Zuraida dan Syamsudin, adalah orang tua asuh yang mengambil Gilang dan Gempita sejak bayi. Sebelum dari itu, Zuraida adalah kembang desa yanv hijrah ke Jakarta untuk mengadu nasib dengan bekerja di sebuah pabrik dengan hanya berbekal kecantikan dirinya. Namun, kejamnya Ibu Kota dari pada ibu tiri membuat Zuraida yang ditipu oleh orang yang mengajak dirinya bekerja dari kampung dijebloskan langsung ke lokalisasi yang ada di bagian utara Jakarta, sedangkan Syamsudin sendiri adalah seorang lelaki yang mahir bela diri, karena selama di kampung, dia ikut pencak silat dan ketika di Jakarta dia direkrut untuk menjadi penjaga keamanan di daerah lokalisasi, tempat Zuraida bekerja. Gambaran kedua orang tua dari Gilang dan Gempita adalah, orang yang mengecap dunia hitam sejak mereka juga menginjakkan kakinya di Jakarta tanpa punya pendidikan. Zuraida dan Syamsudin mengambil kedua anak dari dua orang wanita pekerja malam, karena kedua wanita naas itu adalah anak buah dari Zuraida. Dimana saat it
Adik Elvira yang bernama Amelia Puspitasari datang bersama kedua anaknya. Dulu, Amelia menikah saat ia berusia 20 tahun dan suaminya Rifai berusia 25 tahun, kini usia Amelia telah 25 tahun dengan dua orang anak berusia 4 tahun dan 2 tahun. Rifai selain telah menjadi PNS, dia juga mempunyai rumah kos-kos’an hingga kehidupan mereka lebih makmur dibandingkan Elvira dan Ervan Dwi Prayoga, adik lelaki Elvira yang bekerja di sebuah Bank Swasta. “Gimana kak, rasanya menikah? Pasti lebih enak kan? Ada temen yang bisa di ajak ngobrol waktu mau tidur, ada yang di ajak berantem waktu kita bete dan ada yang disuruh-suruh waktu kita pengen sesuatu. Yaa, nggak?” tanya Amelia menggoda Elvira saat dilihat ada tanda kissmark di lehernya.“Biasa aja sih, lebih enak tinggal sendiri malah,” ucapnya keceplosan.Aprilia yang mendengar ucapan putrinya pun mengernyitkan dahinya dan melirik ke arah Elvira yang serius mengatakan apa yang terlanjur lepas dari bibirnya.“Vira, apa kalian baik-baik aja?” ta
Sementara itu di hari sebelumnya pada sebuah rumah mewah yang berada di Surabaya, Irwan yang telah pulang satu hari sebelum Elvira kembali ke Jakarta tengah membawa pulang putri tercintanya yang terjatuh saat anak itu tengah naik ke menuju tangga rumahnya dengan menggendong anak perempuan berusia lima tahun masuk ke dalam rumah diikuti oleh seorang wanita cantik bertubuh kurus. “Narti! Buatkan jus apel untuk Ana,” perintah Irwan pada salah seorang pelayan di rumah mewah itu. “Baik Tuan besar,” ucap Narti berjalan tergesa-gesa menuju dapur usai menyambut kedatangan Anastasia, Larasati dan Irwan dari Rumah Sakit, usai pelipis anak berusia lima tahun itu terluka. Mereka duduk pada ruang keluarga yang cukup besar, dengan bantal-bantal besar yang diletakan di bawah lantai marmer berselimut permadani berwarna biru muda. “Anak cantik Papa nanti minum jus dulu ya. Apa ini masih sakit?” tanya Irwan menunjuk bagian pelipis Anastasia yang dijahit. “Iya sakit ... tapi Papa jangan marah sama m
Elvira terbangun kala jam menunjukan pukul enam pagi. Bergegas ia ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan kembali bekerja di sebuah Rumah Sakit sebagai tenaga Akuntansi. Usai mandi, dilihatnya Gilang masih tidur di sebuah sofa panjang. Setelah memakai pakaian kerjanya, Elvira pun keluar kamar dan berpamitan pada Zuraida, sang mertua.“Pagi Buu ... saya berangkat kerja dulu,” izin Elvira pada Zuraida dan Syamsudin yang tengah duduk menikmati secangkir kopi di meja makan.“Kamu nggak sarapan dulu atau minum teh? Ini ada pisang goreng,” tanya Zuraida memandang Elvira telah rapi dan cantik dengan polesan minim di wajahnya.“Nggak, Buu. Nanti saja di kantor,” tuturnya tersenyum tipis dan membalikkan tubuhnya, kala jam menunjukkan pukul setengah tujuh.“Vira..!” panggil ZuraidaElvira pun menengok ke arah mertuanya dan berucap, ”Ya, ada apa Buu?” “Biasanya tanggal berapa kamu gajian?” tanya Zuraida santai.Elvira yang tidak paham dan bingung dengan pertanyaan yang tak pernah diba
Tepat pada saat istirahat makan siang, Elvira dan kedua temannya keluar kantor menuju sebuah warung makan dibelakang kantornya. Di sepanjang jalan kedua temannya yang telah mempunyai anak, masing-masing bercerita tentang kehidupan keluarga mereka. Sedangkan Elvira hanya mendengarkan keluarga bahagia dari kedua temannya hingga sampai di sebuah warung makan yang biasa mereka datangi.“Vir, katanya elo mau cerita tentang keluarga baru elo,” ucap Ningsih saat mereka tengah menunggu makanan yang dipesannya.“Hmmm..., Ya gitu dah, sepertinya gue harus bisa adaptasi dari keluarga baru gue. Masalahnya selama ini kan, gue selalu di urusin sama mama gue. Jadi gue merasa terkaget-kaget aja sih, dengan kondisi yang gue hadapin,” urai Elvira yang tidak berkata jujur.“Emang laki elo itu dari keluarga kagak punya atau gimana? Maksud gue, mertua elo yang laki kerja apa kagak? Lalu, laki elo sebenernya kerjanya dimana sih? Soalnya kita semua kagak pernah liat elo dijemput sama laki elo sebelumnya,
Elvira yang tidak menyangka akan mendengar kata ancaman dari ayah mertuanya, seketika badannya menggigil. Elvira memandang wajah ayah mertuanya yang menatap tajam dengan wajah memerah.“Kamu sudah masuk dalam keluarga ini! Jadi, kamu jangan macam-macam. Silakan kamu lapor pada polisi, silakan! Tapi ingat! Berapa lama polisi bisa melindungi kamu dan mama kamu serta keluarga kamu..., Setelah salah satu kita masuk penjara? Kalau kamu mau dirimu, mamamu dan kedua keluarga adikmu selamat..., Ikuti apa yang jadi ketentuan di rumah ini. Paham!?” tekan Syamsudin seraya menunjuk ke arah Elvira.Gempita yang iba pada Elvira pun meraih tangan wanita cantik itu menjauh dari meja makan dan berjalan menuju kamar Elvira yang tampak pucat pasi dan gemetar usai mendengar ancaman nyata yang di dengarnya. Sesampai di dalam kamar, Gempita pun memeluk Elvira.“Kak, sabar yaa..., Kakak yang sabar. Gempi juga udah nggak kuat. Tapi, ayah bekas preman. Dimana-mana banyak anak buahnya. Jangan melawan kak, j
Elvira dan Gempita saling bercerita satu dan lainnya. Gempita bercerita tentang masa kanak-kanaknya yang di isi dengan pengalaman buruk berada pada rumah dalam lingkungan lokalisasi.“Kak Vira, dulu itu waktu Gempi kelas 6 SD pernah liat Ibu bawa lelaki muda ke kamarnya. Waktu itu, Ayah lagi pulang ke kampung halamannya. Gempi tetap nggak boleh keluar rumah, tapi Ibu begituan sama lelaki muda. Waktu itu Kak Gilang ikut ayah ke kampungnya,” tutur Gempita memejamkan matanya saat mengingat kejadian yang menjijikkan.“Kok sampai Ibu juga jual diri.., emangnya cewek-cewek anak buah ibu nggak ada? Bukannya Gempi bilang ibu itu germo?” tanya Elvira mengorek keterangan dari Gempita atas masa lalunya.“Waktu itu masih ada Kok cewek yang lainnya. Tapi, lelaki itu minta ibu yang melayaninya. Padahal, kalau ayah tau..., ibu bisa dipukul sama ayah. Soalnya kan, ayah nggak ngasih ibu jual diri lagi. Kapan hari waktu ketauan sama ayah aja, ibu dihajar abis-abisan..,” ungkap Gempita mengupas keada
Elvira yang kini sendirian di dalam kamarnya, mengingat kembali cerita yang didengarnya dari Gempita dengan bahasa yang sangat kotor dan kasar. Menurut Gempita, ia hanya menyampaikan apa yang didengar dan diintipnya dari celah lubang kunci kamarnya, kala Zuraida dimasa mudanya kerap mengajak anak buah suaminya dan beberapa lelaki muda untuk memuaskan hasrat birahinya.“Gila..., Kenapa gue jadi pengen begituan juga yaaa, gara-gara denger cerita kotor Gempita?” tanya Elvira pada dirinya sendiri.Sejenak ia memejamkan matanya dan membuang hasrat yang tiba-tiba saja merasuki dirinya dengan mengingat masa-masa bersama Irwan di Bali. Entah mengapa kerinduan atas sosok Irwan begitu sangat kuat. Padahal semua itu telah berlalu selama sepuluh hari. Kemudian, Elvira pun membuka galeri ponselnya. Ia menyimpan satu photo dirinya dan Irwan saat makan di tepi pantai. Dilihatnya kembali photo tersebut.“Sialan..., Ganteng juga pak Irwan itu yaa..., Hmmm..., Enak banget yang jadi istrinya..., Ee
Sudah dua bulan ini, bayi cantik yang dilahirkan oleh Larasati diasuh oleh Elvira. Sejak hari kematian Larasati, Elvira akhirnya menyusui ketiga bayi. Antara si kembar dan bayi Larasati hanya beda usia satu setengah bulan. Rasa lelah Elvira yang bersemangat untuk tetap memberikan ASI eksklusif untuk ketiga bayi tersebut selama 6 bulan, membuat Irwan merasa kasihan pada Elvira harus bangun tengah malam, hingga tubuhnya terlihat lebih kurus. Irwan selalu menemani Elvira saat mengurusi ketiga bayi mereka. Sementara Anastasia yang telah berusia 6,5 tahun sudah bisa mengurus dirinya sendiri.Tetapi, tidak seperti malam ini. Saat halilintar saling bersahutan membuat ketiga bayi menangis dan Anastasia yang biasanya sudah terbiasa tidur di kamarnya sendiri, merasa takut kala mendengar suara halilintar dengan curah hujan yang sangat besar usai perayaan tahun baru. Hingga akhirnya, Irwan pun membawa busa spring bed milik Anastasia ke kamar ketiga bayi mereka.“Gimana..., sekarang Ana udah ngga
Satu bulan kemudian, di bulan Desember saat hujan mulai kian mencurahkan intensitasnya. Irwan yang selalu datang ke rumah Elvira, tidak menampakkan batang hidungnya. Biasanya lelaki tampan itu selalu ke rumah pukul tujuh pagi. Irwan selalu sarapan di rumah itu. Dan jika matahari tidak bersembunyi dari balik awan, Irwan selalu mengajak si kembar dengan kereta dorongnya.Rutinitas yang dilakukan oleh Irwan sebelum kerja dan selalu menghabiskan waktu saat libur, membuat Elvira merasakan kesepian yang sejak kelahiran si kembar selalu di temani Irwan di pagi hari, kini wanita cantik itu sarapan seorang diri.“Ibu akan sarapan sekarang? Atau tunggu bapak?” tanya Urip salah seorang pelayan di rumah itu.Elvira memandang jam didinding. Dilihat jam telah menunjukkan pukul 8 pagi. Sudah satu jam berlalu, Irwan pun belum datang ke rumahnya.Dalam hati Elvira pun berkata, ‘Ehm..., apa karena hujan, pak Irwan nggak ke rumah yaa? Padahal hari ini kan dia libur?’“Buu..., sarapan sekarang?” tanya pe
Dua minggu kemudian, berita buruk menimpa Gilang. Lelaki gemulai itu dikatakan tengah meregang nyawa. Kondisinya sedang sekarat. Karena itu, Gempita yang selama ini bolak-balik menjengguk Gilang pun berinisiatif untuk menghubungi Elvira, di hari minggu kala semua masalah Elvira selama dua minggu itu terselesaikan.“Pagi Kak Vira,” sapa Gempita pada sambungan telepon dengan suara parau.“Pagi Gempita, apa kabar? Semua baik-baik saja kan?!” tanya Vira dengan cemas. Padahal selama ini mereka selalu berkirim kabar dengan Gempita.“Kak Vira, apa bisa ke Jakarta? Kak Gilang waktunya nggak lama lagi. Kondisinya semakin melemah. Padahal Gempi udah janji mau pertemukan Kak Vira sama kak Gilang. Kakak, apa bisa tolong Gempi buat menuruti keinginan terakhir kak Gilang?” tanya Gempita dalam isak tangisnya.“Baiklah, aku akan kabari kamu sore ini. Kamu yang sabar yaa..., bisikkan ke telinga Gilang. Kalau aku sudah memaafkan dia,” pinta Elvira dan sambungan telepon mereka pun berakhir.Usai berkomu
Elvira dan Amelia menempati satu kamar hotel yang sama dengan Irwan. Hanya saja Irwan kali ini bersama Bram. Sedangkan Narto dan Harto, kakak ipar Bram telah pulang dini hari usai seluruh rangkaian pemeriksaan dan forensik atas diri almarhumah Melisa telah selesai.Di dalam kamar hotel 101 di lantai satu, Elvira telah bersiap dengan pakaian serba hitam begitu juga dengan Amelia.“Kak Vira, kemarin aku lihat pak Irwan menangis di sebelah kamar jenazah. Aku dengar dia berbicara dengan pak Bram. Katanya, ingin sekali dia memeluk Kak Vira. Tapi, kata dia suatu hal yang mustahil. Kasihan aku liatnya.”“Kasihan apa sih, Dek. Wong aku bukan istrinya ... Jelas nggak mungkin dia berani peluk aku,” jawab Elvira tersenyum simpul.“Sekarang kalau kakak ngomong udah kayak wong Suroboyo, hahahahahaha..., tapi Kak, kalau diajak nikah mau kan?” tanya Amelia sembari menyisir rambutnya.“Ogah! Aku nggak mau punya suami yang masih punya istri. Tapi, aku juga nggak mau punya suami yang ceraikan istrinya u
Acara pengajian di rumah baru Irwan Kusuma untuk menyambut kedua putra kembar keluarga itu, disambut dengan derai air mata. Irwan membawa bayi Andre dan Amelia membawa bayi Andri ke dalam rumah. Suasana di dalam rumah telah ramai oleh ibu-ibu pengajian yang ada di kompleks perumahan itu.Lalu, Nita yang mengkoordinasikan ibu-ibu pengajian, meminta pada ibu-ibu yang sudah datang mengirimkan doa untuk Elvira.“Terima kasih saya ucapkan pada Ibu-ibu semua yang telah hadir di rumah ini. Saya mohon bantuannya untuk mengirimkan doa pada Elvira Purnamasari, mama si kembar. Semoga Allah melindunginya dan bisa segera ditemukan,” pinta Nita dalam isak tangisnya.“Aamiin...,” serempak ibu-ibu pengajian itu pun menadahkan tangan dan mengusap wajahnya.Setelah itu, salah satu dari ibu-ibu yang berada di ruang keluarga yang cukup besar itu pun, memimpin doa dengan menyebutkan nama Elvira. Setelah itu, mereka pun semuanya mengaji.Saat ibu-ibu yang diundang pengajian di rumah Irwan tengah mengirimkan
Saat mobil yang membawa Elvira masuk ke dalam halaman pertokoan sesuai dengan lokasi yang diberikan oleh Wicaksono. Namun, terlihat keempat orang penculik tidak keluar dari dalam mobil. Kesempatan itu di pakai oleh Darsono untuk memberitahukan pihak berwajib terdekat pada wilayah Surabaya.“Siang menjelang sore Pak! Saya Darsono, wartawan sebuah koran kriminal. Izin ingin melaporkan kejadian yang saya lihat di sebuah Rumah Sakit. Tapi, saya nggak tau apa ini perampokan atau apa. Sebuah mini bus dengan plat nomor X000xx dari Rumah sakit menuju tol. Sekarang ini berada di sebuah ruko dekat dengan pos polisi perumahan,” lapor Darsono pada bagian kepolisian terdekat.Namun, alangkah terkejutnya saat polisi yang mendapat laporan langsung merespons dengan cepat laporan tersebut.“Terima kasih Pak Darsono, kesatuan polisi telah bersiap-siap meluncur ke lokasi. Mobil mini bus tersebut tidak merampok, tetapi mereka menculik seorang wanita yang habis melahirkan bayi kembar di rumah itu. Apa Pak
Saat Amelia siuman, wanita cantik itu pun menangis kembali dan histeris memanggil Elvira hingga Irwan memeluknya, untuk memberikan semangat dan keyakinan atas Elvira yang akan baik-baik saja. Karena saat ini, Amelia terlihat sangat ketakutan kala teringat atas kejadian penculikan itu. “Amel, tolong tenangkan dirimu. Tadi Mbak Nita juga udah minta tolong dengan mas Narto dan mas Harto. Ini pihak kepolisian juga sedang berkoordinasi dengan melakukan pengejaran. Kamu yang sabar dan bantu doa yaa...,” Irwan mengelus punggung Amelia layaknya seorang kakak lelaki yang selama ini tidak di dapat dari Ervan.“Pak Irwan..., kasihan kak Vira..., hikss..., kenapa nasib kak Vira malang sekali? Padahal kak Vira orang yang baik. Siapa yang jahat seperti itu sama kakak?” isak Amelia dalam pelukan Irwan.Dibiarkan Amelia menumpahkan segala kegelisahan hatinya. Lalu, Irwan yang melihat Amelia telah kembali tenang, memberitahukan padanya tentang kedua bayi Elvira yang dikembalikan ke ruang bayi.“Amel..
Bab 94 : Elvira diculik?Amelia yang tidak ikut bersama suami dan kedua anaknya serta pengasuh dari kedua anaknya balik ke Jakarta, akan menemani Elvira yang rencananya hari ini akan pulang ke rumah Irwan, atas desakan Nita yang tengah menyiapkan kedatangan si kembar ke rumah yang di peruntukan bagi Elvira dan kedua bayinya.“Vira..., lihat ini tempat tidur si kembar. Kemarin itu Mbak minta langsung tukang dekorasi kamar bayi mengganti wallpaper dindingnya. Irwan kemarin itu pakai dasar warna ungu. Aneh sekali papanya si kembar itu. Dia pikir kamar untuk janda, kali yaa, Hehehehehe...,” tawa Nita saat menghubungi Elvira lewat panggilan video call.Nita memperlihatkan kamar si kembar dengan corak berwarna biru muda dan lantai kayu yang dialasi dengan permadani berwarna biru tua serta dua tempat tidur bayi berwarna putih yang dipadu dengan lemari pakaian berwarna biru muda.“Terima kasih, Mbak..., bagus sekali kamar si kembar,” ucap Elvira tersenyum dengan bias kebahagiaan dari matanya.
Darsono dan Melisa pun berjalan keluar Rumah Sakit. Sesampai di tempat parkir, dilihatnya Irwan tengah bersama seorang bengkel yang sedang mengurusi keempat bannya. Darsono melihat keganjilan pada keempat ban Irwan yang gembos. Lalu, ia pun berbicara dengan Melisa.“Lisa, apa ada orang lain juga yang sedang bermasalah dengan lelaki itu?” tanya Darsono seraya mengamati beberapa orang di sekitar mereka dari dalam mobil.“Nggak tau juga Om. Sekarang rencana kita gimana? Apa Om nggak penasaran untuk lihat kak Vira? Seingat Lisa, besok kak Vira pulang dari Rumah sakit Kalau Lisa mau cari tempat menginap dekat Rumah Sakit. Soalnya Lisa nggak percaya kalau kak Vira menolak Lisa,” ungkap Melisa.Entah mengapa, Darsono juga ikut penasaran atas diri Elvira. Maka, ia pun sepakat dengan Melisa untuk mencari penginapan dekat Rumah Sakit, agar besok pagi saat Elvira akan pulang dari Rumah Sakit, ia bisa mengambil fotonya dan membuat berita tentang dirinya berdasarkan cerita Irwan, pikir Darsono.D