Sampai akhirnya selama 3 bulan ini, Elvira yang terpaksa menjual diri sehabis pulang kerja, hanya berhasil menutup bunga yang harus dibayarkan Revan. Melihat kenyataan itu, Elvira pun merasa kerjaan nista itu tidak membuat kehidupannya kian bertambah baik.Hingga pada suatu hari, seorang kepala HRD yang bertemu dengan Elvira di halaman kantornya, memanggil dirinya.“Vira...!” panggil Dendy di halaman kantor saat lelaki itu memarkir mobilnya.“Ya Pak,” sahut Elvira menoleh Dendy, seorang lelaki kepala HRD dari kantor tersebut.Lelaki dengan kepala botak berusia sekitar 45 tahun itu pun, berjalan menuju tempat Elvira berdiri menunggunya.“Ada apa ya, Pak?” tanya Elvira memandang ke arah Dendy. Mereka sangat jarang berkomunikasi, mengingat kedudukan Dendy sebagai kepala HRD yang biasanya bertemu jika, Dendy mengenalkan karyawan baru dengan mengajak karyawan baru berkeliling ke bagian lainnya.Lalu, Dendy mengajak Elvira berjalan menuju pohon rindang yang ada di halaman kantor terse
Elvira yang telah resign dari pekerjaannya, pulang ke rumah Aprilia dengan taxi. Di sepanjang jalan menuju rumah sang mama, pikiran Elvira terus berkecamuk tentang hal yang akan ia sampaikan pada mamanya. Ingin sekali ia mengatakan seluruh kejadian yang menimpa dirinya. Namun, persoalan yang terjadi pada keluarga kedua adiknya membuat Elvira kembali mengulur waktu untuk membicarakan kejadian yang menimpa dirinya. Batinnya pun menjerit, ‘Ya Allah, mana yang aku dahulukan? Persoalan hutang adik-adikku? Atau persoalan yang menimpaku dan kehamilanku yang bukan anak Gilang? Apakah mama akan shock? Bagaimana kalau berakibat fatal? Pasti Ervan akan menyalahkan aku dengan musibah yang terjadi padaku. Sekarang apa yang harus kulakukan?’ Elvira memilah persoalan dan risiko yang akan dilaluinya jika hal itu dikemukakan pada mamanya. Yang terpikirkan saat ini, jika Elvira mengatakan masalahnya terlebih dahulu, dampak yang akan terjadi pada mamanya, pasti merasakan shock dan sedih. Juga hal itu
Amelia dan Elvira yang diminta oleh Aprilia untuk ke Bank menanyakan perihal sisa pinjaman Ervan pun ditolak oleh pihak Bank, karena bagi Bank itu merupakan rahasia nasabah. Kemudian, kakak beradik itu pun kembali ke rumah Aprilia, saat jam menunjukkan pukul satu siang. “ Maa, apa sebaiknya kita ke rumah kak Ervan, aja?” tanya Amelia. “Gimana Vir? Apa kita sekarang ke rumah Ervan?” tanya Aprilia pada Elvira. “Iya Maa, kita jalan ke rumah Ervan. Apalagi udah dua hari ini dia nggak bisa hubungi.” Elvira pun meraih tas tangannya dan menemui Mbok Darmi. “Mbok, kami mau ke rumah Ervan, tolong jaga Rama dan Sinta. Jangan kasih anak-anak keluar rumah dan jangan juga buka pintu pagar sebelum kami datang,” pinta Elvira kala dilihat kedua keponakannya sedang tertidur lelap. Amelia yang mendengar perintah Elvira pada pembantu di rumah Aprilia pun berbicara dengan kakaknya. “Kak, sepertinya aku nggak ikut ke rumah Kak Ervan. Biar Kakak sama mama aja, kasian anak-anak kalau bangun tidur, ngg
“Maa, maafkan Ervan. Awalnya, saya pikir dengan bermain judi bisa cepat balik uang yang udah terpakai, nyatanya malah hutangnya tambah banyak. Sampai saya nggak bisa bayar cicilan rumah, mobil. Sejak itu, Fitri terus minta cerai dan Angga ditinggal di rumah. Makanya, sudah 3 hari ini saya nggak kerja, karena malu terus nitipin Angga, ke tetangga sebelah rumah yang lama.” Angga, anak lelaki berusia 4 tahun yang tengah menonton televisi pun memandang ke arah Ervan, kala namanya disebut. Anak itu pun bangun tempatnya duduk pada lantai dingin, tempatnya duduk menonton televisi dan menghampiri Aprilia dan Elvira yang duduk di sofa tunggal. “Angga mau tinggal sama Oma ..., kalau sama ayah, Angga cuma makan satu kali. Sekarang aja, Angga udah lapar...,” ucap lugu, anak lelaki berusia 4 tahun. Antara Angga dan Rama hanya berjarak 1 tahun. Karena selepas Amelia menikah dengan Rifai, Ervan menikahi Fitri. “Ya, sayang ..., Hari ini Angga ikut Oma.” Air mata Aprilia meluncur tanpa bisa ditahan
Sesampai di rumah, Elvira pun menemui adiknya Amelia. Sedangkan Aprilia sendiri menemani Angga yang tertidur pulas di kamarnya. “Mel, kalau kamu udah nggak terlalu sibuk temui aku di halaman belakang, ya,” tutur Elvira kala menyambangi kamar kedua keponakannya yang tampak sedang bermain. Amelia hanya menganggukkan kepalanya dan Elvira pun melangkahkan kakinya ke halaman belakang. Terdengar Amelia memanggil pengasuh kedua anaknya untuk menemani mereka bermain kala jam menunjukkan pukul 4 sore. “Intan, tolong kamu temani anak-anak ya, aku mau ke halaman belakang.” Amelia pun mengayunkan kakinya menuju halaman belakang menemui Elvira. Terlihat Elvira tengah duduk menatap beberapa bunga yang sedang bermekaran. “Kak Vira, ada apa?” tanya Amelia duduk disebelah Elvira yang menoleh ke arah adiknya. “Masalah Ervan ... Kasihan aku sama mama jadinya. Pasti mama bakal mikirin si Ervan. Tapi, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa,” tutur Elvira membuka percakapan diantara mereka. “Masalah Kak
“Tumben, rapi bener. Mau kemana? Biasanya cuma pake kaos dan celana jeans aja untuk antar kue buatan adikmu,” sindir Zuraida saat melihat Elvira memakai kulot warna biru muda, atasan lengan panjang berwarna biru tua dengan sepatu pantofel hak rendah. “Mau antar Mama bertemu dokter,” jawab Elvira. Zuraida yang sebenarnya telah mendengar perbincangan antara Elvira dan Gempita di dapur tadi pagi perihal lakunya rumah kos milik besannya dan akan melakukan pembayaran hari ini, hanya tersenyum samar tanpa mau bertanya lebih lanjut atas kebohongan Elvira pada dirinya. Dalam hati Zuraida pun bergumam dengan liciknya, ‘Vira..., Vira..., Penipu kok mau ditipu. Awas aja, kalau elo kagak ngasih duit gue setengah dari yang elo dapat. Bakal gue bongkar kalau elo hamil bukan dari si Gilang. Hahahhahaha..., untung aja dia hamil dan kagak di gugurin, jadi kan, gue bisa ancam dia buat kasih duit gue.’ Gempita yang memandang ke arah Zuraida dan melihat netra wanita paruh baya dengan pandangan jauh me
“Aakkhh...! Baby...., Eenaakknya barang kecilmu iniii...! Aarrggghhh...!” erang Budiman saat menusuk rudalnya yang panjang dan besar pada liang kenikmatan Gempita yang mungil.Gempita menggeliatkan tubuhnya ke kanan, ke kiri dan sesekali ia mengangkat bokongnya tinggi dan kembali ditekan kuat oleh lelaki berkulit coklat gelap dengan kasar, hingga Gempita pun memekik kuat.“Oouuwhh....! STOPPP...! OUUWH! Om udahan..., AAAKKHH!” Teriakan Gempita memenuhi kamar itu kala dengan kasar bibir lelaki bertubuh besar itu menyesap seraya menarik puting Gempita dengan bibirnya dan meremas kuat payudaranya hingga ia merasa ngilu dan bagian sensitifnya ikut pula berdenyut kuat.Kini tangan Gempita mulai terlihat tanda merah akibat ia terus menarik dan menggeliat ke kanan dan ke kiri. Begitu juga dengan kedua pergelangan kakinya telah tampak tanda merah melingkar saat ia meronta saat merasakan kenikmatan luar biasa pada bagian kacang merahnya yang merasakan gesekan kuat.“Aakkhh..., Cantik...
Elvira yang telah selesai mengantar Aprilia ke Notaris dan berakhir ke sebuah Bank untuk menarik sisa dana dari hasil penjualan rumah kos-kos’an peninggalan almarhum suaminya, meminta Elvira untuk menghubungi kedua adiknya untuk ke Bank. Lalu, Elvira pun menghubungi kedua adiknya, Amelia dan Ervan yang kini tengah menunggu mereka di rumah Aprilia, saat mereka berangkat ke Notaris dan ke Bank untuk menyelesaikan hutang piutang Ervan. “Halo Mel, sekarang kamu ke Bank bareng Ervan, ya.” “Tunggu Kak,” pinta Amelia kala mendengar perintah singkat Elvira. “Napa?” tanyanya. “Kak, di rumah ada Kak Fitri..., Baru sepuluh menit dia ke rumah. Kalau dia minta ikut ke Bank, gimana?” tanya Amelia berbisik perlahan. Sejenak terdiam, Elvira menarik napas panjang dan meminta agar Amelia memberikan ponselnya pada Ervan. “Kasih ponselnya ke Eran, biar aku yang ngomong sama dia.” Tegas Elvira, menunggu Amelia memberikan ponselnya pada Ervan. “Halo, ya Kak,” sapa Ervan dari ujung telepon. “Van, s
Sudah dua bulan ini, bayi cantik yang dilahirkan oleh Larasati diasuh oleh Elvira. Sejak hari kematian Larasati, Elvira akhirnya menyusui ketiga bayi. Antara si kembar dan bayi Larasati hanya beda usia satu setengah bulan. Rasa lelah Elvira yang bersemangat untuk tetap memberikan ASI eksklusif untuk ketiga bayi tersebut selama 6 bulan, membuat Irwan merasa kasihan pada Elvira harus bangun tengah malam, hingga tubuhnya terlihat lebih kurus. Irwan selalu menemani Elvira saat mengurusi ketiga bayi mereka. Sementara Anastasia yang telah berusia 6,5 tahun sudah bisa mengurus dirinya sendiri.Tetapi, tidak seperti malam ini. Saat halilintar saling bersahutan membuat ketiga bayi menangis dan Anastasia yang biasanya sudah terbiasa tidur di kamarnya sendiri, merasa takut kala mendengar suara halilintar dengan curah hujan yang sangat besar usai perayaan tahun baru. Hingga akhirnya, Irwan pun membawa busa spring bed milik Anastasia ke kamar ketiga bayi mereka.“Gimana..., sekarang Ana udah ngga
Satu bulan kemudian, di bulan Desember saat hujan mulai kian mencurahkan intensitasnya. Irwan yang selalu datang ke rumah Elvira, tidak menampakkan batang hidungnya. Biasanya lelaki tampan itu selalu ke rumah pukul tujuh pagi. Irwan selalu sarapan di rumah itu. Dan jika matahari tidak bersembunyi dari balik awan, Irwan selalu mengajak si kembar dengan kereta dorongnya.Rutinitas yang dilakukan oleh Irwan sebelum kerja dan selalu menghabiskan waktu saat libur, membuat Elvira merasakan kesepian yang sejak kelahiran si kembar selalu di temani Irwan di pagi hari, kini wanita cantik itu sarapan seorang diri.“Ibu akan sarapan sekarang? Atau tunggu bapak?” tanya Urip salah seorang pelayan di rumah itu.Elvira memandang jam didinding. Dilihat jam telah menunjukkan pukul 8 pagi. Sudah satu jam berlalu, Irwan pun belum datang ke rumahnya.Dalam hati Elvira pun berkata, ‘Ehm..., apa karena hujan, pak Irwan nggak ke rumah yaa? Padahal hari ini kan dia libur?’“Buu..., sarapan sekarang?” tanya pe
Dua minggu kemudian, berita buruk menimpa Gilang. Lelaki gemulai itu dikatakan tengah meregang nyawa. Kondisinya sedang sekarat. Karena itu, Gempita yang selama ini bolak-balik menjengguk Gilang pun berinisiatif untuk menghubungi Elvira, di hari minggu kala semua masalah Elvira selama dua minggu itu terselesaikan.“Pagi Kak Vira,” sapa Gempita pada sambungan telepon dengan suara parau.“Pagi Gempita, apa kabar? Semua baik-baik saja kan?!” tanya Vira dengan cemas. Padahal selama ini mereka selalu berkirim kabar dengan Gempita.“Kak Vira, apa bisa ke Jakarta? Kak Gilang waktunya nggak lama lagi. Kondisinya semakin melemah. Padahal Gempi udah janji mau pertemukan Kak Vira sama kak Gilang. Kakak, apa bisa tolong Gempi buat menuruti keinginan terakhir kak Gilang?” tanya Gempita dalam isak tangisnya.“Baiklah, aku akan kabari kamu sore ini. Kamu yang sabar yaa..., bisikkan ke telinga Gilang. Kalau aku sudah memaafkan dia,” pinta Elvira dan sambungan telepon mereka pun berakhir.Usai berkomu
Elvira dan Amelia menempati satu kamar hotel yang sama dengan Irwan. Hanya saja Irwan kali ini bersama Bram. Sedangkan Narto dan Harto, kakak ipar Bram telah pulang dini hari usai seluruh rangkaian pemeriksaan dan forensik atas diri almarhumah Melisa telah selesai.Di dalam kamar hotel 101 di lantai satu, Elvira telah bersiap dengan pakaian serba hitam begitu juga dengan Amelia.“Kak Vira, kemarin aku lihat pak Irwan menangis di sebelah kamar jenazah. Aku dengar dia berbicara dengan pak Bram. Katanya, ingin sekali dia memeluk Kak Vira. Tapi, kata dia suatu hal yang mustahil. Kasihan aku liatnya.”“Kasihan apa sih, Dek. Wong aku bukan istrinya ... Jelas nggak mungkin dia berani peluk aku,” jawab Elvira tersenyum simpul.“Sekarang kalau kakak ngomong udah kayak wong Suroboyo, hahahahahaha..., tapi Kak, kalau diajak nikah mau kan?” tanya Amelia sembari menyisir rambutnya.“Ogah! Aku nggak mau punya suami yang masih punya istri. Tapi, aku juga nggak mau punya suami yang ceraikan istrinya u
Acara pengajian di rumah baru Irwan Kusuma untuk menyambut kedua putra kembar keluarga itu, disambut dengan derai air mata. Irwan membawa bayi Andre dan Amelia membawa bayi Andri ke dalam rumah. Suasana di dalam rumah telah ramai oleh ibu-ibu pengajian yang ada di kompleks perumahan itu.Lalu, Nita yang mengkoordinasikan ibu-ibu pengajian, meminta pada ibu-ibu yang sudah datang mengirimkan doa untuk Elvira.“Terima kasih saya ucapkan pada Ibu-ibu semua yang telah hadir di rumah ini. Saya mohon bantuannya untuk mengirimkan doa pada Elvira Purnamasari, mama si kembar. Semoga Allah melindunginya dan bisa segera ditemukan,” pinta Nita dalam isak tangisnya.“Aamiin...,” serempak ibu-ibu pengajian itu pun menadahkan tangan dan mengusap wajahnya.Setelah itu, salah satu dari ibu-ibu yang berada di ruang keluarga yang cukup besar itu pun, memimpin doa dengan menyebutkan nama Elvira. Setelah itu, mereka pun semuanya mengaji.Saat ibu-ibu yang diundang pengajian di rumah Irwan tengah mengirimkan
Saat mobil yang membawa Elvira masuk ke dalam halaman pertokoan sesuai dengan lokasi yang diberikan oleh Wicaksono. Namun, terlihat keempat orang penculik tidak keluar dari dalam mobil. Kesempatan itu di pakai oleh Darsono untuk memberitahukan pihak berwajib terdekat pada wilayah Surabaya.“Siang menjelang sore Pak! Saya Darsono, wartawan sebuah koran kriminal. Izin ingin melaporkan kejadian yang saya lihat di sebuah Rumah Sakit. Tapi, saya nggak tau apa ini perampokan atau apa. Sebuah mini bus dengan plat nomor X000xx dari Rumah sakit menuju tol. Sekarang ini berada di sebuah ruko dekat dengan pos polisi perumahan,” lapor Darsono pada bagian kepolisian terdekat.Namun, alangkah terkejutnya saat polisi yang mendapat laporan langsung merespons dengan cepat laporan tersebut.“Terima kasih Pak Darsono, kesatuan polisi telah bersiap-siap meluncur ke lokasi. Mobil mini bus tersebut tidak merampok, tetapi mereka menculik seorang wanita yang habis melahirkan bayi kembar di rumah itu. Apa Pak
Saat Amelia siuman, wanita cantik itu pun menangis kembali dan histeris memanggil Elvira hingga Irwan memeluknya, untuk memberikan semangat dan keyakinan atas Elvira yang akan baik-baik saja. Karena saat ini, Amelia terlihat sangat ketakutan kala teringat atas kejadian penculikan itu. “Amel, tolong tenangkan dirimu. Tadi Mbak Nita juga udah minta tolong dengan mas Narto dan mas Harto. Ini pihak kepolisian juga sedang berkoordinasi dengan melakukan pengejaran. Kamu yang sabar dan bantu doa yaa...,” Irwan mengelus punggung Amelia layaknya seorang kakak lelaki yang selama ini tidak di dapat dari Ervan.“Pak Irwan..., kasihan kak Vira..., hikss..., kenapa nasib kak Vira malang sekali? Padahal kak Vira orang yang baik. Siapa yang jahat seperti itu sama kakak?” isak Amelia dalam pelukan Irwan.Dibiarkan Amelia menumpahkan segala kegelisahan hatinya. Lalu, Irwan yang melihat Amelia telah kembali tenang, memberitahukan padanya tentang kedua bayi Elvira yang dikembalikan ke ruang bayi.“Amel..
Bab 94 : Elvira diculik?Amelia yang tidak ikut bersama suami dan kedua anaknya serta pengasuh dari kedua anaknya balik ke Jakarta, akan menemani Elvira yang rencananya hari ini akan pulang ke rumah Irwan, atas desakan Nita yang tengah menyiapkan kedatangan si kembar ke rumah yang di peruntukan bagi Elvira dan kedua bayinya.“Vira..., lihat ini tempat tidur si kembar. Kemarin itu Mbak minta langsung tukang dekorasi kamar bayi mengganti wallpaper dindingnya. Irwan kemarin itu pakai dasar warna ungu. Aneh sekali papanya si kembar itu. Dia pikir kamar untuk janda, kali yaa, Hehehehehe...,” tawa Nita saat menghubungi Elvira lewat panggilan video call.Nita memperlihatkan kamar si kembar dengan corak berwarna biru muda dan lantai kayu yang dialasi dengan permadani berwarna biru tua serta dua tempat tidur bayi berwarna putih yang dipadu dengan lemari pakaian berwarna biru muda.“Terima kasih, Mbak..., bagus sekali kamar si kembar,” ucap Elvira tersenyum dengan bias kebahagiaan dari matanya.
Darsono dan Melisa pun berjalan keluar Rumah Sakit. Sesampai di tempat parkir, dilihatnya Irwan tengah bersama seorang bengkel yang sedang mengurusi keempat bannya. Darsono melihat keganjilan pada keempat ban Irwan yang gembos. Lalu, ia pun berbicara dengan Melisa.“Lisa, apa ada orang lain juga yang sedang bermasalah dengan lelaki itu?” tanya Darsono seraya mengamati beberapa orang di sekitar mereka dari dalam mobil.“Nggak tau juga Om. Sekarang rencana kita gimana? Apa Om nggak penasaran untuk lihat kak Vira? Seingat Lisa, besok kak Vira pulang dari Rumah sakit Kalau Lisa mau cari tempat menginap dekat Rumah Sakit. Soalnya Lisa nggak percaya kalau kak Vira menolak Lisa,” ungkap Melisa.Entah mengapa, Darsono juga ikut penasaran atas diri Elvira. Maka, ia pun sepakat dengan Melisa untuk mencari penginapan dekat Rumah Sakit, agar besok pagi saat Elvira akan pulang dari Rumah Sakit, ia bisa mengambil fotonya dan membuat berita tentang dirinya berdasarkan cerita Irwan, pikir Darsono.D