"Pak, kok Bu Fanny jadi cuek gitu sih?" tanyaku. tak tahan dengan rasa penasaranku akhirnya aku tanyakan."Gak apa-apa. Mungkin dia malu karena saya tolak, hahaha ...!""Benarkah?" Rasanya aku belum percaya. Kemarin kayaknya gayung bersambut, bukannya Pak Willy juga suka sama perempuan gatel itu."Kenapa sih kamu kepo banget, bukannya seneng yah, saingan kamu berkurang satu, hahaha...!!"Ah, mulai deh dia berlagak lagi, seneng banget bikin aku kesal."Huuh ... kepedean banget sih Bapak ini!""Suka gak ngaku kamu ih, padahal hatinya berbunga-bunga... Bu Fanny gak lagi jadi penghalang buat deketin saya!!""Serah ah, saya mau ke sana aja! Pusing dengerin tong kosong nyaring bunyinya!!"Aku pun meninggalkan dia yang masih tertawa menggodaku.Kulihat gadis itu sudah memakai pakaian seragam, dia memang masih SMA yah masih pantaslah, apalagi sekarang tampak wajahnya polos tanpa make up, terlihat sekali kalau dia masih sangat belia.Tapi sayangnya ukuran dadanya tampak sudah melebihi umurnya
Tiba di sebuah restoran, gadis itu menyapaku dengan pakaian tetap serba ketat dan minim.mungkin karena masih ABG dia ingin tampil menarik di mata orang lain.Waktu Firlita sebesar dia pun begitu, hanya saja tidak seberani gadis ini, pakaiannya teramat minim.Aku tidak bisa melarangnya, karena aku bukan siapa-siapanya, apalagi yang aku tahu dia itu seorang model, ya sudahlah aku tidak akan mengkritik penampilannya."Hai Om, udah makan belum Om?" tanyanya sambil melahap kentang goreng."Kebetulan belum, ini langsung dari kantor." "Ya sudah aku pesenin yah!" "Mbak, pesan sama kayak aku yah!" katanya setelah seorang waiters mendekat."Iya, tunggu sebentar yah." Sebelum aku memulai interogasi, aku sengaja mengulur waktu dengan menyantap apa yang dia pesan untukku. Aku tidak ingin dia merasa curiga. Santai tapi tepat sasaran itu yang harus aku lakukan sekarang."Terus kenapa tiba-tiba kamu menelpon Om?" tanyaku memulai pertanyaan."Aku lagi kesel aja Om. Laki-laki yang aku taksir cueki
Pak Willy susah banget dideketin, kenapa dia malah lengket sama assistennya itu sih! Padahal sudah sedekat ini, syuting juga ketemu terus, tapi gimana mau dapetin dia. Ngelirik aja enggak, ada yang salah gitu sama aku.Padahal kalau dilihat kan lebih cantik aku ke mana-mana, malah aku lebih muda dan fresh dibandingin wanita itu, aneh Pak Willy itu.Aku hanya bisa ngeliatin dia sama wanita itu, huuh... nyesek deh, pas tadi aku ngajak dia makan siang, dia nolak aku mentah-mentah.Nanti, aku mau ngajak dia pulang bareng siapa tahu dia mau.Selesai syuting tiba, nah kebetulan wanita itu lagi ke belakang ngambil tas. Pak Willy cuma sendirian di parkiran."Pak, aduuh...!" Aku mulai berakting di depannya, berpura-pura limbung sambil memegang kepala."Hei kamu kenapa?" tanyanya tampak cemas.Ini kesempatanku, "Saya pusing banget Pak, aduh... ga kuat!" Aku pun ambruk di pelukannya."Hei, jangan pingsan dulu!" katanya tambah cemas.Lalu wanita itu datang, "Dia kenapa Pak?" "Gak tahu, Fir. Aduuu
Mau ke mana Pa?" tanyaku, sudah beberapa hari ini aku perhatikan Mas Firman selalu keluar tiap kali ada yang menghubunginya."Aku ada kerjaan, bentar aja kok." Selalu begitu jawabannya kalau aku tanya."Iya Pa, jangan malam-malam pulangnya. Mama udah masak banyak.""Oke, Ma." Aku menatap kepergian Mas Firman yang menurutku sedikit aneh. "Kenapa Ma?" tanya Alvin, anak bungsuku."Gak apa-apa, Vin. Mama hanya heran aja Papa akhir-akhir ini selalu pergi setelah menerima telepon.""Perlu aku selidiki, Ma?" tawar Alvin."Gak usahlah, mungkin Papa memang lagi ada kerjaan.""Serius nih Ma, Mamaaaa... gak curiga siapa tahu Papa ada main sama seorang gadis, hahaha...!" goda Alvin."Papa kamu itu udah tua udah punya anak gadis juga, masa iya masih ada yang suka apa!" "Eeeeh... Siapa tahu lho Ma, Papa masih kelihatan gagah lho. Gadis sekarang mah malah sukanya sama cowok yang dewasa. Istilahnya sugar daddy. Kalau zaman sekarang itu, makanya Mama juga harus waspada lho."Waduuh... jangan sampai
Firlita POVAku senang hari ini aku bisa menghindari si gadis genit itu, malas banget aku berhubungan dengan dia. Farhan mengajakku menjauh dari kantorku, hahaha... Pak Willi pasti bingung mencariku saat dia lagi sibuk memperhatikan para kru iklan itu.Cukup lama kami di sini, menikmati suasana cafe yang tenang. "Hei, kenapa kamu Senyum-senyum sendiri?" tanya Farhan."Enggak kok, Han. Hanya saja ide kabur dari pekerjaaan ini bukannya ini gila yah, mereka lagi sibuk-sibuknya kita malah santai-santai di sini,""Biarin kali-kalikalilah Fir... kamu tuh jangan terlalu serius hidupnya biar gak stress, hahaha ...!" Farhan ketawa lepas.Sambil menyeruput kopi hangat aku duduk santai sambil berbincang dengan Farhan. Tiba-tiba saja dia menanyakan soal pribadi. "Hmmm... Fir, ngomong-ngomong kamu udah ada calon belum, Fir?" tanyanya malu-malu."Hah, akuuu... belum ada, Han... Jomblo aku Han... hahaha...." Aku menjawabnya sambil tertawa, mungkin dia kira aku hanya bercanda."Kamu suka gitu, masa
"Akuuu... gak ngapa-ngapain kok, hanya lagi membicarakan soal model itu. Kan dia masih ada agenda hari ini.""Iyakah? Tapi tumben kamu datang sepagi ini, biasanya juga kita udah pada datang, kamu baru jol." Tari masih menyipitkan matanya, oh tidak! Apa dia tidak mempercayai kata-kataku."Hei, lagi pada Ngobrol apaan sih, serius amat kalian berdua? Tuh si Fayra udah datang." Tiba-tiba Shinta datang, syukurlah dia penyelamatku jadi dia gak akan tanya-tanya lagi."Oh dia udah datang, ya udah aku kasih tahu dulu Bos." Aku segera pergi, menghindari Pertanyaan Tari.Uuuh ... selamat aku! ****Fayra POVHari ini aku akan bertemu Si Ganteng lagi, asyik aku bakalan keliling pabrik berdua aja.Pagi-pagi aku sudah ready. Hari ini aku akan lebih agresif, dia harus jadi milikku."Sebentar yah, Nona saya panggilkan dulu Pak William nya. Silahkan duduk dulu." Seorang receptionist tersenyum ramah padaku."Iya, Mbak terima kasih."Tak lama dari pintu lift aku lihat pria yang aku tunggu-tunggu pun dat
Hari makin malam, sudah pukul 21.30 tapi Pak Willy belum ada tanda-tanda akan datang. Semua menunggu dengan gelisah.Tamu-tamu pun sebagian mulai berpamitan karena sudah terlalu malam tapi acara belum juga dimulai.Kedua keluarga makin gelisah, aku lihat Mamanya Pak Willy terus melirik ke arah pintu. Sedangkan Pak Ronald berulang kali menelpon Pak Willy tapi tak satu kali pun diangkat."Gimana ini Pak Ronald, kenapa Willy sampai saat ini belum juga datang?" tanya Papa mulai panik dan juga merasa malu pada tamu-tamunya beberapa kali membungkukkan tubuhnya meminta maaf pada tamu yang berpamitan. "Iya Pak Firman. Sebentar yah saya mau menghubungi dulu Willy, dari tadi sudah saya telepon tapi tak tak ada jawaban." "Ya sudah kalau begitu mari kita ke sana, biar kali ini saya yang telepon!" Papa mengajak Pak Ronald ke ruangan lain.Aku yang penasaran, mengikuti mereka, aku pun ingin tahu kenapa sampai calon tunanganku tak datang.Papa pun menelpon Pak Willy menggunakan ponsel Pak Ronald.
Flashback on"Pak Willy tolong saya, saya disekap oleh seseorang di sebuah apartement!!" Suara Fayra terdengar panik di ujung telepon."Ka-kamu di mana Fay?" tanyaku ikut panik."Saya ada di apartement Berlian lantai 7 kamar 52, cepat Pak! Saya takut ini!"Tok! Tok! Tok !! "Wei, cepaaaat.... kalau gak saya akan mendobrak pintu kamar mandi itu!"Terdengar suara laki-laki yang berteriak sambil menggedor pintu dengan keras."Udah yah Pak, kayaknya mereka udah curiga! Pak Willy harus cepat, saya takut Paaak...!" katanya sambil berbisik dan terdengar begitu gugup.Tut! Dia mematikan sambungan telepon.Aduh, gimana ini? Aku harus menolongnya, tapii... bagaimana dengan pertunanganku.Aku melihat ke arah jam tanganku, masih ada Waktu sekitar dua jam.Aku pun bergegas makin cepat pergi, makin cepat beres urusannya dan aku bisa pergi ke pertunanganku."Lho Willy, kamu mau ke mana? Kok malah pergi acara pertunangan kamu sebentar lagi?" tanya Papa saat melihatku hendak pergi."Ada urusan sangat