Usai menerima telepon dari Rifai, lelaki tampan itu langsung meninggalkan meja makan tanpa meneruskan makanannya. Larasati yang mendengar suaminya berbicara tentang Elvira, hatinya terasa seperti teriris sembilu. Ia tak menduga, kalau berita tentang Elvira yang disampaikan oleh seseorang atas perintah suaminya lewat telepon membuat Irwan meninggalkan makanannya.Padahal, sejak tak ada kabar tentang Elvira selama satu bulan, kehidupan rumah tangganya yang dalam masa pemulihan usai prahara yang cukup lama, Irwan tampak berusaha memperbaiki kerenggangan hubungan mereka. Hal itu terbukti saat mereka melakukan hubungan intim, Irwan tidak menyebut nama Elvira lagi, walaupun, baru dalam satu minggu terakhir. Dan hal ini jelas akan mengganggu hubungan mereka lagi. “Mas, makannya dihabiskan,” pinta Larasati. Namun, Irwan sama sekali tidak memedulikan ucapan istrinya sedikit pun. Hingga membuat Larasati meninggalkan sarapannya mengikuti langkah Irwan menuju ruang kerjanya “Mas, ada masalah ap
Irwan yang mengetahui nama panjang dari Elvira pun, tersenyum manis dan membayangkan wanita cantik itu akan menjadi istri keduanya. Lalu, Irwan pun menghubungi kembali Bram, saudara sepupunya dengan memberikan nama panjang Elvira dan foto dari wanita cantik tersebut.“Gila cantik banget. Uhm, ngomong-ngomong namanya familiar banget. Kayaknya aku pernah denger ini nama. Model yaa?” tanya Bram yang sepintas lalu pernah membaca nama panjang Elvira pada sebuah berita.“Model? Kagaklah ... kalau model pasti dia nggak mau hamil dulu. Paling Happy Fun aja. Nama orang cantik memang cepet diingat. Sama seperti Mbak Nita, pasti orang cepet inget namanya, yaa nggak?” canda Irwan yang hatinya telah lebih tenang.“Kurang asem, kakak iparmu aja masih diincar. Untung Nita kelasnya sama kaya Sati, yang tetap setia dan menjaga kehormatan suaminya. Hahahaha...,” balas Bram memuji istrinya dan istri Irwan.“Sekarang gimana rencananya, Mas? Kira-kira berapa lama, aku bisa tau dimana Vira tinggal? Aku
Pukul setengah dua belas siang, Bram menepati janjinya ke rumah Irwan bersama Nita, istrinya. Kedatangan mereka pun disambut hangat oleh Larasati yang kemarin telah dihubungi oleh Nita. Biasanya, saat mereka akan ke rumah Irwan, Bram minta dibuatkan sayur asem dan pepes ikan tuna oleh Larasati yang dikenal dalam keluarga mereka, sangat mahir mengelola makanan.“Ayo masuk, Mbak Nita, Mas Bram...” Larasati menyambut kedatangan saudara sepupu suaminya dengan wajah bahagia.Pasangan suami istri itu pun masuk ke dalam rumah mewah tersebut. Lalu, Bram dan Nita duduk di ruang keluarga. Mereka bercengkerama satu dan lainnya dengan menceritakan perkembangan anak mereka masing-masing.Irwan yang kala itu masih dalam perjalanan dari kantor ke rumah pun menghubungi Bram lewat sambungan telepon saat mereka sedang bercengkerama di ruang keluarga.“Mas ... sorry, aku agak terlambat. Tadi aku ke kantor sebentar. Ada pekerjaan urgent yang harus aku kerjakan. Kalau Mas dan Mbak Nita mau makan sian
Seperti hari-hari biasanya di setiap pagi, selepas sholat, Elvira selalu memasak dan membuat susu serta menikmati sarapannya dengan mendengarkan lagu ada ponselnya. Sekitar pukul 7 pagi, wanita cantik itu keluar dari Apartemen dengan membawa satu botol berisi jus alpukat, turun ke lantai bawah untuk sekedar berjalan dan duduk berselonjor kaki pada sebuah kursi rotan panjang yang berjejer di depan kolam renang sembari menikmati terpaan sinar matahari pagi, penghasil vitamin D. Hari ini, wanita cantik jelita yang tengah hamil lima bulan itu, mengenakan kulot lebar berwarna coklat muda dipadu kaos gombrong lengan pendek, dimana pada bagian dalam kaos gombrong itu, Elvira memakai daleman berupa kaos berlengan panjang berwarna hitam yang ngepres ditubuhnya serta menutupi kepala dan wajahnya dengan hijab serta memakai kaos kaki.Terlihat aktivitas berapa penghuni Apartemen yang sedang berenang, menikmati fasilitas kolam renang yang ada di sana. Sebagian lagi, menikmati kegiatan di pagi
“Mas Bram, apa sudah ada hasil dari data penghuni Apartemen yang dicari?” tanya Irwan setelah memasuki bulan kedua pencarian Elvira pada beberapa Apartemen.“Maaf Wan, belom. Aku malah sudah memakai sistem komputer untuk mendata nama tersebut setelah memasukkan data yang diberikan beberapa pemilik Apartemen,” kilah Bram pada saat Irwan bertanya padanya.Hampir setiap pagi, Irwan selalu menanyakan perihal yang sama pada dirinya. Sedangkan Larasati, hanya sesekali saja bertanya. Itu pun, Larasati bertanya pada Nita, istri Bram.Padahal, saat Irwan bertanya pada Bram, kali ini. Setelah hampir dua bulan, Bram yang telah berkoordinasi dengan beberapa pengembang real estate dan mendata setiap Apartemen yang memberikan harga sewa tinggi terlebih dahulu untuk mencari keberadaan Elvira akhirnya, menemukan nama wanita muda tersebut menyewa pada sebuah Apartemen, setelah dua bulan pencarian.Penemuan lokasi Elvira yang tinggal pada sebuah Apartemen, membuat Bram bingung untuk memutuskan atas
Saat Larasati dan Nita turun ke lobby Apartemen untuk menghubungi Bram, suami Nita. Sebuah mobil Ambulance datang dan petugas medis dari Ambulance itu berlari masuk ke dalam Apartemen dan tergesa-gesa memasuki lift pada Apartemen tersebut dengan membawa sebuah kursi dorong ke lantai 3 tempat Elvira menahan sakit atas kontraksi yang terjadi pada kandungannya.Sementara itu, Nita telah selama 10 menit menunggu jawaban suaminya, kembali menghubungi suaminya, Bram yang menurut sekretarisnya masih menerima tamu penting, seorang investor dari Korea Selatan yang akan berinvestasi di Surabaya.“Hello! Risma! Aku perlu sama suamiku sekarang!” pinta Nita setelah selama 10 menit menunggu jawaban suaminya yang diminta menghubunginya.“Maaf Buu, tadi sudah saya kirim note ke dalam. Bapak langsung balas dengan note juga. Katanya cari aja. Begitu Buu,” jawab Risma, sekretaris Bram.“Kamu itu nyebelin sekali. Awas! nanti aku pecat sampean! Wong aku bilang urgent, malah kamu pakai note segala ke
Nita dan Larasati yang masih berada di Mal untuk menunggu kepastian tempat tinggal Elvira, masih bertahan dengan cara menghabiskan waktu untuk Shopping dan makan malam demi menunggu telepon dari Bram yang berjanji akan menghubunginya setelah ke Apartemen Elvira.Sampai akhirnya saat jam menunjukkan pukul delapan malam dan kedua wanita tersebut selesai makan malam, Larasati bertanya pada Nita perihal kabar dari suaminya yang tak kunjung menghubunginya.“Mbak Nita, kok Mas Bram belom telepon? Sekarang udah jam delapan. Aku takut nanti Mas Irwan keburu pulang kantor dan curiga sama aku,” ucap Larasati yang telah merasakan rasa lelah pada kakinya.“Iya, nih ... aneh sekali. Harusnya kan, dia menghubungi aku,” jawabnya mengulang pertanyaan Larasati.Akhirnya, tanpa diminta Nita pun menghubungi suaminya. Namun, ponsel suami tidak aktif.“Tumben, ponselnya mas Bram nggak bisa dihubungi. Sepertinya baterainya lowbatt,” gumamnya sendiri.“Coba hubungi kantornya aja, Mbak. Siapa tau meman
Mobil yang dikendarai oleh Bram pun sampai di depan rumah Irwan kala jam telah menunjukkan pukul sembilan malam. Saat Larasati baru lima belas menit yang lalu diantar oleh Nita. Saat Bram telah menghentikan mobilnya, lelaki yang lebih tua dari Irwan 3 tahun itu berkata, “Wan, tolong pikirkan kembali untuk tidak menceraikan Sati. Aku lihat, Elvira bukanlah wanita yang bisa di taklukkan dan dia juga seorang wanita cantik. Aku yakin, sangat sulit kamu akan mendapatkannya. Jadi, walaupun Larasati punya kesalahan tolong maafkan. Karena manusia tempatnya salah.” “Ya Mas, terima kasih,” ucapnya seraya membuka pintu mobil dan keluar serta melambaikan tangan. Tak berselang lama, seorang tukang kebun dirumah itu membukakan pintu gerbang rumah mewah itu. Kemudian, Irwan masuk dan melangkah lesu pada setiap undakan sampai di teras hingga masuk ke dalam rumah mewah itu. Saat ia masuk ke ruang keluarga, terlihat Larasati sedang menonton film. Melihat kedatangan suaminya, Larasati pun mematikan t
Sudah dua bulan ini, bayi cantik yang dilahirkan oleh Larasati diasuh oleh Elvira. Sejak hari kematian Larasati, Elvira akhirnya menyusui ketiga bayi. Antara si kembar dan bayi Larasati hanya beda usia satu setengah bulan. Rasa lelah Elvira yang bersemangat untuk tetap memberikan ASI eksklusif untuk ketiga bayi tersebut selama 6 bulan, membuat Irwan merasa kasihan pada Elvira harus bangun tengah malam, hingga tubuhnya terlihat lebih kurus. Irwan selalu menemani Elvira saat mengurusi ketiga bayi mereka. Sementara Anastasia yang telah berusia 6,5 tahun sudah bisa mengurus dirinya sendiri.Tetapi, tidak seperti malam ini. Saat halilintar saling bersahutan membuat ketiga bayi menangis dan Anastasia yang biasanya sudah terbiasa tidur di kamarnya sendiri, merasa takut kala mendengar suara halilintar dengan curah hujan yang sangat besar usai perayaan tahun baru. Hingga akhirnya, Irwan pun membawa busa spring bed milik Anastasia ke kamar ketiga bayi mereka.“Gimana..., sekarang Ana udah ngga
Satu bulan kemudian, di bulan Desember saat hujan mulai kian mencurahkan intensitasnya. Irwan yang selalu datang ke rumah Elvira, tidak menampakkan batang hidungnya. Biasanya lelaki tampan itu selalu ke rumah pukul tujuh pagi. Irwan selalu sarapan di rumah itu. Dan jika matahari tidak bersembunyi dari balik awan, Irwan selalu mengajak si kembar dengan kereta dorongnya.Rutinitas yang dilakukan oleh Irwan sebelum kerja dan selalu menghabiskan waktu saat libur, membuat Elvira merasakan kesepian yang sejak kelahiran si kembar selalu di temani Irwan di pagi hari, kini wanita cantik itu sarapan seorang diri.“Ibu akan sarapan sekarang? Atau tunggu bapak?” tanya Urip salah seorang pelayan di rumah itu.Elvira memandang jam didinding. Dilihat jam telah menunjukkan pukul 8 pagi. Sudah satu jam berlalu, Irwan pun belum datang ke rumahnya.Dalam hati Elvira pun berkata, ‘Ehm..., apa karena hujan, pak Irwan nggak ke rumah yaa? Padahal hari ini kan dia libur?’“Buu..., sarapan sekarang?” tanya pe
Dua minggu kemudian, berita buruk menimpa Gilang. Lelaki gemulai itu dikatakan tengah meregang nyawa. Kondisinya sedang sekarat. Karena itu, Gempita yang selama ini bolak-balik menjengguk Gilang pun berinisiatif untuk menghubungi Elvira, di hari minggu kala semua masalah Elvira selama dua minggu itu terselesaikan.“Pagi Kak Vira,” sapa Gempita pada sambungan telepon dengan suara parau.“Pagi Gempita, apa kabar? Semua baik-baik saja kan?!” tanya Vira dengan cemas. Padahal selama ini mereka selalu berkirim kabar dengan Gempita.“Kak Vira, apa bisa ke Jakarta? Kak Gilang waktunya nggak lama lagi. Kondisinya semakin melemah. Padahal Gempi udah janji mau pertemukan Kak Vira sama kak Gilang. Kakak, apa bisa tolong Gempi buat menuruti keinginan terakhir kak Gilang?” tanya Gempita dalam isak tangisnya.“Baiklah, aku akan kabari kamu sore ini. Kamu yang sabar yaa..., bisikkan ke telinga Gilang. Kalau aku sudah memaafkan dia,” pinta Elvira dan sambungan telepon mereka pun berakhir.Usai berkomu
Elvira dan Amelia menempati satu kamar hotel yang sama dengan Irwan. Hanya saja Irwan kali ini bersama Bram. Sedangkan Narto dan Harto, kakak ipar Bram telah pulang dini hari usai seluruh rangkaian pemeriksaan dan forensik atas diri almarhumah Melisa telah selesai.Di dalam kamar hotel 101 di lantai satu, Elvira telah bersiap dengan pakaian serba hitam begitu juga dengan Amelia.“Kak Vira, kemarin aku lihat pak Irwan menangis di sebelah kamar jenazah. Aku dengar dia berbicara dengan pak Bram. Katanya, ingin sekali dia memeluk Kak Vira. Tapi, kata dia suatu hal yang mustahil. Kasihan aku liatnya.”“Kasihan apa sih, Dek. Wong aku bukan istrinya ... Jelas nggak mungkin dia berani peluk aku,” jawab Elvira tersenyum simpul.“Sekarang kalau kakak ngomong udah kayak wong Suroboyo, hahahahahaha..., tapi Kak, kalau diajak nikah mau kan?” tanya Amelia sembari menyisir rambutnya.“Ogah! Aku nggak mau punya suami yang masih punya istri. Tapi, aku juga nggak mau punya suami yang ceraikan istrinya u
Acara pengajian di rumah baru Irwan Kusuma untuk menyambut kedua putra kembar keluarga itu, disambut dengan derai air mata. Irwan membawa bayi Andre dan Amelia membawa bayi Andri ke dalam rumah. Suasana di dalam rumah telah ramai oleh ibu-ibu pengajian yang ada di kompleks perumahan itu.Lalu, Nita yang mengkoordinasikan ibu-ibu pengajian, meminta pada ibu-ibu yang sudah datang mengirimkan doa untuk Elvira.“Terima kasih saya ucapkan pada Ibu-ibu semua yang telah hadir di rumah ini. Saya mohon bantuannya untuk mengirimkan doa pada Elvira Purnamasari, mama si kembar. Semoga Allah melindunginya dan bisa segera ditemukan,” pinta Nita dalam isak tangisnya.“Aamiin...,” serempak ibu-ibu pengajian itu pun menadahkan tangan dan mengusap wajahnya.Setelah itu, salah satu dari ibu-ibu yang berada di ruang keluarga yang cukup besar itu pun, memimpin doa dengan menyebutkan nama Elvira. Setelah itu, mereka pun semuanya mengaji.Saat ibu-ibu yang diundang pengajian di rumah Irwan tengah mengirimkan
Saat mobil yang membawa Elvira masuk ke dalam halaman pertokoan sesuai dengan lokasi yang diberikan oleh Wicaksono. Namun, terlihat keempat orang penculik tidak keluar dari dalam mobil. Kesempatan itu di pakai oleh Darsono untuk memberitahukan pihak berwajib terdekat pada wilayah Surabaya.“Siang menjelang sore Pak! Saya Darsono, wartawan sebuah koran kriminal. Izin ingin melaporkan kejadian yang saya lihat di sebuah Rumah Sakit. Tapi, saya nggak tau apa ini perampokan atau apa. Sebuah mini bus dengan plat nomor X000xx dari Rumah sakit menuju tol. Sekarang ini berada di sebuah ruko dekat dengan pos polisi perumahan,” lapor Darsono pada bagian kepolisian terdekat.Namun, alangkah terkejutnya saat polisi yang mendapat laporan langsung merespons dengan cepat laporan tersebut.“Terima kasih Pak Darsono, kesatuan polisi telah bersiap-siap meluncur ke lokasi. Mobil mini bus tersebut tidak merampok, tetapi mereka menculik seorang wanita yang habis melahirkan bayi kembar di rumah itu. Apa Pak
Saat Amelia siuman, wanita cantik itu pun menangis kembali dan histeris memanggil Elvira hingga Irwan memeluknya, untuk memberikan semangat dan keyakinan atas Elvira yang akan baik-baik saja. Karena saat ini, Amelia terlihat sangat ketakutan kala teringat atas kejadian penculikan itu. “Amel, tolong tenangkan dirimu. Tadi Mbak Nita juga udah minta tolong dengan mas Narto dan mas Harto. Ini pihak kepolisian juga sedang berkoordinasi dengan melakukan pengejaran. Kamu yang sabar dan bantu doa yaa...,” Irwan mengelus punggung Amelia layaknya seorang kakak lelaki yang selama ini tidak di dapat dari Ervan.“Pak Irwan..., kasihan kak Vira..., hikss..., kenapa nasib kak Vira malang sekali? Padahal kak Vira orang yang baik. Siapa yang jahat seperti itu sama kakak?” isak Amelia dalam pelukan Irwan.Dibiarkan Amelia menumpahkan segala kegelisahan hatinya. Lalu, Irwan yang melihat Amelia telah kembali tenang, memberitahukan padanya tentang kedua bayi Elvira yang dikembalikan ke ruang bayi.“Amel..
Bab 94 : Elvira diculik?Amelia yang tidak ikut bersama suami dan kedua anaknya serta pengasuh dari kedua anaknya balik ke Jakarta, akan menemani Elvira yang rencananya hari ini akan pulang ke rumah Irwan, atas desakan Nita yang tengah menyiapkan kedatangan si kembar ke rumah yang di peruntukan bagi Elvira dan kedua bayinya.“Vira..., lihat ini tempat tidur si kembar. Kemarin itu Mbak minta langsung tukang dekorasi kamar bayi mengganti wallpaper dindingnya. Irwan kemarin itu pakai dasar warna ungu. Aneh sekali papanya si kembar itu. Dia pikir kamar untuk janda, kali yaa, Hehehehehe...,” tawa Nita saat menghubungi Elvira lewat panggilan video call.Nita memperlihatkan kamar si kembar dengan corak berwarna biru muda dan lantai kayu yang dialasi dengan permadani berwarna biru tua serta dua tempat tidur bayi berwarna putih yang dipadu dengan lemari pakaian berwarna biru muda.“Terima kasih, Mbak..., bagus sekali kamar si kembar,” ucap Elvira tersenyum dengan bias kebahagiaan dari matanya.
Darsono dan Melisa pun berjalan keluar Rumah Sakit. Sesampai di tempat parkir, dilihatnya Irwan tengah bersama seorang bengkel yang sedang mengurusi keempat bannya. Darsono melihat keganjilan pada keempat ban Irwan yang gembos. Lalu, ia pun berbicara dengan Melisa.“Lisa, apa ada orang lain juga yang sedang bermasalah dengan lelaki itu?” tanya Darsono seraya mengamati beberapa orang di sekitar mereka dari dalam mobil.“Nggak tau juga Om. Sekarang rencana kita gimana? Apa Om nggak penasaran untuk lihat kak Vira? Seingat Lisa, besok kak Vira pulang dari Rumah sakit Kalau Lisa mau cari tempat menginap dekat Rumah Sakit. Soalnya Lisa nggak percaya kalau kak Vira menolak Lisa,” ungkap Melisa.Entah mengapa, Darsono juga ikut penasaran atas diri Elvira. Maka, ia pun sepakat dengan Melisa untuk mencari penginapan dekat Rumah Sakit, agar besok pagi saat Elvira akan pulang dari Rumah Sakit, ia bisa mengambil fotonya dan membuat berita tentang dirinya berdasarkan cerita Irwan, pikir Darsono.D