahwa semua ini nyata.Masih tak menyadari da

  • Takut Kawin   Titik Terang

    Dira masih saja menatap bingung ke arah pemuda itu. Pemuda yang begitu mirip dengan rekannya Tomi.“Kau kok bisa di sini, Tom?” tanya Dira dengan nyolotnya.“Maaf, salah orang. Saya bukan Tomi,” ucapnya sembari menunjukkan senyuman. Lalu memutuskan pergi. Namun, baru saja tubuhnya berbalik, Dira lebih dulu menahan pundaknya dengan tangan.“Enggak usah main-main kau! Ngapain kau di sini?” tanya Dira kembali. Perasaan curiga mendadak hadir. Tepatnya semenjak kemarin, dimana mereka harus menangkap pengedar di bar.“Le, Cepat sini! Malah kenalan sama cewek,” ucap relawan lain. Ia melambaikan tangan ke arah pria yang diduga Tomi.“Maaf, Mba. Sekali lagi saya bilang, saya bukan Tomi. Mungkin kami hanya mirip,” ungkapnya menolak halus. Tangannya dengan lembut melepaskan tangan Dira dari pundaknya.“Enggak, kau pasti Tomi!” ungkap Dira. Kali ini ia bertindak nekad dengan menepis tangan kemeja pria itu. Terlihat ada tato kecil bergambar bintang di sana. Memperjelas kalau dia bukanlah Tomi yang

  • Takut Kawin   Kenapa Ada dia

    Terik cuaca tak lantas membuat Dira menyerah. Perut yang belum sempat terisi tak menunjukkan gejala lapar. Yang ada dalam benak Dira saat ini hanyalah ingin segera menemukan Daffin. Terus melangkah dan mencoba memasang telinga, Dira berharap bisa mendengar kata tolong dari seseorang. Bayang wajah Daffin yang tengah kesakitan pun membuat Dira semakin cemas.“Woy! Kemari!” teriak salah satu relawan.Dira dan timnya pun turut mendekati asal suara. Ternyata mereka menemukan tas berisi uang tunai yang tak sedikit jumlahnya. Tas kecil berupa koper itu bewarna putih. Sesaat Dira sadar akan penjelasan aparat kemarin.“Jangan bilang yang dilihat supir truk itu koper ini. Bukannya orang,” gumam Dira yang mulai mencemaskan akan keberadaan Daffin saat ini.Kini hari mendekati siang, suasana semakin panas meski ada banyak pohon yang melindungi mereka. Lelah, kaki Dira mulai gemetar. Tak dapat dipungkiri jika saat ini tubuhnya terasa lemas sekali. “Mba, ini minum dulu! Wajah Mba pucat banget,” uca

  • Takut Kawin   Dira Menggila

    “Daffin!” teriakan Dira menggema. Sebuah tepukan di pundaknya membuka matanya.“Kamu enggak kenapa-kenapa, Nak? Minum teh dulu!” pinta Devi dengan wajah sembabnya.Dira tersadar dan seketika merasa malu. Ternyata apa yang baru saja ia lamai hanyalah sebuah mimpi.“Kamu mimpiin Daffin ya?” tanya Devi sembari mendekap tubuh Dira.Tangis yang sedari pagi ia tahan pun meledak. Dira menangis terisak berharap sesak didadanya berkurang. Ia terus menangis sambil membayangkan wajah Daffin yang ia lihat di dalam mimpi. Ia tak bisa membayangkan jika penampakan Daffin yang ia temui adalah keadaan nyata yang Daffin alami. Bisa saja darah yang ada pada tangan dan kaki Daffin itu nyata dan kini Daffin masih terbaring kesakitan menanti ajal di tengah hutan belantara.Tangis Dira sungguh sulit dikontrol, meski ia merasa malu dalam keadaan seperti ini. Namun, hatinya tak mampu membohongi diri. Pilu jika Daffin benar pergi untuk selamanya, sedangkan ia mulai menyadari bahwa telah jatuh hati.“Kita doaka

  • Takut Kawin   Cerita Semalam

    Malam itu mobil putih pintu geser yang sering Daffin gunakan untuk bekerja itu melaju kencang di tengah jalan sepi. Jalan lintas yang berjarak sempit dan cukup berkelok sedikit menyeramkan karena lampu penerangan jalan yang sangat minim. Seakan tak takut akan hal buruk yang mungkin terjadi, mobil putih itu terus melaju kencang seirama dengan musik DJ yang begitu deras.Sopir pribadi Daffin terus tertawa riang, bahkan sesekali ia bergoyang menikmati alunan nada. Bersorak dan ikut bernyanyi, ia begitu menikmati perjalanannya. Mungkin itu cara untuknya agar bisa terus melakukan perjalanan meski sudah tengah malam.Meski tak banyak kendaraan yang melintas, namun tak jarang mobil truk pengangkut barang berat melintas di tengah malam. Mereka sengaja bepergian di jam sepi, saat tak banyak kendaraan pribadi.Seakan memiliki nyawa cadangan, sopir itu terus saja melaju kencang meski sudah beberapa kali melewati mobil besar pengangkut barang berat. Langit malam itu terlihat lebih gelap, tanpa bi

  • Takut Kawin   Kabar Buruk

    Suasana berubah haru diikuti wajah kebingungan. Terdengar kabar bahwa mobil yang dikendarai Daffin mengalami kecelakaan fatal di salah satu tol. Berita ini disampaikan langsung oleh pihak kepolisian yang bertugas dan Devi selaku pihak keluarga diminta untuk datang ke kantor kepolisian sekitar.“Kenapa, Bu?” tanya Minah yang segera menghampiri nyonya pemilik rumah.Devi semakin syok setelah melihat foto yang berisi mobil Daffin yang penyot dibagian depan dan samping kiri. Dira yang sedari tadi diam pun turut menghampiri Devi. Saat ini sudah pukul setengah sebelas malam, tak mungkin mereka memaksakan diri untuk datang. Dira memutuskan untuk berangkat esok pagi bersama Devi dan sopir pribadinya.Malam ini terasa kacau. Pikiran Dira sungguh tak tenang. Waktu menunjukkan pukul satu malam, namun matanya masih enggan terpejam. Berulang kali mengubah gaya tidur, tak lantas membuatnya terlelap. Pikirannya dipenuhi dengan keadaan Daffin. Bayang wajah Daffin yang kini terbaring di atas ranjang d

  • Takut Kawin   Siapa Tomi Sesungguhnya

    Tomi lebih dulu masuk ke ruangan, memaksa Dira mengikuti rencana dadakannya. Melangkah masuk dengan gemuruh di dada Dira siap melakukan bela diri untuk menangkap salah satu bandar yang sedang berada di sana.Tetapi hal mengejutkan terjadi. Ruang yang Dira masuki terlihat kosong. Meninggalkan seorang pelayan yang tengah berbenah.“Kemana semua tamunya?” tanya Dira bingung.“Udah pada pulang, Mba. Emangnya Mba cari siapa ya?” tanya si pelayan bar yang tak kalah bingungnya. Menyadari Dira bisa masuk dengan mudah ke dalam ruangan, pelayan itu sadar jika Dira bukan orang sembarang. Jika bukan karena memiliki kenalan orang dalam, setidaknya ia pejabat negara.“Jadi, para pejabat sialan itu udah pada kabur?” tanya Dira kesal. Giginya saling beradu hingga menimbulkan bunyi.“Pejabat? Bukan Mba. Tapi anak muda biasa kok. Enggak ada anak pejabat juga pun,” ungkap si pelayan sambil menunjukkan wajah tengah berpikir keras.“Arrgh! Ini pasti kerjaan Tomi. Dia mau angkat telor rupanya,” gumam Dira

DMCA.com Protection Status