"Sial! bagaimana ini…” bahkan berteriak pun saat ini aku tidak sanggup lagi.
Apakah aku akan mati di tempat ini? Apakah aku akan menjadi mayat dan terbuang sia-sia dalam keterasingan? Entahlah, tiba-tiba aku tersadar saat sekelebat cahaya putih bersinar terang datang dari kejauhan dan mengarah ke tubuhku ini. Cahaya itu membuat akar-akar basah terlepas dengan sendirinya. Lalu, dari kejauhan sana, tampak sosok pria berjubah hitam datang dengan pedangnya menebas akar-akar itu menuju ke arahku. Selang beberapa saat, pria itu berhenti persis di hadapanku.
“Kau baik-baik saja?” tanyanya tegas. Aku tidak bisa melihat wajahnya yang tertutup jubah. Dia menjulurkan tangan kanannya demi membantuku tegak dari keterpurukan ini.
“Terima kasih…” sahutku lalu berdiri menghadapnya.
"Kau siapa?” tanyaku penasaran. Perlahan pria itu membuka jubahnya. Aku begitu penasaran. Sangat penasaran. Sontak aku terkejut tatkala pria i
Cahaya matahari redup yang terpancar menerangi segala yang ada di bawah naungannya. Tak terkecuali, sebuah pengunungan tinggi yang berbatu-batu namun ditumbuhi berbagai macam pepohonan dan dihuni berbagai macam binatang. Menjadikannya sebuah hutan lebat di pegunungan.Aku dan Alvar melanjutkan perjalanan di sebuah jalan menanjak dengan rimbun pepohonan di kedua sisi jalan.Kami tidak tahu apakah pasukan Gulem sedang mengikuti kami atau tidak, tapi kami sudah berusaha menghindari mereka dengan berjalan sejak pagi sekali.Kami melewati jalan yang memiliki kemiringan cukup untuk membuat seseorang yang melewati tempat itu menggelinding ke bawah jika sekali saja kami salah melangkah. Daripada melalui jalan biasa yang kemungkinan besar dapat bertemu dengan pasukan Gulem yang sedang mencari keberadaanki, yang kami lakukan lebih tepat disebut menaiki tanjakan atau mungkin lereng untuk mengelabui pihak musuh. Setelah melalui tanjakan itu barulah di hadapan sana terha
"Sebenarnya apa tujuan kalian datang kemari!? sepertinya kalian tidak berasal dari tempat ini!? Pasti kalian ingin membunuh Naga karena sebuah sayembara kan.." tanya Nasra.Sentak aku terkejut dengan tuduhannya itu kepada kami, sebenarnya kami pun tidak mengerti dengan apa yang sedang ia bicarakan. "Soal itu, sejujurnya kami tidak mengetahui apa-apa. Saat ini kami sedang dalam perjalanan menuju tempat raja kegelapan." ucap aku."Begitu ya? Sebelum ini aku hanya mendengar alasan-alasan seperti ingin kaya dari hadiah sayembara, menjadi ksatria kerajaan agar dihormati, terkenal di penjuru negeri sebagai pahlawan pembunuh naga. Mereka yang datang sebelum kalian hanya mengatakan alasan dangkal dan bodoh. Ayolah, maksudku bagaimana bisa membunuh menjadikanmu pahlawan,” jelas Nasra. Itu membuat kami semakin penasaran tentang wanita misterius yang diikuti oleh bola api dan kendi terbang itu."Hey! apakah kau tidak mengerti dengan ucapan temanku tadi, bukan itu tuj
Kedua naga kecil itu langsung melahap ikan-ikan yang tumpah dari kendi itu. Mereka tampak menelan begitu saja ikan-ikan yang menggelepar itu. Di sisi lain Nasra terus memberi perhatian kepada kedua anak naga itu dengan memberi makan dan menunjukkan ekspresi leganya.“Sepertinya kau sudah memenuhi tujuanmu ya,” ujar Aku yang kini berada sekitar delapan langkah di belakang Nasra.Nasra pun berbalik badan, menghadap ke arahku. Lalu, dia bicara dengan senyum di wajahnya, “Ya… begitulah. Tapi, ini baru awalnya saja. Kalau tujuanku sebatas memberi makan kedua anak naga ini, betapa memalukannya diriku ini.”Aku memiringkan kepala. “Aku benar-benar tak paham maksudmu,” ucap aku sambil menggelengkan kepala dan tertawa kecil, “… Lagipula, kenapa kau sampai begitu ingin melihat mereka menetas memberi makan mereka? Mungkin sedikit terlambat kalau aku bertanya sekarang, tapi aku benar-benar tak paham dengan tindakanmu,
"Hm? Aku hanya bertanya apakah aku salah. Lagi pula, bukankah saat kita pertama bertemu di depan gua tadi aku sudah memberitahu kalian bahwa naga yang ada di dalam sedang mengerami telurnya. Artinya, kalian sendiri tahu bahwa di dalam gua terdapat ibu naga dan telur-telurnya yang akan menetas. Tapi, bahkan setelah kalian mengetahui itu kau tetap memutuskan untuk masuk ke gua. Bukankah itu artinya kalian tetap pada pendirian kalian, yaitu membunuh naga yang ada di dalam gua, membunuhku, ibu dari anak-anak ini. Bahkan, kalian mungkin akan membunuh kedua anakku yang baru menetas ini.” Nasra melirik ke anak-anaknya yang tengah tertidur bersandar di kakinya.Mendengar perkataan Nasra, Alvar pun tertunduk. Lantas Aku pun lalu berkata lirih, “Kau mungkin benar, tapi ini semua untuk menyelematkan dirimu juga, kami tidak tahu kalau kau ibu naga. Apa yang salah dengan itu?”Nasra menggeleng. “Tidak ada yang salah dengan itu Akira. Hanya saja, apa kalian h
“Aku tidak tahu… Hanya saja, aku tidak bisa melakukannya. Aku tahu perasaanmu setelah kehilangan, karena dulu juga aku sempat merasakannya ketika kehilangan keluargaku. Meskipun aku cukup kuat untuk mengalahkanmu, aku tidak bisa melakukannya. Padahal kau punya cukup alasan untuk membenci manusia yang membuat anak-anakmu kehilangan ayahnya, tapi kau tidak melakukannya. Bagaimana bisa aku membunuhmu sekarang? Bagaimana bisa aku membuat anak-anak itu kehilangan ibu mereka…”Nasra kini ikut menurunkan pedangnya. Dia terkekeh. “Aneh, kau memang aneh… Syukurlah kalau begitu, aku tak perlu mengotori tanagaku dengan darah. Tapi, Akira, sebenarnya aku juga sudah tahu kalau kau memiliki sikap ini?” kata Nasra, kali ini terdengar ramah.“Bagaimana kau mengetahuinya? Tapi, aku tetap tak bisa melawanmu. Apa yang kau tahu dariku?!” tanyaku.Melihat manusia di depannya yang ia ketahui baik, Nasra menjadi lega dengan itu. A
Ketika sudah semakin larut malam, kami memutuskan untuk berhenti dan beristirahat. Karena keadaan di sekitar tempat kami berpijak sekarang tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan dikarenakan kabut asap yang semakin tebal, padangan kami benar-benar di butakan karena hal itu. Kami tidak tahu kondisi yang kami lewati di depan bagaimana, tapi melihat kejadian yang terjadi pada Alvar tadi, kemungkinan masih banyak jalan yang berbahaya untuk kami lewati.Aku terperanjat bangun dari tidur setelah mendengar suara lolongan serigala di kejauhan, begitu juga Alvar karena terkejut yang mendengar aku bangun secara tiba-tiba. Kami segera bangkit duduk dari alas tidur dan melingkarkan jari-jari ini di gagang pedang yang tak pernah jauh dari tubuh kami untuk berjaga-jaga. "Ada apa Akira!?" tanya Alvar."Tidak apa, perasaanku tidak enak. Aku kira ada yang memperhatikan kita sekarang." jawab aku.Aku tak pernah menyukai serigala. Terlalu banyak pengalaman buruk tentang me
"Jarak antara tempat ini ke Haven sekitar dua bulan perjalanan jika ditempuh dengan berjalan kaki,” kata Alvar, “Kau tak akan sampai ke Haven tepat waktu tanpa kuda.”Temannya itu tertawa pahit sambil membalik kelinci panggang yang dijerangnya di atas api.“Beruntungnya aku karena kuda yang kubawa dari Yelow Gate terluka parah dan akhirnya mati ketika aku diserang segerombolan Dargo di dekat Creek Hollow,” Bale menggeram dan meludahkan kata Dargo seperti kutukan, “Aku sangat beruntung berhasil membantai sebagian besar dari mereka tanpa terluka. Kuku-kuku mereka seperti dilumuri racun.”Wajah Alvar menjadi semakin suram setelah mendengar cerita rekannya itu. Dargo memang suka membuat onar dan menyerang para pelancong yang melintas di dekat sarang mereka. Namun seingat Alvar jalan besar di Creek Hollow berjarak puluhan league dari Pegunungan Berbatu, dimana gua-gua Dargo berada."Bawalah kepingan uang ini bersamamu, mun
Kami mencoba mengobati kekhawatiran dengan menggumamkan beberapa bait lagu tentang musim panen sambil berjalan diantara pohon-pohon ek yang besar dan berlumut. Matahari sudah terbenam sekitar satu jam yang lalu, kegelapan total mulai turun dan bulan muda belum terbit. Kami melihat sekeliling, memasang telinga untuk gerakan atau suara apapun yang tampak berbahaya.Kami tak mendengar apapun selain suara burung hantu dan jangkrik, kami juga tak melihat apapun selain deretan pepohonan dan semak belukar di sekitar tempat itu. kami kembali menggumamkan lagu sampai telinga ini mendengar suara kemeresak tepat di belakang.Secepat kilat kami berbalik, mencabut busur dan sedetik kemudian sebuah anak panah sudah terpasang. Mata kami mengarah tajam kearah belukar dibelakang, darah ini mengalir lebih cepat dalam nadinya, suara degup jantung terdengar bertalu-talu ditelinga sendiri.Perlahan kami mendekati sumber suara dan tiba-tiba belukar itu bergoyang. Kami terlonjak, mena