My wife's soul mate had Rh negative blood just like me. In order to make my wife happy, he donated his bone marrow to me then committed suicide. I was put on the blame for his death. Everyone blamed me for killing him. My wife who received his suicide note went crazy. She started to draw blood from my body. She was extremely cruel. "You owe that to me. He would not have died if not because of you. I am only returning to him something that did not belong to you." When the soul mate reappeared, my wife started looking for me like crazy. She did not know that I had died for losing too much blood.
View MoreSemua orang berbisik-bisik. Antara merasa kasihan dan miris melihat seorang pria yang hanya berdiri di altar pernikahannya seorang diri. Sudah cukup lama dan sang mempelai wanita tidak kunjung datang.
Tamu undangan yang awalnya datang untuk menyaksikan pernikahan paling bahagia, tiba-tiba merasa bahwa mereka hanya datang untuk menyaksikan kemalangan seorang pria yang ditinggalkan pengantin wanitanya. Sudah hampir satu jam berlalu sejak acara janji suci pernikahan seharusnya dilangsungkan, tapi semuanya terhenti di sana. Pernikahan tentu tidak bisa dilanjutkan kalau hanya ada satu pengantin, 'kan? Rasa malu, kecewa, dan dendam yang muncul dengan cepat membuat si pengantin pria mengepalkan kedua tangannya. Dia melirik tajam ke arah seorang pria yang mengenakan jas berwarna hitam. Pria itu seakan mengerti dan langsung berjalan menghampirinya. "Apa aku sedang dipermalukan sekarang?" Si pengantin pria bertanya kepada asisten pribadinya. "Maaf, Pak. Saya sudah berusaha menghubungi Nona Olivia, tapi ponselnya mati." "Bagaimana dengan pihak keluarganya?" "Saya juga tidak bisa menghubungi mereka. Bahkan saya sudah mengirim orang untuk menjemput ke rumah mereka langsung, tapi Nona Olivia tidak berada di kediamannya. Rumah itu kosong, Pak." Gabriel, CEO muda dengan wajah rupawan yang disegani banyak orang, akhirnya menyadari bahwa dirinya ditinggalkan oleh pengantin wanitanya di hari pernikahannya. Wanita sialan itu, bisa-bisanya membiarkannya untuk berada di altar pernikahan seorang diri. Dendam itu menyelubungi dada Gabriel. Sebuah janji terucap. Apa pun yang terjadi, dirinya akan membalas rasa malu dan kecewa yang diterimanya kepada gadis itu. Berkali lipat lebih parah. "Bubarkan pernikahan ini. Cari tahu tentang wanita sialan itu. Kejar dia ke ujung dunia sekalipun. Bawa dia untuk berlutut di hadapanku. Kalau kau tidak bisa membawanya dengan cara baik-baik, ikat kakinya dan seret dia. Aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri." Gabriel berbicara dingin. Berikutnya, dirinya melonggarkan dasi yang melingkari lehernya dan berlalu pergi begitu saja meninggalkan altar pernikahannya. Melangkah di sebuah karpet putih dengan tatapan semua orang yang menembus kepalanya. Seorang Gabriel dicampakkan sehebat itu, tentu dia tidak akan tinggal diam. Kalau ada satu yang memberinya luka, maka dirinya akan menancapkan pisau berulang kali kepada orang itu sebagai balasannya. Tapi kalau rasa malu yang diterima olehnya sampai membuat harga dirinya hancur, bukankah hanya kematian yang pantas didapatkan oleh orang itu? Atau setidaknya dia harus menderita sampai merasa ingin mati. *** Mansion yang berdiri megah di tengah hutan itu mencekam. Bukan karena posisinya yang berada di tengah-tengah hutan, tapi karena pemiliknya sedang sibuk melemparkan barang ke sana sini. Menghadirkan nuansa mengerikan bagi siapa pun yang berada di sana. Semua orang yang bekerja di sana cemas gugup. Takut bahwa mereka akhirnya akan mendapatkan imbas dari kemarahan Tuan mereka itu. "Dasar jalang kurang ajar! Berani-beraninya kau mempermalukan diriku sampai seperti ini?!" Gabriel berteriak. Tangannya menyambar vas bunga lain yang berada di dekat tangga lantai dua. Gabriel langsung melemparkannya begitu saja ke arah tangga. Membuat semua orang terkesiap dan langsung menutup telinga sambil memalingkan wajah. Berikutnya, yang terdengar adalah suara pintu yang dibanting sangat keras. Gabriel memasuki kamarnya dengan napas terengah-engah karena emosi yang tidak bisa dikendalikan olehnya. Rugi uang bukanlah masalah. Rugi perihal waktu juga bisa ditangani olehnya. Tapi seseorang baru saja menghancurkan harga dirinya, jadi bagaimana bisa dirinya meredakan kemarahan itu? "Aku benar-benar akan mencekikmu sampai mati!" Gabriel mengucapkannya tanpa sadar. Tapi seakan semua hal yang terjadi belum cukup untuk menghancurkannya, tiba-tiba dirinya malah mendapatkan sebuah pesan dari ponselnya. Gabriel merogoh saku bagian dalam jasnya yang sudah terlepas dari tubuhnya itu. Dirinya mengambil ponselnya dan langsung melemparkan jasnya begitu saja ke arah ranjang. Ada pesan masuk dan matanya membelalak. Giginya saling beradu dengan urat-urat leher menonjol. Maafkan aku, Gabriel. Setelah semuanya selesai, aku berjanji akan menjelaskannya padamu. Aku akan berlutut di hadapanmu. Tapi untuk sekarang, aku harus pergi. Aku berharap kamu mau menungguku. Kumohon. -Olivia "Wah, setelah menginjak-injak harga diriku, sekarang dia memintaku untuk menunggunya?" Gabriel tertawa terbahak-bahak. "Apakah dia anak raja?" Tangannya langsung bergerak ke bagian atas layar dan menunjuk satu icon di pojok atas. Gabriel langsung menghubungi nomor asing itu dan menempelkan ponselnya ke telinga, tapi nomor itu langsung tidak bisa dihubungi. Kemarahannya memuncak dan Gabriel langsung melemparkan ponselnya ke lantai. Napasnya naik turun dan dirinya mengusap wajahnya frustrasi. Bersamaan dengan itulah pintu kamarnya terbuka. Memperlihatkan asisten pribadinya yang baru datang. "Pak," panggil William. "Saya tidak bisa menemukannya. Apakah saya harus mencari tahu apa Nona Olivia mungkin melakukan penerbangan atau tidak?" "Tidak perlu!" Gabriel berseru. "Jangan habiskan banyak sumber daya dan tenaga untuk wanita jalang itu! Aku tidak rela." "Tapi tadi Anda bilang—" "Tidak!" Gabriel memotong ucapan William. "Kau tidak perlu mencari wanita sialan itu. Biarkan saja dia pergi ke mana pun dia mau. Karena aku tahu dia pasti akan kembali." Setidaknya Gabriel bisa menyimpulkan hal itu dari pesan yang didapatkannya. Pasti ada sesuatu yang terjadi dan entah kapan, Gabriel yakin wanita itu pasti akan kembali kepadanya. "Baiklah, Pak." William menganggukan kepalanya mengerti. "Seharusnya dia membicarakannya kepadaku kalau ada sesuatu, tapi dia memilih lari dan memperlakukanku seperti ini. Demi Tuhan, aku tidak akan pernah memaafkannya." William hanya diam mendengar gerutuan dari atasannya itu. Sadar betul bahwa kemarahan itu tidak akan bisa dikendalikan. Siapa pun pasti akan merasa kecewa kalau ada di posisi atasannya. Tidak akan ada yang bisa menerima hal itu. "Kalau begitu, apa ada yang bisa saya lakukan untuk Anda?" "Ya, kau harus melakukan sesuatu untukku setelah membereskan semua kekacauan ini." "Baik." William mendengarkan dengan seksama dan jauh di hadapannya, atasannya itu berdiri tegak dengan kedua tangan tenggelam di saku. "Cari pengantin baru untukku yang seusia atau lebih muda dari perempuan sialan itu." Gabriel mengucapkannya dan hal itu langsung membuat William sedikit tersentak. "Dia harus lebih cantik, harus lebih baik dalam segala hal, harus lebih bermartabat sebagai seorang perempuan. Aku butuh yang bisa bersikap patuh, jadi jangan cari seorang pembangkang." "Tapi, Pak—" "Aku tidak menerima tapi darimu, William!" Gabriel berteriak dan William pun langsung menundukkan kepalanya patuh. "Kau hanya perlu melakukannya. Cari pengantin pengganti untukku secepat mungkin." "Baik, Pak." Kali ini William langsung menyahutinya dengan patuh. "Cari tau asal-usulnya dengan baik. Tidak perlu dari keluarga berada yang setara denganku." "Bagaimana dengan karirnya?" "Oh, ayolah, Will. Kalau ingin memaksa seorang untuk menjadi pengantin pengganti, untuk menikah denganku, tentu kau tidak bisa mencari dari mereka yang bisa melakukan semua hal sendiri. Mereka harus butuh sesuatu dariku, baru semuanya akan berjalan lancar." William langsung mengerti apa maksud dari atasannya itu. Pria itu berencana untuk mencari seseorang yang bisa digunakannya sebagai alat balas dendam. Tapi sebagai bawahannya, William tidak bisa berkomentar banyak. Apa yang diinginkan oleh atasannya itu, maka itulah yang akan diberikan olehnya.Simon held a knife against Elsa's neck. It had left a tiny bloodstained wound.Nicole glared at him without saying a word.Simon broke down emotionally. He asked coldly, "Nicole, do you plan to leave me because of Ray?"Nicole replied in a deep voice, "Hand Elsa to me. I will bring her up. She was the one person Ray cared the most in this world."Simon laughed.With tears and laughter, he said, "Nicole, isn't it good that Ray is no longer around? We can be together openly now."You don't have to worry about our relationship affecting your business or you letting the Hawkins family down. There are no obstacles between us now! Isn't this a happy ending?"When she heard Simon's emotional words, Nicole suddenly realized something.She took a step forward. Her face looked gloomy as she said, "Did you do it intentionally?"Simon laughed even louder. "It looks like you've finally understood now."Nicole's face turned pale in an instant. Her fingers tightened around the phone.At th
It was not difficult to find out the truth, but Nicole had never trusted me. That was why she misunderstood me for so long.Elsa's consent form was placed in front of Nicole.Nicole lit a cigarette and read the consent form over and over again, just like how she kept reading Simon's suicide note.She did not move the entire night.The next morning, there was an anxious knock on the door.Without waiting for Nicole to speak, Simon pushed the door open."Nicole!" Simon asked anxiously, "Why didn't you go home yesterday?"Nicole pushed the consent form toward him. She asked, "Why did you lie to me?"Simon went silent. He smiled bitterly and said, "Nicole, I love you so much."That day, I prepared a rope to hang myself. I also had a bottle of sleeping pills, and I even climbed to the top floor. I prepared countless ways to kill myself. However, each time I wanted to die, I thought of you. I haven't seen you happy yet. Hence, I can't bear to die."Donating bone marrow to Ray was s
It was a large garbage disposal station.My body had been cremated and turned into a pile of ashes. It was then put into a small pottery jar I had bought earlier.They thought I was unlucky and refused to keep my ashes at the villa. After they discussed it, they decided to throw my remains into the garbage disposal station.The garbage was piled up like a mountain at the disposal station. The stench was overwhelming and unbearable, and it was not easy to find my ashes.No one knew what Nicole was thinking, but she started looking.She ignored her exquisite beauty and elegance. She rushed into the pile of stinking garbage, using her perfectly manicured fingers to dig out all kinds of dirty paper, fruit shells, and fruit peels.She started to smell terrible very quickly.Simon followed her.He covered his nose with disgust when he saw. "Nicole, it's just ashes! Anyway, he's dead. There's no use in keeping the ashes. Why do you bother?"Nicole glared at him.Simon shuddered. "Yo
Nicole was still smiling. She did not believe that such a scourge like me could die so easily. She said sternly, "He even bribed you?"The doctor smiled bitterly. "Ms. White, he didn't. Mr. Hawkins died, and I was the one who collected his body."At first, his body was kept in the villa. The weather was terrible, so the body was smelly. The people in the villa didn't dare to handle it. They called you, and you said to dispose of it. They didn't dare to do it themselves, so they contacted me."I saw the body with my own eyes and took care of it. It has been cremated and thrown away according to your instructions," he said solemnly and sincerely.The redness on Nicole's face faded gradually and turned pale.It seemed like she was the one who was anemic.She took a step back and almost lost her balance. She shook her head and asked in a daze, "How is it possible?"Simon grabbed her arm. "Nicole, what's wrong with you?"It doesn't matter if he's dead. This little girl has Rh-negati
No one was able to find me.Elsa was just a little girl. She felt so lost that she broke down and cried.Nicole was furious; she insisted that I was in hiding.She wanted to use Elsa to force me to come out.The sharp needle pierced into Elsa's delicate skin to draw her blood. Elsa struggled, but she was pressed into the chair."Enough, why torture the child?" Simon coughed. A red flush appeared on his pale face. "He probably heard that I was back and feared I would go after him. Nicole, I understand."Nicole was furious when she heard that. The blood she drew from Elsa was thrown to the ground. It splashed all over the floor.She told someone to record that and send it to me.One after another, horrifying videos were sent to my mobile phone. However, they did not receive any reaction from me.Nicole said in a voice recording, "Ray, you want to bet that I will kill this little brat?"Doesn't the Hawkins family want to protect her? Why are you such a coward that you dare not s
Nicole rushed to the villa as fast as she could.As soon as she arrived, she slapped the helper twice.Nicole sneered coldly, "How dare you! How dare you team up with Ray to lie to me?! Tell me the truth now. How much money did he offer you? Where is he hiding now?"Nicole strangled the helper who spoke for me. She was pressed against the wall.She struggled and kept shaking her head. "Ms. White, we didn't lie to you; Mr. Hawkins is dead."Nicole's anger made her unable to listen to the truth.She searched the entire villa and found no trace of me. She immediately drove to my former residence.It was a small two-bedroom apartment that I thought Nicole did not know about.Simon tried his best to stop her. "Nicole, don't be angry. I'm fine," he said as he trembled. He looked really pale.Nicole was even more distressed when she saw that. "Simon, don't worry. I'll never let you leave me again. I'll take good care of you."She did not have the apartment keys, so she had to arrang
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments