"Kak Rei tidur di ranjang aja. Gak ada sofa soalnya cuma ada sofa kecil," Ucap Seara membuat Rigel tersenyum tipis.
"Tapi ingat jangan macam-macam yah," Peringat Seara.
"Tapi satu macam boleh kan," Goda Rigel dengan seringai nakalnya.
"Tidur dikamar sebelah kalau gitu," Ujar Seara kembali ketus karena Ucapan Rigel yang hanya sebuah gurauan semata.
"Cuma becanda, Yang. Serius amat nanggepinnya," Sahut Rigel. Yang terlihat takut kalau sampai diusir dari kamar itu, melihat ketakutan Rigel membuat Seara memalingkan wajahnya kearah lain untuk tersenyum geli karena melihat Rigel yang sebegitu takutnya kalau sampai Dia menjauhinya.
Sedang Rigel kini tengah sibuk memasukan baju Seara dan bajunya kedalam lemari yang berada dikamar itu.
"Nanti sore jalan-jalan mau gak Kak?" Tanya Seara sambil melihat pemandangan diluar dari jendela kamar yang dia tempati.
"Mau dong,
Seara dan Rigel tengah duduk di sebuah kursi yang tidak jauh dari villanya, sambil melihat interaksi antara Bayu dan Vanessa yang tengah berdebat lebih tepatnya Bayu yang terus memaki Vanessa. Karena Vanessa terus mengikutinya, kemana pun Bayu pergi."Mereka itu lucu banget deh," Ucap Seara sambil tersenyum memperhatikan Bayu dan adik iparnya yaitu Vanessa."Menurutku Vanessa terlalu kecentilan sama bang Bayu," Sahut Rigel yang merasa tidak suka karena Vanessa terlalu dekat dengan Bayu. Meski Bayu selalu menolak adiknya itu. Dan itu membuat Rigel sebagai Kakak ikut kehilangan harga dirinya, karena sikap yang ditunjukkan Vanessa pada Bayu."Emang kenapa kalau Nessa deket sama Abangku? Kamu gak suka hah!" Bentak Seara yang tiba-tiba meninggikan nada suaranya lalu dia pun bangkit dari duduknya karena kesal pada suaminya itu. Dia pun pergi meninggalkan Rigel."Bukan gitu Sea sayang. Hanya Nessa masih kecil, Yang. Tunggu jangan marah,"
"Ta-Tapi a-aku tidak pernah merebut Kak Rei dari kamu, Tan. Kak Rei sendiri yang ingin bertanggung jawab pada anak yang aku kandung dan aku tidak pernah memaksa dia untuk menikahiku," Jawab Seara yang kini sudah menangis karena tiba-tiba perutnya terasa keram dan rasanya sungguh sangat sakit."Sayang Tahan Nak, kamu anak yang kuat, kita pasti akan baik-baik saja, semoga ada yang datang untuk menolong kita, Nak." Seara berbicara dalam hatinya mencoba menenangkan Bayi dalam kandungannya."Justru itu! karena bayi Sialan yang kau kandung itu. Aku akan melenyapkan bayi itu kalau perlu sekalian dengan dirimu agar tidak akan ada yang mengganggu hubunganku dengan Kak Rigel, “ Ucap Tania sambil mengeluarkan sesuatu dari balik kantung Celananya dengan di iringi tawa yang penuh kepuasaan saat melihat raut wajah Seara yang pucat karena ketakukatan melihat sesuatu yang Tania pegang."Ja-jangan Tan. Aku akan penuhi semua
Tubuh Rigel terdorong kebelakang lumayan jauh darinya dan juga Seara. Tania yang melihat kesempatan itu pun tidak menyia-nyiakannya langsung mengarahkan pistol yang dia pegang dan Rigel menyesal karena tidak menyadari kalau Tania tengah memegang pistolnya. "Seara awas!" Dengan cepat Tania menembakan pistolnya Kearah Seara dan Dorr Satu tembakan pun lolos mengenai orang yang kini berada di hadapan Tania. “Selamat tinggal sayang, semoga kamu selalu bahagia meski tanpa aku.” Saat mendengar suara tembakan Vanessa, Bayu, Revano dan juga Riska berlari memasuki gudang dimana terdengar sebuah tembakan. Karena mereka memang tidak ikut masuk kedalam gudang. Mereka berjaga-jaga di ruang tamu agar jika ada pesuruh Tania yang lainnya datang bisa langsung mereka hadang dan tidak bisa membantu Tania. "Kak Igel!” ter
"Tidak, ini tidak mungkin. Dokter bohongkan? Suami saya pasti dalam keadaan baik-baik saja," Ujar Seara lalu tiba-tiba dia merasakan sesuatu megalir di betisnya, dan tubuhnya terasa lemas dengan mata yang berkunang-kunang karena rasa sakit di perutnya yang semakin menjadi."Ya Tuhan Sea. Dokter tolong teman saya dok dia sepertinya mengalami pendarahan," Seru Riska yang melihat ada darah mengalir di betisnya."Ya Tuhan, suster tolong bawa Pasien ini keruang operasi dan panggilkan dokter Kandungan untuk menanganinya," Ucap sang dokter yang ikut panik, dokter itu pun langsung dituruti oleh Suster dengan mendudukan Seara dikursi roda, karena keadaan Seara sangat lemah dan hampir kehilangan kesadarannya."Kamu tunggu disini ya, Nes. Sebentar lagi Bang Bayu dan Revano akan datang, aku mau melihat keadaan Seara dulu dan kalau bang Bayu Tanya bilang kalau Seara ada diruang Oprasi karena mengalami pendarahan," Ucap Riska yang langsung mengikuti suster y
Seara menatap pilu kearah brankar yang kini menjadi tempat berbaring suaminya. Yang rela mengorbankan nyawanya demi keselamatan dirinya dan bayinya, dari balik kaca tempat Rigel dirawat Seara meneteskan air matanya, karena dokter belum membolehkan menemui Rigel secara langsung sebelum masa kritisnya benar-benar berakhir.Dan Seara terlihat sangat sedih dan terpukul."Bertahan lah Kak. Kalau bukan demi aku bertahan lah demi anak kita yang pasti akan sangat merindukan sosok seorang ayahnya. Jika Kak Rei sampai tega meninggalkannya, jadi aku mohon bertahan lah jangan menyerah, jujur aku masih sangat membutuhkanmu untuk mendampingiku membesarkan anak kita," ucap Seara dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.Melihat putrinya menangis Kaira hanya bisa menghela nafasnya, dia juga merasa sedih saat melihat menantunya masih dalam keadaan kritis sampai saat ini."Sabar sayang. Semua pasti akan berlalu suamim
Seara menuju kerumah sakit tempat Rigel dirawat selama satu bulan. Ditemani oleh Arka dan Kaira namun putranya tidak dibawa, dia ditinggalkan bersama Bi Ratna yang Arka pekerjaan untuk membantu Seara mengurus cucunya, karena Seara belum boleh terlalu lelah. Arka takut kalau putrinya mengalami pendarahan lagi.Ya sudah satu bulan Rigel dirawat dirumah sakit dijakarta, dan sudah hampir dua bulan Rigel koma, tapi baru kali ini Seara di izinkan untuk menengok Suaminya itu.Mata Seara kini terlihat berkaca-kaca melihat sang suami yang masih berbaring dengan mata terpejam, dia duduk dikursi dekat brankar tempat Rigel berbaring."Hiks.... Kapan sih Kak Rei bangun? Apa kakak tidak mau melihat putra kita? Apa kakak juga gak mau kasih nama dia, bangun dong kak Rei. Aku kangen sama perhatian dan senyum kamu," ucap Seara sambil menangis terisak dan terus menggenggam tangan Rigel yang terbebas dari infus. Kedua orang tua Seara dan juga Jasmin hanya menatap
Sudah satu minggu Rigel dirawat setelah tersadar dari komanya. Akhirnya kini dia pun kembali pulih dan dokter mengizinkan Rigel pulang, meski seharusnya dua hari lagi Rigel dirawat. Namun, dia kekeh ingin pulang karena sudah tidak sabar ingin bertemu dengan putranya untuk melihat wajah putranya yang sangat tampan, itulah yang Seara ceritakan saat dia menemaninya dirumah sakit."Sudah siap untuk bertemu dengan putramu untuk pertama kali Gel?" Tanya Arka pada menantunya itu."Tentu, Yah. aku sudah sangat penasaran dengan wajah putraku, ah tidak sabar rasanya untuk menggendong putraku," Ucap Rigel sambil tersenyum membayangkan wajah putranya yang mungil duplikat dirinya saat bayi, itu lah yang Papanya katakan kalau putranya itu sangat mirip dirinya waktu masih bayi dulu."Kalau bukan karena Putriku takut jadi janda dan Cucuku jadi anak yatim. Aku pasti sudah menguburmu hidup-hidup, saat mendengar apa yang sudah kau lakukan pa
sebuah rumah yang luas dan terkesan mewah juga elegan terdengar suara teriakan anak kecil yang melengking memenuhi ruangan rumah itu, Lalu kaki kecil yang mungil itu kini berlari menghampiri kedua orang tuanya yang tengah asik menonton acara televisi diruang keluarga."Papa, Mama, Davi pulang...!" Seru Bocah 5 tahun yang kini langsung berhambur kepangkuan Papanya."Ah Daviannya Papa, Mama sudah pulang ternyata. Gimana acaranya, Nak? Apa disana menyenangkan?" Tanya Rigel yang kini memangku putranya lalu mengecup pipi chubby sang putra."Selu Papa, tadi Davi main selunculan sama bi Latna, telus main ayunan juga sama Agam sama Aluna," Jawab Davian dengan antusias sambil duduk dipangkuan Papanya dengan suara cadel khas anak kecil yang berusia 5 tahun."Wah seru kayaknya. Tadi padahal Papa pengen ikut loh, biar bisa nemenin Davian main seluncuran pasti seru banget," Ujar Rigel. Membuat Putranya menatap tidak su
Setelah satu minggu pernikahan Seara dan Rigel berlalu, Revano tampak murung kini dia melajukan motornya tanpa tujuan, hatinya sangat sedih dan entah kenapa rasanya ingin sekali Revano menangis saat melihat mengingat insiden waktu Seara menabrak motornya dan berakhir dengan perdebatan dia ingin mengulangi Masa-masa itu kembali dia rindu berdebat dengan sahabat kecilnya itu, hatinya terasa sakit saat mengingat kini Seara sudah menjadi milik orang lain. Revano patah hati."Kenapa rasanya sakit sekali melihat kamu bersanding dengan pria lain Ara," Ucap Revano dengan hati yang kini terasa hancur berkeping-keping. Revano tengah duduk sendirian di sebuah taman, ya dia tiba-tiba menghentikan motornya di taman tempat biasa Revano dan Seara menghabiskan waktu bersama. Namun tiba-tiba Revano mendengar suara tangisan yang membuat bulu kuduknya merinding. "Ya Tuhan siapa yang menangis dimalam-malam begini, harusnya aku tidak berada disini, haru
Kini Bayu dan Vanessa sedang berada dirumah Rigel dan Seara, acara pun sudah dimulai, suasana pun cukup ramai sampai acara akan selesai pun rumah Seara dan Rigel masih terlihat ramai. "Yang mas harus ke kantor dulu, ada meeting dadakan, harusnya sih Rigel yang memimpin meetingnya, tapi gak mungkin kan dia ninggalin acaranya meski sudah mau selesai, jadi untuk sementara mas yang akan menggantikannya, dan kamu disini dulu ya jangan pulang ke apartemen dulu, nanti kalau sudah selesai mas akan jemput kamu kesini," ucap Bayu pelan, yang kini tengah berdiri disamping istrinya. "Oh ya udah, tapi hati-hati ya bawa mobilnya jangan ngebut-ngebut yah," sahut Vanessa. "Iya sayang, emm.... Satu lagi jangan bilang sama mereka ya kalau mas ada meeting mendadak menggantikan Rigel. Tahu sendiri kan Abang kamu itu suka merasa gak enakan orangnya, jadi bilang aja ada kerjaan mendadak kalau ada yang nanya,, berbohong sedikit demi kebaikan gak apa-apa kan yang," ucap Bayu lagi, y
FLASHBACK ONVanessa masih terus menangis sambil memeluk tubuh Bayu yang terbujur kaku dan terus memanggil Bayu tanpa henti.namun tiba-tiba monitor detak jantung Bayu kembali normal, dokter yang melihat itu begitu takjub keajaiban benar-benar terjadi pada pasiennya itu.Melihat itu para dokter menyuruh seorang suster untuk membawa Vanessa keluar agar dokter bisa menangani Bayu, mendapatkan perintah itu suster pun langsung menarik tubuh Vanessa dengan lembut."Dokter akan menangani kekasih anda nona, jadi kita tunggu diluar ya agar dokter bisa berkonsentrasi," ucap suster itu, mendengar ucapan sang suster Vanessa pun menurut lalu mengikuti suster itu keluar dari ruang UGD."Mas Bayu akan selamat kan sus?" tanya Vanessa masih dengan isakan tangisnya."Do'akan saja semoga ada keajaiban," jawab suster itu dengan tersenyum menenangkan Vanessa, mendengar itu Vanessa pun langsung memeluk ibunya dengan tangis yang mengharu biru karena Tuhan menunju
"Maaf Dokter bagaimana keadaan pasien?" Tanya David saat melihat dokter keluar dari ruang UGD."Anda siapanya pasien?" Tanya salah satu dokter itu."Saya masih keluarga pasien," sahut David yang kini terlihat khawatir saat melihat raut wajah Dokternya."Pasien dalam keadaan kritis, hanya keajaibanlah yang bisa menyelamatkan pasien, sebaiknya anda banyak-banyak berdo'a, karena jika dalam 24 jam pasien belum ada perubahan, dia bisa koma dan lebih parahnya bisa meninggal dun-""Tidak...!" Jeritan Vanessa pun terdengar dan kini Vanessa kembali pingsan dalam dekapan Anara."Ya Tuhan Nara, kenapa kamu ajak Nessa kesini, mas kan sudah bilang nanti biar mas yang beri tahu kabar tentang Bayu," ucap David yang langsung menghampiri Anara dan mengambil alih Vanessa untuk dibawa ke kamar inapnya."Maaf mas, tadi Nessa yang memaksa ingin tahu keadaan Bayu, aku tidak tega melihat dia mem
Jam sudah menunjukkan pukul 19.00, Vanessa baru saja pulang dari kampus karena hari ini dia harus melakukan praktek di sebuah rumah sakit yang ditunjuk oleh universitas tempat dia menggapai cita-citanya.Diruang tamu keluarganya sudah berkumpul untuk makan malam bersama seperti biasanya."Mom kira kamu pulang agak larut jadi kami tidak menunggumu, habis kamu gak ngasih kabar, untung kamu datang tepat waktu,” ucap Anara yg melihat putrinya baru saja pulang."Kak Bayu sudah pulang tadi siang," ucap Alana yang seakan mengerti apa yang Vanessa cari sebelum dia duduk disamping Mommynya."Apaan sih kak, memang apa peduliku," Ketus Vanessa. Dengan raut wajah sebaliknya."Sudah-sudah sebaiknya kita makan sekarang," ucap Anara mengalihkan pembicaraan Kedua putrinya, dia tidak ingin suasana ruang makan jadi tidak enak karena perselisihan yang mungkin saja akan terjadi jika tidak segera dilerai.Suasana ruang makan kembali hening hanya dentingan
"Mommy," panggil Alena yang berteriak dari ruang makan."Iya sayang mommy kesana," sahut Anara agar putrinya itu tidak terus berteriak."Tante mau mengurus keperluan sekolah Ale dulu ya, kamu istirahat saja nanti tante bawakan makanan untuk kamu," ucap Anara dengan senyumannya."Iya tante makasih dan maaf jadi merepotkan," ucap Bayu yang merasa tidak enak pada Anara yang sangat baik dan lembut. Mirip sekali dengan Vanessa, seharusnya dia merasa bersyukur bisa memiliki gadis seperti Vanessa bukan malah menyia-nyiakannya dan sekarang dia sangat menyesali perbuatannya dulu pada Vanessa."Jangan sungkan. Ya sudah tante tinggal dulu ya, kamu istirahat," ucap Anara, Bayu pun mengangguk dan memejamkan matanya setelah Anara keluar dan menutup pintu kamarnya.Sesampainya diruang makan. David, Alena, Dewa dan Alana sudah berkumpul untuk sarapan bersama dengan menu yang sudah tersaji dimeja makan."Nessa mana, Mom?" Tanya Alana. Yang tidak melihat Vane
Setelah sampai di pintu utama rumah Vanessa pun langsung membuka pintunya dan terlihat seorang pria yang berdiri tegap membelakanginya."Maaf siapa ya? Dan ada perlu apa?" Tanya Vanessa yang masih menatap pria yang masih membelakanginya itu.Namun alangkah terkejutnya Vanessa saat pria itu membalikkan tubuhnya, dan dia tersenyum padanya."Aku mencari wanitaku yang dengan teganya menghilang dan meninggalkanku sendirian," sahut pria itu sambil tersenyum pada Vanessa."Ma-mau apa lagi kamu?" Tanya Vanessa yang sangat terkejut melihat pria yang sangat dia hindari kini berada di hadapannya."Mau memperjuangkan cintaku," ucap Bayu yang masih tersenyum pada Vanessa meski Vanessa terlihat jutek padanya."Cih, Cinta? Apa tadi kamu bilang cinta? Jangan mimpi aku bahkan sudah melupakan cinta yang menyakitkan itu," ucap Vanessa dengan juteknya.Namun Bayu kembali tersenyum dia mengerti luka yang sudah dia torehkan pada wanita yang kini berada dih
"Kenapa kamu bicara seperti itu Sea. Kamu gak lihat wajah suamimu babak belur dan terlihat pucat kayak gitu," Ujar Arka yang memang melihat wajah menantunya itu babak belur dan terlihat pucat, dokter juga bilang kalau Rigel perlu dirawat bebarapa hari dirumah sakit sampai luka di wajahnya membaik dan lambungnya sudah tidak terasa sakit lagi."Hmm.." Seara hanya bergumam saat menjawab Ucapan Ayahnya membuat Arka dan Kaira hanya menggelengkan kepala melihat putrinya bersikap seakan tidak peduli pada suaminya.Sedang Rigel tersenyum miris karena sempat berharap Sea nya kembali peduli padanya padahal itu hanya angan-angannya saja. Dia sadar tidak mungkin Seara memaafkannya semudah itu, dan peduli padanya juga mengkhawatirkannya keadaannya begitu saja, setelah apa yang dia lakukan padanya, mungkin kalau dia ada di posisi Seara, dia pun akan bersikap sama seperti Seara 'Tidak Akan Peduli'."Tidak apa-apa Ayah. Kalau Sea ma
2 TAHUN KEMUDIANHari Senin adalah hari di mana semua orang harus kembali ke rutinitas biasanya setelah menikmati akhir pekan mereka, dan seperti biasa di sebuah perusahaan terbesar milik keluarga Kusuma kini tengah disibukan dengan aktifitas CEO perusahaan itu yang harus pergi ke Australia untuk mengelola perusahaan disana sampai keadaan perusahaan kembali pulih ."Untuk sementara Rigel lah yang akan menempatkanmu selama kamu melakukan tugas disana, ingatlah kau harus jaga kesehatan disana melihatlah tubuh semakin kurus nak, Ayah mohon agar kamu menjaga pola makanmu, jangan membuat ibumu terus menangis dan kagum karenamu," ucap Arka yang membantu