Bab XIV
Tak Seindah Malam Pertama
(Pengakuan Ibnu)
"Jawab jujur, Mas, apa Mas tertarik pada Dini?" Akhirnya Maya melontarkan pertanyaan yang sedari tadi dipendamnya.
Ibnu tergagap mendengar pertanyaan Maya, terlebih Maya menatapnya begitu tajam, tampak ada kemarahan di sana, membuat Ibnu semakin gugup. Entah kenapa, Ibnu merasa seperti kucing yang ketahuan mencuri ikan oleh tuannya.
"Dek … sebenarnya, mas …."
*************************
Maya tidak sabar menunggu jawaban dari Ibnu, mungkinkah apa yang ia takutkan benar adanya. Maya takut Ibnu mulai berpaling lantaran sampai hari ini ia belum juga bisa menjadi is
Bab XV Tak Seindah Malam Pertama (Egois) Apa kamu mencintai Dini, Le?" tanya Kakek. "Aku bingung dengan perasaanku, Kek, tapi aku rasa, aku memang jatuh cinta pada Dini." Jawab Ibnu kemudian dengan kalimat yang terdengar tidak yakin. "Jadi benar dugaanku selama ini, Mas?! Kamu tega, Mas?!" Tiba-tiba terdengar suara Maya dari arah belakang. Ibnu berdiri dari duduknya, ia tak menyangka ada Maya di sana dan mendengar semua perkataannya. "Dek … aku …" ********************** Ibnu tak mampu be
Bab XVITak Seindah Malam Pertama(Poligami)Buat aku, Mas laksana bulan, selalu bisa menerangi hari-hari ku yang sesungguhnya telah gelap. Karena Mas aku bisa berdiri kuat hingga hari ini. Dan …." Maya menghentikan kalimatnya, membuat Ibnu penasaran."Dan apa, Dek?" tanya Ibnu tak sabar menunggu kalimat Maya selanjutnya."Dan … dan aku yakin, Mas bisa menjadi seperti bulan. Bukan hanya untuk aku, tapi juga untuk Dini." Maya menghembuskan nafas berat, susah payah ia menyelesaikan bicaranya.Kening Ibnu berkerut, ia tak tau apa maksud Maya mengatakan hal tersebut. Ia menggeser badannya menghadap Maya, ingin memandang wajah sang istri, memastikan Maya baik-baik saja.
Bab XVIITak Seindah Malam Pertama(Dini Putus Asa)"Tok … tok … tok ….!" Maya mengetuk pintu kamar Dini dengan pelan, tapi tak ada jawaban."Din, ini aku Maya, kamu sudah bangun belum, Din?" Ucap Maya kemudian, berharap mendapat respon dari dalam kamar, tapi ternyata nihil.Karena tidak mendapat respon dari Dini, akhirnya Maya memutuskan untuk membuka pintu dan masuk ke dalam. Setelah sampai di dalam kamar, betapa kagetnya Maya saat melihat Dini.Dari tangannya Dini mengalir darah segar membasahi sprei juga lantai di sekitar tempat tidur."Dini, Ya Allah, Din, Dini …."
Bab XVIIITak Seindah Malam Pertama(Sesakit Inikah berbagi suami?)"Ada laki-laki yang saat ini justru jatuh cinta dengan kamu, Din. Kelumpuhan tak berarti apapun untuknya, perasaannya ke kamu tetap sama. Dia tetap mencintai kamu." Maya kembali berkata."Siapa?"Akhirnya Dini terpancing untuk bertanya, pertanda bahwa ia mulai mempercayai Maya.Maya tidak langsung menjawab pertanyaan Dini, ia terlebih dahulu menoleh ke arah Ibnu, seolah meminta persetujuan suaminya. Ibnu menatap Maya, ia menggelengkan kepala, menandakan bahwa ia tak menyetujui keputusan Maya. Tapi sepertinya Maya tidak peduli, ia telah mengambil keputusan besar.
Bab XIXTak Seindah Malam PertamaMaya meletakkan tangan kanannya di dada, merasai nyeri yang begitu dalam. Ia ragu, apakah mampu bertahan dalam pernikahan poligami yang sebentar lagi akan ia jalani."Apa aku bisa ikhlas berbagi suami dengan Dini? Apa aku bisa? Atau aku ikuti saja maunya Mas Ibnu untuk menghentikan rencana konyol ini?" Berbagai tanya muncul di benak Maya. Beberapa saat ia diam, mencoba berpikir jernih, juga meraba hatinya. Hingga akhirnya Maya berkata dengan mantap."Bismillah …."***********************“Bismillah …." Doa Maya dalam hati, selanjutnya ia menengok ke arah Dini.
Bab XXTak Seindah Malam Pertama“Kasihan, nasib istri tua itu dimana-mana selalu sama, cepat atau lambat akan dilupakan.”“Sudah yatim piatu, nggak punya keluarga, eh … sekarang malah dipoligami, kasian, ya.”“Cantik lo, kok mau-maunya dimadu, kalau aku sih ogah!”“Jangan-jangan Bu Maya mandul? Makanya Pak Ibnu menikah lagi.”Terdengar komentar para tamu, meski mereka hanya berbisik, tapi Maya dapat mendengarnya dengan jelas. Ibarat sebuah luka, belum juga sembuh telah ditaburi garam. Perih, dan semakin perih. Maya merasai setiap gores luka yang hadir, tapi ia tetap bertahan, memberi dukungan untuk sang suami, meski hatinya semakin berdarah.***************
Bab XXITak Seindah Malam Pertama(Dua Hati yang Terluka) Terhuyung Maya menuju tempat tidur, ia merasa lelah raga juga jiwa. Rasanya menopang badan saja tak kuat, akhirnya Maya membaringkan badannya, tidur miring menghadap jendela menjadi pilihannya.Matanya terpejam, tapi bahunya berguncang, menandakan bahwa ia sedang menangis. Tak berselang lama, terdengar suara pintu kamar mandi dibuka. Ibnu keluar dengan badan yang begitu segar, aroma wangi sabun menguar ke seluruh ruangan. Dalam benak Maya, saat ini Ibnu sedang menyiapkan diri untuk melewati malam pertamanya dengan Dini. Hati Maya semakin terluka.***************Ibnu menatap Maya yang
Bab XXIITak Seindah Malam Pertama(Menyembunyikan Kesembuhan)Dini menangis tersedu, lama, hingga akhirnya ia tertidur. Lelah jiwa juga raganya. Pernikahan yang ia harap membuatnya bahagia, ternyata justru melukai jiwanya, bahkan di malam pertama yang seharusnya menjadi malam terindah baginya.******************Jarum jam menunjuk pukul tiga dini hari. Setelah yakin Maya telah tidur dengan pulas, Ibnu bangkit dari pembaringan, ia meregangkan badan, mengangkat tangan ke atas, badannya terasa kaku karena sedari malam, ia tidur dengan posisi miring ke kiri sembari memeluk Maya.Maya terus memegang tangan Ibnu, membuat Ibnu tak berani merubah posisi, khawatir Maya terba
Bab 68Tak Seindah Malam Pertama(Ikhlas yang Membahagiakan)“Saya terima nikah dan kawinnya Maya binti Almarhum Hamdan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai.”“Sah?”“Sah.”Serempak semua tamu yang berada di masjid Al Falah mengucap Hamdalah. Diantara sekian manusia yang hadir, tampak seorang wanita paruh baya yang sedari tadi terus menitikkan air mata.Bukan air mata kesedihan, tetapi justru air mata bahagia. Ia adalah saksi bagaimana sang putra tersiksa batin selama bertahun lamanya karena menyesali kesalahannya di masa lalu.Ia tak menyangka, bahwa niatnya mencari istri dari kalangan pondok pesantren agar sang putra memiliki istri yang tau agama, sabar mendampingi, juga telaten membantu sang putra melupakan kesalahannya di masa lalu, justru membawa sang putra bertemu dengan cinta di masa lalunya.Wanita paruh baya itu adalah Sukma. Diantara sekian yang hadir, dialah yang paling bahagia menyaksikan sang putra-Danu, akhirnya dapat bersatu dengan Maya-cinta sejatinya
Bab 67Tak Seindah Malam Pertama(Lamaran)“Maaf, tapi aku ini hanya seorang janda, hanya seorang wanita yang gagal menjadi seorang istri. Aku takut membuat kecewa, Bah.” Maya masih menunduk, tidak berani mengangkat wajahnya. “Tidak ada manusia yang tidak pernah gagal, Nduk. Semua pasti pernah merasakan yang namanya kegagalan, hanya bentuknya saja yang berbeda, ada yang besar, ada juga yang tidak tampak dari luar. Kebetulan kamu pernah mengalami kegagalan yang besar. Abah yakin, hal itu justru menjadikan kamu lebih unggul dari sebelumnya bukan?” Abah berujar.“Tapi saya hanya janda,” ujar Maya lirih.“Terus kenapa jika janda?” Kini gantian Umi yang menimpali.“Saya nggak pantas,” jawab Maya tetap merasa rendah diri.“Dia adalah putra dari tamu yang tadi datang kemari, Nduk. Memang masih bujang, belum pernah menikah, tapi usianya seumuran sama kamu.” Abah berbicara, meski Maya tak bertanya.“Tamu tadi itu adik kandung Abah, jadi putranya itu keponakan Abah. Meski selama ini kami sudah
Bab 66Tak Seindah Malam Pertama(Maya di Masa Kini)“Nduk, tolong bawakan nampan ini ke depan. Ada tamu Abah yang datang,” pinta Umi pada Maya.“Baik, Umi,” jawab Maya, manut.Bagi Maya, Umi dan Abah merupakan malaikat penolong. Ia tak tahu akan jadi seperti apa jika tidak ada Umi dan Abah yang menolongnya. Itu sebabnya, Maya selalu manut juga patuh pada keduanya. Terlebih di rumah itu, ia diperlakukan dengan sangat baik, layaknya seorang anak. Ia mendapat kasih sayang begitu besar dari keduanya.“Nuwun ya, Nduk,” ujar Umi.Tanpa menunggu permintaan tolong kedua kalinya dari Umi. Maya segera mengambil nampan dan berjalan menuju ke ruang tamu.Di ruang tamu, terlihat Abah tengah berbicara dengan seorang tamu wanita berusia paruh baya. Di sebelah Abah, duduk Umi yang tadi mendahului menuju ke ruang tamu.“Mangga, Dek, diminum ala kadarnya,” Umi mempersilahkan tamu Abah.“Iya, Mbak Yu,” jawab sang tamu.Setelah menganggukkan kepala sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada, Maya be
Bab 65Tak Seindah Malam Pertama(Move On)“Bu Dini mengalami anemia berat. Kondisi ini sudah terjadi sejak kehamilan trimester kedua. Seharusnya, saat itu Bu Dini mendapat transfusi darah, tapi beliau menolak. Saat saya tanya apa alasannya, beliau mengatakan jika ….” Dokter menghentikan bicaranya.“Jika apa, Dok?” Ibnu tak sabar mendengar penjelasan dokter lebih lanjut.“Kata Bu Dini, beliau tidak mau membuat Pak Ibnu repot,” ujar Dokter dengan suara pelan, takut menyinggung perasaan Ibnu.“Apa?! Mana mungkin saya merasa repot jika itu berkaitan dengan istri dan janin di dalam kandungannya!” Ibnu tak percaya jika Dini berpikiran seperti itu.Dokter hanya menatap Ibnu dengan tatapan yang sulit diartikan. Jika apa yang ditakutkan Dini merupakan sesuatu yang mustahil bagi Ibnu, maka sudah jelas bahwa komunikasi antara Ibnu dan Dini tidaklah baik. Hal itu yang muncul di benak sang dokter, bahwa pasiennya kali ini memiliki persoalan komunikasi dengan sang suami.“Sebagai Dokter seharusnya
Bab 64Tak Seindah Malam Pertama(Akibat Zina)"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kamu tega meninggalkan Maya di saat kamu telah menanamkan benih di dalam rahimnya? Kenapa kamu se pengecut itu, DANU?!" Ibnu menyebut nama Danu dengan penuh penekanan.Peristiwa yang menjadi sumber masalah dalam kehidupannya, juga kehidupan orang-orang di sekitarnya. Karena perbuatan zina yang telah dilakukan dua sahabatnya, ada banyak hati yang harus tersakiti."Apa maksudmu?" Danu menggelengkan kepalanya.Ia tak paham, dan tak pernah sedikitpun terlintas dalam benaknya jika Maya mengandung benihnya. Ibnu diam, tak mau menjawab pertanyaan Danu. Berkali ia menghela nafas untuk menetralisir perasaannya yang carut marut. Sementara Danu, pikirannya mulai terbuka, ia menggabungkan peristiwa demi peristiwa yang telah terjadi. Dari mulai Maya yang marah saat bertemu dengannya, Ibnu yang menikahi Maya tetapi justru menikah lagi dengan Dini, hingga akhirnya perpisahan antara Ibnu dan Maya."Ya Allah, apa yan
Bab 63Tak Seindah Malam Pertama(Terbuka satu Rahasia)"Mau kemana, Mas?" Dini mendekati Ibnu yang sedang mengenakan jaket."Aku mau ketemu dengan Bagas, Dek. Baru saja dia telepon, ngajakin ketemu, mau cerita sesuatu katanya," jawab Ibnu."Oh, ketemuan dimana, Mas?" tanya Dini.Sebenarnya, ia sangat ingin Ibnu tetap di rumah bersamanya, entah kenapa sedari tadi siang kepalanya terasa nyeri. Ingin mengeluh, tapi takut dikira cari perhatian."Di rumah Ibu. Nggak apa-apa 'kan ditinggal sebentar? Insha Allah sebelum maghrib aku sudah pulang, Dek," ujar Ibnu sambil menyodorkan tangannya pada Dini agar disalami oleh istrinya."Nggak apa-apa, Mas," jawab Dini.Ia mencium tangan Ibnu dengan penuh takzim. Entah kenapa, perasaannya kali ini begitu melow, seakan setelah ini ia tak bisa lagi bertemu dengan Ibnu."Mau dibawain apa pulangnya?" tanya Ibnu sambil menyambar kunci motor di atas nakas."Lagi nggak pengen apa-apa, Mas. Hmm … Mas hati-hati aja," ujar Dini sambil berjalan mengikuti Ibnu.
Bab 62Tak Seindah Malam Pertama(Hanya Raganya Saja)Dini mengusap pipinya yang basah dengan telapak tangannya, sedang mata menatap sendu ke arah luar. Menatap seorang pria yang sedari dua jam lalu, duduk termenung di teras rumahnya."Maafkan aku, Mas. Jika tahu semua ini hanya membuatmu tersiksa batin, aku tak akan membiarkan Mbak Maya pergi. Andai waktu bisa diulang, aku akan memilih tak pernah jatuh cinta dengan kamu, Mas." Dini berbicara sendiri.Sejak kepergian Maya, Ibnu berubah, Ibnu yang awalnya begitu hangat memperlakukannya, kini berubah menjadi dingin. Suaminya itu memang tak pernah berlaku kasar, baik ucapan maupun perbuatan. Semua kewajibannya sebagai suami pun tetap dipenuhi, bahkan kebutuhan biologis bagi Dini tak pernah alpa dilakukannya. Hanya saja, semua tanpa rasa, hanya sebatas menggugurkan kewajiban saja. Tak ada rasa, semua diterima hambar oleh Dini."Aku rindu kamu yang dulu, Mas. Tidakkah bakal bayi dalam rahimku ini membuat engkau melupakan Mbak Maya, Mas?" D
Bab 61Tak Seindah Malam Pertama(Maya Hamil?)Ibnu melipat surat dari Maya yang ditemukannya di atas meja. Disekanya bulir air mata yang sudah dengan lancang menetes di pipi.Cengeng. Belum pernah ia merasa se cengeng ini. Sedari kecil, ayahnya selalu menanamkan jika laki-laki tak boleh menangis, jika laki-laki tak boleh cengeng. Nyatanya, hari ini ia menangis untuk wanita yang ternyata begitu ia cintai."Maafkan, Mas, Dek," bisik Ibnu, seakan Maya ada disana dan bisa mendengar permintaan maafnya.Pagi tadi, Riska datang ke rumah mengantar akta cerai untuknya. Rumah tangganya bersama Maya sudah usai.Setelah melewati berbagai pertimbangan, akhirnya Ibnu bersedia melepaskan Maya. Meski berat, akhirnya ia memutuskan hal itu."Ibu kecewa, Le. Bagaimana bisa kamu menyembunyikan hal sebesar ini dari Ibu selama bertahun-tahun?" ungkapan kekecewaan Ibu beberapa bulan yang lalu kembali terngiang di telinga Ibnu.Saat itu, ia menceritakan alasan kenapa dulu ia menikahi Maya secara terburu-bu
Bab 60Tak Seindah Malam Pertama(Pengacara, Utusan Maya)"Selamat pagi, Pak Ibnu." Seorang wanita tersenyum menyapa Ibnu, begitu pintu terbuka.Sesaat Ibnu terdiam. Ia mencoba mengingat-ingat siapa wanita yang kini berada di hadapannya, tapi ia tak mengingatkan apa pun, sepertinya ini memang kali pertama ia bertemu dengan wanita berpenampilan rapi di hadapannya.Wanita itu mengenakan rok panjang berwarna maroon, dengan atasan berupa kemeja dengan motif garis berwarna merah muda. Jilbab yang ia kenakan juga berwarna maroon, senada dengan warna rok plisket yang ia kenakan."Perkenalkan, Saya Riska Sundari, pengacara yang ditunjuk oleh Bu Maya untuk mengurus perceraian beliau dengan Pak Ibnu," ucap wanita yang ternyata bernama Riska itu.Hati Ibnu berdenyut nyeri kala mendengar kata perceraian. Ia tak menyangka Maya akan secepat ini mengurus semua, tidak sampai hitungan hari. Bukan akhir seperti ini yang ia mau.Setelah mengatur nafas dan berdehem satu kali, Ibnu pun mempersilahkan Risk