Setelah mengantar Sonya dan menyiapkan makanan untuknya, Adi langsung tancap gas menuju apartemen yang ditempati oleh Risa. Pria itu melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi hingga tak butuh waktu lama, ia telah sampai di basement apartemen.Dengan langkah panjang ia berjalan ke arah lift yang akan mengantarnya ke lantai 27 unit 203. Tak lama kemudian pintu lift pun terbuka, Adi segera keluar dari ruangan besi itu dan masuk ke dalam apartemennya.Brakk!Suara pintu yang dibanting keras oleh Adi setelah ia masuk ke dalam apartemennya.“Risa … keluar lo!” teriak Adi seraya menggedor-gedor pintu kamar istrinya dengan keras.Sementara Risa yang kebetulan sedang beristirahat di kamarnya pun merasa kaget dengan teriakan dan suara gedoran pintu yang dilakukan oleh Adi.“Apa lagi ini, ya Allah?” ucap Risa seraya bangkit dari tidurnya, dengan langkah gontai ia berjalan menuju pintu kamarnya.Begitu pintu kamar terbuka, Adi langsung menatap Risa dengan tatapan membunuh. Emosinya semakin m
Keesokan harinya, Risa bangun pagi-pagi sekali seperti biasanya. Pagi ini pun rasa mual itu kembali menyerangnya, ia sudah tiga kali bolak-balik ke kamar mandi untuk memuntahkan semua isi perutnya.“Sayang … jangan buat Ibu seperti ini, dong. Kamu ‘kan, anak baik,” ucap Risa sambil mengelus perutnya.Setelah merasa baikan, Risa keluar dari kamarnya dengan pakaian seragam dinas. Ia sudah siap untuk pergi ke sekolah, ia juga sudah mempersiapkan sarapan dan membuatkan kopi untuk Adi. Risa tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang istri, meskipun tidak pernah dianggap istri yang sebenarnya oleh sang suami.Risa keluar dari apartemen, lalu turun ke bawah menuju mobilnya yang ada di parkiran. Saat sampai di parkiran, Risa melihat satpam sedang berdebat dengan seseorang. Karena penasaran, ia pun menghampiri orang itu.“Ada apa ini, Pak?” tanya Risa pada Pak Satpam.“Nyonya,” ucap Pak Satpam seraya membungkukkan badannya saat melihat Risa yang menghampirinya.“Kamu!” Risa kaget melihat siapa
“Mungkin aku tidak akan pernah kembali ketika aku sudah pergi dari hidupmu, bukan aku yang menginginkan ini, tetapi kamu yang memaksaku untuk pergi. Tuhan, kumohon berikan kesabaran yang lebih untukku agar aku mampu menghadapi rasa sakit yang teramat mendalam ini.” Larisa Maheswari.*** Setelah menyiapkan tempat tidur untuk Risa, ibu panti memintanya untuk beristirahat karena mengingat Risa baru saja menempuh perjalanan yang cukup jauh dan itu dalam kondisi hamil muda seperti saat ini.“Neng, kamarnya sudah Ibu siapkan. Silahkan Neng beristirahat! Neng pasti sangat lelah,” ujar ibu panti.“Tidak, Bu. Saya tidak merasa lelah sama sekali setelah sampai di sini, sepertinya bayi saya juga nyaman berada di sini. Saya ingin bertemu dengan anak-anak saja, Bu. Ini saya bawa sesuatu untuk mereka semua, memang tidak banyak karena kehidupan saya sekarang sudah tidak seperti dulu lagi,” kata Risa seraya menyerahkan bingkisan yang dibawanya kepada ibu panti.“Masya Allah … tidak usah repot-repot
“Mama bahkan tidak percaya kalau kamu itu terlahir dari rahim Mama, Adi. Kamu Mama rawat dan Mama besarkan dengan kasih sayang yang berlimpah, meskipun Mama dan Papa tidak memberimu kehidupan yang bergelimang harta seperti kehidupanmu saat ini. Jika kamu masih menganggap Mama sebagai orang tua kamu, maka tolong jauhi perempuan itu dan belajarlah mencintai istrimu! Kamu tahu sendiri kalau Papa tidak main-main dengan ucapannya,” tutur Ibu Airin dengan sendu karena ia terus memikirkan keberadaan Risa.“Ma, Adi sangat mencintai Sonya. Please, Ma! Restui hubungan kami,” kata Adi sambil bersujud di kaki ibunya.“Apa yang kamu lihat dari wanita itu sampai kamu bisa seperti ini? Mama sudah kehabisan kata-kata untuk membuat kamu sadar bahwa yang kamu lakukan ini salah. Kamu akan menyesal karena sudah membuang sebuah mutiara hanya demi memungut kerikil di jalanan. Kamu pegang kata-kata Mama kali ini, Adi. Supaya nanti saat Mama sudah tiada lagi di dunia ini, kamu akan mengingat apa yang Mama ka
Keesokan harinya, Adi merasa sangat malas untuk membuka mata. Ia berharap jika kejadian kemarin hanyalah mimpi yang begitu ia terbangun, maka semua akan kembali seperti semula. Tetapi kebenarannya adalah semua itu nyata, ia benar-benar telah kehilangan sosok yang selalu dianiayanya selama ini.Dengan rasa malas, Adi melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Lalu bersiap-siap untuk pergi ke kantor, hari ini ia akan bertemu dengan karyawan mall yang kemarin menyaksikan pertengkaran antara Sonya dan Risa.Sesampainya di kantor, Adi disambut oleh para staf dan juga Yogi sang asisten pribadi. Adi melihat sikap Yogi hari ini tidak seperti biasanya, ia yakin jika Yogi masih tersinggung dengan ucapannya tempo hari.“Selamat pagi, Pak Adi,” sapa Yogi dengan membungkukkan badannya.“Pagi, Yog. Kamu ikut ke ruangan saya sekarang!” titah Adi seraya melangkah menuju ruangannya.“Baik, Pak!” sahut Yogi, lalu mengikuti langkah bosnya.Sesampainya di ruangan Adi, Yogi hanya diam dan menun
Sampai di apartemen Sonya, Adi mencoba menerobos masuk ke kamar. Namun, saat akan membuka pintu kamar itu ternyata passwordnya telah diubah oleh Sonya. Tentu saja itu membuat Adi semakin geram karena tidak berhasil masuk.“Sonya … buka pintunya!” teriak Adi, ia sangat kesal karena Sonya mengganti password kamar itu tanpa memberitahunya.Melihat tidak ada tanda-tanda jika pintu kamar itu akan dibuka, membuat Adi semakin menggila. Perasaannya sudah tak menentu hari ini, di kantor ia sudah kehilangan asisten yang sangat berarti baginya. Ya, Yogi telah mengundurkan diri menjadi asisten pribadinya karena ia sangat kecewa dengan sikap Adi.***Sementara di Panti Asuhan, Risa tampak senang menikmati hari pertamanya di sana. Menghabiskan waktu bersama anak-anak membuat ia melupakan semua masalah yang terjadi dalam hidupnya. Senyuman, canda tawa penuh keceriaan kembali hadir menghiasi wajah cantiknya. Tak ada lagi air mata yang menetes, tak ada lagi kesedihan yang ia rasakan meski baru satu ha
Sudah tiga hari Risa menghilang, kepergiannya tidak hanya membuat ibu dan ayah mertuanya yang cemas dan khawatir. Adi pun merasa kehilangan dan merindukan istrinya. Selama tiga hari ini, pria itu terus berusaha mencari keberadaan Risa. Ia bahkan sampai mengabaikan kekasihnya karena merasa takut dengan ancaman Pak Arya beberapa hari yang lalu. Adi tidak takut pada siapa pun kecuali ayahnya, ia tidak ingin kejadian saat masih sekolah dulu terulang kembali.“Kemana lagi saya harus mencari kamu, Risa? Siapa yang membawa kamu pergi? Apa jangan-jangan dia?“ ucap Adi yang tiba-tiba teringat dengan seseorang yang dicurigai ada kaitannya dengan kepergian Risa.Tak ingin membuang waktu, ia segera meluncur untuk menemui seseorang yang diduga menjadi dalang atas menghilangnya Risa. Jika kecurigaannya terbukti benar, maka ia tidak akan segan-segan untuk menghancurkan orang itu.Dua puluh menit kemudian, Adi sudah sampai rumah sakit. Ia bergegas turun dari mobilnya lau masuk ke dalam rumah sakit.
“Anda mengusir saya? Lihat saja, Anda akan menyesal karena telah berani menantang saya,” kata Adi dengan mengacungkan jari telunjuknya pada dokter Reyhan, lalu keluar dari ruangan itu dengan membanting pintu.Setelah Adi keluar dari ruangannya, Reyhan kembali teringat dengan ucapan Adi yang mengatakan bahwa Risa pergi dari rumah. Reyhan membuka laci meja lalu mengambil bingkai foto yang selalu dibawa ke manapun ia pergi.“Cha, kamu di mana? Apa yang terjadi sama kamu sebenarnya? Apa laki-laki itu selalu menyakitimu? Kenapa kamu bisa menikah dengannya?” Reyhan menatap foto Risa dengan tatapan sendu.Ada rasa sesal di hati Reyhan, kenapa dulu ia tidak mengungkapkan perasaannya pada Risa yang ternyata juga memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya. Di saat dia merasa pantas bersanding dengan gadis itu, takdir malah tidak berpihak padanya. Perempuan yang sangat ia cintai itu sekarang sudah menjadi istri orang.Reyhan akan ikhlas jika Risa benar-benar mencintai suaminya, begitu pula seb
“Astaghfirullah … apa yang sudah aku lakukan?” gumam Risa sambil menarik napas panjang.Andre juga kaget melihat Risa yang begitu emosi, ternyata wanita sangat lembut dan penyayang yang ia kenal selama ini juga bisa berkata dengan nada tinggi seperti itu.“Saya tahu kalau cara saya sedikit egois, tapi itu adalah bukti kalau saya mencintai kamu. Saya bisa mendapatkan ribuan gadis yang bersedia menjadi istri saya, tapi yang saya inginkan hanya kamu. Hanya kamu yang akan menjadi ibu dari anak-anak saya,” ujar Andre.Risa menipiskan bibir dan tersenyum tanggung, lalu mengangkat wajahnya yang tadi tertunduk.“Dengarkan saya baik-baik, Tuan Andre Kusuma Yang Terhormat. Saya adalah seorang istri yang sah di mata agama dan hukum yang berlaku di negara ini, saya tidak melarang Anda jatuh cinta sama saya karena itu adalah persoalan hati seseorang. Namun, maaf beribu maaf saya ucapkan. Apapun yang akan Anda lakukan tetap tidak akan merubah apapun, saya tidak akan membalas perasaan Anda!” ucap Ri
Adi keluar dari ruang ganti dengan raut wajah yang masih sama seperti saat sebelum ia masuk ke dalam ruangan tersebut.“Kamu masih ingin aku mengabulkan permintaanmu itu, Sayang? Jangan harap!” ujar Adi dengan nada ketus.Risa menghela napas berat kala melihat suaminya masih tersulut emosi setelah mendengar permintaannya untuk berbicara empat mata dengan Andre.“Please, Sayang! Izinkan aku untuk bertemu dengannya, kamu boleh ikut dan mengawasiku dari jauh. Bagaimana?” tawar Risa mencoba bernegosiasi dengan suaminya.“Sekali tidak, tetap tidak!” tandas Adi tanpa melihat ke arah Risa.Risa tidak putus asa meski telah ditolak berkali-kali, ia harus bisa membujuk suaminya agar mau mengabulkan keinginannya. Jika terus dibiarkan, maka masalah di antara keduanya tidak akan pernah selesai. Akar dari permasalahan di sini adalah dirinya, maka dari itu dialah yang harus turun tangan sendiri.“Ya sudah, kalau kamu bersikukuh seperti itu. Aku mau tidur di kamar sebelah,” ujar Risa sembari melangka
Setelah Bu Soraya pergi dari rumah itu, Ibu Airin membawa Risa ke kamarnya untuk membicarakan apa yang tadi disampaikan oleh Bu Soraya kepadanya.“Sayang, ayo duduk sini!” ajak Ibu Airin sambil menepuk sofa kosong di sebelahnya.“Iya, Ma.” Risa tersenyum sembari mendudukkan dirinya di samping Ibu Airin. “Apa yang ingin Mama jelaskan sama Risa?” tanyanya dengan lembut.“Kamu masih ingat kejadian saat kamu dan Adi pergi untuk menghadiri jamuan makan malam waktu itu? Soal itulah yang akan Mama sampaikan sama kamu,” ujar Ibu Airin.“Makan malam yang diadakan oleh Tuan Andre?” tanya Risa lagi.“Iya, Sayang. Yang waktu itu,” sahut Ibu Airin.“Kenapa memangnya, Ma?” tanya Risa semakin penasaran.“Ternyata, dia mengadakan acara makan malam itu untuk membuat kamu keluar dari rumah ini dan menculik kamu. Nyonya Kusuma sendiri yang bilang seperti itu sama Mama. Andre meminta anak buahnya untuk mengikuti mobil kalian,” jelas Ibu Airin.“Apa, Ma?! Jadi, penyerangan pada malam itu adalah ulahnya Tu
“Nyonya mau bicara apa?” tanya Ibu Airin seraya menatap Bu Soraya dengan lekat.Bu Sora menghela napas panjang seraya memejamkan mata sebelum mengatakan apa yang akan ia sampaikan.“Maaf sebelumnya, Nyonya Airin. Mungkin ini akan sedikit mengejutkan Anda, tapi saya harap Nyonya bisa menerimanya,” ujar Bu Soraya.Perkataannya semakin membuat Ibu Airin penasaran, apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh nyonya Kusuma. Sehingga ia terlihat gugup dan ketakutan seperti itu.“Katakan saja, Nyonya. Apa yang ingin Nyonya katakan sebenarnya? Kenapa Nyonya jadi tegang begitu?” tanya Ibu Airin, ia juga sudah tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.“Putra saya ternyata mencinta menantu Anda, saya juga baru mengetahuinya. Selama ini sudah banyak perempuan yang saya kenalkan sama dia, tapi tidak ada satu pun yang bisa menarik perhatiannya. Mulai dari gadis kaya dan terhormat, sampai gadis biasa sudah pernah saya kenalkan. Namun, hasilnya tetap sama. Andre sama sekali tidak melirik satu pun
“Mau ketemu saya? Siapa, Mbak?” tanya Risa dengan mengerutkan dahi. “Iya, Nyonya Muda. Seorang ibu-ibu sama anak kecil yang waktu itu datang ke rumah sakit,” jawab Mia dengan napas yang masih ngos-ngosan. “Ayo kita lihat siapa orangnya, Sayang!” seru Ibu Airin sembari merangkul pundak Risa. “Iya, Ma.” Risa langsung bergegas masuk ke dalam rumah. Ia sudah bisa menduga siapa orang tersebut. Sementara Ibu Airin penasaran siapa orang yang ingin bertemu dengan menantunya. Siapa ibu-ibu yang dimaksud oleh Mia? “Di mana orangnya, Mia?” tanya ibu Airin saat sampai di ruang keluarga. “Masih di depan, Nyonya Besar. Saya tadi nyariin Nyonya Muda ke kamar, tapi Nyonya Muda nggak ada di sana,” ujar Mia. “Siapa sih, orangnya?” gumam Ibu Airin sembari berjalan menuju pintu depan. Ia tidak pernah terpikir jika orang itu adalah Indri, si gadis kecil yang sudah seperti putri bagi Risa. Sesampainya di teras depan, mereka langsung dikagetkan dengan teriakan anak kecil yang berlari ke arah Risa.
Reyhan kaget melihat Anita tiba-tiba berada di sana, apalagi setelah ia mendengar pertanyaan dokter muda itu. Ia yakin jika Anita sudah mendengar semua pembicaraannya dengan dokter Cyntia. “Dokter Anita, Anda di sini?” tanya Reyhan lalu menghentikan langkahnya saat melihat Anita menghampirinya. “Iya, Pak. Saya kebetulan baru pulang dari rumah Risa, tapi nggak nyangka bisa bertemu Pak Reyhan di sini. Tapi maaf nih, Pak. Bukan maksud saya lancang, apa benar Pak Reyhan dan Dokter Cyntia pacaran?” Anita menatap Reyhan dengan lekat, ada rasa sesak di dadanya saat mengetahui laki-laki yang ia cintai saat ini sudah menjadi kekasih wanita lain. Namun, ia berusaha menutupi rasa kecewanya. “Oh, bagaimana keadaan Risa? Apa kandungannya baik-baik saja?” tanya Reyhan lagi. Ia tidak menanggapi pertanyaan Anita yang terakhir karena ia tidak punya jawaban untuk pertanyaan itu. Saat Reyhan menyebut nama Risa, darah Cyntia seakan mendidih mendengar kekasihnya menanyakan wanita lain. Terlebih lagi,
“Apa yang mau kamu jelasin? Kamu mau mengatakan kalau semua yang kamu lakukan ini karena cinta? Apa itu yang akan kamu katakan sama Mama, Andre?!” erang Bu Soraya dengan raut wajah memerah. “Ma, semua ini tidak seperti yang Mama pikirkan. Aku tidak mungkin mencelakai wanita yang aku cintai,” ujar Andre. “Cinta kamu bilang? Kamu bukan mencintainya, tapi kamu hanya terobsesi! Wanita itu terlalu baik untuk kamu, Andre. Jadi sekarang Mama tahu apa tujuan kamu mengadakan jamuan makan malam waktu itu, ternyata ini rencana kamu? Mama malu mengakui kamu sebagai putra dari keluarga Kusuma. Papa kamu tidak pernah berbuat curang dalam hal apapun, termasuk apa yang baru saja kamu lakukan ini. Kamu sudah mencoreng nama baik keluarga Kusuma, Ndre.” Bu Soraya keluar dari kamar Andre sambil menangis, ia tidak percaya jika putranya sampai senekat itu hanya demi mendapatkan wanita yang katanya begitu ia cintai. Selama ini Andre memang tidak pernah tertarik pada semua wanita yang pernah Bu Soraya ke
Satu bulan sudah berlalu. Selama itu pula Risa tidak diizinkan keluar dari rumah, bahkan untuk pemeriksaan kandungannya pun Adi sudah membuat kamar tidur mereka seperti sebuah klinik. Itu semua ia lakukan demi menjaga keamanan dan keselamatan istri dan calon anaknya.Dokter Reyhan dan Cyntia sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Namun, sampai saat ini Risa belum mengetahui hal itu. Anita juga belum tahu soal itu karena Cyntia tidak pernah datang ke rumah sakit. Semua orang di rumah sakit juga tidak ada yang tahu mengenai hubungan anak pemilik rumah sakit itu dengan mantan dokter spesialis anestesi kardiovaskuler sekaligus mantan asisten dokter Reyhan di tim operasi.Reyhan bersedia menjadi kekasih Cyntia demi keselamatan Risa dan bayi yang tengah ia kandung, tetapi Reyhan juga mengajukan syarat kepada wanita itu. Cyntia dilarang menemuinya di rumah sakit, dan syarat itu pun diterima oleh wanita itu.Hari ini adalah jadwal pemeriksaan kandungan Risa. Usia kandungannya sudah memasuki d
Risa keluar dari kamar mandi dan melihat Adi duduk di sofa dengan kedua tangan dijadikan penopang wajahnya. Tatapannya terlihat kosong, bahkan laki-laki itu sampai tidak menyadari jika istrinya sudah keluar dari kamar mandi. Terlihat jelas bahwa saat ini dia sedang banyak masalah. “Kamu mandi dulu sana! Setelah itu kita shalat supaya pikiran kamu lebih tenang,” ujar Risa membuyarkan lamunan Adi. “Kamu sudah selesai, Sayang? Maaf ya, aku jadi melamun. Ya sudah, aku mandi dan ambil air wudhu sebentar.” Adi masuk ke kamar mandi dengan langkah gontai, ada rasa bersalah yang ia rasakan terhadap istrinya. “Ya Allah, apapun masalah yang sedang ia hadapi saat ini, aku mohon permudahkanlah!” ucap Risa penuh harap. Kriet! Suara pintu kamar mandi terbuka, Adi keluar dari sana dengan handuk melilit dari tubuhnya. Wajahnya sudah terlihat lebih segar setelah mandi dan berwudhu. “Sebentar ya, Sayang. Aku ganti baju dulu,” ucap Adi sembari melangkah menuju tempat tidur. Pakaian gantinya sudah d