“Pernikahan itu bukan sekedar bahan lelucon atau permainan semata, akan tetapi sesuatu yang sangat sakral! Kalian berdua telah sama-sama dewasa, pasti paham apa yang Opa katakan saat ini! Terutama untukmu, Juna! Saat ini kamu bukan hanya sebagai seorang pemimpin perusahaan besar! Akan tetapi juga sebagai suami dan kepala keluarga! Kamu jangan pernah main-main dengan peran barumu itu!” seru sang kakek lantang.“I … ya, Opa.” sahut Arjuna mulai merasa bersalah.“Ayo kalian berdua berjanji untuk saling mencintai dan tidak akan pernah meninggalkan satu sama lain! sampai maut yang memisahkan!” perintah Opa Robi.Mau tidak mau, Arjuna dan Jane saling berjanji untuk tidak meninggalkan satu sama lain, sesuai permintaan dari Oma Rini dan Opa Robi.Setelah beberapa saat, Opa Robi berbicara dengan suara pelan namun tegas. Beliau berkata lagi, "Mari kita berdoa bersama, untuk mengenang para orang tua.”Mereka pun membentuk lingkaran, bergandengan tangan, dan mulai berdoa. Doa yang dipanjatkan p
"Oh, Yes! Teruskan! Akh! Permainanmu sungguh lihai, Dona! I like it so much!" seru Arjuna tidak tahan dengan sesuatu yang dilakukan oleh seorang wanita bayaran di alat tempur miliknya."Arghhhh!" erang Arjuna merasakan sensasi yang tak tertandingi nikmatnya.Wanita bayaran itu tersenyum puas saat mendengarkan erangan nikmat dari mulut Arjuna Levin, pria yang diam-diam telah lama dirinya cintai.Apapun yang diminta oleh sang pria, selagi Dona dapat melakukannya, dia pasti akan memuaskan Arjuna dengan full service.Namun sayangnya, Arjuna tidak pernah memandangnya sebagai seorang wanita. Lelaki tampan itu hanya melihat Dona sebagai suatu objek pemuas hasratnya saja.Tidak ada rasa cinta lagi di raga dan jiwa Arjuna. Pria itu telah mati rasa.Seakan tahu keinginan Arjuna, Dona segera melepaskan bajunya helai demi helai. Sehingga Arjuna dapat melihat lekuk tubuhnya yang begitu indah.Namun sayangnya, Arjuna hanya menatap dingin ke arah Dona. Tidak ada sedikit pun rasa ketertarikan kepada
Arjuna baru saja selesai mandi, pemuda itu segera mengganti baju kerjanya dengan pakaian yang baru.Dia tidak pernah memakai lagibpakaian yang pernah dirinya pakai saat bermain dengan para wanita bayarannya.Arjuna merasa jijik sendiri, dan itu telah menjadi kebiasaannya sejak dulu.Pintu ruang kerjanya diketuk dari luar, dari balik pintu Boris, sang asisten muncul dengan membawa satu kotak makan siang untuk Arjuna."Selamat siang, Bos. Waktunya Anda untuk makan siang," ujar Boris lalu meletakkan beberapa kotak makan siang tersebut di atas meja."Baiklah, Boris. Anda tahu selera, saya." jawab Arjuna lalu duduk sambil memainkan ponselnya."Siap, Bos. Tunggu sebentar, saya akan mempersiapkan makan siang untuk Anda," tuturnya.Boris memastikan jika meja telah bersih dan rapi. Dia pun siap memulai tugasnya untuk mempersiapkan makan siang spesial untuk Bos Arjuna.Arjuna, sebagai seorang pemimpin perusahaan yang disegani, memiliki selera makan yang unik, dan Boris tahu betul bagaimana meme
"What? Kak Erlan juga ikut dalam meeting sore ini?" tanya Arjuna tak menyangka."Tepat sekali, Bos. Jadi saya berharap, Anda jangan memancing pertikaian dengan Tuan Erlan.""Cih! Siapa Lo ngatur-ngatur gue, Boris?" serunya sambil berkacak pinggang di hadapan pemuda itu."Saya ... Asisten Anda, Bos. Yang ditunjuk langsung oleh Tuan Fred selaku, Chairman. Anda jangan lupakan itu!" seru Boris menjelaskan."Apa? Jadi Lo mau nakut-nakutin gue, Boris?""Tidak sama sekali, Bos. Saya mengingatkan Anda saja.""Terus, Lo ngapain sebut-sebut nama Uncle Fred? Lo mau gertak gue?" Arjuna semakin emosi.Hal tersebut membuat Boris terdiam. Dia tahu betul bagaimana keras kepalanya seorang Arjuna. Sang asisten pasti akan kalah berdebat dengannya.Lalu tiba-tiba ponselnya bergetar pertanda ada pesan masuk. Arjuna segera memeriksanya. Ternyata pesan itu berasal dari Oma Rini yang menyuruhnya untuk berkunjung ke Kediaman Levin, jika jam pulang kantor tiba."Wow! Kebetulan sekali Aku jadi ada alasan untuk
Mendengar ucapan Erlan, semua mata di dalam ruangan meeting itu langsung tertuju kepada sang CEO yang sedang tertidur di ruang meeting.Erlan juga ikut melihat sepupunya yang sedang tertidur pulas itu. Dia terlihat geleng-geleng kepala melihat tingkah Arjuna yang tidur tapi tidak tahu tempat."Tuan Arjuna Levin!" hardik Erlan tajam.Suara Erlan yang menggelegar besar itu, mampu membuat Arjuna terbangun. Seraya berkata,"Siap, Tuan Erlan! Laksanakan!" ucapnya mantap.Arjuna terlihat menguap beberapa kali di hadapan semua peserta meeting."Ayo, Tuan Arjuna. Kami menunggu penjabaran dari Anda tentang pembangunan hotel di daerah Nusa Dua Bali!" ujar Erlan terus mendesak adik sepupunya.Arjuna lalu berdiri di depan meja bulat yang memanjang di ruang rapat yang penuh dengan peserta meeting dan tim proyek serta beberapa kolega bisnis.Dia lalu menata peta proyek hotel Nusa Dua di layar proyektor.Kemudian Arjuna berkata, "Selamat sore semua. Saya senang bisa berada di sini untuk memaparkan r
Di depan sebuah hotel bintang lima,"Bos, waktu Anda hanya ada satu jam dari sekarang. Satu jam berikutnya, Anda harus telah berada di tempat les Tuan Muda Asher dan Nona Muda Ayin," ucap Boris mengingatkan."Beres! Lo tenang saja! Ini akan dilakukan dengan cepat! Apa Lo yakin sudah mengatakan semua prosedur dari gue kepada wanita itu?" "Semua sudah saya jelaskan, Bos. Sampai ke detail terkecil," tutur Boris."Perempuan itu sudah tidak perawan, bukan?" ujar Arjuna memastikan."Semua sesuai request Anda, Bos!" ujar Boris lagi."Good! Lo tunggu di lobi. Gue akan melakukannya dengan cepat!" Setelah mengatakan itu, Arjuna pun ke luar dari dalam mobil lalu melangkah ke dalam hotel.Setelah menyebutkan nomor kamar yang dirinya booking kepada resepsionis, Arjuna pun masuk ke dalam lift, menuju ke lantai tempat kamar itu berada.Arjuna ke luar dari dalam lift dan mulai melangkah menuju ke dalam kamar tersebut. Setelah dia masuk, Arjuna langsung disambut dengan seorang wanita seksi yang berpa
Di sebuah lobi hotel, Boris terlihat berjalan mondar-mandir menunggu kemunculan Arjuna dari dalam lift. Pasalnya, saat ini telah tiba waktunya untuk menjemput kedua keponakan sang atasan.Boris melirik ke arah lift sesaat setelah terbuka, namun yang ke luar bukannya Arjuna. Melainkan Cindy yang terlihat beberapa kali menyeka keringat yang mengucur di kedua pelipisnya. Sisa-sisa sensasi panas yang dirinya rasakan saat bermain kuda-kudaan di atas ranjang bersama Arjuna."Lho, kok Anda yang muncul? Tuan Arjuna, di mana?" ujar Asisten Boris penasaran."Saya disuruh turun duluan Asisten Boris," sahut Cindy."Terus ... Tuan Arjuna ke mana?" tanya Boris lagi."Tuan Arjuna sedang membersihkan dirinya. Oh ya, Asisten Boris. Jika Anda membutuhkan jasa saya lagi, jangan segan-segan untuk menghubungi saya. Saya sangat menunggu kerja sama selanjutnya dengan Tuan Muda Arjuna," seru Cindy penuh harap."Cih! Percaya diri sekali Anda?" sindir Boris."Ya saya harus percaya diri Asisten Boris, agar jas
Dari kejauhan, tepatnya masih di dalam mobil, Arjuna dapat melihat, jika kedua keponakannya sedang bercengkrama dengan seorang wanita muda yang sangat cantik parasnya. Sepertinya dia sedikit terpesona dengan wajah gadis itu yang begitu sangat unik.Namun dalam hatinya, Arjuna segera berkata,"Ingat Juna, wanita di mana-mana sama saja! Tidak ada satu perempuan pun yang tulus di dunia ini!" serunya dari dalam hatinya."Tunggu di sini, Boris. Saya akan menjemput anak-anak," ucap Arjuna.Namun sang asisten tidak menjawab perkataan dari Arjuna. Pemuda itu ternyata sedang asyik melihat ke arah gadis cantik yang sedang bercengkerama dengan Asher dan Ayin."Cih! Dasar! Woi Boris! Lo dengar nggak gue ngomongnya?" hardik Arjuna keras."Siap, Bos! Maaf, saya terkesima dengan seorang bidadari cantik," ujar Boris sambil terus memandang ke arah gadis cantik itu.Tanpa basa-basi dan pikir panjang lagi, Boris ke luar dari mobil dan berjalan menghampiri ketiganya."Woi! Boris! Lo mau ke mana?" kesal A