Saat Xiao Feng memungut pecahan kristal kelima, energi gelap yang memancar dari benda itu terasa begitu kuat hingga membuat tubuhnya terasa berat. Bai Ling juga merasakan hal yang sama; lututnya hampir goyah. Suara yang berbisik di kepala mereka kembali terdengar, kali ini lebih menyeramkan dan menggema."Kalian telah menyatukan lima bagian kutukan dunia. Kalian adalah pembawa kehancuran. Kini kematian umat manusia hanyalah masalah waktu."Xiao Feng mencoba menahan gemuruh dalam pikirannya, tetapi energi dari kristal kelima terasa jauh lebih kuat daripada yang ia duga. Bai Ling segera menciptakan perisai es untuk melindungi mereka dari paparan energi tersebut, tetapi bahkan itu terasa tidak cukup untuk menahannya.“Xiao Feng, kita harus segera meninggalkan tempat ini!” seru Bai Ling, nada suaranya penuh kecemasan.Namun, sebelum mereka sempat bergerak, bayangan-bayangan gelap mulai muncul di sekeliling mereka. Puluhan, bahkan ratusan makhluk menyerupai boneka mayat, namun lebih besar
Setelah mengamankan kelima pecahan kristal kematian, Xiao Feng, Bai Ling, Xiao Chen, dan Lei Xian duduk di tengah reruntuhan medan pertempuran. Udara di sekitar mereka terasa berat akibat pertarungan sebelumnya, tak hanya karena energi yang memancar dari kristal, tetapi juga beban pikiran masing-masing.Bai Ling menatap kristal-kristal itu dengan rasa cemas. “Lima kristal ini… rasanya seperti bom waktu. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi jika mereka terlalu lama berada di dunia ini.”Lei Xian mengangguk, matanya menatap jauh ke arah cakrawala. “Sekte aliran sesat tidak akan berhenti. Yin Mosect mungkin terluka, tetapi dia bukan satu-satunya ancaman. Dengan kekuatan ini di tangan kita, bahaya bisa datang dari mana saja.”Xiao Chen, yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara. “Kita harus memutuskan apa yang akan kita lakukan dengan kristal-kristal ini. Jika tidak bisa dihancurkan, kita harus menemukan tempat untuk menyegelnya, jauh dari jangkauan siapa pun, termasuk kita.”Xiao Feng, y
Di tengah medan perang yang bergemuruh, Xiao Feng melangkah maju, menghadapi Yin Mosect yang berdiri di atas tumpukan mayat. Udara di sekitar mereka dipenuhi energi tegang; dua pendekar dengan dendam mendalam kini berhadapan untuk menyelesaikan semuanya.“Aku sudah menunggumu, Xiao Feng,” ejek Yin Mosect sambil mengangkat tongkat tengkoraknya. “Aku akan memastikan ini menjadi akhir hidupmu!”Xiao Feng tidak membalas dengan kata-kata. Melainkan ia mengangkat pedangnya, yang berkilauan dengan energi petir, lalu melompat maju dengan kecepatan luar biasa.Dalam hitungan detik ia sudah sampai didepan mata pria itu yang hampir terlambat bereaksi, “Trang!” Pedang Xiao Feng menghantam tongkat Yin Mosect, menciptakan percikan energi yang membutakan. Namun Yin Mosect memanfaatkan momentum itu, mendorong Xiao Feng ke belakang dengan gelombang energi gelap. Dengan gelombang kejut yang cukup besar itu, Xiao Feng terlempar beberapa langkah, tetapi ia segera bangkit dengan cepat lalu menggerakkan tu
Setelah Yin Mosect hancur menjadi debu, Xiao Feng berdiri di tengah kehancuran yang mengelilinginya. Pedang Pembalik Surga yang ia genggam bersinar samar, meneteskan energi petir yang berdenyut perlahan. Cahaya itu kontras dengan perasaannya yang kini hampa. Ia telah membalaskan dendam gurunya, Yin Mosect telah dikalahkan, namun hatinya terasa kosong. Seolah-olah dendam yang selama ini ia kejar hanya meninggalkan kekosongan yang lebih dalam.Bai Ling berjalan menghampirinya, napasnya masih berat setelah menghadapi gelombang musuh. Ia melihat raut wajah Xiao Feng yang tidak menunjukkan kemenangan, melainkan kehampaan. "Xiao Feng, kau telah berhasil. Yin Mosect sudah mati. Bukankah itu tujuanmu?" tanyanya lembut, mencoba menyentuh sisi manusiawi dari sahabat seperjalanannya itu.Xiao Feng mendesah panjang. "Aku pikir segalanya akan berubah ketika dendam ini terbalas. Tapi mengapa hatiku masih terasa kosong, Bai Ling? Seolah-olah apa yang kulakukan belum cukup..."Namun dengan keadaan in
Saat ini. Cahaya matahari pagi yang seharusnya membawa harapan kini terasa suram, menyinari medan perang yang penuh kehancuran. Tubuh-tubuh tak bernyawa berserakan di sepanjang dinding kota Kekaisaran Thang, bercampur dengan reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan pasukan sekte aliran sesat.Xiao Feng berdiri di tengah lapangan yang penuh dengan korban, memegang Pedang Pembalik Surga yang berlumur darah musuh. Matanya menatap kosong ke depan, tetapi hatinya terasa lebih berat dari sebelumnya. Di sudut reruntuhan, seorang anak kecil menangis di samping tubuh ibunya yang tak lagi bernyawa, tangisannya menusuk hati semua orang yang mendengarnya.Bai Ling menghampiri Xiao Feng. "Kemenangan ini terasa seperti kekalahan," bisiknya dengan suara yang bergetar.Xiao Feng mengangguk pelan, tanpa berkata apa-apa. Ia tahu, meskipun mereka berhasil menghentikan serangan, harga yang harus dibayar terlalu mahal.Sementara itu. Di istana Kekaisaran Thang, Kaisar duduk termenung di atas tahtan
Sebelumnya, tepat ketika pertarungan besar telah selesai. Di tengah reruntuhan dan tangisan rakyat Kekaisaran Thang, Jenderal Gao Yi berdiri di balik bayang-bayang sebuah pohon tua. Matanya tajam mengamati pemandangan yang memilukan, wanita menangis memeluk tubuh suami mereka yang telah gugur, anak-anak kecil berusaha memahami kehilangan, dan prajurit yang selamat menundukkan kepala penuh rasa bersalah. Gao Yi menyipitkan matanya, tak sedikit pun menunjukkan belas kasih. Di balik wajah tenangnya, pikiran penuh tipu muslihat mulai bermain.“Kekaisaran ini telah lemah,” pikirnya. “Saat yang tepat untuk menjatuhkannya semakin dekat.”Gao Yi telah lama menyimpan dendam terhadap istana. Beberapa tahun yang lalu, keluarganya dibantai dalam intrik politik yang melibatkan Kaisar Thang dan beberapa menteri lainnya. Meskipun dia berhasil menyembunyikan kebenciannya, luka itu terus menggerogoti hatinya yang sudah terlanjur terluka. Dalam kesetiaannya terhadap kekaisaran yang tampak sempurna, dia
Hari mulai berganti malam di Kekaisaran Thang. Langit kelam tanpa bintang, seolah mencerminkan kegelapan yang mengintai di dalam istana. Di sebuah ruang rahasia di bawah markasnya, Jenderal Gao Yi berdiri menghadap peta besar Kekaisaran Thang yang terbentang di atas meja kayu. Di belakangnya, beberapa prajurit setia dari kelompok Bayangan Kekaisaran berdiri dalam diam, menunggu perintah."Kita sudah cukup menanam bibit keraguan," ucap Gao Yi sambil menunjuk titik-titik strategis di peta. "Sekte aliran sesat akan kembali menyerang di sini, di gerbang timur, tepat saat kita melemahkan logistik pasukan penjaga di wilayah itu. Kekacauan ini akan membuat semua mata tertuju pada mereka, sementara kita bergerak mengambil alih titik-titik penting di dalam istana."Han Zhi, pengikut kepercayaannya, mengangguk ragu. "Tapi Jenderal, bagaimana jika mereka mengetahui pengkhianatan ini sebelum kita bergerak? Xiao Feng telah kembali ke ibu kota, dan dia tidak mudah dikelabui."Gao Yi menyipitkan mat
Saat ini. Pagi di Kekaisaran Thang terasa lebih berat dari biasanya. Di balik wajah tenangnya, Gao Yi sibuk menggerakkan bidak-bidaknya. Kerjasamanya dengan sekte aliran sesat mulai membuahkan hasil. Dengan rencana matang, dia berhasil membocorkan lokasi lima pecahan kristal kematian kepada sekte tersebut, memastikan mereka mendapat apa yang mereka butuhkan, sekaligus mengalihkan perhatian Xiao Feng dari rencana penghancuran istana kekaisaran.Beberapa hari telah berlalu, Xiao Feng, Bai Ling, Lei Xian, dan Xiao Chen akhirnya memutuskan untuk mengambil pecahan kristal kematian yang sebelumnya mereka simpan disebuah gua tersebunyi. Mereka bergegas menuju gua tempat mereka menyimpan kristal dengan usaha yang tidak mudah. Namun pada saat tiba dilokasi, tepatnya di area gunung yang diselimuti kabut tebal. keringat dingin membasahi wajah mereka, segel yang pernah dipasang terlihat sudah hancur yang menandakan sesuatu telah terjadi ditempat tersebut."Kita terlambat," kata Xiao Chen dengan s
Pasukan Bendera Biru yang tadinya terpecah belah kini berdiri diam, terpaku melihat tubuh pemimpin mereka, Luo Yunhai, yang tergeletak di tanah. Namun, ketenangan itu tiba-tiba berubah menjadi keterkejutan ketika tubuh Luo Yunhai perlahan bergerak. Dengan langkah gontai, ia bangkit berdiri, darah menetes dari sudut bibirnya, tetapi matanya menyala penuh kebencian dan tekad.“Jangan pikir aku akan mati semudah itu,” suara Luo Yunhai terdengar serak namun penuh kemarahan, menggema di seluruh arena. "Aku... adalah Pelaut Bayangan Laut! Tak ada yang bisa menjatuhkanku!"Sorakan pasukan Bendera Biru kembali pecah. Mereka berteriak penuh semangat, seolah kebangkitan Luo Yunhai membakar kembali nyali mereka yang sempat memudar. Mereka mulai bergerak lagi, mengepung Xiao Feng dan Bai Ling yang kini semakin kelelahan.Xiao Feng memandang Luo Yunhai dengan tajam, napasnya memburu. "Orang ini... bagaimana dia bisa bertahan dari serangan itu?" pikirnya. Luka di tubuh Luo Yunhai memang jelas terli
Saat kekacauan pertempuran semakin memuncak dan harapan hampir hilang serta kematian kakak seperguruan Xiao Feng yang telah mengorbankan diri dari peperangan itu. Bai Ling tiba-tiba menunjuk ke arah langit, seolah melihat satu harapan yang akan segera datang. "Feng'Ge! Lihat ke atas!" serunya dengan nada bergetar.Melihat hal itu, Xiao Feng segera mendongak, melihat kearah yang sama. Di antara awan gelap dan kilat yang menyambar, muncul sosok pria yang melayang perlahan, auranya menyelimuti medan perang dengan tekanan luar biasa. Tubuhnya diselimuti kilauan hitam pekat seperti sisik naga, sementara matanya menyala tajam seperti emas cair. Rambut hitam panjangnya berkibar diterpa angin, memberi kesan seorang pendekar yang tak tertandingi."Itu... Long Yu," gumam Xiao Feng dengan nada tidak percaya.Luo Yunhai, pemimpin kelompok Bendera Biru, mengernyit, matanya menyipit penuh waspada. "Long Yu? Siapa dia?" tanyanya.Xiao Feng mengatur napasnya, masih terpaku pada pria di udara itu. "Di
Pada saat ini, pertempuran terus berlangsung dalam kekacauan yang semakin mencekam. tampak darah mengalir, membasahi tanah, mengotori pasar gelap yang kini berubah menjadi medan perang. Terdengar jelas, rintihan kesakitan bercampur dengan suara denting pedang dan teriakan para prajurit yang masih bertarung.Sementara itu Xiao Feng masih bertarung sengit melawan Luo Yunhai yang saat ini masih menunjukkan aksinya dalam sebuah peperangan. Sementara Bai Ling mulai tampak ragu dalam mengambil tindakan. Matanya melirik ke arah rekan-rekannya yang semakin terdesak, terutama Xiao Feng, ia bingung harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini.**Di satu sisi Qing Yue sedang mengayunkan tombaknya dengan kekuatan terakhir yang ia miliki, mencoba menahan pasukan musuh yang semakin ganas. "Lin Mei! Bertahanlah!" serunya dengan napas tersengal. Namun, Lin Mei sudah sangat kelelahan, tubuhnya penuh luka, dan pedangnya bergetar lemah di tangannya, seolah ingin segera mengakhiri hidupnya, menyerah dala
Saat ini. Tekanan dari segala sisi semakin terasa berat. Pasukan Bendera Biru yang terus berdatangan seperti ombak tak berujung membuat kelompok Xiao Feng semakin terdesak. Meski mereka telah bertarung mati-matian, kelelahan mulai terlihat di wajah mereka. Napas mereka tersengal-sengal, keringat bercucuran, dan luka-luka di tubuh mulai bertambah.Tepat berada di tengah medan pertempuran, Xiao Feng masih bertahan melawan Luo Yunhai, meskipun tubuhnya sudah terasa sangat berat, karena melepaskan begitu banyak tenaga pada serangan sebelumnya. Tampak Pedang Pembalik Surga di tangannya sedikit gemetar, tetapi sorot matanya tetap tajam.Sementara itu Luo Yunhai, dengan trisula besarnya, masih berdiri di depannya seperti gunung yang tak tergoyahkan."Menyerahlah, Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara tenang namun dingin. "Kau mungkin kuat, tapi kau sudah terlalu lelah. Kau tak akan bisa melindungi teman-temanmu. Sebentar lagi, mereka akan mati satu per satu."Mendengar kalimat itu, Xiao F
Pada saat mencoba untuk melarikan diri dari kejaran musuh. Udara malam yang dingin diwarnai suara ribuan langkah kaki yang menggema dari arah berlawanan terdengar jelas di telinga. Dari dalam kegelapan, terlihat bendera-bendera biru berkibar dengan lambang ombak yang meliuk di tengahnya. Pasukan ini bukanlah sembarang pasukan, mereka adalah kelompok Bendera Biru, yang terkenal akan kekuatan mereka di wilayah laut dan perbudakan internasional.Pemimpinnya tidak lain ialah Luo Yunhai, yang dikenal sebagai Pelaut Bayangan, ia saat ini tampak berdiri di atas bukit kecil di depan pasukannya. Tubuhnya tinggi dengan sorot mata dingin yang seperti menembus tulang, rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin. Ia memegang sebuah trisula besar berwarna biru keperakan, senjata yang menjadi ciri khasnya."Jadi, kau Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara yang berat namun tajam, seperti suara ombak menghantam karang. "Kau membunuh Zhang Tianbao, menghancurkan kelompok Yu Zhi, dan kini mencoba m
Tubuh Yang Zhan telah diamankan oleh Lin Mei dan Jian Hong ke tempat yang lebih aman, meski mereka masih dikepung oleh musuh dari segala arah. Bai Ling menciptakan dinding es tebal untuk melindungi mereka sementara Qing Yue terus menyerang dengan tombaknya, matanya memerah penuh kemarahan.Namun, musuh tidak memberi mereka waktu untuk berduka. Pasukan Bendera Merah, dengan jumlah yang terus bertambah, mulai mendobrak pertahanan Bai Ling dan menyerang kembali dengan kekuatan penuh. Di tengah kekacauan itu, Xiao Feng maju ke depan, melindungi yang lain sambil menghadapi Yu Zhi, pemimpin pasukan tersebut.Yu Zhi, dengan senjata pedang berwarna hitam pekat yang bersinar dengan aura gelap, maju dengan penuh percaya diri. "Jadi, kau Xiao Feng, si pendekar yang membunuh Zhang Tianbao. Menurutku, kau tidak sehebat yang diceritakan."Xiao Feng memutar Pedang Pembalik Surga di tangannya, menatap Yu Zhi dengan dingin. "Kau akan segera tahu mengapa aku disebut seperti itu."Mereka berdua melompat
Pada saat situasi semakin memanas, di tengah medan yang penuh darah dan jeritan, Yang Zhan berdiri tegak dengan tombak panjangnya, napasnya mulai memburu, keringat sudah bercucuran, membasahi hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sorot matanya tetap tajam, seolah tidak menunjukkan rasa ketir sedikitpun. Ia mengamati ratusan musuh yang mengepungnya. Tubuh besar dan kekuatannya membuatnya menjadi pusat perhatian di medan perang, terutama bagi pasukan Bendera Merah yang mulai menyerangnya dari segala arah."Ayo! Siapa lagi yang ingin mati?!" teriak Yang Zhan dengan suara menggelegar. Ia memutar tombaknya, menciptakan angin kuat yang menyapu musuh di sekitarnya. Beberapa orang terlempar ke belakang, tulang mereka patah hanya dengan satu serangan."Zhan-ge, jangan terlalu memaksakan diri!" teriak Lin Mei dari kejauhan, yang masih bertarung dengan kelompok lainnya.Mendengar hal itu, ia segera menoleh lalu menjawab, "Tenang saja! Aku akan memastikan tak satu pun dari mereka bisa mendekatimu!"
Setelah pertarungan sengit dengan Han Feng dan berhasil membunuhnya, Xiao Feng dan rombongannya bersiap meninggalkan pasar gelap yang kini sunyi. Udara terasa berat dengan bau darah yang masih menguar, dan langit mulai gelap, seolah menggambarkan ketegangan yang belum berakhir saat itu.Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika suara derap kaki dan gemuruh senjata menggema dari segala arah. Dari sudut-sudut jalan, gang-gang gelap, dan bahkan dari atap bangunan, muncul ratusan bahkan ribuan pasukan berseragam merah. Mereka adalah Pasukan Bendera Merah.Sorot obor menyala-nyala, menerangi raut wajah mereka yang penuh tekad dan kemarahan. Mereka berdiri rapat, mengepung Xiao Feng dan rombongannya dalam formasi yang tampak dirancang dengan sempurna. Seorang pria kurus dengan jubah merah berdiri di atas bangunan kayu yang dibawa oleh beberapa anak buahnya. Matanya penuh dendam, menatap lurus ke arah Xiao Feng."Xiao Feng!" teriak pria itu dengan suara lantang y
Langkah kaki pria besar itu menggema di tengah pasar yang porak-poranda. Tubuhnya seperti gunung yang bergerak, dengan zirah hitam berkilauan yang melindungi tubuhnya. Kapak raksasa di tangannya tampak seperti cukup kuat untuk membelah batu besar hanya dengan sekali serangan. Sorot matanya tajam, penuh percaya diri, seolah-olah tahu bahwa ia adalah rintangan terakhir yang akan sulit dilewati."Kalian pikir bisa lolos begitu saja?" pria besar itu berbicara dengan suara berat seperti guntur. "Aku adalah Han Feng, Penjaga Besar dari pasar gelap ini. Tidak ada seorang pun yang bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup setelah membuat kekacauan seperti kalian."Yang Zhan dan Qing Yue tampak ragu sejenak setelah melihat kedatangan penjaga tersebut. Aura pria itu begitu menekan, dan kekuatan yang terpancar dari tubuhnya membuat mereka sedikit ketir. Qing Yue menggenggam erat pedangnya, sementara Yang Zhan menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya.Namun, Xiao Feng mela