"Lia kemarin lihat lo waktu pulang sekolah boncengin perempuan lain."
Di sinilah Marsha dan Felix berada. Setelah selesai dengan bimbingan belajarnya pada malam hari, Marsha mengajak Felix untuk berbicara terkait masalah antara Felix dengan Lia. Marsha dan Felix berhenti terlebih dahulu menuju ke sebuah kafe yang terletak di pinggir jalan. Untung saja Felix menerima ajakan Marsha. Sebelum itu, Marsha pun sudah memberitahu kepada Haris jika ia akan pergi ke kafe sebentar bersama dengan Felix untuk membantu menyelesaikan masalah di antara sahabatnya dan Felix. Haris pun juga sudah diberitahu oleh Marsha terkait masalah antara Lia dan Felix. Laki-laki itu tentu saja mengizinkan kekasihnya.
"Oh, shit. Pantesan aja," cerca Felix setelah mengetahui alasan sebenarnya mengapa Lia mengabaikannya.
"So, what is the truth?" tanya Marsha.
"The girl that go home with me just my neighbor. Just it," jelas Felix dengan singkat.
Mars
Lia harus segera berterima kasih kepada sahabatnya, Marsha. Karena perempuan itu, hubungannya dengan Felix pun kini telah membaik. Felix sengaja mengajak Lia untuk berangkat sekolah lebih gasik dari biasanya. Laki-laki itu mengajak Lia untuk sarapan bersama terlebih dahulu sebelum menuju ke sekolah. Lia yang tidak tahan mengabaikan Felix terlalu lama pun menyudahi aksi untuk mengabaikannya. Ia menerima ajakan Felix untuk sarapan bersama sebelum berangkat sekolah. Kini, kedua insan yang sedang dimabuk cinta pun sedang duduk berhadapan sambil menunggu menu sarapan pada pagi hari yang mereka pesan datang."Kok tumben ngajakin sarapan pagi-pagi kayak gini?" tanya Lia membuka obrolan."There is something that I have to tell you, Lia," ujar Felix. Lia yang paham dengan apa yang akan Felix bicarakan pun mengangguk. "Go ahead.""Aku mau jelasin tentang kesalahpahaman kamu sama aku terkait kejadian waktu pulang sekolah tempo hari. Kamu pasti ngira perem
Haris kini sudah berada di unit apartemen milik Marsha. Begitu menekan tombol sandi di depan pintu masuk, Marsha mempersilakan Haris untuk masuk ke dalam unit miliknya. Apartemen yang tidak terlalu kecil tetapi tidak terlalu luas sangat cocok untuk ukuran pelajar seperti Marsha. Begitu masuk ke dalam, Marsha mempersilakan Haris untuk duduk di ruang tamu sekaligus ruang tengah di mana terdapat smart tv dengan lebar layar 50 inci memenuhi dinding di ruangan tersebut. Di sebelah ruang tengah, terdapat satu kamar luas di mana kamar tersebut adalah milik Marsha. Lalu ketika masuk ke dalam lagi terdapat dapur beserta ruang makan yang langsung berbatasan dengan balkon luar kamar.Ini adalah pertama kalinya Haris berkunjung ke apartemen milik Marsha. Sebelumnya Haris belum pernah berkunjung ke apartemen milik Marsha karena keterbatasan tangannya yang masih sakit dan dibalut dengan gips sehingga ia tidak diberikan kebebasan oleh kedua orangtua untuk bepergian meskipun hanya berkunjung
Sejak kejadian tadi siang, hingga sampai saat ini Marsha masih berbaring di atas ranjangnya sambil tersenyum sendiri. Perempuan itu masih membayangkan kejadian tadi siang di mana ia dan Haris saling beradu mulut dengan mesra. Momen yang sangat langka dan Marsha tentu tidak ingin melupakannya. Ia masih membayangkan betapa lembutnya Haris ketika sedang menciumnya. Selepas kejadian tersebut, suasana di antara Marsha dan Haris pun menjadi canggung tetapi mereka tidak menyesal setelah melakukan hal itu.Haris pulang pada pukul lima sore setelah mereka menyelesaikan kegiatannya. Marsha sebenarnya tidak ingin Haris pulang, ia ingin kekasihnya untuk tetap tinggal dan menemaninya di apartemen. Akan tetapi, apa boleh buat. Kondisi Haris tidak memungkinkannya untuk menginap di unit apartemen milik Marsha. Terlebih lagi kedua orangtua laki-laki itu saat ini menjadi protektif terhadap anaknya karena tangan kanannya masih dibalut dengan gips. Pada pukul lima sore pun sopir suruhan orangtua
Jika kemarin sore Felix mampir ke unit apartemen milik Marsha, maka saat ini giliran Lia yang datang mengunjungi unit apartemen sahabatnya pada hari Minggu. Lia sudah datang di unit apartemen milik Marsha sejak pukul sepuluh pagi. Perempuan itu bahkan sudah membawa menu makan sarapannya yang baru dibeli untuk dimakan bersama dengan Marsha. Ia juga membelikan menu sarapan untuk Marsha karena pasti perempuan itu belum memakan apa pun di pagi hari. Marsha dan Lia kini sedang memakan sarapan atau lebih tepatnya makan siang mereka di ruang tengah sambil menonton televisi."Gue jadi mau punya apartemen sendiri deh kayak lo," ujar Lia."Kenapa emangnya? Nggak enak tau sendirian di apartemen," timpal Marsha."Kalau sendirian kan bisa ajakin Felix biar nemenin gue. Kayak lo sama Haris kemarin," ucap Lia sambil menaik-turunkan alisnya menggoda Marsha."Nggak usah mikir yang aneh-aneh," tukas Marsha menggelengkan kepala karena sikap Lia yang aneh.Mereka berd
Hari Senin menuju hari Minggu membutuhkan waktu selama lima hari tetapi mengapa hari Minggu menuju hari Senin hanya membutuhkan waktu satu hari saja? Itulah yang kini sedang dipikirkan oleh Marsha. Hari Minggu yang sangat menyenangkan sudah Marsha habiskan bersama dengan sang kekasih dan juga sahabatnya di unit apartemen miliknya. Waktu dengan cepat berlalu dan pagi ini Marsha harus sudah bersiap untuk kembali ke rutinitas seperti biasa, yaitu sekolah, tambahan belajar, dan yang terakhir adalah bimbingan belajar.Baru saja tadi malam sang ibu mengunjungi unit apartemen milik Marsha. Sang ibu datang untuk menengok anak perempuan semata wayangnya yang sudah mulai hidup dengan mandiri. Sang ibu juga membawa banyak bahan makanan untuk memenuhi stok di kulkas milik Marsha dan juga tidak lupa dengan makanan ringan yang akan menambah stok camilan Marsha. Seperti sudah menjadi naluri dan insting, sang ibu membawakan alat pemanggang roti untuk Marsha saat di apartemen. Alat pemanggang
Sudah terhitung tiga hari sejak Senin sampai Rabu Marsha dan Felix selalu pulang bersama setelah selesai bimbingan belajar pada malam hari. Hal itu tentunya juga diketahui oleh masing-masing dari kekasih mereka, Haris dan Lia. Mereka berdua pun ikut memaklumi ketika Marsha dan Felix pulang bersama. Toh, Marsha adalah sahabat Lia, mana mungkin ia tidak percaya dengan sahabatnya sendiri. Sama seperti Haris dan Felix. Meskipun mereka berdua pernah bertengkar karena kesalahpahaman, Haris sudah memercayai Felix karena ia sudah menganggap Felix sebagai sahabatnya sendiri.Marsha dan Felix baru saja menyelesaikan bimbingan belajar mereka pada pukul tujuh malam. Setelah pengajar keluar dari ruangan, para murid yang mengikuti bimbingan belajar mulai merapikan peralatan dan bergegas keluar dari ruangan. Marsha dan Felix kini sudah keluar dari ruangan dan berjalan beriringan menuju ke parkiran di luar. Namun, ternyata cuaca di luar pada malam hari ini sedang hujan deras. Para murid yang
Sejak pulang dari sekolah setelah mengikuti tambahan belajar, kegiatan yang dilakukan oleh Haris hanyalah berbaring sambil menonton televisi di kamarnya. Ia juga beberapa kali memainkan game yang ada di ponselnya untuk sekadar menghilangkan rasa jenuh. Akan tetapi, ternyata sama saja. Rasa bosan dan jenuh masih menyelimuti diri Haris. Jika tangannya tidak sakit seperti ini, pasti saat ini Haris sedang asyik bepergian bersama dengan Marsha. Seketika ia merindukan momen-momen yang dilakukan bersama dengan Marsha saat tangannya masih baik-baik saja.Sudah hampir satu bulan lamanya Haris beraktivitas dengan tangan kanan yang dibalut gips. Awalnya yang terasa sangat membebankan karena terasa berat sebelah tetapi lama-kelamaan Haris sudah mulai bisa beradaptasi. Yang membuatnya kesulitan adalah ketika ia harus melakukan aktivitas yang harus menggunakan dua tangan. Contohnya seperti makan, mandi, memakai baju, dan tentu saja Haris menjadi tidak bisa membawa kendaraan sendir
Marsha sengaja merahasiakan kepada Lia tentang kejadian kemarin di mana Haris datang mengunjunginya dan bertemu dengannya dan juga Felix. Ia tidak mau sahabatnya merasa salah paham tentang dirinya dan tentu saja Felix juga bersedia untuk merahasiakan hal tersebut dari Lia. Marsha hanya takut jika nantinya Haris diam-diam memberitahukan tentang kejadian tersebut kepada Lia yang bisa merusak hubungan persahabatan antara Marsha dengan Lia.Sejak kejadian kemarin, Haris belum mengabarkannya melalui pesan. Padahal, biasanya setiap pagi Haris selalu mengucapkan selamat pagi kepada Marsha. Mungkin saat ini Haris masih marah pada Marsha sehingga ia masih enggan untuk memberinya pesan. Pagi hari yang biasanya diawali dengan ucapan selamat pagi oleh Haris pun kini tidak ada sehingga membuat senyum Marsha tidak tertera di wajahnya. Obrolan tadi malam membuatnya tidur larut pada pukul dua pagi. Entah mengapa, padahal biasanya Marsha selalu tidur sebelum jam dua belas malam tetapi tadi ma