Beranda / Romansa / Takut Kawin / Pria Berhoodie

Share

Pria Berhoodie

Penulis: Be Maryam
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tak pernah melihat wajah tenang ayahnya seperti saat ini, Dira sibuk mengutuk diri yang merasa kurang perduli.

“Huh! Entah udah berapa lama aku enggak ngomong baik-baik kekgini dengan Ayak. Sampek aku lupa kapan terakhir Ayak bahagia kayak tadi,” gumam Dira setelah duduk tenang di atas kursi miliknya.

Memandangi keheningan landasan udara dari jendela pesawat, Dira merasa sedih harus pergi. Padahal keputusan awal berkat tekadnya yang kuat. Yah, saat itu Dira bertengkar hebat dengan ayahnya yang tak henti menjodohkan dirinya. Memilih kabur dengan alasan tugas, menjadi pilihan. Tak menyangka, dari begitu banyak keputusan nekad dan mendadak yang sudah ia perbuat hanya keputusan kali ini yang ia sesali.

“Andai aja aku enggak nerima tawaran itu, mungkin enggak gini kejadiannya?”

Beragam sangka dan prasangka pun timbul. Bayang-bayang keadaan yang mungkin terjadi pun hadir memenuhi benak. Hingga sebuah keadaan pun terbayang jelas dalam mata yang kini terpejam.

Bayang dimana Dira duduk di atas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Takut Kawin   Buku Takdir

    Selama perjalanan pulang menuju rumah, Alia dan Arini terus saja menunjukkan wajah masam. Sepertinya ada sesuatu yang hilang hingga membuat mereka enggan untuk sekedar berucap. Saling membuang pandang, menatap jalanan kota Medan kedua saudara sedarah ini asik berkutat dengan perasaannya. Berbeda jauh dengan sang ayah yang terlihat begitu bahagi. Tergambar jelas dari senyum yang terus mengembang. Tatapan teduh diikuti hembusan napas tenang.“Ckiit!”Mobil yang membawa mereka mendadak berhenti. Ternyata seorang anak muda terjatuh dari motornya tepat di depan mobil mereka.“Udah gilak kurasa anak ini!” teriak Arini kasar. Wajahnya menunjukkan amarah terlebih melihat ayahnya yang nyaris tersungkur.“Kurang suntik kali. Udah lama enggak nyedot mungkin,” sambung Alia yang tak kalah geram.“Hus! Belum tau kok main tuduh aja,” ucap Ayah menengahi celotehan kedua putrinya.“Kenapa tuh Bang?” tanya pria dewasa yang tak lain si supir ojol.“Kayaknya lagi sakit Bang. Tiba-tiba dia enggak sadarkan

  • Takut Kawin   Pagi Yang Mengejutkan

    Pagi yang cerah digunakan Dira untuk berolah raga. Tubuhnya terasa kurang segar karena seminggu lamanya sibuk mengurus ayahnya. Begitu pula dengan pikiran yang terus dihantui akan pernikahan. Tidak ada kontrak dan sejenisnya yang artinya ia sungguh-sungguh melakukan pernikahan. Sesak dan pusing, entah mengapa ia sangat menderita setiap kali memikirkan hal ini. Padahal ada banyak hal sulit yang ia lewati selama ini. Namun, keputusan gila ini bisa menyiksanya seumur hidup.“Kekmana kalok aku cerai aja!”Pikiran gila seketika hadir. Tidak ada cara untuk menyelesaikan semua kerumitan ini.“Aku cerai tapi dengan syarat jangan sampek orang Ayak tau. Tapi ....”Bisik hati seketika terhenti. Mengingat betapa ayahnya sangat menyukai Daffin. “Kalok Ayak datang ke Jakarta langsung kekmana? Jangankan datang. Ayak pasti mintak foto atau video aku lagi di rumah sama dia kan? Ya Tuhan ... berasa masuk neraka aku.”Debat hebat dalam pikiran Dira mendadak lenyap kala ia melihat ada banyak wartawan di

  • Takut Kawin   Terjebak Bersama Daffin

    Mengetahui betapa kesalnya perasaan Dira saat ini, Daffin tanpa meragu menggenggam tangan Dira. Mendaratkan bibirnya di sana. Lalu menatap manja ke arah mata yang sedari tadi memandangnya tajam.“Aku cinta kamu. Sejak pertama kali melihatmu,” ucap Daffin. Nada lembut dan tulus itu tengah berusaha memujuk gadis yang ada di hadapannya.“Bener? Kamu enggak bercanda kan?” tanya Dira dengan nada terputus-putus. Ia begitu bahagia mendapatkan perlakuan lembut seperti ini. Sudah terlalu lama ia sibuk memikirkan keluarganya hingga terlupa untuk memikirkan hati dan perasaannya.“Enggak,” jawab Daffin diikuti gelengan manja. “Sumpah! Aku mencintaimu. Cuma kamu yang ada di hatiku. Aku yakin kamu jodohku, wanita yang Tuhan kirim untuk menjadi ibu dari anak-anakku.”Terdiam malu, Dira sedikit menunduk untuk menutupi pipinya yang merona.“Dira ....”Panggilan lembut Daffin memaksa Dira untuk menoleh ke arahnya.“Bolehkah aku mengecup dahimu?”Tak ada kata yang keluar, hanya kedipan mata sembari meng

  • Takut Kawin   Takdir Bagi Daffin

    “Eh, loh. Udah selesai ngomongnya?” tanya Anton yang mencoba menyapa Dira.Seperti tak dianggap keberadaannya, Dira hanya melongos pergi. Dirinya terlalu kesal pagi ini. Terlihat dari kakinya yang terus melangkah sambil menghentak. Begitu juga dengan tangannya yang bergerak maju mundur seirama dengan langkah.Seakan mengerti dengan keadaan Dira, Anton hanya menggeleng sambil tersenyum lalu masuk ke dalam mobil menghampiri Daffin.“Woy! Lagi kasmaran ya. Senyum terus,” ledek Anton yang dengan sengaja menyadarkan Daffin dari lamunannya. “Gimana ... udah beres?” sambungnya sembari mengangkat kedua alis matanya.Daffin tak menjawab. Hanya mengangguk dengan bibir yang masih terus tersenyum.“Lu sehatkan? Bukannya waktu SMA dulu lu pernah bilang takut kawin ya? Mana sekarang yang lu nikahin cewek seperti dia lagi. Lu enggak kena pelet atau sejenisnya kan? Atau jangan-jangan ....”Ucapan Anton terhenti, matanya melirik dengan penuh rasa curiga. Jari telunjuk kanannya mengarah pada Daffin yan

  • Takut Kawin   Terbawa Kenangan

    Pagi yang cerah mendadak gersang. Panas menyengat terasa menggigit kulit Dira. Sengatan tajam dan menyakitkan itu menerobos masuk hingga ke hatinya. Panas dan sangat menggerahkan, hingga Dira tak lagi menghiraukan panggilan Ria.Dengan menggeleng pelan, Ria hanya bisa menggerutu, “Kenapa lagilah anak itu. Udah ah, aku berangkat aja.”Beberapa saat kemudian, Dira melirik ke arah ruang tamu guna memastikan kepergian Ria. Segera menutup rapat pintu rumah dan menjatuhkan dirinya di atas sofa. Lelah, wajahnya begitu lelah hingga kini pundak dan kepalanya terkulai lemas di atas sandaran kursi.“Gilak, gilak, gilak! Dia cowon pertama yang berani nyentuh aku. Syukur enggak kena bogem tuh orang!” gerutu Dira yang tanpa sadar mengingat kembali momen dimana Daffin membelai lembut kepalanya.Seketika matanya berkaca-kaca, membayangkan masa kecilnya yang suram. Masa itu Dira mendapati kebahagiaannya. Dira kecil mendapat kasih sayang yang cukup dari ibu terutama ayahnya. Sebagai anak sulung berstat

  • Takut Kawin   Cuplikan Sejarah

    Terbangun di tengah malam yang gelap hanya karena sebuah gigitan nyamuk. Berusaha melenyapkan biang pengusik dengan menepuk kuat. Mungkin berhasil mengusir pergi, namun tak lantas mampu mengembalikan rasa kantuk. Lelap seketika lenyap dengan mata yang menyala.Berbaring ke lain arah, meraih kain dan menutupi hingga ke wajah, namun tetap saja tak membuatku kembali tidur. Memejam paksa mata dan menanti lelap, namun justru telinga tajamku menangkap suara aneh.“Ih, suara apa itu?”Penasaran, gadis kecil itu segera keluar dari kelambu usang miliknya. Melangkah pelan dengan kaki kecilnya, mendekati pintu yang tak lagi memiliki pintu. Melirik ke kanan dan kiri mencari asal suara yang ternyata berasal dari ruang tengah.“Ayak?” gumam gadis yang tak lain adalah Dira kecil.“Mak ... cepat kalilah kau pergi ninggalin aku, Mak ....”Kalimat itu terus saja keluar dari mulut pria yang menjadi cinta pertamanya. Terduduk dengan wajah menunduk, wajahnya dipenuhi air mata kesedihan. Tangis kepedihan i

  • Takut Kawin   Harapan Gadis Kecil

    “Hei! Kenapa sih, murung terus daritadi?” tanya Ria yang merusak hayalan Dira.“Apanya kau!” ucap Dira dengan lirikan kesal.“Udah waktunya makan siang. Temani makan yuk! Ada warung makan enak kali loh, murah lagi,” pujuk Ria. Selaku teman serumah Dira, sepertinya Ria tahu kegundahan yang tengah Dira rasakan. Meski belum begitu lama tinggal bersama, namun Dira terlalu mudah memancarkan perasaan hati melalui wajahnya.“Yoklah! Aku yang bayarin deh.”Sontak saja lirikan Dira terlihat tak percaya dan curiga akan kebaikan Ria kepadanya. Gadis Medan yang satu ini sangat sulit menerima bantuan orang lain meskipun ia tengah sangat membutuhkan. Apalagi saat ini, hati dan pikirannya sedang tak karuan.“Is, aku pengen banget loh. Udah beberapa hari ini lidahku rindu masakan kampung. Hehehe, aku mau bayarin kali ini. Tapi besok-besok gantian ya, kamu yang bayari aku,” ucap Ria dengan santainya.Penjelasan singkat dengan nada malu-malu ini berhasil meluluhkan segala kecurigaan Dira. Meski menunju

  • Takut Kawin   Bubur Ayam

    “Apanya yang pemerintahan. Lihat tuh artis-artis yang pada datang. Hah! Palak kali ah kalok kek gini terus. Lama-lama jadi artis jugak aku. Ih, amit-amit! Yang penting jangan sampek anak sebijik itu datang jugak ke sini. Bisa repot aku nantinya,” gerutu Dira setelah tiba di sebuah hotel mewah.Kehadiran Dira di sana tak lain untuk sebuah pengawalan keamanan acara, karena akan dipenuhi oleh banyak pejabat negara. Tak terkecuali presiden. Acara penting ini akan berlangsung selama tiga hari dua malam. Tidak hanya pejabat, artis serta turis asing yang terdiri dari pejabat dan pengusaha hebat pun turut hadir. Pembukaan tempat wisata ini didasari oleh hampir seluruh kawasan Asia terutama bagian tenggara. Tak heran jika ada banyak patung dan tampilan yang menggambarkan khas sebuah negara. Seperti Jepang yang terkenal akan bentuk bangunan serta pohon sakuranya. Australia hewan kanggurunya hingga diletakkan sebuah kangguru asli yang telah dikeraskan. Indonesia dengan beragam baju dan makanan t

Bab terbaru

  • Takut Kawin   Siapa Cepat Dia Dapat

    Dira lebih dulu pulang bersama Bibi, sedangkan Daffin bersama kru lainnya. Rasa tak ingin berpisah itu hadir, namun Daffin tahan. Terlebih setelah melihat wajah jutek Dira. Bayang indahnya perjalanan pulang jika ia lalui bersama pun segera pudar setelah Sofia memanggil dirinya.“Bi, hati-hati ya. Jangan lupa untuk selalui kabari Daffin. Oke,” ucap pria tampan itu. Tatapan tulus serta kecupan penuh kasih ia layangkann pada wanita yang ada di hadapannya.“Ya sayang, Bibi tunggu di rumah.”Sesungguhnya Daffin ingin mengatakan sesuatu kepada Dira, tetapi sepertinya gadis itu menghindar dan memilih untuk pergi terlebih dahulu. Daffin hanya bisa menghela napas berat dari mulutnya. Ia pun mengantarkan Bibi menuju parkiran mobil.Sepanjang jalan Daffin terus tersenyum dalam diam. Sontak kejadian ini membuat banyak mata yang menaruh curiga.“Ehem, ada apa nih. Kok ada yang lain. Apa ada yang tau?” ledek salah satu kru.“Tanya Sofia gih. Kan dia yang paling dekat. Ngomong-ngomong cewek tadi sia

  • Takut Kawin   Tercium Sebuah Kebusukan

    Salah seorang kru mengetahui kabar kecelakaan yang dialami mobil Daffin. Ia pun segera menyampaikan kepada Leo selaku manajernya Daffin.“Mas Leo, aku dapat kabar kalau sopir mas Daffin kecelakaan,” ucapnya dengan tatapan cemas.“Apa?” tanya Leo dengan nada yang begitu kuat. Hingga membuat banyak mata memandang ke arahnya seketika. Tak terkecuali Daffin yang saat ini sibuk pemotretan.“Sebentar ya,” ucap Daffin meminta izin untuk menghentikan pemotretan sementara. Ia pun segera menghampiri Leo guna menanyakan apa yang telah terjadi.“Sopir lu kecelakaan!” jelas Leo dengan raut wajah cemas.“Emang dia kemana?” tanya Daffin yang tak mengetahui alasan sopirnya pergi.Leo pun menjelaskan, bahwa ia telah menyuruh si sopir mencari sesuatu di daerah kota. Untuk menjaga keamanan, ia menyuruhnya pergi dengan mengendarai mobil pribadi milik Daffin.Setidikitpun Daffin tak menaruh curiga. Ia justru sangat menghawatirkan keadaan pemuda yang menjadi sopir barunya. Sopir muda yang sengaja ia utus u

  • Takut Kawin   Awkaward

    Belaian lembut di kepalanya membuat Dira tersadar akan kantuknya. Wangi yang tak asing berhasil menggelitik hidungnya. Sadar betul akan sosok yang kini duduk memandanginya Dira, perlahan membuka matanya. Meski kabur, Dira tahu benar bahwa Daffin kini duduk tersenyum menatapnya.“Kau?” ucapnya menatap tak percaya.Memutuskan untuk bangkit dan segera memeluk Daffin. Tersenyum penuh haru kebahagiaan, Dira merasa senang sekali saat ini. Terisak, ia melampiaskan semua kekacauan hatinya. Memeluk kian erat, hingga membuat kerutan pada sebahagian kemeja Daffin.Sepertinya tidak hanya Dira, melainkan Daffin pun menunjukkan tatapan yang sama. Keduanya terhanyut dalam hangatannya pelukan rindu. Seling memeluk erat seakan tak ingin kembali dipisahkan.Semua ini terasa begitu nyata, hingga akhirnya tatapan Dira yang sedari tadi bersembunyi di dada Daffin kini beralih pada Devi. Senyum penuh syukur yang terlihat pada wajah wanita tua itu memberi isyarat bahwa semua ini nyata.Masih tak menyadari da

  • Takut Kawin   Titik Terang

    Dira masih saja menatap bingung ke arah pemuda itu. Pemuda yang begitu mirip dengan rekannya Tomi.“Kau kok bisa di sini, Tom?” tanya Dira dengan nyolotnya.“Maaf, salah orang. Saya bukan Tomi,” ucapnya sembari menunjukkan senyuman. Lalu memutuskan pergi. Namun, baru saja tubuhnya berbalik, Dira lebih dulu menahan pundaknya dengan tangan.“Enggak usah main-main kau! Ngapain kau di sini?” tanya Dira kembali. Perasaan curiga mendadak hadir. Tepatnya semenjak kemarin, dimana mereka harus menangkap pengedar di bar.“Le, Cepat sini! Malah kenalan sama cewek,” ucap relawan lain. Ia melambaikan tangan ke arah pria yang diduga Tomi.“Maaf, Mba. Sekali lagi saya bilang, saya bukan Tomi. Mungkin kami hanya mirip,” ungkapnya menolak halus. Tangannya dengan lembut melepaskan tangan Dira dari pundaknya.“Enggak, kau pasti Tomi!” ungkap Dira. Kali ini ia bertindak nekad dengan menepis tangan kemeja pria itu. Terlihat ada tato kecil bergambar bintang di sana. Memperjelas kalau dia bukanlah Tomi yang

  • Takut Kawin   Kenapa Ada dia

    Terik cuaca tak lantas membuat Dira menyerah. Perut yang belum sempat terisi tak menunjukkan gejala lapar. Yang ada dalam benak Dira saat ini hanyalah ingin segera menemukan Daffin. Terus melangkah dan mencoba memasang telinga, Dira berharap bisa mendengar kata tolong dari seseorang. Bayang wajah Daffin yang tengah kesakitan pun membuat Dira semakin cemas.“Woy! Kemari!” teriak salah satu relawan.Dira dan timnya pun turut mendekati asal suara. Ternyata mereka menemukan tas berisi uang tunai yang tak sedikit jumlahnya. Tas kecil berupa koper itu bewarna putih. Sesaat Dira sadar akan penjelasan aparat kemarin.“Jangan bilang yang dilihat supir truk itu koper ini. Bukannya orang,” gumam Dira yang mulai mencemaskan akan keberadaan Daffin saat ini.Kini hari mendekati siang, suasana semakin panas meski ada banyak pohon yang melindungi mereka. Lelah, kaki Dira mulai gemetar. Tak dapat dipungkiri jika saat ini tubuhnya terasa lemas sekali. “Mba, ini minum dulu! Wajah Mba pucat banget,” uca

  • Takut Kawin   Dira Menggila

    “Daffin!” teriakan Dira menggema. Sebuah tepukan di pundaknya membuka matanya.“Kamu enggak kenapa-kenapa, Nak? Minum teh dulu!” pinta Devi dengan wajah sembabnya.Dira tersadar dan seketika merasa malu. Ternyata apa yang baru saja ia lamai hanyalah sebuah mimpi.“Kamu mimpiin Daffin ya?” tanya Devi sembari mendekap tubuh Dira.Tangis yang sedari pagi ia tahan pun meledak. Dira menangis terisak berharap sesak didadanya berkurang. Ia terus menangis sambil membayangkan wajah Daffin yang ia lihat di dalam mimpi. Ia tak bisa membayangkan jika penampakan Daffin yang ia temui adalah keadaan nyata yang Daffin alami. Bisa saja darah yang ada pada tangan dan kaki Daffin itu nyata dan kini Daffin masih terbaring kesakitan menanti ajal di tengah hutan belantara.Tangis Dira sungguh sulit dikontrol, meski ia merasa malu dalam keadaan seperti ini. Namun, hatinya tak mampu membohongi diri. Pilu jika Daffin benar pergi untuk selamanya, sedangkan ia mulai menyadari bahwa telah jatuh hati.“Kita doaka

  • Takut Kawin   Cerita Semalam

    Malam itu mobil putih pintu geser yang sering Daffin gunakan untuk bekerja itu melaju kencang di tengah jalan sepi. Jalan lintas yang berjarak sempit dan cukup berkelok sedikit menyeramkan karena lampu penerangan jalan yang sangat minim. Seakan tak takut akan hal buruk yang mungkin terjadi, mobil putih itu terus melaju kencang seirama dengan musik DJ yang begitu deras.Sopir pribadi Daffin terus tertawa riang, bahkan sesekali ia bergoyang menikmati alunan nada. Bersorak dan ikut bernyanyi, ia begitu menikmati perjalanannya. Mungkin itu cara untuknya agar bisa terus melakukan perjalanan meski sudah tengah malam.Meski tak banyak kendaraan yang melintas, namun tak jarang mobil truk pengangkut barang berat melintas di tengah malam. Mereka sengaja bepergian di jam sepi, saat tak banyak kendaraan pribadi.Seakan memiliki nyawa cadangan, sopir itu terus saja melaju kencang meski sudah beberapa kali melewati mobil besar pengangkut barang berat. Langit malam itu terlihat lebih gelap, tanpa bi

  • Takut Kawin   Kabar Buruk

    Suasana berubah haru diikuti wajah kebingungan. Terdengar kabar bahwa mobil yang dikendarai Daffin mengalami kecelakaan fatal di salah satu tol. Berita ini disampaikan langsung oleh pihak kepolisian yang bertugas dan Devi selaku pihak keluarga diminta untuk datang ke kantor kepolisian sekitar.“Kenapa, Bu?” tanya Minah yang segera menghampiri nyonya pemilik rumah.Devi semakin syok setelah melihat foto yang berisi mobil Daffin yang penyot dibagian depan dan samping kiri. Dira yang sedari tadi diam pun turut menghampiri Devi. Saat ini sudah pukul setengah sebelas malam, tak mungkin mereka memaksakan diri untuk datang. Dira memutuskan untuk berangkat esok pagi bersama Devi dan sopir pribadinya.Malam ini terasa kacau. Pikiran Dira sungguh tak tenang. Waktu menunjukkan pukul satu malam, namun matanya masih enggan terpejam. Berulang kali mengubah gaya tidur, tak lantas membuatnya terlelap. Pikirannya dipenuhi dengan keadaan Daffin. Bayang wajah Daffin yang kini terbaring di atas ranjang d

  • Takut Kawin   Siapa Tomi Sesungguhnya

    Tomi lebih dulu masuk ke ruangan, memaksa Dira mengikuti rencana dadakannya. Melangkah masuk dengan gemuruh di dada Dira siap melakukan bela diri untuk menangkap salah satu bandar yang sedang berada di sana.Tetapi hal mengejutkan terjadi. Ruang yang Dira masuki terlihat kosong. Meninggalkan seorang pelayan yang tengah berbenah.“Kemana semua tamunya?” tanya Dira bingung.“Udah pada pulang, Mba. Emangnya Mba cari siapa ya?” tanya si pelayan bar yang tak kalah bingungnya. Menyadari Dira bisa masuk dengan mudah ke dalam ruangan, pelayan itu sadar jika Dira bukan orang sembarang. Jika bukan karena memiliki kenalan orang dalam, setidaknya ia pejabat negara.“Jadi, para pejabat sialan itu udah pada kabur?” tanya Dira kesal. Giginya saling beradu hingga menimbulkan bunyi.“Pejabat? Bukan Mba. Tapi anak muda biasa kok. Enggak ada anak pejabat juga pun,” ungkap si pelayan sambil menunjukkan wajah tengah berpikir keras.“Arrgh! Ini pasti kerjaan Tomi. Dia mau angkat telor rupanya,” gumam Dira

DMCA.com Protection Status