Karina tidak tahu dengan maksud Isaac yang tiba-tiba menyuruhnya masuk ke dalam butik, namun dia tetap mengikuti perintah Isaac tanpa banyak bicara.
Membulatkan mata, Karina takjud dengan pemandangan yang dia lihat. Banyak sekali gaun cantik yang berjejer rapi dan tentu saja harganya bisa menguras dompet Karina yang gajinya pas-pasan.
"Selamat datang, Tuan Isaac. Ada yang bisa saya bantu?"
Seorang karyawan butik datang menghampiri Isaac dan Karina. Sepertinya karyawan itu mengenal Isaac secara pribadi.
"Carikan wanita ini gaun untuk pergi ke pesta. Aku tahu kau sangat pandai memilih gaun."
Gaun? Pesta? Lagi-lagi Karina terkejut setelah mendengar perkataan Isaac. Tujuan Isaac membawa Karina ke butik adalah untuk membeli gaun yang akan dipakai Karina di pesta. Namun, Karina tidak tahu pesta apa yang dimaksud Isaac?
"Maaf, Tuan Isaac. Pesta apa yang Anda maksud?"
"Besok kita akan ke Prancis untuk penandatan
Tik Tik Tik Detik demi detik terlewati. Jarum pendek jam dinding telah menunjuk pada angka tiga dini hari. Lampu pada kamar bernuansa putih itu masih menyala terang, menandakan bahwa penghuni kamar tersebut masih belum tidur. "Aku mengantuk, tapi aku belum mempelajari semuanya ...," rengek Karina dengan mata yang mengantuk. Karina berpikir, mengapa dirinya selalu mendapat kesialan? Hidupnya menjadi lebih berat setelah berhubungan dengan Isaac. Sepertinya Tuhan sedang menguji kesabaran Karina. "Sepertinya aku harus memejamkan mata sebentar, lalu melanjutkannya lagi nanti. Lagi pula, masih ada waktu hingga jadwal keberangkatan. Hoaaammm~" Niatnya memang seperti itu, namun Karina yang sudah lama menahan kantuk malah tertidur pulas hingga pagi menyapa. "Nona, sudah waktunya bangun. Tuan Isaac telah menunggu Anda di meja makan." Saking pulasnya Karina tidur, Karina tidak mendengar suara Gardenia yang berusaha
"Tentu saja kau tidak boleh terlambat lagi. Sebab, aku tidak bisa menjamin kau masih hidup atau tidak." Glup! Karina bersusah payah menelan ludahnya, perkataan Isaac sepertinya bukan hanya lelucon. Lagi pula, mana mungkin pria dingin itu membuat sebuah lelucon? Mungkin dunia akan kiamat jika kejadian itu benar-benar terjadi. Sampai di bandara, Karina dan Isaac memesan tiket pesawat kelas bisnis yang harganya sangat mahal, namun tingkat kenyamanannya luar biasa. Hanya orang-orang kalangan atas yang bisa memesan tiket itu. Karina beruntung karena bisa merasakan duduk di pesawat kelas bisnis. Setelah duduk di kursinya yang bersebelahan dengan Isaac, Karina sontak memasang penutup mata dan melanjutkan tidurnya yang hanya sebentar. Masa bodo dengan bahasa Prancis! Baginya, tidur lebih penting daripada belajar! Entah sudah berapa lama Karina tidur, namun ketika membuka mata, dia sudah tidak lagi berada di dalam pesawat! Karen
Karina hanya bisa tertawa ringan dan mendapat tatapan tajam dari Isaac. Lagi pula, mengapa Isaac tidak membangunnya jika ingin ditemani saat penandatanganan kontrak? Pria itu bisa saja menyiram Karina dengan air hingga benar-benar bangun, namun mengapa dia tidak melakukannya? Kruyuk! Suara mengerikan keluar dari perut Karina. Tampaknya tidur terlalu lama membuat perutnya bergoyang meminta diisi. Seperti yang ilmu medis katakan bahwa ketika kita tidur membutuhkan energi yang cukup agar fungsi jantung, otak, pencernaan, dan organ lainnya tetap berjalan. Oleh karena itu, Karina merasa lapar ketika bangun tidur karena energinya terpakai oleh organ-organ di tubuhnya. "Kau lapar?" Pertanyaan bodoh! Tentu Karina lapar! Namun, tidak mungkin Karina mengatakan itu di hadapan Isaac. "Saya bisa menahannya hingga tiba di pesta. Bukankah di pesta banyak makanan?" Entah mengapa Karina merasa bahwa ucapannya salah, seol
Di saat Karina panik karena tidak bisa menemukan letak toilet perempuan, tiba-tiba ada seorang pria yang menghampirinya. "Ada yang bisa aku bantu, Nona?" ucap pria itu dalam bahasa Prancis. "Toilet! Antarkan aku ke toilet!" Tanpa menunggu jawaban dari pria itu, Karina sontak berlari kecil ke arah di mana pria itu baru saja ke luar. Dia berpikir bahwa pria itu juga baru saja keluar dari toilet, jadi dia hendak menemukan toiletnya sendiri. 'Aku menemukannya!' pikir Karina. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Karina bergegas masuk ke dalam toilet perempuan dan menyelesaikan hajatnya. 'Setelah ini aku tidak akan banyak minum lagi!' Keluar dari toilet, Karina dibuat terkejut oleh seorang pria yang bersandar di dekat pintu toilet perempuan. Pria itu merupakan pria yang tadi Karina temui saat sedang mencari toilet. Karena merasa tidak ada urusan dengan pria itu, Karina berjalan melewatinya. Lagi pula,
"Dia adalah sekretaris saya, Karina." Diperkenalkan oleh Isaac, Karina terpaksa harus tersenyum menyapa pria yang ternyata adalah putra tertua dari partner kerja Isaac. "Senang bertemu denganmu, Karina." Oscar meraih tangan Karina, kemudian menciumnya. Terkejut dengan perlakuan pria bernama Oscar tersebut, Karina refleks menarik tangannya dari pria itu dan menatapnya tajam. Namun, pria itu justru menarik sudut bibirnya membentuk seringai. Tidak tahan berlama-lama berada di pesta, Karina menarik ujung jas Isaac dan membisikkan sesuatu. "Apa pestanya masih lama? Saya ingin segera pergi dari sini?" bisik Karina. "Jika ingin pergi, pergilah sendiri!" Memang tidak ada yang bisa diharapkan dari Isaac, seharusnya Karina tidak perlu repot-repot bertanya pada pria itu jika ingin pulang. Lagi pula, pria semacam Isaac tidak akan peduli padanya. Mengembungkan pipi, Karina kesal kepada
Hosh hosh hoshNapasnya terengah-engah setelah berlari kecil, Karina segera masuk mobil di mana sudah ada Isaac di dalamnya. Pria itu tidak mengatakan apa-apa ketika Karina duduk, dia hanya fokus pada buku yang entah apa isinya."Jalan!" Isaac memberi perintah pada sopir.Dari pertama Karina masuk mobil hingga tiba di rumah, tidak ada dari mereka yang memulai percakapan. Karina berdiam diri karena memang sedang kesal, sedangkan Isaac adalah pria yang pada dasarnya irit bicara. Namun, tetap saja Karina berharap jika Isaac bisa sedikit perhatian dengan menanyakan keadaannya! Meskipun itu tidak mungkin!"Dasar tidak berperasaan!" sungut Karina dengan suara pelan.Dengan perasaan kesal yang sudah naik hingga ke ubun-ubun, Karina berjalan dengan menghentakkan kakinya ke lantai. Dia tidak peduli dengan tatapan Isaac yang seperti mengatakan 'Jangan berisik!' kepadanya.Masuk kamar, Karina menjatuhkan dirinya di atas ra
"Kyaaa!"Karina berteriak setelah tubuhnya masuk ke dalam air. Dia menggapai-gapaikan kedua tangannya ke atas sambil terbatuk-batuk. Satu hal yang perlu diketahui, Karina sama sekali tidak bisa berenang! Tubuhnya lemas, matanya perih, bahkan dadanya merasa sesak karena tak sengaja meminum air kolam dalam jumlah banyak. Karina menutup mata ketika kepalanya terasa berat dan tidak bisa menahan kesadarannya. Dia tenggelam, tubuhnya yang terkulai lemas terbawa ke dalam air yang entah seberapa dalamnya air di kolam tersebut. "Ck! Merepotkan!" dengus Isaac. Awalnya Isaac hanya ingin membangunkan Karina dengan melemparkan tubuh wanita itu ke dalam kolam, namun dia tak menyangka jika Karina tidak bisa berenang. Sempat terlintas di pikiran Isaac untuk membiarkan Karina tenggelam meskipun wanita itu meminta pertolongan dengan menggapai-gapaikan tangannya. Namun, setelah melihatnya tenggelam, Isaac tiba-tiba merasa kesal dan refleks menceburkan dirinya. Sebelum Karina berhasil mencapai dasar
"Kali ini, jangan tidur di pesawat! Aku tidak ingin repot-repot menggendongmu yang tidur seperti orang mati!"Tanpa diberitahu pun, Karina berniat untuk tetap membuka matanya lebar-lebar dan mencari kesibukan selama berada di dalam pesawat. Lagi pula, siapa yang menyuruh CEO vampir itu untuk menggendongnya? Tidak ada! "Tuan dan Nyonya, apakah ada sesuatu yang ingin dipesan untuk sarapan?" ucap seorang pramugari cantik yang menghampiri mereka. Inilah keuntungan dari menaiki pesawat kelas bisnis, mereka menyiapkan berbagai menu sarapan bagi penumpang yang belum sarapan. Berhubung Karina belum mengisi perutnya dengan apa pun, dia membuka buku menu yang diberikan sang pramugari dan memilih menu sarapan yang akan dia pesan. Cukup lama melihat-lihat buku menu, namun Karina tidak tahu makanan apa yang seharusnya dia pesan. "Ehem ... bisakah Anda membawakan sarapan terbaik dari pesawat ini?" Karina menutup buku menu, lalu memberikannya pada sang pramugari. "Tuan Isaac, apa Anda tidak ingi
"Jawabanku tetap tidak," balas Isaac dingin. Entah pemburu vampir atau apa pun itu, dia tidak akan peduli dan tidak akan pernah bekerja sama apalagi membantu melawan pemburu itu.Namun, jika pemburu vampir itu menghampirinya sendiri atau menyakiti orang terdekatnya, mungkin dia akan bertindak.Lama terdiam karena tidak mengerti pembicaraan Isaac dan Mike, akhirnya Karina memutuskan untuk bertanya, "Apa yang kalian bicarakan? Pemburu vampir?"Dari namanya saja Karina sudah tahu bahwa itu akan mengancam kaum vampir, namun dia penasaran, seperti apa rupa pemburu vampir yang mereka bicarakan tersebut dan seberapa hebat kemampuannya hingga bisa melawan para vampir. Bukankah pemburu vampir biasanya adalah manusia? "Kau tidak perlu tahu. Gordon, bawa Karina ke mansion."Manusia seperti Karina tidak ada hubungannya dengan pemburu vampir yang mereka bicarakan. Dan jangan sampai gadis itu terlibat, mengingat gadis itu adalah tawanannya dan memiliki jejak vampir di tubuhnya.Seketika, Gordon
Tanpa menunggu waktu lama, orang yang diteriakkan namanya itu keluar dari tempatnya. Mike tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya kepada Isaac. Namun, yang dia dapat dari Isaac justru adalah tatapan tajam yang ingin membunuh. "Di mana Karina? Kenapa kau membawanya? Kau ingin mati, hah?" Rentetan pertanyaan pun keluar dari mulut Isaac. Dia tidak suka bermain-main atau dipermainkan oleh sepupunya itu."Ah, kau memang tidak sabaran. Kita bahkan sudah lama tidak bertemu, kenapa tidak duduk dan berbicara masa lalu denganku?"Duduk? Berbicara? Tampaknya Mike benar-benar mengajaknya ribut. Sudah lama tidak menampakkan batang hidungnya, lalu muncul dengan menyandera Karina. Setelah menyuruhnya datang, Mike justru mengajaknya duduk dan berbicara?"Aku tidak ingin berbicara denganmu. Berikan Karina padaku dan kau akan kubiarkan pergi."Mike menghela napas, sepupunya Isaac memang tidak bisa diajak bernegosiasi. Padahal, Mike memanfaatkan Karina hanya untuk bertemu dengan Isaac yang sulit dit
Setelah pergi ke atap untuk menyendiri, Isaac kembali ke ruangannya dan sudah rapi dengan dokumen-dokumen yang sudah ditangani. Namun, dia tidak melihat keberadaan Karina di sana. Tas wanita itu pun tidak ada di mejanya. "Memo?" ucap Isaac saat melihat sebuah memo yang ada di meja kerjanya. Di sana tertulis bahwa Karina pergi untuk memperingati kematian kedua orang tuanya dan Isaac tidak perlu mencari keberadaan wanita itu. "Gordon!" panggil Isaac. Gordon muncul dalam seketika. Meskipun jarak mereka jauh, Isaac bisa menggunakan telepati untuk memanggil pelayannya tersebut dan Gordon pun akan muncul dalam satu kedipan mata. "Anda memanggil saya, Tuan?" jawab Gordon sambil tetap menunduk. "Karina pergi untuk memperingati kematian orang tuanya. Kira-kira kapan dia akan kembali?"Karina adalah tawanan Isaac. Wanita itu sudah memiliki tanda gigitan di lehernya dan akan bahaya jika berkeliaran seorang diri. Manusia biasa mungkin tidak akan menyadarinya, namun kaum vampir bisa merasakan
“Tangkap dia!”“Baik, saya akan segera menangkapnya, Tuan!”Pria berkulit pucat, Segrei, melakukan teleportasi dan muncul di depan Karina. Karina terkejut, padahal dia sudah berlari cukup jauh, namun salah satu pria asing yang dilihatnya berhasil menyusulnya dengan muncul secara tiba-tiba.“Hah? Kenapa –““Menyerah lah. Kau tidak akan bisa kabur dari kami,” potong Segrei cepat. Dia menjentikkan jarinya dan membuat Karina hilang kesadaran.Segrei membawa Karina di punggungnya dan berteleportasi ke hadapan tuannya, Mike.“Tuan, saya sudah menangkapnya,” ucap Segrei.Mike menyeringai. “Bagus. Kita kembali ke markas.”***Karina mengerjap-ngerjapkan matanya yang sedikit buram beberapa kali. Dia menolehkan kepalanya ke seluruh penjuru ruangan, mencari tahu di mana tepatnya dia berada.“Kau sudah bangun?” tanya Mike yang tiba-tiba muncul entah dari mana.“Apa yang kau inginkan dariku?!” sentak Karina sambil menatap tajam ke arah Mike. Seingatnya, tadi pria itu menanyakan perihal Isaac kepad
Karina mengambil kertas memo di atas meja, lalu menulis catatan di sana. Karina menulis bahwa dirinya pergi ke pemakanan orang tuanya untuk memperingati hari kematian mereka. Oleh sebab itu, Isaac tidak perlu khawatir atau mencari keberadaannya jika Karina tidak ada di kantor. Sebelum benar-benar pergi, Karina merapikan meja Isaac dan memisahkan dokumen yang sudah ditanda tangani dengan yang belum. "Nice! Semuanya sudah rapi!" gumam Karina ketika melihat meja Isaac yang sudah dirapikan olehnya. Tak ingin lebih membuang waktu, Karina bergegas pergi dari kantor menggunakan taksi yang dia cegat di jalan. Ketika melihat sebuah toko bunga, dia meminta sang sopir taksi untuk berhenti sejenak karena ingin membeli bunga untuk dibawa ke makam. Ya, itu memang selalu Karina lakukan. Jangan sampai Karina datang ke makan orang tuanya dengan tangan kosong. Dua buket bunga telah Karina dapatkan di tangannya. Sekarang dia sudah siap mengunjungi makan orang tuanya dan menaruh dua buket bunga terse
"Hey? Isaac?" Sekali lagi Karina mempertanyakan keadaan Isaac. "Aku tidak apa-apa. Lebih baik kau mengkhawatirkan dirimu sendiri! Kau pasti tahu kalau aku bisa saja menyerangmu saat ini juga!"Tepat. Isaac bisa saja menyerang Karina di saat rasa hausnya bangkit karena mencium bau darah, namun anehnya Karina tidak mengkhawatirkan itu! Dia justru lebih mengkhawatirkan Isaac yang hampir membongkar jati dirinya di hadapan Oscar. Lagi pula, Karina sudah terbiasa dengan Isaac yang tiba-tiba menghisap darahnya. Jadi, Karina tidak merasa harus mengkhawatirkan keadaannya sendiri. Karina mengambil dokumen yang ada di atas meja. Dia membaca seluruh isi dokumen tersebut dengan teliti. "Jadi ... kau benar-benar memutuskan kontrak dengan mereka secara sepihak?" Karina menatap Isaac dengan serius. Perusahaan mereka baru saja menjalin kerja sama, namun Isaac tiba-tiba memutuskan kontrak kerja sama tersebut. "Hn. Perusahaan mereka tidak cukup bagus untuk bekerja sama dengan perusahaanku," dustanya
"Kenapa kau pergi lebih dulu?" tanya Isaac tiba-tiba. Seperti dugaannya, Isaac bahkan terlihat baik-baik saja meskipun malam tadi mereka bercumbu cukup lama. Oh ayolah! Mengapa sekarang Karina justru membayangkan kejadian malam tadi? Sepertinya otaknya sedang bermasalah. "Tidak apa-apa, hanya ingin berangkat lebih pagi dengan berjalan kaki. Sudah lama aku tidak berjalan kaki ke tempat kerja." Betapa lancarnya Karina berbicara santai dengan Isaac. Biasanya dia selalu berbicara formal, namun anehnya dia sama sekali tidak canggung saat berbicara santai dengan pria yang merupakan atasannya itu. Meskipun begitu, Karina harus tetap berbicara formal saat sedang di kantor. Ya, dia harus bisa bersikap profesional. "Selamat pagi!" Setelah turun dari mobil, para karyawan yang melihat Isaac refleks menunduk dan menyapanya sambil tersenyum. Meskipun Isaac adalah CEO yang tegas, namun dia tetap dihormati oleh para karyawannya. "Ssshh!" ringis Karina. Sepertinya tumitnya lecet hingga memb
Setelah melihat pria paruh baya itu pergi, Karina melanjutkan berjalan kaki. Sejujurnya, kakinya sedikit kram karena sudah berjalan cukup jauh. Dia juga lapar karena melewatkan sarapan. Karina memegang perutnya yang bergoyang meminta diisi. "Sepertinya aku harus mampir sebentar ke toko roti." Kebetulan, tak jauh dari berdirinya Karina, ada sebuah toko roti yang sudah buka pagi-pagi sekali. Dia belum pernah ke sana sebelumnya karena toko itu selalu ramai pengunjung. Namun, karena ini masih pagi di mana anak sekolah dan pekerja kantoran masih santai di rumahnya masing-masing, toko itu belum banyak pengunjung. "Permisi ...," lirihnya pelan. Karina sontak menghampiri etalase yang sudah penuh dengan berbagai jenis roti. "Ada yang bisa aku bantu?" Seorang wanita dengan celemek yang terpasang di tubuhnya ke luar dari pintu berwarna putih. Karina tersenyum, lalu menunjuk roti isi daging yang terlihat menggiurkan. "Beri aku yang ini satu." "Baiklah!" ucap wanita itu, "Aku baru pertama ka
Tanpa banyak bicara, Isaac kembali menarik Karina ke dalam ciumannya. Dia menyeringai kecil, bangga karena membuat Karina menginginkannya lagi. Masih memagut bibir Karina, Isaac menuntun Karina berjalan menuju ranjang berukuran king sizenya. Kedua tangannya dia taruh di pinggang ramping Karina, menjaganya agar tidak jatuh. Bruk! Isaac menjatuhkan tubuh Karina di atas ranjang, sedangkan dia berada di atas wanita itu. Tubuhnya menjauh, melepaskan pagutan bibirnya pada bibir Karina. "Akh!" pekik Karina. Lagi-lagi lehernya menjadi sasaran empuk untuk digigit Isaac. Kedua taring pria itu menusuk leher Karina hingga mengeluarkan darah. Darah yang merupakan santapan utama bagi Isaac yang notabene seorang vampir. Karina menaruh kedua tangannya di punggung Isaac. Kukunya mencakar punggung pria itu ketika merasakan sakit yang luar biasa menusuk lehernya. "Isaac!" Kali ini Karina menjeritkan nama Isaac dengan lantang. Dia tidak peduli meskipun sikapnya tidak sopan terhadap pria itu.