Bab XXI
Tak Seindah Malam Pertama
(Dua Hati yang Terluka)
Terhuyung Maya menuju tempat tidur, ia merasa lelah raga juga jiwa. Rasanya menopang badan saja tak kuat, akhirnya Maya membaringkan badannya, tidur miring menghadap jendela menjadi pilihannya.
Matanya terpejam, tapi bahunya berguncang, menandakan bahwa ia sedang menangis. Tak berselang lama, terdengar suara pintu kamar mandi dibuka. Ibnu keluar dengan badan yang begitu segar, aroma wangi sabun menguar ke seluruh ruangan. Dalam benak Maya, saat ini Ibnu sedang menyiapkan diri untuk melewati malam pertamanya dengan Dini. Hati Maya semakin terluka.
***************
Ibnu menatap Maya yang
Bab XXIITak Seindah Malam Pertama(Menyembunyikan Kesembuhan)Dini menangis tersedu, lama, hingga akhirnya ia tertidur. Lelah jiwa juga raganya. Pernikahan yang ia harap membuatnya bahagia, ternyata justru melukai jiwanya, bahkan di malam pertama yang seharusnya menjadi malam terindah baginya.******************Jarum jam menunjuk pukul tiga dini hari. Setelah yakin Maya telah tidur dengan pulas, Ibnu bangkit dari pembaringan, ia meregangkan badan, mengangkat tangan ke atas, badannya terasa kaku karena sedari malam, ia tidur dengan posisi miring ke kiri sembari memeluk Maya.Maya terus memegang tangan Ibnu, membuat Ibnu tak berani merubah posisi, khawatir Maya terba
Bab XXIII Tak Seindah Malam Pertama (Dendam) Mana mungkin Dini berkata jujur, jika kursi roda itu terbalik karena ia tendang, begitu pula dengan bunga mawar, ia yang telah membuangnya ke lantai sebagai pelampiasan marah atas sikap Ibnu yang sempat mengabaikannya. Sebenarnya, kelumpuhan Dini sudah hampir sembuh, kakinya bisa digerakkan meski masih belum bisa selincah sebelum kecelakaan terjadi. Ia sengaja merahasiakannya dari Ibnu dan Maya. Tak mau pernikahannya gagal. ********************* "Hhmm … tadi aku memang berpindah dari kursi roda ke tempat tidur sendiri, Mas, Alhamdulillah, meski susah payah, akhirnya bisa, meskipun kursi rodanya jadi terbalik,"
Bab XXIVTak Seindah Malam Pertama
Bab XXVTak Seindah Malam Pertama(Gagal Lagi)"Mas, bolehkah aku meminta hakku sebagai istri? Aku ingin menjadi istri Mas seutuhnya."Akhirnya Dini berhasil mengutarakan keinginan hatinya yang spontan membuat Ibnu terperangah.******************Ibnu kelimpungan, bingung hendak menjawab apa, mana mungkin ia mengatakan bahwa dirinya belum siap karena tak ingin melukai Maya.Dini menatap Ibnu penuh harap, baginya hanya itu satu-satunya cara mengikat Ibnu, dengan menjadi istri seutuhnya, ia yakin akan lebih mudah membuat Ibnu mencintainya. Bukan hanya cinta biasa yang ia harap, tapi cinta yang gila, cinta yang membuat Ibnu menggilainya hingga Ibnu dengan suka rela melepas Maya.Dini yakin, suatu hari nanti, ia bisa menyingkirkan Maya dan menjadi satu-satunya istri bagi Ibnu.Ibnu yang masih kaget tak kuasa menolak keinginan Dini. Ia sadar betul bahwa kewajibannya sebagai suami adalah memberikan nafkah batin, tak
Bab XXVI Tak Seindah Malam Pertama (Kejutan) "Aku akan diam-diam mendampingi Dini menjalani pemeriksaan dan terapi. Saat Dini melatih kakinya, aku akan membuat kejutan dengan tiba-tiba datang ke rumah sakit sembari membawa bunga dan coklat. Dini pasti senang," batin Ibnu, ia tersenyum membayangkan kejutan yang akan diberikannya untuk Dini. ****************** "Aku berangkat dulu ya, Mas," pamit Dini sambil menggapai tangan Ibnu dan menciumnya. "Ya, semangat ya, Dek! Bismillah, semoga terapi hari ini menjadikan kesembuhan paripurna. Aamiin," jawab Ibnu sambil tangannya mengelus kepala Dini. "Titip Dini ya, Sus, tolong didam
Bab XXVII Tak Seindah Malam Pertama (Ada Apa Dengan Maya) "Suster, tolong sembunyikan dulu perihal kesembuhanku ini, jangan sampai Mas Ibnu tahu, aku ingin memberi kejutan," pesan Dini pada Suster Mira. "Baik, Bu," jawab Suster Mira. Di saat bersamaan, Ibnu telah sampai di rumah sakit, ia menuju ruangan dokter Rendra. Ia ingin memberi kejutan pada Dini, istri keduanya. ******************** Ibnu melangkah menyusuri koridor rumah sakit, kurang satu belokan lagi, ia akan sampai di ruang kerja dr. Rendra, ruang dimana saat ini Dini berada. Tiba-tiba gawainya berbunyi. Ibnu berhenti dan merogoh saku celananya. Dilayar terpampang nama "Maya, istriku." "Maya kenapa telepon?" tanya Ibnu dalam hati. Akhirnya ia memutuskan untuk duduk di bangku yang ada di pinggir koridor sambil mengangkat telepon dari Maya. Ia takut a
Bab XXVIII Tak Seindah Malam Pertama (Tetangga) "Assalamualaikum, Dek …." Kalimat Ibnu terhenti demi melihat Maya yang tergeletak di lantai. "Dek, ya Allah, Dek …." Teriak Ibnu. *************** "Mas Ibnu, tolong …." Maya menggeliat sembari memegang perutnya, ia tampak kesakitan, keringat dingin keluar dari dahinya. "Apanya yang sakit, Dek?" Ibnu mengangkat kepala Maya dan meletakkannya di atas pangkuan. "Perut, Mas …." Jawab Maya lirih. Tak mau banyak bertanya juga menunggu, Ibnu membopo
Bab XXIX Tak Seindah Malam Pertama (Suster Mira) "Hhmm … aku menikah dengan laki-laki yang menabrakku, Bang, dia adalah bosku di kantor," ujar Dini ragu. "Oh, begitu? Boleh aku tau siapa nama suamimu, Din?" Tanya Danu penasaran. *************** "Nama itu nggak penting, Bang, yang pasti suamiku itu laki-laki yang bertanggung jawab dan pastinya jauh lebih ganteng daripada Abang," ucap Dini cengengesan. "Jadi makin penasaran, pokoknya besok harus kenalin aku dengan dia ya!" ucap Danu. "Janji deh, Bang, besok pasti aku kenalin. Sepertinya Abang bakalan cocok dengan suamiku, usia kalian juga sepantaran," Dini berucap dengan mantap, ia tidak tahu bahwa Danu dan Ibnu bahkan pernah bersahabat dengan sangat karib. "Oh ya, Abang mau periksa apa?" Lanjut Dini kemudian, meski Danu belum menjawab ucapannya.
Bab 68Tak Seindah Malam Pertama(Ikhlas yang Membahagiakan)“Saya terima nikah dan kawinnya Maya binti Almarhum Hamdan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai.”“Sah?”“Sah.”Serempak semua tamu yang berada di masjid Al Falah mengucap Hamdalah. Diantara sekian manusia yang hadir, tampak seorang wanita paruh baya yang sedari tadi terus menitikkan air mata.Bukan air mata kesedihan, tetapi justru air mata bahagia. Ia adalah saksi bagaimana sang putra tersiksa batin selama bertahun lamanya karena menyesali kesalahannya di masa lalu.Ia tak menyangka, bahwa niatnya mencari istri dari kalangan pondok pesantren agar sang putra memiliki istri yang tau agama, sabar mendampingi, juga telaten membantu sang putra melupakan kesalahannya di masa lalu, justru membawa sang putra bertemu dengan cinta di masa lalunya.Wanita paruh baya itu adalah Sukma. Diantara sekian yang hadir, dialah yang paling bahagia menyaksikan sang putra-Danu, akhirnya dapat bersatu dengan Maya-cinta sejatinya
Bab 67Tak Seindah Malam Pertama(Lamaran)“Maaf, tapi aku ini hanya seorang janda, hanya seorang wanita yang gagal menjadi seorang istri. Aku takut membuat kecewa, Bah.” Maya masih menunduk, tidak berani mengangkat wajahnya. “Tidak ada manusia yang tidak pernah gagal, Nduk. Semua pasti pernah merasakan yang namanya kegagalan, hanya bentuknya saja yang berbeda, ada yang besar, ada juga yang tidak tampak dari luar. Kebetulan kamu pernah mengalami kegagalan yang besar. Abah yakin, hal itu justru menjadikan kamu lebih unggul dari sebelumnya bukan?” Abah berujar.“Tapi saya hanya janda,” ujar Maya lirih.“Terus kenapa jika janda?” Kini gantian Umi yang menimpali.“Saya nggak pantas,” jawab Maya tetap merasa rendah diri.“Dia adalah putra dari tamu yang tadi datang kemari, Nduk. Memang masih bujang, belum pernah menikah, tapi usianya seumuran sama kamu.” Abah berbicara, meski Maya tak bertanya.“Tamu tadi itu adik kandung Abah, jadi putranya itu keponakan Abah. Meski selama ini kami sudah
Bab 66Tak Seindah Malam Pertama(Maya di Masa Kini)“Nduk, tolong bawakan nampan ini ke depan. Ada tamu Abah yang datang,” pinta Umi pada Maya.“Baik, Umi,” jawab Maya, manut.Bagi Maya, Umi dan Abah merupakan malaikat penolong. Ia tak tahu akan jadi seperti apa jika tidak ada Umi dan Abah yang menolongnya. Itu sebabnya, Maya selalu manut juga patuh pada keduanya. Terlebih di rumah itu, ia diperlakukan dengan sangat baik, layaknya seorang anak. Ia mendapat kasih sayang begitu besar dari keduanya.“Nuwun ya, Nduk,” ujar Umi.Tanpa menunggu permintaan tolong kedua kalinya dari Umi. Maya segera mengambil nampan dan berjalan menuju ke ruang tamu.Di ruang tamu, terlihat Abah tengah berbicara dengan seorang tamu wanita berusia paruh baya. Di sebelah Abah, duduk Umi yang tadi mendahului menuju ke ruang tamu.“Mangga, Dek, diminum ala kadarnya,” Umi mempersilahkan tamu Abah.“Iya, Mbak Yu,” jawab sang tamu.Setelah menganggukkan kepala sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada, Maya be
Bab 65Tak Seindah Malam Pertama(Move On)“Bu Dini mengalami anemia berat. Kondisi ini sudah terjadi sejak kehamilan trimester kedua. Seharusnya, saat itu Bu Dini mendapat transfusi darah, tapi beliau menolak. Saat saya tanya apa alasannya, beliau mengatakan jika ….” Dokter menghentikan bicaranya.“Jika apa, Dok?” Ibnu tak sabar mendengar penjelasan dokter lebih lanjut.“Kata Bu Dini, beliau tidak mau membuat Pak Ibnu repot,” ujar Dokter dengan suara pelan, takut menyinggung perasaan Ibnu.“Apa?! Mana mungkin saya merasa repot jika itu berkaitan dengan istri dan janin di dalam kandungannya!” Ibnu tak percaya jika Dini berpikiran seperti itu.Dokter hanya menatap Ibnu dengan tatapan yang sulit diartikan. Jika apa yang ditakutkan Dini merupakan sesuatu yang mustahil bagi Ibnu, maka sudah jelas bahwa komunikasi antara Ibnu dan Dini tidaklah baik. Hal itu yang muncul di benak sang dokter, bahwa pasiennya kali ini memiliki persoalan komunikasi dengan sang suami.“Sebagai Dokter seharusnya
Bab 64Tak Seindah Malam Pertama(Akibat Zina)"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kamu tega meninggalkan Maya di saat kamu telah menanamkan benih di dalam rahimnya? Kenapa kamu se pengecut itu, DANU?!" Ibnu menyebut nama Danu dengan penuh penekanan.Peristiwa yang menjadi sumber masalah dalam kehidupannya, juga kehidupan orang-orang di sekitarnya. Karena perbuatan zina yang telah dilakukan dua sahabatnya, ada banyak hati yang harus tersakiti."Apa maksudmu?" Danu menggelengkan kepalanya.Ia tak paham, dan tak pernah sedikitpun terlintas dalam benaknya jika Maya mengandung benihnya. Ibnu diam, tak mau menjawab pertanyaan Danu. Berkali ia menghela nafas untuk menetralisir perasaannya yang carut marut. Sementara Danu, pikirannya mulai terbuka, ia menggabungkan peristiwa demi peristiwa yang telah terjadi. Dari mulai Maya yang marah saat bertemu dengannya, Ibnu yang menikahi Maya tetapi justru menikah lagi dengan Dini, hingga akhirnya perpisahan antara Ibnu dan Maya."Ya Allah, apa yan
Bab 63Tak Seindah Malam Pertama(Terbuka satu Rahasia)"Mau kemana, Mas?" Dini mendekati Ibnu yang sedang mengenakan jaket."Aku mau ketemu dengan Bagas, Dek. Baru saja dia telepon, ngajakin ketemu, mau cerita sesuatu katanya," jawab Ibnu."Oh, ketemuan dimana, Mas?" tanya Dini.Sebenarnya, ia sangat ingin Ibnu tetap di rumah bersamanya, entah kenapa sedari tadi siang kepalanya terasa nyeri. Ingin mengeluh, tapi takut dikira cari perhatian."Di rumah Ibu. Nggak apa-apa 'kan ditinggal sebentar? Insha Allah sebelum maghrib aku sudah pulang, Dek," ujar Ibnu sambil menyodorkan tangannya pada Dini agar disalami oleh istrinya."Nggak apa-apa, Mas," jawab Dini.Ia mencium tangan Ibnu dengan penuh takzim. Entah kenapa, perasaannya kali ini begitu melow, seakan setelah ini ia tak bisa lagi bertemu dengan Ibnu."Mau dibawain apa pulangnya?" tanya Ibnu sambil menyambar kunci motor di atas nakas."Lagi nggak pengen apa-apa, Mas. Hmm … Mas hati-hati aja," ujar Dini sambil berjalan mengikuti Ibnu.
Bab 62Tak Seindah Malam Pertama(Hanya Raganya Saja)Dini mengusap pipinya yang basah dengan telapak tangannya, sedang mata menatap sendu ke arah luar. Menatap seorang pria yang sedari dua jam lalu, duduk termenung di teras rumahnya."Maafkan aku, Mas. Jika tahu semua ini hanya membuatmu tersiksa batin, aku tak akan membiarkan Mbak Maya pergi. Andai waktu bisa diulang, aku akan memilih tak pernah jatuh cinta dengan kamu, Mas." Dini berbicara sendiri.Sejak kepergian Maya, Ibnu berubah, Ibnu yang awalnya begitu hangat memperlakukannya, kini berubah menjadi dingin. Suaminya itu memang tak pernah berlaku kasar, baik ucapan maupun perbuatan. Semua kewajibannya sebagai suami pun tetap dipenuhi, bahkan kebutuhan biologis bagi Dini tak pernah alpa dilakukannya. Hanya saja, semua tanpa rasa, hanya sebatas menggugurkan kewajiban saja. Tak ada rasa, semua diterima hambar oleh Dini."Aku rindu kamu yang dulu, Mas. Tidakkah bakal bayi dalam rahimku ini membuat engkau melupakan Mbak Maya, Mas?" D
Bab 61Tak Seindah Malam Pertama(Maya Hamil?)Ibnu melipat surat dari Maya yang ditemukannya di atas meja. Disekanya bulir air mata yang sudah dengan lancang menetes di pipi.Cengeng. Belum pernah ia merasa se cengeng ini. Sedari kecil, ayahnya selalu menanamkan jika laki-laki tak boleh menangis, jika laki-laki tak boleh cengeng. Nyatanya, hari ini ia menangis untuk wanita yang ternyata begitu ia cintai."Maafkan, Mas, Dek," bisik Ibnu, seakan Maya ada disana dan bisa mendengar permintaan maafnya.Pagi tadi, Riska datang ke rumah mengantar akta cerai untuknya. Rumah tangganya bersama Maya sudah usai.Setelah melewati berbagai pertimbangan, akhirnya Ibnu bersedia melepaskan Maya. Meski berat, akhirnya ia memutuskan hal itu."Ibu kecewa, Le. Bagaimana bisa kamu menyembunyikan hal sebesar ini dari Ibu selama bertahun-tahun?" ungkapan kekecewaan Ibu beberapa bulan yang lalu kembali terngiang di telinga Ibnu.Saat itu, ia menceritakan alasan kenapa dulu ia menikahi Maya secara terburu-bu
Bab 60Tak Seindah Malam Pertama(Pengacara, Utusan Maya)"Selamat pagi, Pak Ibnu." Seorang wanita tersenyum menyapa Ibnu, begitu pintu terbuka.Sesaat Ibnu terdiam. Ia mencoba mengingat-ingat siapa wanita yang kini berada di hadapannya, tapi ia tak mengingatkan apa pun, sepertinya ini memang kali pertama ia bertemu dengan wanita berpenampilan rapi di hadapannya.Wanita itu mengenakan rok panjang berwarna maroon, dengan atasan berupa kemeja dengan motif garis berwarna merah muda. Jilbab yang ia kenakan juga berwarna maroon, senada dengan warna rok plisket yang ia kenakan."Perkenalkan, Saya Riska Sundari, pengacara yang ditunjuk oleh Bu Maya untuk mengurus perceraian beliau dengan Pak Ibnu," ucap wanita yang ternyata bernama Riska itu.Hati Ibnu berdenyut nyeri kala mendengar kata perceraian. Ia tak menyangka Maya akan secepat ini mengurus semua, tidak sampai hitungan hari. Bukan akhir seperti ini yang ia mau.Setelah mengatur nafas dan berdehem satu kali, Ibnu pun mempersilahkan Risk