Share

Chapter 84

Penulis: Bias Sastra
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-30 11:00:52

Pertarungan pun tidak dapat terhindarkan, Sang Siluman Pembunuh pun kesulitan untuk membunuhku, tapi aku juga mulai merasa kewalahan dalam menghadapi Sang Siluman Pembunuh itu, lalu aku teringat dengan kata-kata salah satu penghuni tersebut yang mengatakan, “Dia hanya dapat dilenyapkan dengan cara menusuk jantungnya dengan tulang manusia yang baru meninggal di bunuhnya.” Tanpa pikir panjang lagi aku segera pergi ke desa yang tadi dengan cara berlari, untuk mengambil tulang itu.

Namun untuk mengambil tulang tersebut tidaklah mudah karena Sang Siluman Pembunuh tetap mengejarku sambil berseru, “Aku akan tetap mengejarmu sampai kemana pun engkau pergi.”

Alvar terlihat panik setelah aku keluar dari rumah itu dengan cepat, menghindar dan segera mengikuti pelarianku karena mengetahui makhluk itu keluar dari tempat persembunyiaannya.

Setelah beberapa saat kemudian aku akhirnya sampai di desa yang terdapat, jasad ke dua orang yang meninggal itu. Kini aku menuju rumah

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tafsir Waktu   Chapter 85

    Saat tersadar, aku tengah berbaring di atas gundukan pasir tandus dan gersang. Tempat yang menurutku aneh dan sangat jauh berbeda dengan dunia manusia, umunya. Langit terlihat jingga kemerahan, di atasnya seperti ada empat buah matahari yang bersinar terang tanpa berterik panas membakar kulit. Aku tidak tahu hal itu karena otakku sedang susah untuk berpikir sehingga membuat pandanganku ini kabur atau memang ada tempat seperti ini, lalu debu-debu bertaburan tanpa henti-hentinya seiring angin mendesau, tetapi anehnya aku merasakan udara yang sangat dingin hingga terasa menusuk kedalam kulit dan tulangku. Aneh, benar-benar aneh. Hembusan angin di temani pasir kecil menari-nari menerpa wajahku. Perih mata ini terus menahan setiap terpaan angin sejuk seolah membawa luka. Aku mendecak seiring tubuh ini tak berdaya tertelungkup di atas hamparan pasir berwarna hijau gelap. Mataku menatap sebuah telaga bening di depan sana. Air di telaga itu melimpah ruah hingga meleb

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • Tafsir Waktu   Chapter 86

    Saat tersadar, aku tengah berbaring di atas gundukan pasir tandus dan gersang. Tempat yang menurutku aneh dan sangat jauh berbeda dengan dunia manusia, umunya. Langit terlihat jingga kemerahan, di atasnya seperti ada empat buah matahari yang bersinar terang tanpa berterik panas membakar kulit.Aku tidak tahu hal itu karena otakku sedang susah untuk berpikir sehingga membuat pandanganku ini kabur atau memang ada tempat seperti ini, lalu debu-debu bertaburan tanpa henti-hentinya seiring angin mendesau, tetapi anehnya aku merasakan udara yang sangat dingin hingga terasa menusuk kedalam kulit dan tulangku.Aneh, benar-benar aneh. Hembusan angin di temani pasir kecil menari-nari menerpa wajahku. Perih mata ini terus menahan setiap terpaan angin sejuk seolah membawa luka.Aku mendecak seiring tubuh ini tak berdaya tertelungkup di atas hamparan pasir berwarna hijau gelap. Mataku menatap sebuah telaga bening di depan sana. Air di telaga itu melimpah ruah hingga melebar

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • Tafsir Waktu   Chapter 87

    Dalam hati aku berdoa agar mereka tidak lebih jauh lagi mendekatiku. Salah seorang Gulem menggerak-gerakkan tombaknya ke arah semak-semak di sebelahku.“Tidak ada siapa-siapa…” lirihnya lalu kembali ke tempat semula. Sedang seorang lelaki yang datang semakin mendekat ke arahku belum bergeming, dia ingin lebih memastikan lagi. Haduh, bagaimana ini?"Penyelamat kabuuuurrr! Penyelamat kabuuuur!” terdengar suara dari dalam istana menggegerkan semua pasukan Gulem termasuk lelaki yang sedikit lagi menemukan keberadaanku ini. Serta merta mereka berlari masuk kedalam istana dan memastikan keadaan. Tanpa membuang waktu, aku berlari menyelematakan diri dengan menjeburkan diri ke dalam sungai yang mengelilingi istana ini.“Penyelamat masuk kedalam sungai…” lirih salah satu Gulem."Sial! mereka sepertinya tidak ingin melepaskanku." gumam aku dalam hati.Aku berenang semakin cepat ke tepian ketika kudapati puluhan eko

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • Tafsir Waktu   Chapter 88

    "Sial! bagaimana ini…” bahkan berteriak pun saat ini aku tidak sanggup lagi.Apakah aku akan mati di tempat ini? Apakah aku akan menjadi mayat dan terbuang sia-sia dalam keterasingan? Entahlah, tiba-tiba aku tersadar saat sekelebat cahaya putih bersinar terang datang dari kejauhan dan mengarah ke tubuhku ini. Cahaya itu membuat akar-akar basah terlepas dengan sendirinya. Lalu, dari kejauhan sana, tampak sosok pria berjubah hitam datang dengan pedangnya menebas akar-akar itu menuju ke arahku. Selang beberapa saat, pria itu berhenti persis di hadapanku.“Kau baik-baik saja?” tanyanya tegas. Aku tidak bisa melihat wajahnya yang tertutup jubah. Dia menjulurkan tangan kanannya demi membantuku tegak dari keterpurukan ini.“Terima kasih…” sahutku lalu berdiri menghadapnya."Kau siapa?” tanyaku penasaran. Perlahan pria itu membuka jubahnya. Aku begitu penasaran. Sangat penasaran. Sontak aku terkejut tatkala pria i

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • Tafsir Waktu   Chapter 89

    Cahaya matahari redup yang terpancar menerangi segala yang ada di bawah naungannya. Tak terkecuali, sebuah pengunungan tinggi yang berbatu-batu namun ditumbuhi berbagai macam pepohonan dan dihuni berbagai macam binatang. Menjadikannya sebuah hutan lebat di pegunungan.Aku dan Alvar melanjutkan perjalanan di sebuah jalan menanjak dengan rimbun pepohonan di kedua sisi jalan.Kami tidak tahu apakah pasukan Gulem sedang mengikuti kami atau tidak, tapi kami sudah berusaha menghindari mereka dengan berjalan sejak pagi sekali.Kami melewati jalan yang memiliki kemiringan cukup untuk membuat seseorang yang melewati tempat itu menggelinding ke bawah jika sekali saja kami salah melangkah. Daripada melalui jalan biasa yang kemungkinan besar dapat bertemu dengan pasukan Gulem yang sedang mencari keberadaanki, yang kami lakukan lebih tepat disebut menaiki tanjakan atau mungkin lereng untuk mengelabui pihak musuh. Setelah melalui tanjakan itu barulah di hadapan sana terha

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • Tafsir Waktu   Chapter 90

    "Sebenarnya apa tujuan kalian datang kemari!? sepertinya kalian tidak berasal dari tempat ini!? Pasti kalian ingin membunuh Naga karena sebuah sayembara kan.." tanya Nasra.Sentak aku terkejut dengan tuduhannya itu kepada kami, sebenarnya kami pun tidak mengerti dengan apa yang sedang ia bicarakan. "Soal itu, sejujurnya kami tidak mengetahui apa-apa. Saat ini kami sedang dalam perjalanan menuju tempat raja kegelapan." ucap aku."Begitu ya? Sebelum ini aku hanya mendengar alasan-alasan seperti ingin kaya dari hadiah sayembara, menjadi ksatria kerajaan agar dihormati, terkenal di penjuru negeri sebagai pahlawan pembunuh naga. Mereka yang datang sebelum kalian hanya mengatakan alasan dangkal dan bodoh. Ayolah, maksudku bagaimana bisa membunuh menjadikanmu pahlawan,” jelas Nasra. Itu membuat kami semakin penasaran tentang wanita misterius yang diikuti oleh bola api dan kendi terbang itu."Hey! apakah kau tidak mengerti dengan ucapan temanku tadi, bukan itu tuj

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • Tafsir Waktu   Chapter 91

    Kedua naga kecil itu langsung melahap ikan-ikan yang tumpah dari kendi itu. Mereka tampak menelan begitu saja ikan-ikan yang menggelepar itu. Di sisi lain Nasra terus memberi perhatian kepada kedua anak naga itu dengan memberi makan dan menunjukkan ekspresi leganya.“Sepertinya kau sudah memenuhi tujuanmu ya,” ujar Aku yang kini berada sekitar delapan langkah di belakang Nasra.Nasra pun berbalik badan, menghadap ke arahku. Lalu, dia bicara dengan senyum di wajahnya, “Ya… begitulah. Tapi, ini baru awalnya saja. Kalau tujuanku sebatas memberi makan kedua anak naga ini, betapa memalukannya diriku ini.”Aku memiringkan kepala. “Aku benar-benar tak paham maksudmu,” ucap aku sambil menggelengkan kepala dan tertawa kecil, “… Lagipula, kenapa kau sampai begitu ingin melihat mereka menetas memberi makan mereka? Mungkin sedikit terlambat kalau aku bertanya sekarang, tapi aku benar-benar tak paham dengan tindakanmu,

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • Tafsir Waktu   Chapter 92

    "Hm? Aku hanya bertanya apakah aku salah. Lagi pula, bukankah saat kita pertama bertemu di depan gua tadi aku sudah memberitahu kalian bahwa naga yang ada di dalam sedang mengerami telurnya. Artinya, kalian sendiri tahu bahwa di dalam gua terdapat ibu naga dan telur-telurnya yang akan menetas. Tapi, bahkan setelah kalian mengetahui itu kau tetap memutuskan untuk masuk ke gua. Bukankah itu artinya kalian tetap pada pendirian kalian, yaitu membunuh naga yang ada di dalam gua, membunuhku, ibu dari anak-anak ini. Bahkan, kalian mungkin akan membunuh kedua anakku yang baru menetas ini.” Nasra melirik ke anak-anaknya yang tengah tertidur bersandar di kakinya.Mendengar perkataan Nasra, Alvar pun tertunduk. Lantas Aku pun lalu berkata lirih, “Kau mungkin benar, tapi ini semua untuk menyelematkan dirimu juga, kami tidak tahu kalau kau ibu naga. Apa yang salah dengan itu?”Nasra menggeleng. “Tidak ada yang salah dengan itu Akira. Hanya saja, apa kalian h

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30

Bab terbaru

  • Tafsir Waktu   Chapter 102

    Di depan kami samar-samar sudah terlihat gerbang barat sebuah desa, sesampainya di gerbang kami sangat terkejut, beberapa bagian benteng sudah rusak dan ada banyak bekas pertempuran. Terlihat penjaga gerbang berlari ke dalam desa, sepertinya akan memberitahu warga yang lain kalau kami akan datang. Kami segera berjalan menuju ke tengah desa. Alvar menuju ke papan pengumuman di dekat pohon beringin besar di tengah desa. Kami berjalan dengan ekspresi muka penuh tanda tanya. Sebenarnya apa yang terjadi?"Wahai saudara-saudaraku, apa yang terjadi di desa kalian ini?” tanya Alvar keras kepada para warga yang menyambut kedatangankami."Desa ini telah diserang banyak kawanan hewan buas. Kami sudah berusaha semampu kami untuk melawan dan mempertahankan desa ini, namum mereka sepertinya sudah sulit untuk bisa di kendalikan.” jawab seorang penjaga gerbang mewakili warga."Hewan-hewan itu bermata merah, mereka seperti diperintah oleh suatu kekuatan.”

  • Tafsir Waktu   Chapter 101

    Malam sedang membawaku berjalan di atas roda mimpi yang berputar kala tidur lelapku. Ya, berjalan, bukan berlari. Karena aku ingin menikmati setiap alunan khayalan yang melintas di depanku. Sekelilingku putih, sangat putih tak berujung. Aku terus berjalan dan berjalan hingga putih di sekitarku semakin lama semakin redup ditelan kegelapan. Kemudian aku mendengar bunyi “Tik..tok..tik..tok..” Seperti suara mesin jam yang sedang mengayun jarum detiknya.Aku juga melihat seperti ada sinar dari luar yang menembus ke dalam duniaku. Bola mataku bergerak ke kiri dan ke kanan. Tempat ini sepertinya tidak asing. Aku teliti lagi dan mencoba mengingat tempat ini. Lalu aku merasakan getaran pada pergelangan tanganku seiring dengan suara yang juga tidak asing."Akira! Kau dimana!?" ternyata itu suara profesor Javier, "Prof.." sebelum aku menjawab pertanyaannya tiba-tiba saja suara itu lenyap seketika.Jalanan sangat sepi, bulan masih tersenyum cerah. Lampu jalan masi

  • Tafsir Waktu   Chapter 100

    Tanganku meraba-raba sekitar. Basah. Perlahan, aku menyadari aroma yang menguar dari tempatku berada. Daun. Kelopak mataku terbuka. Pupil mataku mulai menyesuaikan diri dengan cahaya sang surya yang hampir kembali keperaduannya. Setelah terbuka sepenuhnya, aku terduduk dan menatap sekitar. Padang rumput. Aku bangkit berdiri dan mulai berjalan mengikuti ke mana pun kakiku melangkah. Sebulir peluh menetes melewati rahangku. Jantungku berpacu cepat, berlomba-lomba dengan adrenalin yang mengalir deras melalui pembuluh darahku. Tak sedetik pun aku memelankan langkah, berzig-zag di antara pepohonan, melompati akar-akar yang menyembul dari dalam tanah. Menjemput maut yang siap menyambut kematianku. Tubuhku telah bermandi keringat. Kali ini aku semakin merajalela. Menanggalkan alas kakiku, berlari dan terus berlari, tanpa mempedulikan cabang dan ranting pohon yang mengoyak pakaianku, menggores kulitku, dan meninggalkan rasa perih yang menusuk. Aku bisa saja berhenti. M

  • Tafsir Waktu   Chapter 99

    Aku percaya tiap kehidupan -baik yang dulu, sekarang, maupun di masa depan kelak- memiliki tujuannya masing-masing. Aku memalingkan wajahku ke arah seorang pemuda yang tegap berdiri di tengah-tengah cekungan bekas dari pertarungan.Berkali-kali aku menarik napas dengan cepat hingga menimbulkan suara dengusan yang bisa terdengar oleh orang yang ada di sekitarku.Angin sore menerpa permukaan kulit memberikan perasaan kering yang tak biasa. Perasaan kosong itu begitu menggangguku, "Akira jangan kau pikirkan apa yang di ucapkannya, dia hanya ingin membuatmu lupa akan dirimu sendiri.. Dia berusaha menyinggung tentang masa lalumu itu." ucap Alvar."Apa kau tidak percaya Akira!? raja kegelapan bisa menghidupkan orang yang telah mati untuk dijadikan pengikutnya. Dengan kata lain temanmu itu sudah di jadikan boneka oleh raja kegelapan untuk menjalani ke inginannya." ujar Cahir."Sudah cukup Cahir, kau terlalu banyak berbual. Apa tujuanmu datang kesini hanya untuk

  • Tafsir Waktu   Chapter 98

    Sementara itu saat ini suasana semakin mencekam, aku bisa melihat aura kemarahan antara Alvar dan Jugo. Mereka sudah siap menyerang dengan senjatanya masing-masing. "Sebaiknya kita selesaikan saja masalah ini, dari pada kau terus menghalangi perjalanan kami saat ini." tantang Alvar."Kalau itu maumu, aku akan menerimanya. Tapi hari ini aku hanya ingin bertarung dengan Akira, menurutku kau sangat mudah untuk di kalahkan. Sekarang aku ingin menjajal kekuatan dari seorang yang sudah lama di ramalkan untuk menyelamatkan negeri ini." ucap Jugo seakan merendahkan Alvar saat itu.Alvar pun tidak terima karena Jugo sudah meremehkannya saat itu, "Kau jangan banyak bicara Jugo. Kekuatanmu tak sebanding dengan Akira, bahkan kupastikan untuk mengalahkanku pun kau tidak akan sanggup sekarang!" geram Alvar."Aku tidak sepertimu Alvar, kekuatanku sudah terlatih selama ini. Negeri ini bahkan bergantung pada diriku!" ucap Jugo yang semakin congkak."Kalau begitu kau akan

  • Tafsir Waktu   Chapter 97

    Tetesan air langit kini tiada lagi berhamburan ke bumi. Sang raja cahaya kini mulai menampakkan dirinya yang tersipu malu, terhalang oleh mega. Di balik celah-celah batuan terjal kaki gunung melesat kilatan-kilatan cahaya teduh dan cerah. Menghapus warna hitam di langit saat ini. Pagi telah menyambutku.Suara napasku yang beradu cepat bersama langkah kakiku yang sedang berlari. Ku lewati pohon-pohon besar di depanku. Aku sudah tak peduli bagaimana penampilanku sekarang, yang aku pikirkan adalah bagaimana aku bisa sampai di tujuanku dengan cepat dan selamat."Sebuah danau!" ujar Alvar.Aku dan Alvar menghentikan langkah sementara ketika kami sampai di sebuah sungai di hadapan kami sekarang, kami yang kehausan karena sepanjang hari sudah berlari dan bertarung dengan beberapa musuh di perjalanan pun meminum air dari sungai tersebut, dan menyimpannya sedikit untuk bekal melanjutkan perjalanan."Kita akan beristirahat sebentar disini Alvar!" ujar aku.

  • Tafsir Waktu   Chapter 96

    Kami mencoba mengobati kekhawatiran dengan menggumamkan beberapa bait lagu tentang musim panen sambil berjalan diantara pohon-pohon ek yang besar dan berlumut. Matahari sudah terbenam sekitar satu jam yang lalu, kegelapan total mulai turun dan bulan muda belum terbit. Kami melihat sekeliling, memasang telinga untuk gerakan atau suara apapun yang tampak berbahaya.Kami tak mendengar apapun selain suara burung hantu dan jangkrik, kami juga tak melihat apapun selain deretan pepohonan dan semak belukar di sekitar tempat itu. kami kembali menggumamkan lagu sampai telinga ini mendengar suara kemeresak tepat di belakang.Secepat kilat kami berbalik, mencabut busur dan sedetik kemudian sebuah anak panah sudah terpasang. Mata kami mengarah tajam kearah belukar dibelakang, darah ini mengalir lebih cepat dalam nadinya, suara degup jantung terdengar bertalu-talu ditelinga sendiri.Perlahan kami mendekati sumber suara dan tiba-tiba belukar itu bergoyang. Kami terlonjak, mena

  • Tafsir Waktu   Chapter 95

    "Jarak antara tempat ini ke Haven sekitar dua bulan perjalanan jika ditempuh dengan berjalan kaki,” kata Alvar, “Kau tak akan sampai ke Haven tepat waktu tanpa kuda.”Temannya itu tertawa pahit sambil membalik kelinci panggang yang dijerangnya di atas api.“Beruntungnya aku karena kuda yang kubawa dari Yelow Gate terluka parah dan akhirnya mati ketika aku diserang segerombolan Dargo di dekat Creek Hollow,” Bale menggeram dan meludahkan kata Dargo seperti kutukan, “Aku sangat beruntung berhasil membantai sebagian besar dari mereka tanpa terluka. Kuku-kuku mereka seperti dilumuri racun.”Wajah Alvar menjadi semakin suram setelah mendengar cerita rekannya itu. Dargo memang suka membuat onar dan menyerang para pelancong yang melintas di dekat sarang mereka. Namun seingat Alvar jalan besar di Creek Hollow berjarak puluhan league dari Pegunungan Berbatu, dimana gua-gua Dargo berada."Bawalah kepingan uang ini bersamamu, mun

  • Tafsir Waktu   Chapter 94

    Ketika sudah semakin larut malam, kami memutuskan untuk berhenti dan beristirahat. Karena keadaan di sekitar tempat kami berpijak sekarang tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan dikarenakan kabut asap yang semakin tebal, padangan kami benar-benar di butakan karena hal itu. Kami tidak tahu kondisi yang kami lewati di depan bagaimana, tapi melihat kejadian yang terjadi pada Alvar tadi, kemungkinan masih banyak jalan yang berbahaya untuk kami lewati.Aku terperanjat bangun dari tidur setelah mendengar suara lolongan serigala di kejauhan, begitu juga Alvar karena terkejut yang mendengar aku bangun secara tiba-tiba. Kami segera bangkit duduk dari alas tidur dan melingkarkan jari-jari ini di gagang pedang yang tak pernah jauh dari tubuh kami untuk berjaga-jaga. "Ada apa Akira!?" tanya Alvar."Tidak apa, perasaanku tidak enak. Aku kira ada yang memperhatikan kita sekarang." jawab aku.Aku tak pernah menyukai serigala. Terlalu banyak pengalaman buruk tentang me

DMCA.com Protection Status