Renata membereskan barang-barangnya di lemari dan memasukkannya ke dalam koper. Hal sama dilakukan Arka di kamar yang berbeda, begitu pula dengan Edel dan Visyah. Seperti keberangkatan mereka saat ke sini, mereka juga akan meninggalkan Bandung selepas salat Subuh. Usai membereskan semua. Renata langsung tertidur karena capek. Pukul 03.00, gadis cantik itu bangun, ia langsung mengambil wudu dan salat tahajud. Renata mengaji sebentar setelah berdoa dan berzikir. Gadis cantik itu bergegas mandi sebelum azan subuh berkumandang. Dengan cekatan, ia merapikan tempat tidur, ia tidak mau sang nenek capek merapikan semuanya setelah dirinya kembali ke Jakarta.Ummi Rianti tidak membiarkan sang cucu dan teman-temannya kembali ke Jakarta dengan perut kosong. Sebelum salat Subuh, wanita cantik di usia senja itu sudah memasak dan menyiapkan semuanya di atas meja makan.Usai Salat, Ummi Rianti dan Abah Syaifuddin menyuruh mereka sarapan. Ummi Rianti juga menyiapkan bingkisan untuk oleh-oleh.“Saya
Hampir satu minggu Rayyan dan Afikah bersama kedua buah hatinya berada di Turki. Aisyah menyambut keponakan tampan dan istri cantiknya dengan suka cita. Apalagi buah hati Rayyan dan Afikah yang lucu dan menggemaskan. Kesepian yang Aisyah rasakan saat sang suami bekerja dan anak sulungnya sekolah pun sekarang tidak lagi. Aisyah bisa menjadi lebih bersemangat sambil menjaga anak keduanya yang masih berusia empat bulan.“Aunty, hari ini kami akan jalan-jalan ke Blue Mosque dan Jembatan Galata. Kalau Aunty bersedia ikut, kami akan senang sekali,” ucap Rayyan minta izin. Saat ini mereka sedang sarapan bersama. Afikah dengan telaten menyuapi putra dan putrinya. Beruntung selama satu minggu di sini, Fawwas dan Aqila tidak rewel kalau soal makan. “Wah, menyenangkan itu, Ray. Kalau Uncle libur, pasti maulah ikut bersama kalian. Sayangnya tidak waktunya libur, tapi kalau Auntymu mau, silakan!” balas Iqbal sambil tersenyum lembut.“Hayuk, Aunty. Ikut!”“Boleh, Mas?” tanya Aisyah pada istrinya
Afikah mengangkat Aqilah yang ingin diturunkan dari baby strollernya. Ia memilih diam tidak melanjutkan membahas wanita bernama Raisya itu.Ia sadar dan paham sifat Rayyan. Kalau sudah membela seseorang, pasti sang suami akan keukeh membelanya.Wanita cantik itu tetap diam sampai di jembatan Galata. Ia akan mengobrol bila Aisyah mengajaknya mengobrol. Dengan enggan Afikah menuruti kemauan Rayyan yang mengajaknya berpose seperti saat di Blue Mosque tadi.Mereka menghabiskan waktu mereka di jembatan itu cukup lama. “Sudah sore, kita pulang saja. Aku sudah capek,” ucap Afikah lirih. Wanita cantik itu sudah kehilangan selera jalan-jalannya sejak kedatangan Raisya tadi “Kita berfoto di sana dulu, Sayang. Habis itu pulang. Aunty, tolong fotokan!” ucapnya menunjuk tempat yang cukup bagus untuk berswafoto. Rayyan segera memberikan ponsel mahalnya supaya Aisyah mengabadikan momen itu.Rayyan segera membawa keluarga kecilnya pulang. Di dalam mobil, Afikah hanya sibuk melihat pemandangan dari b
Raisya baru saja keluar dari ruangannya di salah satu rumah sakit di Turki. Ia segera bergegas pulang ke apartemen mewahnya. “Bagaimana malam ini kalau aku menagih janji pada Rayyan dan mengajaknya makan malam? Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini sebelum Rayyan kembali ke Indonesia,” ucapnya lirih.Dengan cepat Raisya segera menghubungi Rayyan untuk mengajaknya makan malam. “Assalamualaikum, Ray,” sapanya lembut.“Wa’alaikumussalam, Sya. Ada apa ini? Tumben telepon,” jawab Rayyan.“Aku hanya ingin menagih janjimu padamu. Bisakah kamu mengajakku makan malam hari ini? Aku takut kamu segera kembali ke Indonesia. Itu artinya aku akan menyia-nyiakan kesempatanku untuk bersamamu,” ucapnya manja.“Tentu saja. Apa kamu punya rekomendasi restoran yang enak dan romantis sambil menghabiskan malam bersama pasangan?” tanya Rayyan tersenyum di seberang sana, sedangkan di sampingnya ada Afikah yang sejak tadi mengerucutkan bibirnya, kesal.“Ada, nanti aku share lokasinya. Aku pesankan dulu
Usai makan malam dengan suasana hening. Raisya semakin canggung berada di antara Rayyan dan Afikah yang terlihat semakin romantis terbawa suasana.“Baiklah, aku rasa tugasku sudah selesai. Aku sudah berhasil membuatku makan malam romantis ini untuk kalian berdua. Perutku sudah kenyang, aku akan tinggalkan kalian berdua di sini. Untuk semua ini, anggap hadiah pernikahan kalian dariku. Selamat bersenang-senang,” pamit Raisya seraya berdiri. Ia tersenyum berusaha melapangkan hatinya. Banyak laki-laki yang mencoba mendekatinya, tetapi hatinya sudah tertaut pada Rayyan. Namun, sekarang tidak lagi, ia berjanji akan membuka kembali hatinya untuk laki-laki lain. “Masyaallah, terima kasih, Dokter Raisya,” ucap Afikah canggung.“Sama-sama. Aku permisi dulu. Bersenang-senanglah!” pamitnya.Raisya segera melangkah pergi meninggalkan pasangan suami istri itu. Afikah mengkode Rayyan supaya mengejar wanita itu. Rayyan pun tahu apa yang diinginkan sang istri.“Sya, tunggu!” teriak Rayyan. Dokter t
Hari ini Renata dan Arka diperintahkan Kenzo dan Amirah untuk menjemput Rayyan beserta keluarga kecilnya di bandara.Mereka berdua langsung berangkat ke bandara setelah selesai kuliah. Pukul 14.00 pesawat mereka di perkirakan mendarat.Arka dan Renata harus rela menunggu di sana karena pukul satu siang mereka sudah sampai.“Bang, haus,” rengek Renata sudah terlihat bosan karena kelamaan menunggu.“Aku beliin minum dulu. Mau ikut apa tidak?” tanya Arka seraya berdiri.“Mau ikut, males nunggu sendirian!” balasnya.“Ya sudah, hayuk!”Arka segera memesan minuman, sedangkan Rena menunggunya dengan duduk tidak jauh dari Arka.“Kita Kemabli lagi ke tempat kita tadi,” ajak Pemuda tampan itu sambil menyerahkan minuman pada Renata.Belum habis minumannya, pesawat yang ditumpangi Rayyan sekeluarga sudah diumumkan mendarat. Arka sudah menghubungi Rayyan kalau dirinya yang diminta menjemput.Usai mengurus beberapa dokumen dan juga mengambil barang-barangnya, Rayyan dan Afikah mencari keberadaan Ar
Usai mengerjakan salat Subuh. Arka mengawali harinya dengan olahraga. Ia selalu meluangkan waktunya untuk lari pagi di hari Sabtu dan Minggu. Selain lari pagi, ia juga melakukan fitness bersama Rayyan.Arka melihat Bik Handa dan Laudya menyiapkan sarapan di meja makan. Arka segera mendekat dan menyapa semuanya sambil tersenyum manis.“Mau sarapan sekarang, Den?” tanya Bik Handa yang diangguki Arka.“Iya, Bik. Aku mau keluar!” ucapnya.“Baik, Den. Silakan sarapan! Non Laudya yang temani soalnya Bibi mau nyuci,” pamit lansia berusia sekitar 65 tahun itu.Arka makan dengan tenang. Laudya sejak tadi meliriknya, ia ingin memulai obrolan, tetapi Arka terlihat mengacuhkannya.“Aku juga mau keluar ke toko buku,” ucap Laudya lirih.Arka melihatnya sekilas, lalu melanjutkan makannya. “Kakak masih marah sama aku?” tanyanya ragu.“Untuk apa aku marah. Aku hanya belajar untuk membatasi diri supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,” sindirnya sambil tersenyum tipis.“Iya, Maaf. Aku mengerti,
Hari yang ditunggu-tunggu Arka datang juga. Ya, hari ini Arka wisuda, bahkan pemuda tampan itu mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dan mendapat predikat cumlaude.Sejak pagi Revi sudah sibuk merias wajah. Amran pun sudah bersiap. Arka memilih berangkat lebih dulu bersama dua sahabatnya, Waldan dan Lutfhi.Arka juga meminta Renata dan keluarga Adinata turut hadir di acara wisudanya. Sebenarnya, Arka sudah menyiapkan sesuatu yang tak terduga untuk mereka semua.Acara demi acara terlaksana dengan lancar. Pengumuman mahasiswa dengan nilai tertinggi dan mendapat penghargaan cumlaude pun sudah dibacakan. Revi, Amran, Amirah, dan Kenzo sangat bangga pada Arka.Renata yang duduk bersama Afikah dan Rayyan pun bangga akan pencapaian Arka.Sebenarnya Amran pernah mengutarakan niatnya untuk mendirikan firma hukum untuk sang putra. Namun, Arka menolaknya dengan dalih ingin mendirikan firma hukum sendiri tanpa bantuan keluarga.Amran pun mendukung kemauan sang putra dan hanya bisa mendoakannya
Sesampainya di Lombok, mereka langsung di jemput oleh pihak resort yang mereka sewa karena itu semua sudah bagian dari paket bulan madu yang mereka ambil.Sesampainya di resort, mereka segera di tunjukkan kamar mereka. Renata langsung berlari menuju balkon. Ia menatap indahnya pantai di balkon resort yang mereka tempati. Arka memeluk tubuh Renata dari belakang, membuat wanita cantik itu terkejut.“Bagaimana, suka?” tanyanya sambilencium leher Renata.“Iya, suka,” jawabnya.Arka langsung mencium bibir Renata dan Renata pun membalasnya. Ciuman itu semakin dalam membuat Renata mendesah. Arka semakin tertantang, jemarinya sudah menyusuri setiap inci tubuh Renata. Renata pasrah, wanita cantik itu menikmati setiap sentuhan sang suami. Detik berikutnya, Arka menggendong tubuh Renata dan membawanya ke dalam. Pengacara tampan itu membaringkan tubuh sang istri dan kembali melakukan aksinya. Renata dan Arka saling menikmati, mereka kembali menyatu dalam ikatan suci pernikahan.Hari-hari mereka
Pukul 07.30 Renata dan Arka sudah sampai di tempat acara. Sebelumnya, mereka akan di rias terlebih dulu di ruang yang berbeda.Rayyan dan Afikah beserta kedua buah hatinya sudah sampai lebih dulu karena ini adalah bagian dari tugasnya.“Gimana rasanya malam pertama?” bisik Rayyan menggoda Arka yang sedang berada di ruangan yang berbeda dengan Renata. Kebetulan di sana hanya ada mereka berdua, sehingga Rayyan merasa mempunyai banyak kesempatan untuk menggoda Arka. Pengacara tampan itu hanya mencebik menanggapi godaan sang kakak ipar.“Enak enggak? Jangan bilang kalau kalian belum melakukannya. Dilihat dari tampangmu itu kamu terlihat liar dan enggak sabaran?” cibir Rayyan semakin suka menggoda. Apalagi melihat ekspresi yang ditunjukkan Arka padanya, seolah pengacara tampan itu ingin memakannya.“Emang gimana tampang aku, Kak?” Akhirnya Arka buka suara.“Tampang-tampang liar di ranjang. Awas aja kalau adikku kesakitan,” godanya sekaligus sedikit memberi ancaman.“Sakit-sakit nikmat, Kak
Renata tersenyum samar melihat ekspresi Arka saat ia mengatakan dipingit, tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Memang itu yang dikatakan sang bunda dua hari yang lalu dan ia belum sempat mengatakannya pada Arka.“Pokoknya aku akan protes sama mereka semua. Aku enggak mau ada proses pingit. Aku tidak bisa tidak melihatmu barang sedetik saja, Ren. Lha, ini malah seminggu. Mereka sama saja membunuh semangat hidupku. Apalagi dalam minggu ini aku harus bolak-balik ke pengadilan untuk menangani beberapa kasus klienku. Aku enggak akan semangat bila tidak melihatmu,” ucapnya lirih. Ada perasaan takut, kecewa, dan marah. Ia tidak mau hal itu benar-benar terjadi.“Aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, Bang. Itu sudah keputusan mereka. Aku mah nurut aja,” balas Renata.“Nurut kalau tidak dipertemukan aku? Apa kamu sanggup, Ren? Aku jujur enggak sanggup,” ujarnya lirih dengan tatapan menelisik menghadap Renata.“Iya, aku tahu itu. Aku enggak akan sanggup juga, tapi aku harus bagaimana?” jawa
Satu minggu berlalu. Saat ini Renata sedang dirias di salah satu kamar di hotel bintang tujuh milik keluarga Adinata.Hari ini adakah hari pertunangan Renata dan Arka. Rayyan sengaja membuat pesta pertunangan ini dengan mewah. Awalnya Renata dan Arka menolak dengan alasan ingin bertunangan secara sederhana dan dihadiri keluarga inti saja, tetapi Rayyan sedikit memaksa sehingga mau tak mau mereka menurutinya.Acara terlaksana dengan lancar. Bukan hanya keluarga inti. Namun, juga beberapa staf rumah sakit dan kolega dari perusahaan Adinata. Devan dan Vika yang sibuk mengurus perusahaan di Singapura bersama Niken pun harus pulang ke Indonesia. Mereka berkumpul di acara itu.Upacara penyematan cincin pertunangan terlaksana, hingga acara terakhir yaitu doa bersama menurut kepercayaan masing-masing yang dipimpin Abah Syaifuddin karena tamu undangan bukan berasal dari agama Islam semua. Setelahnya acara dilanjutkan dengan ramah tamah. Semua tamu undangan berangsur pulang setelah acara ramah
Desy dan Ratna dengan cepat mengulurkan tangan pada Renata sambil tersenyum manis. Membuat Renata merasa canggung. Namun, ia pun segera membalas uluran tangan itu.“Ini, ya yang namanya Renata? Ternyata benar apa yang dikatakan Arka, kamu cantik banget pantas adik kami klepek-klepek sama kamu, bucin lagi,” ucap Desy antusias, membuat Renata mengernyit heran ke arah Arka yang hanya bisa garuk tengkuk.“Arka sudah banyak cerita tentang kami pada kami. Ternyata tipe Arka the best juga, dari segi fisiknya dapat semua, good looking.” Ratna ikut menimpali dengan memuji. Renata makin canggung, gadis cantik itu serba salah. “O iya, kenalkan, kami ini kakak sepupunya Arka yang tinggal di Kanada. Kebetulan Pak Nugraha adalah teman bisnis papa kami. Sehingga kami sekalian pulang kampung saat dapat undangan ini,” ucap Desy menjelaskan. Wajah cantik yang awalnya canggung, cemburu, kesal, dan keheranan pun terlihat lega.Renata mengembuskan napasnya perlahan, ia harus menjaga hatinya supaya tak t
Minggu ini Amirah, Afikah, dan Renata disibukkan dengan persiapan acara pernikahan Alika, putri Abizar dan Devina.Mereka harus bolak-balik datang ke rumah Ambar karena Devina meminta mereka membantu sampai tuntas acara pernikahan sang putri.Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari Pernikahan Alika dan Aiman. Renata sengaja tidur di sana karena Alika memintanya untuk menemani gadis itu.Pagi ini Alika dirias oleh MUA langganan Devina. Gadis cantik itu sudah bersiap sejak selesai salat Subuh. Renata masih setia menemani dan menenangkan Alika. Gadis cantik putri Abizar adik seayah dengan Rayyan yang sudah Renata anggap adiknya juga. Ya, sebelum menikah dengan Kenzo, Amirah pernah menikah dengan Abizar sahabat Kenzo. Kisah masa lalu yang sangat kelam dan penuh air mata dilalui Amirah, hingga Abizar sadar telah mencampakkan berlian seperti Amirah. Abizar pun bertaubat dan memilih meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studinya di Kanada. Di sana Abizar yang sudah berubah menjadi baik p
Allah selalu memberikan senyum di balik kesedihan. Allah selalu memberikan harapan di balik keputusasaan. Mencintaimu dengan sungguh-sungguh memberikan kebahagiaan di hatiku. Namun mencintai karena Allah kita mendapat nilai ibadah dan kebahagiaan yang lebih. Maka cintai aku karena Allah.(Aiman – Sang Penjaga Hati)***Devina dan Abizar membawa sang putri pulang, setelah gadis cantik itu sedikit tenang. “Nak Aiman, Ayah percaya padamu. Seperti yang kamu mau kami akan menerima keputusan itu dan menunggumu datang untuk Alika,” ucap Abizar sebelum keluar dari restoran.“Iya, Ayah. Aku berjanji, insya Allah tidak akan merusak kepercayaan kalian semua,” ucapnya sopan.***“Sayang, ayo sarapan dulu!” teriak Devina memanggil sang putri sambil mengetuk pintu.“Aku enggak lapar, Ma.”“Sayang, jangan seperti ini nanti kamu sakit. Ayo buka pintunya!” bujuk Devina sambil terus mengetuk.“Ma, biarkan Alika sendiri. Alika mau nenangin diri!” ucap Alika berteriak.“Sayang, Mama enggak mau kamu sa
Jika kita mengharap kebahagiaan atas apa yang tengah diperjuangkan, maka teruslah berusaha bersabar dan berusaha.(Aiman – Sang Penjaga Hati)Dua tahun lebih tiga bulan sudah Aiman dan Alika terpisahkan oleh jarak. Namun, jarak yang memisahkan tidak membuat hubungan mereka renggang. Bahkan hubungan Alika dan Aiman malah semakin dekat.Setiap hari hampir tak terlewatkan Aiman menghubungi Alika. Kalau pun bukan Aiman yang menghubungi dulu, Alika yang akan menghubungi pemuda tampan itu.Setelah pamit pada Gus Arsya, Aiman mengambil barang-barangnya yang ada di kantor Madrasah Diniyah. Suka duka ia rasakan selama dua tahun ini bersama para santri tahfiz. Bahagia ia rasakan karena bisa mengamalkan ilmunya untuk para penghafal Alquran yang ada di pesantren itu.Setelah pamit pada Ustaz dan Ustazah juga para santri-santrinya dengan penuh keharuan, ia pun pulang ke rumah sang kakek untuk mengambil barang-barangnya yang sudah ia siapkan.“Kek, Nek. Aku kembali ke Jakarta hari ini juga. Kakek d
***Cinta tidak hanya membutuhkan tuntutan dan harapan. Namun cukup dengan ketulusan dan kepercayaan. Sedangkan janji membuat hubunganmu lebih kuat. Karena akan menunjukkan seberapa banyak yang dapat kamu lakukan untuk cintamu.(Aiman – Sang Penjaga Hati)Alika masih terdiam. Ia berusaha meredam gejolak di hatinya. Mendengar gombalan yang baru saja Aiman lontarkan. Ia tidak menyangka Aiman bisa melakukan itu. Jujur hati siapa yang tidak berbunga, diperlakukan istimewa dengan kata manis oleh laki-laki pujaan hatinya yang sangat ia cintai.“Alika Putri Abizar Alfatikh, kok malah diem sih? Asal kamu tahu, aku enggak perlu diminta oleh Ayah atau pun Bunda untuk membujuk permaisuri hatiku. Calon makmumku,” ucapnya sambil melihat wajah Alika yang semakin merona menahan gejolak.“Ka-kalau Kakak hanya berniat menjatuhkanku, enggak usah melambungkan hatiku. Kakak tahu ‘kan jatuh itu sakit?” ujarnya sambil menunduk.“Aku enggak melambungkanmu. Karena aku mengatakan ini sesuai dengan isi hati