Elvira meraih air yang diberikan rekan kerjanya dan meneguk tandas air dalam gelas kaca. Setelah itu Elvira terdiam sejenak dan kembali fokus pada laptopnya. Kemudian, Martini dan Ningsih yang melihat Elvira kembali aktif menginput beberapa nota di hadapannya pun, menegur rekan kerjanya.“Vira..., Kagak jadi lo cerita sama kita?” tanya Ningsih menggeser kursi kantornya mendekati meja kerja Elvira.Elvira yang tidak ingin membuka aib atas yang terjadi padanya, menggelengkan kepala dan menarik napas panjang serta menghentikan jemari tangannya untuk melakukan penginputan untuk berbicara pada kedua rekan kerjanya.“Ning..., Tini..., Sepertinya gue aja yang terlalu ke bawa perasaan, padahal sih semua baik-baik aja. Mungkin karena mertua gue yang otaknya duit-duit aja, yang buat gue mikir untuk tunda dulu punya anak. Elo tau kalau kita mau punya anak kan, harus bener-bener siap semuanya, termasuk finansial juga,” ucap Elvira begitu lancar menyembunyikan keadaan yang sedang di hadapinya.
Elvira terbangun saat jam menunjukkan pukul enam. Ia memandang sekelilingnya dan teringat atas benda menyerupai batang kenikmatan lelaki yang semalam ia telah coba.“Hmmm..., Ternyata benda ini bikin gue terlelap kayak orang mati. Untungnya ini hari Sabtu, jadi gue kagak perlu terburu-buru kayak orang dikejar setan. Kira-kira semalam ada yang ketuk pintuku nggak yaa..? Tapi kok aneh yaa.., pagi ini juga nggak ada yang ketuk pintu kamar gue,” Elvira bermonolog seraya meraih mainan kepuasannya dan meletakan pada laci meja rias.Usai mencuci wajah dan merapikan dirinya, Elvira pun berjalan menuju pintu kamarnya dan keluar kamar.Dilihat olehnya Gilang masih tertidur meringkuk di sofa ruang keluarga. Sedangkan penghuni lainnya tidak dilihatnya. Kemudian, Elvira pun berjalan menuju dapur untuk membuat secangkir kopi. Setelah itu, Elvira pun membuka pintu ruang tamu dan meletakan kopinya di sebuah meja depan teras. Lalu, ia pun terduduk dengan memandang ke arah depan rumah itu.Saat ia
Sesampai di rumah Aprilia, Elvira langsung menemui mamanya yang sedang berada di dapur dan tengah memasak makanan kesukaan dari ketiga anaknya. Aprilia adalah seorang istri yang baik dan seorang ibu yang luar biasa. Dia selalu membuat makanan kesukaan ketiga anaknya tanpa merasa lelah. “Mama, kok sibuk-sibuk gini sih..., Vira malah nggak bawa apa-apa nih,” peluk Elvira erat pada tubuh sang mama yang baru disadarinya kian kurus. “Mama kurusan yaa...,” tutur Elvira mencium pipi Aprilia. Aprilia tak menanggapi apa yang dikatakan putrinya. Ia hanya berjalan kearah lemari pendingin dan mengambil sebuah kotak lalu menyerahkan pada putrinya. “Ini puding coklatnya udah bisa dimakan. Tadi Mama liat ada bahan-bahan yang bisa diolah, makanya tadi nyuruh si mbok untuk ambil daun pandan untuk pewanginya,” urai Aprilia mengatakan hal yang dilakukan saat membuat puding coklat kesukaan Elvira. Diambilnya puding tersebut dari tangan Aprilia. Lalu, diraihnya sendok pada tempat cucian piring dan Elv
“Kak Vira..., Kak...,” Amelia membangunkan Vira yang terlelap tidur usai menangis dalam kesendirian.Dengan memicingkan matanya, Elvira tersenyum kecil kala dilihat Amelia berada disisi tempat tidur memegang tangannya. Lalu, Elvira bangun dari tidurnya dan bersandar pada tempat tidur sang mama.“Gimana kabarmu..., Kata mama udah 1 bulan lebih juga kamu nggak ke rumah mama?” tanya Elvira mengusap kasar wajahnya.Amelia mengangguk perlahan, terlihat wajah Amelia tak sebahagia seperti biasanya, dan Elvira yang sangat mengenal sifat adiknya yang periang pun, memegang tangan Amelia.“Apa ada masalah? Kenapa wajahmu keliatan sedih seperti itu?” tanya Elvira menatap dalam wajah Amelia.“Selamat ya Kak..., Akhirnya kakak akan jadi mama juga,” peluk Amelia tanpa ingin menjawab pertanyaan Elvira.“Kak, ayo kita makan, aku udah lapar. Kata mama kakak mau makan buah, itu tadi mbok Darmi udah kupasan buah-buahnya. Yuk, makan dulu.., kasian bayinya pasti lapar,” ajak Amelia meraih tangan Elvi
Melihat kondisi Aprilia yang shock atas apa yang di katakan putri bungsunya, membuat Elvira pun meminta pertolongan pada pembantu di rumah itu. “Mbok Darmi..., Mbok...! Tolong...!” teriak Elvira sejadinya melihat Aprilia kesakitan pada bagian dadanya dan keringat sebesar biji jagung keluar dari pori-porinya. “Ya Allah..! Ibu..., Ibuuu...!” Darmi panik melihat kondisi Aprilia saat telah sampai di kamar sang majikan. Sementara Amelia hanya menangis dan meminta maaf terus menerus pada Aprilia. Kemudian, dengan air mata bercucuran Elvira meminta Darmi untuk memanggil Ikhsan, sopir pribadi Aprilia. “Mbok..., Tolong panggil Pak Ikhsan untuk bantu bawa mama ke mobil. Kami akan ke Rumah Sakit,” pinta Elvira dengan air mata yang terus mengalir. Secepat kilat Darmi berlari keluar kamar dan memanggil Ikhsan. Tak berapa lama Ikhsan pun telah masuk ke kamar Aprilia, dan mereka bersama-sama menggotong tubuh Aprilia yang kini berada diantara sadar dan tak sadar ke dalam mobil untuk dibawa ke Rum
Elvira kali ini ditemani oleh Ervan, adik lelakinya yang telah hadir ke Rumah Sakit pada saat pulang kerja. Lelaki yang kini telah mempunyai seorang anak dan bekerja di sebuah Bank Swasta memiliki istri yang juga hanya sebagai ibu rumah tangga.Tepat pukul enam sore, Elvira di panggil oleh seorang perawat.“Keluarga Aprilia...,” panggil seorang perawat yang keluar dari dalam ruang ICU.“Ya...,” sahut Elvira dan Ervan bersamaan serta berjalan menghampiri perawat tersebut.“Bu, Pak.., saya ingin sampaikan, kalau kondisi Ibu Aprilia sudah melewati masa kritis. Jadi kami akan observasi kembali satu sampai dua hari. Jika memungkinkan, maka Dokter Nathan tadi menyatakan akan melakukan tindakan operasi,” urai perawat tersebut.“Syukurlah..., Terima kasih ya Allah. Terima kasih Suster. Apa bisa kami tinggal dulu? Soalnya kami akan mandi dan nanti salah satu dari kami akan menunggu di depan ruang ICU,” pinta Elvira dengan mata bengkaknya dan kabut menutupi netranya.“Ya silakan. Juga pas
Mobil yang membawa Elvira pun sampai tepat di depan pagar rumah Gilang. Ikhsan yang melihat Elvira tertidur pulas membangunkan anak majikannya.“Non Vira, Non...,” panggilnya berulang kali.Dengan mengerjap-ngerjapkan matanya, Elvira pun terdiam sesaat, mengusap wajahnya dan memperbaiki rambut dan pakaiannya. Lalu, wanita cantik itu berpamitan pada Ikhsan seraya memberikan uang ala kadarnya.“Makasih Pak Ikhsan, ini untuk beli minum di jalan. Hati-hati ya Pak.”“Non Vira, jangan seperti ini. Keadaan ibu April lagi sulit. Saya nggak mau ter...”“Terimalah Pak..., Anggap aja saya naik taxi. Juga seharusnya bapak udah pulang ke rumah. Maaf Pak, jadi merepotkan,” imbuh Elvira seolah enggan keluar dari mobil itu dengan berbicara pada Ikhsan.“Non Vira jangan minta maaf seperti itu. Almarhum pak Eka, papa Non Vira orangnya sangat baik sekali. Makanya saya ingin membalas budi dengan tetap bekerja di rumah bu April,” tutur Ikhsan yang sudah bekerja cukup lama sejak Elvira masih SD. Kare
Seperti biasa, sekitar jam 6 pagi Elvira terbangun dari tidurnya. Ia pun langsung berjalan ke dapur dan melakukan kegiatan di pagi ini seperti biasanya dengan membuatkan sarapan. Saat ia tengah asyik memasak, terdengar Gempita menyapanya. “Pagi Kak.” “Pagi,” jawab Elvira menoleh dan tersenyum memandang ke arah Gempita. Gempita sangat terkejut kala melihat mata Elvira sembab. Maka, gadis muda itu mendekati dan memastikan sembab mata Elvira dari dekat. “Kak Vira habis nangis ya?” tanya Gempita memegang tangan Elvira. Dimana ia terakhir kali melihat Elvira di pagi hari saat hendak ke rumah orang tuanya. Elvira pun menganggukkan kepalanya. Lalu, Gempita yang penasaran atas sembabnya mata Elvira kembali menanyakan penyebab ia menangis. “Kak, apa ada masalah? Ngomong dong Kak, siapa tau aku bisa bantu,” tanya Gempita menatap raut wajah Elvira yang penuh kesedihan. “Sehabis masak, nanti aku cerita,” janji Elvira. Namun, karena Gempita merasa ada hal besar yang membuat Elvira menangis,
Sudah dua bulan ini, bayi cantik yang dilahirkan oleh Larasati diasuh oleh Elvira. Sejak hari kematian Larasati, Elvira akhirnya menyusui ketiga bayi. Antara si kembar dan bayi Larasati hanya beda usia satu setengah bulan. Rasa lelah Elvira yang bersemangat untuk tetap memberikan ASI eksklusif untuk ketiga bayi tersebut selama 6 bulan, membuat Irwan merasa kasihan pada Elvira harus bangun tengah malam, hingga tubuhnya terlihat lebih kurus. Irwan selalu menemani Elvira saat mengurusi ketiga bayi mereka. Sementara Anastasia yang telah berusia 6,5 tahun sudah bisa mengurus dirinya sendiri.Tetapi, tidak seperti malam ini. Saat halilintar saling bersahutan membuat ketiga bayi menangis dan Anastasia yang biasanya sudah terbiasa tidur di kamarnya sendiri, merasa takut kala mendengar suara halilintar dengan curah hujan yang sangat besar usai perayaan tahun baru. Hingga akhirnya, Irwan pun membawa busa spring bed milik Anastasia ke kamar ketiga bayi mereka.“Gimana..., sekarang Ana udah ngga
Satu bulan kemudian, di bulan Desember saat hujan mulai kian mencurahkan intensitasnya. Irwan yang selalu datang ke rumah Elvira, tidak menampakkan batang hidungnya. Biasanya lelaki tampan itu selalu ke rumah pukul tujuh pagi. Irwan selalu sarapan di rumah itu. Dan jika matahari tidak bersembunyi dari balik awan, Irwan selalu mengajak si kembar dengan kereta dorongnya.Rutinitas yang dilakukan oleh Irwan sebelum kerja dan selalu menghabiskan waktu saat libur, membuat Elvira merasakan kesepian yang sejak kelahiran si kembar selalu di temani Irwan di pagi hari, kini wanita cantik itu sarapan seorang diri.“Ibu akan sarapan sekarang? Atau tunggu bapak?” tanya Urip salah seorang pelayan di rumah itu.Elvira memandang jam didinding. Dilihat jam telah menunjukkan pukul 8 pagi. Sudah satu jam berlalu, Irwan pun belum datang ke rumahnya.Dalam hati Elvira pun berkata, ‘Ehm..., apa karena hujan, pak Irwan nggak ke rumah yaa? Padahal hari ini kan dia libur?’“Buu..., sarapan sekarang?” tanya pe
Dua minggu kemudian, berita buruk menimpa Gilang. Lelaki gemulai itu dikatakan tengah meregang nyawa. Kondisinya sedang sekarat. Karena itu, Gempita yang selama ini bolak-balik menjengguk Gilang pun berinisiatif untuk menghubungi Elvira, di hari minggu kala semua masalah Elvira selama dua minggu itu terselesaikan.“Pagi Kak Vira,” sapa Gempita pada sambungan telepon dengan suara parau.“Pagi Gempita, apa kabar? Semua baik-baik saja kan?!” tanya Vira dengan cemas. Padahal selama ini mereka selalu berkirim kabar dengan Gempita.“Kak Vira, apa bisa ke Jakarta? Kak Gilang waktunya nggak lama lagi. Kondisinya semakin melemah. Padahal Gempi udah janji mau pertemukan Kak Vira sama kak Gilang. Kakak, apa bisa tolong Gempi buat menuruti keinginan terakhir kak Gilang?” tanya Gempita dalam isak tangisnya.“Baiklah, aku akan kabari kamu sore ini. Kamu yang sabar yaa..., bisikkan ke telinga Gilang. Kalau aku sudah memaafkan dia,” pinta Elvira dan sambungan telepon mereka pun berakhir.Usai berkomu
Elvira dan Amelia menempati satu kamar hotel yang sama dengan Irwan. Hanya saja Irwan kali ini bersama Bram. Sedangkan Narto dan Harto, kakak ipar Bram telah pulang dini hari usai seluruh rangkaian pemeriksaan dan forensik atas diri almarhumah Melisa telah selesai.Di dalam kamar hotel 101 di lantai satu, Elvira telah bersiap dengan pakaian serba hitam begitu juga dengan Amelia.“Kak Vira, kemarin aku lihat pak Irwan menangis di sebelah kamar jenazah. Aku dengar dia berbicara dengan pak Bram. Katanya, ingin sekali dia memeluk Kak Vira. Tapi, kata dia suatu hal yang mustahil. Kasihan aku liatnya.”“Kasihan apa sih, Dek. Wong aku bukan istrinya ... Jelas nggak mungkin dia berani peluk aku,” jawab Elvira tersenyum simpul.“Sekarang kalau kakak ngomong udah kayak wong Suroboyo, hahahahahaha..., tapi Kak, kalau diajak nikah mau kan?” tanya Amelia sembari menyisir rambutnya.“Ogah! Aku nggak mau punya suami yang masih punya istri. Tapi, aku juga nggak mau punya suami yang ceraikan istrinya u
Acara pengajian di rumah baru Irwan Kusuma untuk menyambut kedua putra kembar keluarga itu, disambut dengan derai air mata. Irwan membawa bayi Andre dan Amelia membawa bayi Andri ke dalam rumah. Suasana di dalam rumah telah ramai oleh ibu-ibu pengajian yang ada di kompleks perumahan itu.Lalu, Nita yang mengkoordinasikan ibu-ibu pengajian, meminta pada ibu-ibu yang sudah datang mengirimkan doa untuk Elvira.“Terima kasih saya ucapkan pada Ibu-ibu semua yang telah hadir di rumah ini. Saya mohon bantuannya untuk mengirimkan doa pada Elvira Purnamasari, mama si kembar. Semoga Allah melindunginya dan bisa segera ditemukan,” pinta Nita dalam isak tangisnya.“Aamiin...,” serempak ibu-ibu pengajian itu pun menadahkan tangan dan mengusap wajahnya.Setelah itu, salah satu dari ibu-ibu yang berada di ruang keluarga yang cukup besar itu pun, memimpin doa dengan menyebutkan nama Elvira. Setelah itu, mereka pun semuanya mengaji.Saat ibu-ibu yang diundang pengajian di rumah Irwan tengah mengirimkan
Saat mobil yang membawa Elvira masuk ke dalam halaman pertokoan sesuai dengan lokasi yang diberikan oleh Wicaksono. Namun, terlihat keempat orang penculik tidak keluar dari dalam mobil. Kesempatan itu di pakai oleh Darsono untuk memberitahukan pihak berwajib terdekat pada wilayah Surabaya.“Siang menjelang sore Pak! Saya Darsono, wartawan sebuah koran kriminal. Izin ingin melaporkan kejadian yang saya lihat di sebuah Rumah Sakit. Tapi, saya nggak tau apa ini perampokan atau apa. Sebuah mini bus dengan plat nomor X000xx dari Rumah sakit menuju tol. Sekarang ini berada di sebuah ruko dekat dengan pos polisi perumahan,” lapor Darsono pada bagian kepolisian terdekat.Namun, alangkah terkejutnya saat polisi yang mendapat laporan langsung merespons dengan cepat laporan tersebut.“Terima kasih Pak Darsono, kesatuan polisi telah bersiap-siap meluncur ke lokasi. Mobil mini bus tersebut tidak merampok, tetapi mereka menculik seorang wanita yang habis melahirkan bayi kembar di rumah itu. Apa Pak
Saat Amelia siuman, wanita cantik itu pun menangis kembali dan histeris memanggil Elvira hingga Irwan memeluknya, untuk memberikan semangat dan keyakinan atas Elvira yang akan baik-baik saja. Karena saat ini, Amelia terlihat sangat ketakutan kala teringat atas kejadian penculikan itu. “Amel, tolong tenangkan dirimu. Tadi Mbak Nita juga udah minta tolong dengan mas Narto dan mas Harto. Ini pihak kepolisian juga sedang berkoordinasi dengan melakukan pengejaran. Kamu yang sabar dan bantu doa yaa...,” Irwan mengelus punggung Amelia layaknya seorang kakak lelaki yang selama ini tidak di dapat dari Ervan.“Pak Irwan..., kasihan kak Vira..., hikss..., kenapa nasib kak Vira malang sekali? Padahal kak Vira orang yang baik. Siapa yang jahat seperti itu sama kakak?” isak Amelia dalam pelukan Irwan.Dibiarkan Amelia menumpahkan segala kegelisahan hatinya. Lalu, Irwan yang melihat Amelia telah kembali tenang, memberitahukan padanya tentang kedua bayi Elvira yang dikembalikan ke ruang bayi.“Amel..
Bab 94 : Elvira diculik?Amelia yang tidak ikut bersama suami dan kedua anaknya serta pengasuh dari kedua anaknya balik ke Jakarta, akan menemani Elvira yang rencananya hari ini akan pulang ke rumah Irwan, atas desakan Nita yang tengah menyiapkan kedatangan si kembar ke rumah yang di peruntukan bagi Elvira dan kedua bayinya.“Vira..., lihat ini tempat tidur si kembar. Kemarin itu Mbak minta langsung tukang dekorasi kamar bayi mengganti wallpaper dindingnya. Irwan kemarin itu pakai dasar warna ungu. Aneh sekali papanya si kembar itu. Dia pikir kamar untuk janda, kali yaa, Hehehehehe...,” tawa Nita saat menghubungi Elvira lewat panggilan video call.Nita memperlihatkan kamar si kembar dengan corak berwarna biru muda dan lantai kayu yang dialasi dengan permadani berwarna biru tua serta dua tempat tidur bayi berwarna putih yang dipadu dengan lemari pakaian berwarna biru muda.“Terima kasih, Mbak..., bagus sekali kamar si kembar,” ucap Elvira tersenyum dengan bias kebahagiaan dari matanya.
Darsono dan Melisa pun berjalan keluar Rumah Sakit. Sesampai di tempat parkir, dilihatnya Irwan tengah bersama seorang bengkel yang sedang mengurusi keempat bannya. Darsono melihat keganjilan pada keempat ban Irwan yang gembos. Lalu, ia pun berbicara dengan Melisa.“Lisa, apa ada orang lain juga yang sedang bermasalah dengan lelaki itu?” tanya Darsono seraya mengamati beberapa orang di sekitar mereka dari dalam mobil.“Nggak tau juga Om. Sekarang rencana kita gimana? Apa Om nggak penasaran untuk lihat kak Vira? Seingat Lisa, besok kak Vira pulang dari Rumah sakit Kalau Lisa mau cari tempat menginap dekat Rumah Sakit. Soalnya Lisa nggak percaya kalau kak Vira menolak Lisa,” ungkap Melisa.Entah mengapa, Darsono juga ikut penasaran atas diri Elvira. Maka, ia pun sepakat dengan Melisa untuk mencari penginapan dekat Rumah Sakit, agar besok pagi saat Elvira akan pulang dari Rumah Sakit, ia bisa mengambil fotonya dan membuat berita tentang dirinya berdasarkan cerita Irwan, pikir Darsono.D