Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / BAB 56 - PEMINTAAN ALICE

Share

BAB 56 - PEMINTAAN ALICE

last update Last Updated: 2024-11-17 00:18:04

William duduk di kursi kebesarannya, dia melihat Mr. Kim , rekan bisnisnya dari Hong Kong tengah membahas kerja sama mereka. Rencananya William akan membangun apartemen di Hong kong. Hong kong merupakan negara yang padat penduduk, property di Hong kong termasuk katagori salah satu termahal di dunia. Harga property di sana bahkan sama mahalnya dengan Amerika.

"Mr. William, jadi pembangunan apartemen di Hong kong akan di mulai bulan depan. Semuanya sudah siap, mulai dari arsitek dan lainnya. Apa ada hal yang ingin anda tanyakan?" Kim bertanya seraya menatap William yang duduk du hadapannya.

"Tidak, saya rasa semuanya sudah sangat baik. Jadi kita bisa memulai pembangunan apartemen di Hong kong," jawab William datar.

"Baiklah, senang bekerja sama dengan anda Mr. William." Kim mengulurkan tanganya pada William, dan William menyambut jabatan tangan Mr. Kim. "Aku juga senang bekerja sama dengan anda Mr. Kim," balas William.

"Sampai bertemu di meeting selanjutnya," tutup William. Dia bera
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 57 - AKU TIDAK BISA MENINGGALKAN MARSHA

    Melvin mebaca berkas yang baru saja diberikan oleh assistantnya. Di hadapan Melvin, ada Jacob yang sejak tadi terus menatapnya. "Melvin, sampai kapan kau selalu sibuk? Apa kau ini tidak punya kekasih?" kata Jacob dengan nada menyindir."Diam kau! Perusahaan kita sedang berkembang pesat. Aku ingin membuat perusahaan kita lebih besar dari Geovan Group," jawab Melvin dingin. Tatapannya tetap menatap berkas di tangannya. Jacob tertawa rendah. "Kau ini masih terobsesi menjadi nomor satu? Kau tahu siapa lawanmu, Melvin. Ditambah aku dengar William akan bekerja sama dengan Mario Nicholas. Beberapa bulan teakhir nama Mario Nicholas masuk ke jajaran pengusaha sukses. Aku rasa kau jangan terlalu banyal bermimpi melawan William Geovan." Melvin mengalihkan pandangannya, dia menatap tajam Jacob. "Aku akan mampu melawan William! Kau lihat saja nanti!" Jacob menggelengkan kepalanya, dia membalas tatapan Melvin. "Apa alasanmu membenci William?" "Banyak hal yang aku tidak suka dengannya! Kau tida

    Last Updated : 2024-11-17
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 58 - MENCARI BUKTI

    Suara detuman musik terdengar hingga keluar, Kini William tengah berada di sebuah klub malam di kawasan King Street. William melangkah masuk menuju ruang VVIP. Dia tidak ingin di ganggu oleh siapa pun. Saat Wiliam masuk ke dalam, Frans yang tengah minum di temani para wanita, dia langsung melihat William. Kemudian, dia meletakan slokinya di atas meja, dan langsung menyusul William. "William, kau di sini?" Frans melangkah masuk ke dalam ruang VVIP, lalu duduk di samping William. "Ya." jawab William singkat seraya meneguk wine di tangannya. "Sepertinya kau sedang dalam masalah berat, bertengkar dengan Marsha?" tanya Frans dengan tatapan yang terus menatap lekat William. "Tidak." "Jika bukan Marsha, siapa yang membuat mu seperti ini? Kau masuk ke dalam klub dengan dengan wajahmu yang di penuhi amarah," kata Frans sembari menyesao wine di tanganna. "Alice hamil," jawab William singkat. Frans tertawa rendah. "Jika Alice hamil kenapa? Aku rasa kau telah memilih Marsha. Jika Alice h

    Last Updated : 2024-11-17
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 59 - BERIKAN AKU BUKTI YANG LENGKAP

    Pagi hari, William dan Marsha tengah sarapan di dalam kamar. Seperti biasa, William lebih menyukai sarapan di dalam kamar mereka."Marsha, pagi ini aku ada meeting. Aku akan membangun apartemen di Hong kong," kata William sembari menyesap kopi di tangannya. "Kau akan membangun apartemen di Hong Kong?" tanya Marsha. William menagngguk. "Ya, aku sudah bekerja sama dengan salah satu perusahaan dari Hong Kong." "Baiklah. Lalu bagaimana kerja sama dengan ayahku?" Marsha kembali bertanya sambil menatap lekat William. "Sepertinya kau sendiri harus berbicara dengan ayahmu. Terakhir dia mengatakan padaku, meeting nanti kau harus ikut dengannya. Dia ingin kau belajar memimpin perusahaan," jawab William datar. Marsha mendengus. "Bagaimana bisa aku memimpin perusahaan? Usi ku masih 20 tahun. Bahkan aku saja belum lulus kuliah!" "Kau jangan mencari alasan Marsha! Dulu aku memimpin perusahaanku, sebelum aku lulus kuliah." "Kau ini sama saja dengan ayahku!" cebik Marsha kesal. Dia mengerutk

    Last Updated : 2024-11-17
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 60 - SIAPA AYAH DARI ANAK ITU?

    Marsha melirik arlojinya kini sudah hampir pukul dua belas siang. Hari ini dia memiliki janji dengan Frans. Beruntung Marsha memilih restauran yang tidak terlalu jauh jaraknya dengan Stefano Company. Tatapan Marsha, kini melihat ke arah Karin. Sahabatnya itu masih berkutat dengan laptop. Padahal biasanya jika makan siang sudah tiba Karinlah yang paling antusias. "Karin, kau masih sibuk?" tanya Marsha sambil menatap Karin.Karin mengalihkan pandanganya, menatap Marsha. "Ya Marsha, hari ini banyak perkerjaan yang belum aku selesaikan.""Apa kau tidak lapar?" Kening Marsha berkerut dalam. Karin langsung menghentikan pekerjananya, ketika mendengar ucapan Marsha. "Sekarang jam berapa?" "Sudah tiba waktunya makan siang," jawab Marsha.Karin mendengus. "Kenapa kau tidak mengatakan sejak tadi! Kalau makan siang tidak bisa ditunda! Let's go, kita makan sekarang." Dia beranjak dari tempat duduknya, dan langsung memeluk lengan Marsha. Marsha terkekeh. "Oke, tapi siang ini kita akan makan si

    Last Updated : 2024-11-17
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 61 - KENYATAAN PAHIT

    Marsha mengendari mobil dengan kecepatan sedang, Karin tengah berkutat dengan ponselnya. Mengurangi kebosanan Marsha memilih mendengarkan lagu My heart will go on - Celine Dion."Lagu ini salah satu lagu kesukaanku," kata Marsha ketika mendengar lagu Celine Dion. "Ya, siapa yang tidak mengetahui lagu ini? Celine Dion memang memiliki suara yang sangat luar biasa," balas Karin. "Kau benar, andai aku bisa bernyanyi dengan bagus mungkin aku akan menjadi penyanyi terkenal," ujar Marsha dengan senyumannya.Karin memutar bola matanya malas, "Kau ini sudah jangan aneh-aneh. Cukup menjadi pengusaha saja kau sudah menjadi kaya raya, Marsha!"Marsha berdecak pelan. "Sebenarnya aku malas sekali meneruskan bisnis keluargaku. Andai aku memiliki kakak, sudah pasti ku berikan pada kakakku." "Sudahlah, kau harus bersyukur bisa mewarisi bisnis keluargamu!" balas Karin mengingatkan. "Lupakan, aku tidak ingin membahas itu," jawab Marsha. "Menurutmu bagaiman Frans?" "Frans?" Karin mengerutkan kenin

    Last Updated : 2024-11-18
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 62 - CERAIKAN AKU JIKA ITU ANAK MU

    "No, Marsha tunggu aku. dengarkan penjelasanku!" teriak William kencang. Dia berlari menyusul Marsha. Namun, saat dia mengejar Marsha, pintu lift sudah lebih dulu tertutup. William menekan tombol namun lift, tapi sia-sia. Pintu lift belum terbuka.William mengumpat kasar, kenapa harus Alice datang. Wiliam meremas rambutnya dengan kuat, dia melihat Marsha menangis. Saat pintu lift terbuka, William langsung masuk.Di lobby Marsha berlari menuju parkiran, Marsha masuk ke dalam mobil dan mengendari mobil dengan kecepatan penuh meninggalkan perusahaan.William yang baru saja tiba di lobby, dia melihat mobil Marsha meninggalkan perusahaannya. William langsung berlari menuju mobilnya, dia masuk ke dalam mobil dan mengendari mobilnya dengan kecepatan penuh mengikuti mobil Marsha.Marsha sudah melihat dari kaca spion, mobil William terus mengikutinya. Tanpa memperdulikan, Marsha menginjak gas dan semakin menambah kecepatan. Ini pertama kali dalam hidup Marsha mengendari mobil dalam kecepatan p

    Last Updated : 2024-11-18
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 63 - BUKTI PERSELINGKUHAN ALICE

    Sudah dua hari William tidak bertemu dengan Marsha. Meski William berada di rumah, tapi dia tidak bisa bertemu dengan istrinya itu. Selama dua hari ini, Marsha mengurung diri di kamar. Bahkan Marsha tidur di kamar tamu, dan tidak ingin sama sekali keluar dari kamar. Itu yang membuat William sulit bertemu dengan Marsha. Ketika jam makan, biasanya Marsha meminta pelayan membawakan makanan ke dalam kamar. William duduk di ruang kerja pribadinya di rumah. Dia memang tidak datang ke kantor. Dia memilih untuk bekerja di rumah. Ya, semua tentu saja karena masalah yang belum terselesaikan. Dia memilih menyerahkan pekerjaannya pada direktur pemasaran. Saat William tengah membaca email masuk yang dikirimkan oleh sekretarisnya, Terdengar suara ketukan pintu, William langsung menginterupsi untuk masuk tanpa menoleh ke arah pintu. "Selamat pagi Tuan William," sapa Albert yang kini melangkah masuk ke ruang kerja William. "Kau sudah menemukan bukti yang aku minta?" tanya William dingin. Dia mena

    Last Updated : 2024-11-18
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 64 - PERTENGKARAN WILLIAM DAN MELVIN

    Kini William dan Marsha tengah menikmati sarapan pagi di ruang makan. Tentu ini karena permintaan Marsha. Jika sebelumnya, William lebih memilih untuk sarapan di kamar. Tapi karena bosan selalu berada di dalam kamar, Marsha meminta suaminya itu untuk sarapan di ruang makan. "Masha, lebih baik kau mulai sekarang pergi dengan sopir," kata William sembari menyesap kopi di tangannya. Tatapannya, melihat koran yang ada di hadapannya yang sedang dia baca. "Sopir? kenapa aku harus dengan sopir?" seru Marsha. Sejak dulu Marsha selalu menghindari pergi dengan sopir. Dia tidak pernah suka jika pergi dengan sopir. Dia lebih memilih untuk mengendari mobilnya sendiri.William meletakan cangkir yang berisi kopi, lalu menatap dingin Marsha. "Apa kau tidak ingat? Beberapa hari lalu saat kau marah? Kau membawa mobil seperti apa? aku baru tahu, kau bisa membawa mobil dengan kecepatan penuh. Bahkan kau tidak ada takut sama sekali." "Kau lupa alasan aku membawa mobil seperti itu karena aku marah denga

    Last Updated : 2024-11-18

Latest chapter

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 500 – TA S2 - Welcome Milan

    Pesawat yang membawa William dan Marsha, telah mendarat di Bandar Udara Internasional Malpensa. Kini William dan Marsha turun dari pesawat, mereka berjalan keluar dari pesawat, menuju lobby. Sebelumnya, William sudah meminta sopir dari perusahaan kakeknya yang ada di Milan untuk menjemput. Terlihat Marsha yang tampak begiti kelelahan. Marsha terus memeluk lengan William, menyandarkan kepalanya di lengan kekar sang suami. Ketika sudah tiba di lobby, William dan Marsha melihat sopir sudah menjemput mereka. Sang sopir langsung menundukan kepalanya, menyapa William dan Marsha. Kemudian, William dan Marsha masuk ke dalam mobil. Kini mobil yang membawa William dan Marsha, mulai berjalam meninggalkan lobby bandara. Sepanjang perjalanan, Marsha menyandarkan kepalanya di bahu William. Berkali-kali William menawarkan untuk memanggil dokter, tapi istrinya tida pernah mau. Ya, Marsha saat ini hanya ingin segera tiba di hotel, dan langsung beristirahat. "Marsha, apa besok kau tidak usah datang

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 499 – TA S2 - Goes To Milan

    Waktu menunjukan pukul tujuh pagi, Marsha sudah bangun lebih awal. Ya, pagi ini Marsha harus bersiap-siap karena hari ini dia dan William akan terbang ke Milan. Sungguh, suaminya itu sangat mengejutkannya. Marsha bahkan belum menyiapkan apapun. Beruntung, William sudah menyiapkan hadiah pernikahan Orina dan Antonio, jika belum, sudah pasti dia akan kesal karena semuanya harus terburu-buru. "Sudah semua belum ya?" gumam Marsha seraya mengetuk pelan dagunya dengan telunjuknya. Tatapannya, mentap barang-barang pribadi miliknya dan William. Khusus keberangkatan hari ini, William memutuskan untuk tidak membawa Sean. Tadi pagi, Sean sudah dititipkan pada Veronica dan Lukas. William sengaja tidak membawa Sean, karena putranya itu baru masuk sekolah. Tidak hanya itu, tapi beberapa minggu terakhir, Sean akan banyak berlajar bahasa asing. Itu yang membuat William dan Marsha tidak mungkin membawa Sean. Mengingat pendidikan Sean jauh lebih penting. "Astaga, aku belum membawa perawatan kulit."

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 498 – TA S2 - Sean's Birthday II

    "Tuan William, aku rasa kita bisa membahas kerja sama bisnis," ujar George sambil menatap William yang berdiri di hadapannya. William tersenyum tipis. "Ya, aku rasa itu bukan ide yang buruk. Kita bisa membahas kerja sama." "Nyonya Sofia, Boleh aku menggendong Aurora?" pinta Marsha yang sudah sejak tadi sangat gemas pada bayi perempuan yang digendong Sofia. "Tentu Boleh, Nyonya Marsha..." Sofia langsung memberikan Aurora pada Marsha. Dengan wajah yang begitu bahagia Marsha menggendong Aurora, dia memberikan banyak kecupan pada bayi perempuan yang sangat cantik itu. "Mommy... Mommy menggendong siapa?" Sean yang tadi tengah bermain dengan Lea, dia langsung menghampiri Marsha yang tengah menggendong seorang baik. Marsha mengalihkan pandangannya, melihat Sean yang kini berada di hadapannya. Kemudian dia menundukan tubuhnya seraya berkata, "Sean, apa bayi perempuan ini sangat cantik?" tanyanya dengan lembut pada putranya. Sean mengangguk, lalu dia membawa tangan mungilnya menyentuh pi

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 497 – TA S2 - Sean's Birthday

    Pagi hari semua orang terlihat begitu sibuk. Para pelayan, modar mandir membantu menyiapkan segala kebutuhan ulang tahun Sean. Terlebih tadi pagi, hadiah dari Clara baru saja datang. Sebuah mobil Bugatti Centodieci telah disiapkan oleh Clara dan Mario untuk Sean. Orang pertama yang begitu terkejut adalah Marsha, dia sungguh tidak berpikir orang tuanya akan membelikan sebuah mobil sport untuk Sean. Terlebih Bugatti Centodieci adalah salah satu mobil yang hanya diproduksi sebanyak sepuluh unit. Tentu yang memiiki mobil Bugatti Centodieci, harus rela mengeluarkan uang yang besar. Kini Marsha baru saja selesai berias. Tubuhnya terbalut oleh gaun berwarna merah dengan model atas kemben. Gaun ini benar-benar membuat lengkuk tubuhnya terlihat sempurna. Riasan bold, dengan lipstik merah membuat bibir ranumnya tampak penuh dan seksi. Rambut pirang dan tebalnya, Marsha biarkan tergerai indah, menutupi punggung polosnya. William yang berdiri di ambang pintu, dia tersenyum melihat sang istri ya

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 496 – TA S2 - Menginginkan Yang Sempurna

    Menjelang pesta ulang tahun Sean, Marsha disibukan dengan banyaknya yang harus diurus. Meski, dia menyerahkan pada Luna, assistantnya, tapi tetap saja Marsha ingin terlibat pada pesat ulang tahunnya Sean. Tidak hanya sendiri, Marsha pun turut dibantu oleh Ibu mertuanya. Paling tidak meski Clara, ibunya sendiri tidak ada di dekatnya, ada Ibu mertuanya yang selalu membantu dirinya.Kini Marsha tengah berada di dapur—memasak untuk sang suami. Hari ini, Marsha ingin khsus memasak makanan untuk William. Sudah beberapa minggu terakhir, sang suami selalu masak makanan yang telah disiapkan oleh Andine, chefnya. Untuk kali ini, Marsha ingin sendiri memasak untuk William. "Selesai," ucap Marsha ketika menata tenderloin steak dengan mashed potato di atas piring. Tidak lupa dia menambahkan tartar sauce dan lemon untuk menambah citra rasa makanan yang telah dibuatnya. Setelah selesai memasak, Marsha mengalihkan pandangannnya ke jam dinding, kini sudah pukul enam sore, biasanya William sudah pula

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 495 – TA S2 - Persiapan Ulang Tahun Sean II

    "William, ada yang ingin aku bicarakan padamu.." Marsha melangkah keluar dari walk-in closetnya. Dia baru saja mengganti pakaiannya dengan gaun tidur nyaman. Tatapannya kini menatap sang suami yang duduk di ranjang dengan punggung yang bersandar di kepala ranjang seraya fokus pada iPad ditangannya. Kemudian Marsha mendekat, lalu duduk di samping suaminya. "Apa kau sibuk?" William mengalihkan pandangannya, lalu saat dia melihat sang istri sudah duduk di sampingnya, dia langsung meletakan iPad yang ada di tangannya itu ke atas nakas. Kemudian dia menarik tangan Marsha masuk ke dalam pelukannya seraya menjawab, "Apa yang kau ingin bicarakan, sayang?""Aku ingin membahas tentang tadi. Kenapa kau dan Mama sudah membahas tentang jodoh untuk Sean? Putra kita masih sagat kecil, William," ujar Marsha yang memprotes. Sudah sejak tadi dai menahan diri. Meski dia tahu, percuma saja memprotes, tapi setidaknya dia berbicara pada sang suami apa yang dia tidak sukai. "Kenapa kau tidak membiarkan Sea

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 494 – TA S2 - Persiapan Ulang tahun Sean

    "Kalian nikmatilah liburan. Pergilah berbulan madu, nanti Dokter bisa menemani kalian. Ini waktunya kalian menikmati hidup kalian. Masalah perusaahan, biar aku semua yang menanganinya. Setelah Sean berulang tahun nanti, aku akan menyiapkan liburan untuk kalian berdua," ujar William sambil menatap kedua orang tuanya.Veronica dan Lukas sama-sama tersenyum. "Ya, kami percaya, kau bisa mengatasi perusahaan dengan baik," jawab Lukas.Kemudian, tatapan Veeronica teralih pada Marsha yang duduk di samping Wiliam. "Marsha, Mama ingin membahas hal penting..""Ada apa, Ma?" Marsha mengerutkan keningnya, menatap bingung Ibu mertuanya."Ini tentang hadiah ulang tahun, Sean," balas Veronica. Marsha mendesah lega, ternyata mertuanya membahas tentang ulang tahun Sean. Dia berpikir, Ibu mertuanya akan memaksa dirinya agar hamil. Mengingat sudah cukup lama dia menikah dengan William, namun hanya memiliki satu orang putranya. Marsha benar-benar bersyukur memiliki mertua yang begitu pengertian dan meny

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 493 – TA S2 - Ketakutan Marsha

    Marsha melangkah masuk ke dalam kamar William. Kamar yang dulu William sebelum mereka menikah. Entah kenapa, Marsha ingin berada di kamar lama milik William. Kini Marsha duduk di tepi ranjang. Tatapannya, teralih pada foto dirinya dan Sean yang terletak di atas nakas. Marsha langsung mengambil bingkai foto itu, dia menatap wajah putranya yang sekarang sudah tumbuh besar. Ingatan Marsha mengingat, kala Sean masih bayi, sejak dulu putranya itu sudah begitu menggemaskan. Di saat Marsha tengah menatap foto dirinya dan Sean, dia kembali mengingat tanpa terasa pernikahannya dnegan William hampir empat tahun. Dan selama itu juga dirinya masih belum memberikan adik untuk Sean. Marsha mendesah pelan, tadi Laura memberikan kabar bahagia, bahwa telah hamil. Tentu Masha begitu bahagia mendengar kabar itu. Dia sangat senang, melihat adik iparnya memiliki kehidupan yang sempurna. Lea akan segera memiliki seorang adik. Pikiran Marsha mengingat permintaan Sean yang ingin segera memiliki seorang adik

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 492 – TA S2 - Kabar Kehamilan Laura

    Suara dering ponsel terdengar, Marsha yang baru saja selesai mandi dan masih memakai bathrobe, langsung menuju pada ponselnya yang terus berdering itu. Kemudian, dia mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas—menatap ke layar, tertera nomor Laura yang menghubunginya. Tanpa menunggu lama, Marsha langsung menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian meletakan ke telinganya. "Ya, Laura?" jawab Marsha saat panggilan terhubung. "Marsha, apa aku mengganggumu? Kau di mana?" tanya Laura dari seberang line. "Tidak, Laura. Aku baru saja selesai mandi. Ada apa?" "Marsha, aku dan Raymond sudah di Toronto, apa kau bisa hari ini ke rumah Mama? Aku dan Raymond hari ini ke rumah Mama." "Kau sudah pulang? Bukannya kau akan pulang besok?" "Tidak, aku dan Raymond memajukan kepulangan kami. Jadi apa kau hari ini bisa datang ke rumah Mama?""Jam berapa kau ke sana?" "Jam sepuluh nanti kalau kakakku tidak bisa ikut, tidak apa-apa, kau saja dengan Sean." "Baiklah aku akan k

DMCA.com Protection Status