Nyonya Toni ketakutan atas apa yang dikatakan Sandi dan maminya. Bagiamana bisa mereka akan menyerang balik atas nama pencemaran nama baik. Tapi dia tidak boleh takut karena di belakangnya ada Robi Haryanto salah satu penerus sembilan naga yang saat ini juga akan menghancurkan Sandi. Mempunyai backingan kuat untuk apa dia takut."kamu tidak punya bukti pencemaran nama baik. Memangnya aku melakukan apa?" tanya Nyonya Toni."Video yang tersebar di sosial media saat kamu dan suamimu klarifikasi aku akan segera menyeretmu ke pengadilan atas tuduhan pencemaran nama baik. Biar pasal yang kamu terima akan berlipat ganda. Video itu adalah bukti!" seru Sandi.Nyonya Lusi tersenyum lalu mengatakan kepada istri adik iparnya itu jangan bodoh jadi orang. Jadi wanita jangan hanya bisa mengandalkan kecantikan untuk bertahan hidup serta jangan hanya bisa menghamburkan uang suami saja. Jadi wanita harus cerdas dan juga bisa mendapatkan uang selain dari penghasilan suami. "Aku katakan sekali lagi pada
Sandi mengangguk lalu mereka duduk bersama. Tak lama kemudian Sonia dan Ani datang ke makan malam itu."Duduklah Velope bangku di samping Martin masih kosong. Terima kasih atas simpatimu," jawab Sandi."Baiklah aku akan segera duduk," balas Velope yang duduk di samping Martin.Velope melihat penjepit dasi yang dipakai Martin. Sepertinya ia familiar lalu ia terus menatap penjepit dasi yang dipakai oleh Martin.Sampai ia tak sadar Sonia sudah memperhatikannya."Ahem kak Velope kenapa kamu menatap dada kak Martin seperti orang mesum. Aku tahu kalian berpacaran. Tahanlah sebentar lagi nanti kalian mampirlah ke hotel untuk bersenang-senang," celetuk Sonia."Sonia kamu tak boleh berkata seperti itu. Tidak sopan," ucap Sandi galak.Sonia mengatakan kalau memang Velope menatap dada bidang Martin dengan tatapan kemesuman. Apakah semua artis seperti itu, seperti apa yang diberitakan di televisi selalu tidak sabar menggoda lelaki yang mempunyai kedudukan, kekuasaan dan juga uang. "Mungkin juga
Kericuhan terjadi saat mereka dilawan oleh pemuda pemilik resto. Tuan muda tu sepertinya juga kuat. Mampu melawan beberapa orang pembuat onar. Tapi dia sendiri tidak mungkin mengalahkan manusia pembuat onar itu. "Hazel, Leon kamu tetap di sini temani para gadis dan mamiku. Martin ikut aku membantu pemilik resto. Sepertinya mereka sedang mencariku!" seru Sandi. "Hati-hati Sandi. Kenapa mereka tidak sabar untuk menghabisimu," ucap nyonya Lusi. Sandi mengangguk. Para sahabatnya juga sudah setuju untuk bekerja sama. Sandi menghambiri pemilik resto dan membantunya. Para berandalan itu tampak tertawa saat melihat Sandi mendekati. Karena memang Sandilah tujuan utama mereka menandatangi resto."Berdirilah tuan. Kami akan membantumu menyingkirkan berandalan ini!" seru Sandi sambil membantu pemilik resto berdiri dari jatuhnya."Terima kasih tapi aku pemilik resto ini dan harus melindungi pengunjung," ucap pemilik."Serahkan pada kami!" tegas Sandi.Para berandalan itu mengatakan pada Sandi a
Sandi sudah memprediksi hal seperti ini. Seorang musuh tak akan bisa tinggal diam jika anak buahnya kalah dalam perang."Kalian tenang saja. Aku akan turun menemui mereka. Sepertinya yang mereka cari adalah aku," ucap Sandi."Jangan turun nak. Mami takut terjadi sesuatu padamu. Kenapa hidup kita menjadi seperti ini," ucap nyonya Lusi.Sandi menggelengkan kepala. Mau turun dari mobil mau hanya di dalam mobil semuanya pasti sama. Mereka tak akan melepaskan Sandi begitu saja. Ia mengatakan pada nyonya Lusi untuk tenang saja karena Sandi bisa membereskan segelintir orang itu."Mami berdoalah dengan tenang di dalam mobil. Keselamatan mami lebih penting. Biarkan aku yang mengurus mereka," ucap Sandi."Kalau begitu hati-hatilah Sandi," balas nyonya Lusi.Cobaan apa lagi yang menimpa keluarga Brawijaya. kenapa begitu datang secara tiba-tiba dan terus menerus datang menimpa keluarganya. Nyonya Lusi sedikit khawatir karena Sandi sendirian dan jumlah mereka banyak. "Mami jangan khawatir aku yak
Ani mengatakan pada nyonya Lusi untuk tenang dahulu. Dia berjanji yang akan menghadapi kedua orang tak tahu malu itu sedangkan nyonya Lusi bisa menelepon bantuan atau share lokasi dimana tempatnya sekarang."Nyonya aku akan turun dari mobil untuk mengecoh mereka. Anda tolong tetap di mobil apapun yang terjadi agar aman," ucap Ani."Ani ini terlalu berbahaya, sepertinya mereka juga sedang merencanakan sesuatu," balas nyonya Lusi. Ani mengangguk mereka sebenarnya hanya ingin mengulur waktu dan menghadang mereka di jalan sepi sampai para musuh itu datang menangkap Ani dan keluarga Brawijaya yang ada di mobil."Nyonya tak usah khawatir mereka hanya manusia yang mudah di hadapi," ucap Ani."Ta-tapi mereka licik aku tahu mereka sudah menyiapkan rencana jahat," ucap Sonia terbata.Ani mengerti kekhawatiran nyonya Lusi dan Sonia tapi kalau mereka tak di hadapi mana mungkin bisa tahu apa yang mereka rencanakan."Percayalah padaku. Sonia kamu bisa menyetir 'kan. Pindahlah depan di bangku kemud
Tuan Toni merebut pistol dari istrinya. Ia ingin menembak langsung Ani dengan tangannya. Hatinya kesal karena menghalangi jalannnya untuk membawa Sonia dan di serahkan kepada tuan muda Robi.Brakkk!!Tangan tuan Toni di tendang Sandi yang datang tepat waktu dan pistol jadi terlempar ke arah yang jauh. "Bedebah mana yang berani menghalangi langkahku lagi?!" hujat tuan Toni lagi."Paman ini aku. Jadi kalau aku menghalangi langkahmu apakah kamu akan menembakku juga. Lawanlah aku jangan lawan perempuan yang lemah!" jawab Sandi tegas sambil meregangkan tangannya.Tuan Toni ketakutan tapi dia harus menyembunyikan ketakutannya agar musuh tak mengetahuinya."Sandi kita bosa bicarakan ini baik-baik," ucap nyonya Toni."Bicara baik-baik itu seperti apa? Kalian sudah melukai orangku jadi aku harus membalas perbuatan kalian," balas Sandi.Sandi terus mendekat ke arah paman bibinya dan mereka berjalan mundur. Semakin Sandi maju dari langkahnya mereka akan mundur agar tak terkena amukan Sandi."In
Sandi mengatakan kalau bibi Moli marah dia yang akan bertanggung jawab. Nyonya Lusi tidak perlu khawatir akan hal ini karena semua sudah berada dalam garis yang ditakdirkan Tuhan. Ani sudah melakukan tugasnya dengan baik. "Katakan saja yang sebenarnya tidak perlu berdusta mami. Walau pahit kita harus berkata dengan jujur," ucap Sandi. "Apakah Moli akan memaafkanku jika aku mengatakan yang sejujurnya?" tanya nyonya Lusi lagi. Sandi mengangguk tentu saja bibi Moli tidak akan marah. Semuanya sudah terjadi begitu saja. Jika marah juga tidak berguna karena tidak akan mengembalikan keadaan seperti semula. "Mami sekarang sudah larut. Ayo kita tidur dulu. Semoga besok Ani akan sadar ketika bibi Moli sampai rumah sakit," pinta Sandi. "Baiklah kalau begitu Sandi. Siapkan kamar vvip rumah sakit untuk Ani. Kita akan tidur di sana," balas nyonya Lusi. *** Jerri dan tim dari geng ular hitam menyisir semua sudut rumah Tuan Toni tanpa terkecuali. Mereka menemukan surat perjanjian dan surat
Sandi sangat marah dan hampir meninju Dokter dan suster yang menutup wajah Ani dengan penutup putih yang menandakan dia sudah meninggal. "Tuan muda tolong tenanglah. Sebenarnya anda salah paham," ucap Dokter yang menghindari tinjuan Sandi."Aku tak peduli dengan apa yang kamu katakan. Tapi dia adalah bagian dari kelurga kami. Jangan bercanda!" seru Sandi dengan geram.Dokter mencoba menjelaskan tapi Sandi sepertinya sudah sangat marah. Tidak menerima omongan dari luar. Wajahnya sudah sangat merah dan tidak bisa di bujuk Dokter dan suster hampir saja kualahan karenanya."Tuan muda Sandi. Tolong tuan muda tenang dan menghadap ke sebelah sini," sapa seseorang yang suaranya familiar."Bibi Moli?" Sandi menoleh ke sumber suara dan langsung memeluknya. Ia sangat rindu pada sosok itu. Walaupun sudah bertemu dengannya sekali kemarin tapi rasa rindunya masih belum usai."Tuan muda minta maaflah pada Dokter yang sudah kamu salah pahami," pinta bibi Moli.Sandi merasa malu dan menundukkan seten