Sebelumnya. Tepat setelah pertarungan panjang yang melelahkan, medan perang akhirnya sunyi. Angin dingin berembus pelan, membawa aroma tanah yang terbakar dan darah yang mengering. Xiao Feng, Bai Ling, dan Lei Xian berdiri di tengah reruntuhan, dengan tubuh penuh luka dan napas yang berat."Akhirnya selesai," gumam Lei Xian sambil mengusap peluh di dahinya.Namun, Xiao Feng, yang biasanya tenang, mendadak memutar tubuhnya dengan gelisah. Matanya menyapu sekeliling medan pertempuran yang kini tampak hancur akibat pertarungan sengit mereka beberapa saat yang lalu. Kawah-kawah besar akibat benturan tampak menjadi fenomena alam yang sangat mengerikan.Tidak hanya itu, ratusan mayat boneka yang tampak tidak kembali bergerak menjadi momok mengerikan yang sama sekali tidak mengenakkan untuk dilihat. Namun satu hal yang membuat Xiao Feng merasa panik."Tunggu... di mana Guru Xiao Chen?" tanyanya, suaranya penuh kecemasan, seolah memikirkan hal buruk telah terjadi pada gurunya.Bai Ling segera
Xiao Feng berdiri di tengah hutan yang sunyi, menatap langit yang diterangi pantulan cahaya bulan. Wajahnya dipenuhi tekad, namun dalam hatinya, ia merasakan kekosongan yang menyesakkan."Bertahanlah, Guru... Aku akan menemukanmu," bisiknya dengan suara bergetar, kedua tangannya mengepal erat, urat-urat di lengannya menegang karena amarah dan kecemasan.Bai Ling melangkah mendekat, meletakkan tangan lembut di bahunya. "Kita akan menemukannya bersama, Xiao Feng. Guru Xiao Chen adalah salah satu pendekar terkuat. Dia tidak akan menyerah dengan mudah."Lei Xian mengangguk dari belakang. "Tapi kita harus cepat. Mereka pasti sudah membawa Guru ke tempat yang tersembunyi. Jika mereka berhasil memanfaatkan kekuatannya..."Xiao Feng menoleh, matanya tajam menatap Lei Xian. "Itu tidak akan terjadi. Aku tidak akan membiarkan sekte itu menang."Saat mereka hendak melanjutkan perjalanan, suara gemerisik terdengar di antara semak-semak. Bai Ling segera mengangkat pedangnya, bersiap menghadapi anca
Saat ini, Xiao Feng menatap bulan dengan mata penuh arti. "Bertahanlah, Guru... Aku akan menemukanmu," ucapnya sambil mengepalkan tangan. Angin dingin membawa aroma darah dari medan pertempuran yang masih segar di sekitarnya. Bai Ling mendekatinya, kipas es yang jarang ia gunakan kini di tangannya telah berubah menjadi serpihan kecil yang perlahan membeku kembali.“Xiao Feng, kita tidak bisa tinggal di sini lebih lama. Musuh bisa saja kembali kapan saja,” ucap Bai Ling sambil menatapnya tajam.Lei Xian, yang juga berdiri di dekat mereka, tampak memandangi bekas pertarungan dengan ekspresi serius. “Kita harus melacak keberadaan Xiao Chen sesegera mungkin. Tapi pertama-tama, kita perlu mencari petunjuk dari markas musuh.”Xiao Feng mengangguk, menyutujui saran itu. “Baik. Tapi jika mereka berani menghadang kita lagi, aku tidak akan menunjukkan belas kasihan.”Saat mereka bergerak menuju markas musuh, bayangan gelap tiba-tiba muncul dari hutan lebat. Ratusan boneka mayat kembali mengepun
Setelah sosok itu berkata dengan nada mengejek, Xiao Feng memutar pedang Pembalik Surga di tangannya, angin berputar menghempas dedaunan di sekitarnya. Sosok berjubah hitam yang baru muncul itu berdiri diam, hanya tongkat bercahaya merah di tangannya yang memancarkan aura kegelapan yang terasa menusuk tulang.“Siapa kau?” seru Xiao Feng, matanya menyipit penuh kewaspadaan.“Nama tidak penting,” jawab sosok itu dengan suara yang menyeramkan. “Aku hanyalah utusan yang dikirim untuk memastikan kalian tidak keluar dari tempat ini hidup-hidup.”Seketika, tanah di bawah mereka mulai bergetar, dan dari dalam tanah, boneka-boneka mayat baru muncul, kali ini dilapisi dengan lapisan hitam seperti baja.“Kau pikir ini akan menghentikan kami?” Bai Ling melangkah maju, kipas esnya sudah terbuka, bersinar dengan cahaya biru yang sangat dingin.“Jangan anggap remeh lawanmu,” kata Lei Xian. Petir berkeretak di sekujur lengannya, membentuk aliran listrik yang mengitari tubuhnya.Boneka-boneka mayat mu
Setelah medan pertempuran sunyi dari gemuruh, ketiganya berdiri di tengah puing-puing yang berserakan. Napas berat keluar dari dada masing-masing, namun pikiran mereka masih terpusat pada ancaman baru yang semakin jelas.“Musuh itu bukan sekadar utusan biasa,” ujar Lei Xian, suaranya penuh kewaspadaan. “Ia adalah salah satu perwira tinggi sekte aliran sesat. Jika mereka mengerahkan kekuatan seperti ini, maka sesuatu yang lebih besar pasti sedang direncanakan.”Bai Ling memegang kipasnya, sesekali ia gunakan kipas itu untuk memberikan hawa sejuk pada dirinya sendiri, ia kemudian berkata. “Tapi apa yang sebenarnya mereka incar? Mereka sudah mendapatkan kristal kematian, lalu kenapa masih terus menyerang?”Xiao Feng terdiam, matanya menatap ke arah langit malam yang gelap. “Aku rasa mereka mencoba memecah belah kita. Dengan menyerang dari berbagai arah, mereka ingin memastikan kita tidak punya waktu untuk menyusun kekuatan. Tapi kali ini, aku tidak akan membiarkan mereka menangi,” ucapny
Langit mulai berubah menjadi gelap, seolah ikut berduka atas kehancuran yang baru saja terjadi. Debu masih beterbangan, menyelimuti udara dengan bau hangus dan batu yang pecah. Xiao Feng, Bai Ling, dan Lei Xian berjalan perlahan meninggalkan puing-puing golem yang baru saja mereka hancurkan.Namun, langkah mereka terhenti ketika suara gemuruh kembali terdengar dari kejauhan.“Tidak mungkin...” Lei Xian memutar tubuhnya, menghunus pedang dengan cepat. “Apa itu?”Kabut hitam muncul dari celah-celah tanah yang retak, menyebar seperti racun. Dari balik kabut, bayangan samar tampak mendekat, menyeret sesuatu di tanah.Xiao Feng memperhatikan dengan cermat, matanya menyipit. “Itu bukan musuh biasa. Bersiaplah!”Kabut itu memadat menjadi sosok tinggi dengan jubah hitam panjang. Tubuhnya seperti bayangan cair, matanya bersinar merah menyala. Di tangannya, ia membawa rantai panjang yang ujungnya dipenuhi pecahan tulang berlumuran darah.“Para pendekar,” ucap makhluk itu dengan suara serak. “Ka
Setelah perjalanan panjang yang dipenuhi oleh pertempuran, kelelahan, dan ketegangan, akhirnya Xiao Feng, Bai Ling, dan Lei Xian tiba di sebuah lembah yang dikelilingi oleh pegunungan tinggi. Di lembah itu terdapat gua yang tersembunyi di balik air terjun deras. Aura misterius memancar dari tempat tersebut, membuat mereka yakin bahwa Xiao Chen ada di sana."Ini tempatnya," kata Lei Xian, matanya menyipit saat menatap gua di balik air terjun.“Guru pasti di sana,” tambah Xiao Feng dengan nada penuh harapan.Namun, sebelum mereka melangkah lebih jauh, Bai Ling mengangkat tangan, memberi isyarat untuk berhenti. “Tunggu. Tempat ini dijaga oleh sesuatu... Aku bisa merasakannya.” Bai Ling mulai memcari sumber yang membuatnya merasa waspada.Xiao Feng memusatkan indranya, dan benar saja, energi kuat mulai terasa di sekeliling mereka. Tidak lama kemudian, kabut tipis muncul dari air terjun, membentuk sosok-sosok menyerupai manusia yang memegang senjata.“Ini... penjaga buatan Guru!” seru Xiao
Saat ini. Xiao Chen duduk bersila di tengah ruangan gua, tubuhnya dikelilingi oleh cahaya samar dari segel kegelapan yang membelenggunya. Wajahnya tampak pucat, namun matanya tetap memancarkan ketenangan seorang pendekar sejati yang sudah ada beberapa puluh tahun yang lalu, ia adalah legenda yang kini kembali kedunia persilatan.Untuk melepaskan segel itu, Lei Xian mendekatinya dengan langkah perlahan, lalu memandangi Xiao Chen beberapa saat sebelum ia berkata. "ahhh," keluhnya,"aku tidak menyangka seorang pendekar legenda sepertimu dapat tersegel dengan mudah seperti ini,"sambungnya sembari menggelengkan kepala. "Baiklah, saya membutuhkan bantuan mereka untuk mematahkan segel ini. Kekuatan ini terlalu kuat untuk saya tangani sendiri."Xiao Chen mengangguk pelan, ia tidak menjawab perkataan Lei Xian barusan, ia lantas memejamkan matanya. "Lakukanlah. Aku akan menahan tekanan dari dalam. Pastikan kalian melakukannya dengan hati-hati. Jika segel ini rusak secara tidak sempurna, energi
Pasukan Bendera Biru yang tadinya terpecah belah kini berdiri diam, terpaku melihat tubuh pemimpin mereka, Luo Yunhai, yang tergeletak di tanah. Namun, ketenangan itu tiba-tiba berubah menjadi keterkejutan ketika tubuh Luo Yunhai perlahan bergerak. Dengan langkah gontai, ia bangkit berdiri, darah menetes dari sudut bibirnya, tetapi matanya menyala penuh kebencian dan tekad.“Jangan pikir aku akan mati semudah itu,” suara Luo Yunhai terdengar serak namun penuh kemarahan, menggema di seluruh arena. "Aku... adalah Pelaut Bayangan Laut! Tak ada yang bisa menjatuhkanku!"Sorakan pasukan Bendera Biru kembali pecah. Mereka berteriak penuh semangat, seolah kebangkitan Luo Yunhai membakar kembali nyali mereka yang sempat memudar. Mereka mulai bergerak lagi, mengepung Xiao Feng dan Bai Ling yang kini semakin kelelahan.Xiao Feng memandang Luo Yunhai dengan tajam, napasnya memburu. "Orang ini... bagaimana dia bisa bertahan dari serangan itu?" pikirnya. Luka di tubuh Luo Yunhai memang jelas terli
Saat kekacauan pertempuran semakin memuncak dan harapan hampir hilang serta kematian kakak seperguruan Xiao Feng yang telah mengorbankan diri dari peperangan itu. Bai Ling tiba-tiba menunjuk ke arah langit, seolah melihat satu harapan yang akan segera datang. "Feng'Ge! Lihat ke atas!" serunya dengan nada bergetar.Melihat hal itu, Xiao Feng segera mendongak, melihat kearah yang sama. Di antara awan gelap dan kilat yang menyambar, muncul sosok pria yang melayang perlahan, auranya menyelimuti medan perang dengan tekanan luar biasa. Tubuhnya diselimuti kilauan hitam pekat seperti sisik naga, sementara matanya menyala tajam seperti emas cair. Rambut hitam panjangnya berkibar diterpa angin, memberi kesan seorang pendekar yang tak tertandingi."Itu... Long Yu," gumam Xiao Feng dengan nada tidak percaya.Luo Yunhai, pemimpin kelompok Bendera Biru, mengernyit, matanya menyipit penuh waspada. "Long Yu? Siapa dia?" tanyanya.Xiao Feng mengatur napasnya, masih terpaku pada pria di udara itu. "Di
Pada saat ini, pertempuran terus berlangsung dalam kekacauan yang semakin mencekam. tampak darah mengalir, membasahi tanah, mengotori pasar gelap yang kini berubah menjadi medan perang. Terdengar jelas, rintihan kesakitan bercampur dengan suara denting pedang dan teriakan para prajurit yang masih bertarung.Sementara itu Xiao Feng masih bertarung sengit melawan Luo Yunhai yang saat ini masih menunjukkan aksinya dalam sebuah peperangan. Sementara Bai Ling mulai tampak ragu dalam mengambil tindakan. Matanya melirik ke arah rekan-rekannya yang semakin terdesak, terutama Xiao Feng, ia bingung harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini.**Di satu sisi Qing Yue sedang mengayunkan tombaknya dengan kekuatan terakhir yang ia miliki, mencoba menahan pasukan musuh yang semakin ganas. "Lin Mei! Bertahanlah!" serunya dengan napas tersengal. Namun, Lin Mei sudah sangat kelelahan, tubuhnya penuh luka, dan pedangnya bergetar lemah di tangannya, seolah ingin segera mengakhiri hidupnya, menyerah dala
Saat ini. Tekanan dari segala sisi semakin terasa berat. Pasukan Bendera Biru yang terus berdatangan seperti ombak tak berujung membuat kelompok Xiao Feng semakin terdesak. Meski mereka telah bertarung mati-matian, kelelahan mulai terlihat di wajah mereka. Napas mereka tersengal-sengal, keringat bercucuran, dan luka-luka di tubuh mulai bertambah.Tepat berada di tengah medan pertempuran, Xiao Feng masih bertahan melawan Luo Yunhai, meskipun tubuhnya sudah terasa sangat berat, karena melepaskan begitu banyak tenaga pada serangan sebelumnya. Tampak Pedang Pembalik Surga di tangannya sedikit gemetar, tetapi sorot matanya tetap tajam.Sementara itu Luo Yunhai, dengan trisula besarnya, masih berdiri di depannya seperti gunung yang tak tergoyahkan."Menyerahlah, Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara tenang namun dingin. "Kau mungkin kuat, tapi kau sudah terlalu lelah. Kau tak akan bisa melindungi teman-temanmu. Sebentar lagi, mereka akan mati satu per satu."Mendengar kalimat itu, Xiao F
Pada saat mencoba untuk melarikan diri dari kejaran musuh. Udara malam yang dingin diwarnai suara ribuan langkah kaki yang menggema dari arah berlawanan terdengar jelas di telinga. Dari dalam kegelapan, terlihat bendera-bendera biru berkibar dengan lambang ombak yang meliuk di tengahnya. Pasukan ini bukanlah sembarang pasukan, mereka adalah kelompok Bendera Biru, yang terkenal akan kekuatan mereka di wilayah laut dan perbudakan internasional.Pemimpinnya tidak lain ialah Luo Yunhai, yang dikenal sebagai Pelaut Bayangan, ia saat ini tampak berdiri di atas bukit kecil di depan pasukannya. Tubuhnya tinggi dengan sorot mata dingin yang seperti menembus tulang, rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin. Ia memegang sebuah trisula besar berwarna biru keperakan, senjata yang menjadi ciri khasnya."Jadi, kau Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara yang berat namun tajam, seperti suara ombak menghantam karang. "Kau membunuh Zhang Tianbao, menghancurkan kelompok Yu Zhi, dan kini mencoba m
Tubuh Yang Zhan telah diamankan oleh Lin Mei dan Jian Hong ke tempat yang lebih aman, meski mereka masih dikepung oleh musuh dari segala arah. Bai Ling menciptakan dinding es tebal untuk melindungi mereka sementara Qing Yue terus menyerang dengan tombaknya, matanya memerah penuh kemarahan.Namun, musuh tidak memberi mereka waktu untuk berduka. Pasukan Bendera Merah, dengan jumlah yang terus bertambah, mulai mendobrak pertahanan Bai Ling dan menyerang kembali dengan kekuatan penuh. Di tengah kekacauan itu, Xiao Feng maju ke depan, melindungi yang lain sambil menghadapi Yu Zhi, pemimpin pasukan tersebut.Yu Zhi, dengan senjata pedang berwarna hitam pekat yang bersinar dengan aura gelap, maju dengan penuh percaya diri. "Jadi, kau Xiao Feng, si pendekar yang membunuh Zhang Tianbao. Menurutku, kau tidak sehebat yang diceritakan."Xiao Feng memutar Pedang Pembalik Surga di tangannya, menatap Yu Zhi dengan dingin. "Kau akan segera tahu mengapa aku disebut seperti itu."Mereka berdua melompat
Pada saat situasi semakin memanas, di tengah medan yang penuh darah dan jeritan, Yang Zhan berdiri tegak dengan tombak panjangnya, napasnya mulai memburu, keringat sudah bercucuran, membasahi hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sorot matanya tetap tajam, seolah tidak menunjukkan rasa ketir sedikitpun. Ia mengamati ratusan musuh yang mengepungnya. Tubuh besar dan kekuatannya membuatnya menjadi pusat perhatian di medan perang, terutama bagi pasukan Bendera Merah yang mulai menyerangnya dari segala arah."Ayo! Siapa lagi yang ingin mati?!" teriak Yang Zhan dengan suara menggelegar. Ia memutar tombaknya, menciptakan angin kuat yang menyapu musuh di sekitarnya. Beberapa orang terlempar ke belakang, tulang mereka patah hanya dengan satu serangan."Zhan-ge, jangan terlalu memaksakan diri!" teriak Lin Mei dari kejauhan, yang masih bertarung dengan kelompok lainnya.Mendengar hal itu, ia segera menoleh lalu menjawab, "Tenang saja! Aku akan memastikan tak satu pun dari mereka bisa mendekatimu!"
Setelah pertarungan sengit dengan Han Feng dan berhasil membunuhnya, Xiao Feng dan rombongannya bersiap meninggalkan pasar gelap yang kini sunyi. Udara terasa berat dengan bau darah yang masih menguar, dan langit mulai gelap, seolah menggambarkan ketegangan yang belum berakhir saat itu.Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika suara derap kaki dan gemuruh senjata menggema dari segala arah. Dari sudut-sudut jalan, gang-gang gelap, dan bahkan dari atap bangunan, muncul ratusan bahkan ribuan pasukan berseragam merah. Mereka adalah Pasukan Bendera Merah.Sorot obor menyala-nyala, menerangi raut wajah mereka yang penuh tekad dan kemarahan. Mereka berdiri rapat, mengepung Xiao Feng dan rombongannya dalam formasi yang tampak dirancang dengan sempurna. Seorang pria kurus dengan jubah merah berdiri di atas bangunan kayu yang dibawa oleh beberapa anak buahnya. Matanya penuh dendam, menatap lurus ke arah Xiao Feng."Xiao Feng!" teriak pria itu dengan suara lantang y
Langkah kaki pria besar itu menggema di tengah pasar yang porak-poranda. Tubuhnya seperti gunung yang bergerak, dengan zirah hitam berkilauan yang melindungi tubuhnya. Kapak raksasa di tangannya tampak seperti cukup kuat untuk membelah batu besar hanya dengan sekali serangan. Sorot matanya tajam, penuh percaya diri, seolah-olah tahu bahwa ia adalah rintangan terakhir yang akan sulit dilewati."Kalian pikir bisa lolos begitu saja?" pria besar itu berbicara dengan suara berat seperti guntur. "Aku adalah Han Feng, Penjaga Besar dari pasar gelap ini. Tidak ada seorang pun yang bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup setelah membuat kekacauan seperti kalian."Yang Zhan dan Qing Yue tampak ragu sejenak setelah melihat kedatangan penjaga tersebut. Aura pria itu begitu menekan, dan kekuatan yang terpancar dari tubuhnya membuat mereka sedikit ketir. Qing Yue menggenggam erat pedangnya, sementara Yang Zhan menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya.Namun, Xiao Feng mela