Wanita yang berambut panjang lurus sepunggung itu terlihat sangat ketakutan di sudut ruangan kamar, meringkuk dengan mata basah. Kebetulan kamar hotel tersebut terbuka pintunya setengah. Membuat Joshi melihat penampakan di dalam. Joshi yang penasaran dan ingin memastikan penglihatannya, mendekat ke pintu kamar itu. Mendorongnya.
"Hey, kamu siapa?!" Seorang pria bertelanjang dada dengan perut buncit berseru. Tidak suka Joshi membuka pintu kamarnya secara lancang.Sementara wanita ber-dress silver bling-bling di pojok ruangan itu, mendongak dan langsung memandang ke arah Joshi. Baik petugas kepolisian maupun wanita bernama Dinda itu, sama-sama mematung. Pikiran keduanya seketika melayang saat-saat masih menghabiskan waktu di taman, di pasar malam, berlibur, menonton bioskop, juga di teras atas apartemen sang perempuan. Menikmati malam sambil memandang taburan bintang dan cahaya bulan purnama."Kamu mau menikah di gedung atau di taman nantinya."Joshi larut dalam pelukan erat sang mantan. Jantungnya berdegup kencang, berusaha keras dia agar menahan desiran aneh di dadanya tersebut. Sementara isakkan kencang di dadanya itu belum juga reda. Tangan Joshi terangkat pelan, mengelus kepala Dinda. Membuat wanita itu mendongak dengan mata memerah juga penuh air. Mereka berdua saling bersitatap lama. Membangkitkan perasaan dan memori yang pernah lewat. Jemari lentik Dinda perlahan memanjat naik, menangkup wajah Joshi. Tatapan elang pria itu, masih sama saja di mata Dinda. Penuh gairah. Perlahan Dinda mendekatkan wajahnya, mendaratkan bibir ke bibir Joshi. Sontak Joshi menutup mata, menikmati sentuhan benda kenyal tersebut di bibirnya. Namun, dia tidak membalas. Dia hanya mematung dengan pikiran tumpul. Merasakan tidak adanya pergerakan dari Joshi. Membuat Dinda bertindak nekat. Dia mengulum bibir Joshi, menyesapnya. Joshi masih tetap diam dengan debar yang mulai bertalu-talu. Tangannya mengepal erat, berusaha menahan gairah yang mula
Mendengar suara Tania yang tercekat sambil menyebut kata 'monster', Joshi langsung terkesiap dan sadar. Dia segera menarik tubuh menjauh dari Tania. Turun dari ranjang menatap wajah ketakutan Tania dengan rasa bersalah. Dada Joshi bergemuruh hebat, merasakan kesalahan juga ketakutan pada Tania. Dia merutuki diri sendiri karena sudah kehilangan kendali. Sementara itu, Tania bangkit duduk dan meringkuk di sandaran ranjang. Jantung wanita itu berdebar kencang, seiring dengan melihat wajah Joshi yang mulai mengerikan. "Ta-Tania, maaf, saya ...." "Kamu masih sama." Tania berucap lirih dengan bulir air mata. Dia menggeleng dengan ketakutan. "Maaf Tania, saya khilaf." Joshi menghampiri istrinya dan langsung memeluknya erat. "Maaf, maaf, saya benar-benar khilaf. Saya tidak tau apa yang terjadi padaku barusan."Tania hanya diam dalam dekapan Joshi. Dia menangis tanpa suara, hanya air matanya saja yang terus menggenang. Membasahi baju kaus Joshi. Sementa
Hawa hangat menembus dari tirai jendela, menimpa kedua pasangan suami istri yang sedang berpelukan di bawah selimut tanpa sehelai benang pun. Setelah jalan-jalan yang begitu indah semalam, keduanya dilanda mabuk kepayang, kelelahan dan belum membuka mata menyambut mentari pagi ini. Bu Rania yang sempat mendengar Tania berteriak semalam, menjadi khawatir dengan sang putri yang sudah hampir menjelang siang belum juga keluar dari kamar. Hendak mengetuk pintu, tetapi diurungkannya, takut mengganggu privasi mereka. Akan dia tunggu sampai siang hari, jika belum keluar kamar juga, maka terpaksa dia akan menerobos masuk ke kamar putrinya tersebut. Terpaksa wanita tua itu membuat sarapan sendirian. Tania mengerjap perlahan kala mendengar suara perabotan dapur yang saling beradu. Lantas, membuka mata. Dada Joshi langsung memenuhi indra penglihatannya. Dia mendongak menatap rahang tegas sang suami. Seketika pikiran Tania melayang pada jalan-jalan yang semalam, di mana Joshi
Gelang mungil yang terbuat dari benang serta biji manik warna-warni itu langsung Tania buang. Lantas, dia meniup-niup tangannya yang terasa memanas. Joshi yang melihat hal itu mengernyitkan alis kebingungan, tetapi tetap peduli. Segera dia genggam tangan Tania, lalu memperhatikan dengan baik, membolak-balikannya. "Apanya yang panas?" tanya Joshi seraya meniup-niup tangan sang istri. Dia melihat tangan istrinya baik-baik saja. Tidak memerah apalagi sampai melepuh. "Emm, tadi gelangnya seperti mengeluarkan hawa yang sangat panas." Tania menatap gelang yang tergeletak di lantai itu. Joshi mengayunkan langkah, menuju gelang yang terlempar di pojok dinding tersebut. Merabanya perlahan, lalu ditepuk-tepuk. Tidak panas. Dia memungut gelas itu, lalu memutar-mutarkan gelang tersebut ke jari telunjuknya. "Sama sekali tidak panas ini." Joshi kembali memberikan gelang mungil itu ke Tania. Ragu-ragu Tania mengambil gelang tersebut, dan memang ben
Bersamaan dengan pertanyaan Joshi, seorang pria muda dengan setelan jas biru tua ikut datang naik ke pelaminan. Tergoloh-gopoh dirinya menghampiri sang partner undangan. "Buru-buru amat sampai ninggalin saya," ucap pria itu yang tak lain adalah bawahan Joshi di kantor. Irul. Dinda menampilkan senyuman lebar hingga membuat lesung pipinya terpamerkan. Lantas, menautkan telapak tangannya pada lengan Irul sambil menyandarkan kepala di bahu polisi muda tersebut. "Aku datang sama Irul, Jos. Beberapa hari yang lalu kami nggak sengaja ketemu di kedai. Waktu di hotel malam itu, kami saling bersitatap sesaat. Aku pikir beda orang, eh, ternyata sama. Dia anggota kepolisian juga sama sepertimu." Dinda berucap dengan nada manja. Wanita itu memang sangat pandai membuat pria dimabuk kepayang dengan semua keindahan yang ada di dalam dirinya. Wajah cantik, senyum manis, tubuh dengan lekuk indah, suara yang merdu, semua dia kantongi. Dia juga termasuk wanita ya
Acara resepsi pernikahan kini telah usai. Meninggalkan semua kemewahan dan kemeriahan yang ada, Joshi bersama Tania melajukan kendaraan beroda empat ke sebuah hotel mewah. Walaupun mereka sudah melewati malam pertama, tetapi rasanya tanpa bulan madu setelah acara resepsi pernikahan itu terasa kurang. Begitulah yang dipikirkan Joshi. Pria itu benar-benar memikirkan secara matang dan panjang semua acara yang akan dilewatinya bersama sang istri nanti. Memang Joshi termasuk pria yang sangat romantis, maka dari itu Dinda merasa sangat menyesal pernah meninggalkan Joshi demi menuruti keinginan orang tua. Joshi menggendong Tania ala bridle style sepanjang koridor memasuki kamar hotel yang dia sewa. Tania mengalunkan tangannya di leher sang suami sambil menatap lekat matanya. Tidak pernah terbayangkan oleh Tania, polisi menyebalkan yang pernah berusaha mengkambinghitamkan dirinya demi sebuah jabatan, akan menjadi suaminya saat ini. Dan yang lebih terpenting lagi ialah, Joshi pria
Bu Rania yang kelelahan sehabis menjalankan acara resepsi putrinya, langsung mengempaskan tubuh di ranjang. Malam ini dia sendirian di rumah, sebab Joshi dan Tania menghabiskan malam di sebuah hotel mewah. Sempat Tania meminta ibunya agar ikutan bermalam di hotel karena kasihan sang ibu akan sendirian di rumah. Akan tetapi, Bu Rania menolak keras hal tersebut, sebab tidak ingin membuang-buang uang lagi untuk hal yang menurutnya tidak penting. Membuat putrinya bahagia dan dijadikan ratu oleh Joshi saja, sudah membuat Bu Rania bahagia tak terkira. Kehidupan mereka yang penuh kesederhanaan selama ini jadi berputar seratus delapan puluh derajat semenjak kehadiran Joshi Pratama, menantunya itu. Bu Rania yang baru saja memejamkan mata, menjadi terganggu dengan embusan angin kencang. Jendela kamarnya yang terbuat dari kayu itu bergerak-gerak layaknya sedang bertepuk tangan. Bu Rania dengan segala kelelahannya, bangkit dari ranjang guna menutup pintu jendela tersebut.
Joshi langsung menggendong Bu Rania, membawanya ke kamar. Membaringkan tubuh yang tampak pucat itu di ranjang. Sementara Tania panik sambil mencari-cari minyak kayu putih. Segera dia mengoleskan minyak tersebut ke telapak kaki, tangan, juga ceruk leher ibunya. "Mamah kenapa, sih?" ucap Tania resah sambil mendekatkan botol minyak kayu putih itu ke hidung Bu Rania. Sementara Joshi sendiri, memeriksa seluruh rumah. Mencari-cari apakah ada barang yang hilang atau tidak. Dia menduga kemungkinan mertuanya itu pingsan sebab adanya maling, mengingat pintu rumah tadi yang tidak terkunci. Joshi yang sudah memeriksa seluruh rumah dan tidak menemukan apa pun, beralih ke ruang tamu, tempat di mana mertuanya tadi tergeletak. Namun, dia malah melihat sang mantan di teras. Dinda masih belum pergi dari sekitaran rumah mereka. Mendengar Tania yang berteriak tadi, membuat Dinda penasaran apa yang terjadi. Dia menguping di luar rumah, sampai ketahuan oleh Joshi.