Rumah besar Keluarga Levin, terlihat sedang sibuk dengan kegiatan sejak pagi hari. Pagi itu, mentari baru saja menampakkan diri ketika Oma Rini, Mami Mitha, dan beberapa asisten rumah tangga sudah sibuk mempersiapkan kedatangan Arjuna dan istrinya, Jane. Hari ini adalah hari istimewa di mana Jane akan diperkenalkan kepada seluruh keluarga besar, dan semuanya harus sempurna.Dapur elegan di Kediaman Levin yang luas itu penuh dengan aroma yang menggugah selera. Di satu sisi, terdapat deretan peralatan memasak modern yang mengkilap, sementara di sisi lain, pemandangan bahan-bahan segar dari pasar pagi ini, juga telah tersusun rapi di meja panjang. Oma Rini, dengan rambut putih yang disanggul rapi, berdiri di depan kompor, mengaduk rendang yang tengah dimasaknya. Aroma santan dan rempah-rempah menyebar memenuhi dapur, menciptakan atmosfer hangat dan nyaman."Oma, rendangnya sudah hampir matang?" tanya Mami Mitha sambil menata sayuran di atas piring saji. Mami Mitha, menantu pertama Kelu
“Kak Erlan, kamu sudah pulang kantor?” seru Arjuna senang menyambut kedatangan sang kakak sepupu.“Cih! Tumben kamu ke sini?” sinis Erlan. “Ha-ha-ha. Aku ke sini bersama Jane, Kak. Aku ingin memperkenalkannya dengan keluarga besar kita,” ujar Arjuna dengan wajah berseri-seri.“Memangnya dia siapa?” seru Erlan masih saja sinis.“Namanya, Jane Calista Cintania. Dia adalah istriku, Kak.” ucap Arjuna semakin melebarkan senyumnya.“Apa? Jangan bercanda kamu, Arjuna! Kamu jangan pernah coba-coba mempermainkan Kakak!” ujar Erlan kesal.“Ya ampun, Kak Erlan. Memangnya wajahku ini menunjukkan orang yang sedang bercanda?” sergah Arjuna.“Cih! Kamu ini! Kayak Kakak nggak tahu saja sepak terjangnmu selama ini!” Erlan semakin sengit.“Ya ampun, Erlan! Kamu ini nggak percayaan banget! Jane memang istri sah dari sepupumu, Arjuna,” ujar Oma Rini.“Hah? Kok Oma malah membela Arjuna, sih?” sergah Erlan.“Mas, Jane memang istri Arjuna.” Kali ini Nyonya Mitha yang angkat bicara.“What? Sayang, kamu juga
Hari telah siang, Ayin dan Asher baru saja pulang dari memancing bersama Opa Robi. Keduanya merasa sangat senang dengan hasil tangkapan mereka yang cukup banyak. Matahari masih memancarkan sinarnya, mewarnai langit dengan semburat jingga yang indah. Mereka pun bergegas untuk pulang menuju rumah dengan perasaan puas dan riang.Opa Robi baru saja mendapatkan telepon dari Oma Rini yang mengatakan jika Jane dan Arjuna saat ini sedang berada di Kediaman Keluarga Levin.“Anak-anak, Ayo kita pulang sekarang,” seru Opa Robi kepada kedua cucu buyutnya.“Memang ada apa, Opa? Kok kita pulangnya jadi buru-buru begitu?” tanya Asher, Si sulung.“Iya, Opa. Kita juga baru sebentar memancing ikannya.” Si bungsu, Ayin juga ikut keberatan.Lalu sang kakek pun berkata kepada mereka,“Barusan Oma Rini menghubungi Opa. Di rumah saat ini sedang ada Uncle Arjuna.”“Oh, ya!” jawab keduanya serentak.“Aku ingin segera bertemu Uncle Juna!” sahut Ayin.“Iya, Opa. Aku juga sudah tak sabar ingin bertemu Uncle Arju
Malam itu, rumah megah keluarga Levin dipenuhi dengan kehangatan dan kebahagiaan. Seluruh anggota keluarga berkumpul untuk merayakan pernikahan Arjuna dan Jane. Setelah acara makan malam yang mewah, dengan hidangan-hidangan lezat dan percakapan yang penuh tawa, Jane dan Arjuna merasa sedikit lelah akan tetapi tetap bahagia.Setelah berpisah dari anggota keluarga lainnya, Jane dan Arjuna berjalan menuju kamar yang telah disiapkan untuk mereka. Kamar itu luas, dengan dekorasi elegan yang memadukan unsur klasik dan modern. Tempat tidur berkanopi dengan tirai tipis berdiri di tengah ruangan, memberikan sentuhan romantis.Jane duduk di tepi tempat tidur, menatap sekeliling dengan sedikit canggung. Ini adalah malam pertama mereka tidur bersama sebagai suami istri. Meskipun mereka telah bersama cukup lama, momen ini tetap membawa rasa gugup.Apalagi pernikahan keduanya, tidak seperti pernikahan pada umumnya. Kepura-puraan masih saja menaungi Jane dan Arjuna.Gadis itu juga baru saja menghub
Namun, sebelum mereka sempat mematikan lampu dan berbaring, ponsel Jane berdering. Jane mengangkat alisnya, sedikit terkejut karena ada panggilan malam-malam begini. Dia lalu meraih ponselnya dari meja samping tempat tidur dan melihat nama yang tertera: Dokter Diki.Jane : “Halo, Dokter Diki,” sapa Jane dengan nada sedikit khawatir.Dokter Diki :“Jane, saya minta maaf mengganggu tidurmu di malam hari ini. Tapi saya harus memberitahukan kepadamu jika Oma Ainur sedang dirawat di rumah sakit. Tekanan darahnya sangat tinggi dan kondisinya perlu pengawasan intensif,” seru Dokter Diki, suaranya terdengar serius.Jane : “Oh tidak ... bagaimana kondisi Oma sekarang, Dok?”Jane merasa darahnya berdesir.Dokter Diki :“Kondisi Oma Ainur telah stabil untuk saat ini, tapi kami para tim dokter masih memonitor. Saya pikir sebaiknya kamu datang ke sini secepatnya,” sahut Dokter Diki dari seberang sana.Jane :“Tentu, kami akan akan segera ke sana,” ujar Jane sebelum menutup telepon.Arjuna, ya
Keesokan harinya, kondisi kesehatan Oma Ainur berangsur-angsur mulai pulih. Kamar rumah sakit yang semula dipenuhi kekhawatiran kini dipenuhi rasa syukur dan harapan. Pagi itu, sinar matahari yang masuk melalui jendela memberikan kehangatan, seakan-akan menyampaikan pesan bahwa semuanya akan baik-baik saja.Oma Ainur duduk di tempat tidurnya, wajahnya lebih cerah dibandingkan hari sebelumnya. Dokter Diki baru saja selesai memeriksa tekanan darahnya."Bagaimana dengan kondisi Oma Ainur sekarang, Dokter?" tanya Jane, dengan nada penuh harap.Dokter Diki tersenyum sambil menatap monitor tekanan darah. "Tekanan darah Oma sudah normal. Ini perkembangan yang sangat baik," ucapnya sambil menoleh ke arah Oma Ainur. "Oma Ainur, Anda benar-benar tangguh. Terus jaga pola makan dan istirahat yang cukup, ya."Oma Ainur mengangguk pelan, matanya berbinar penuh rasa syukur. "Terima kasih, Dokter. Sekarang, saya merasa jauh lebih baik."Jane menghela napas lega. "Syukurlah, Oma. Kita semua sangat
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, kondisi kesehatan Oma Ainur semakin membaik dan dokter pun memberikan izin untuk pulang. Namun, yang tidak disangka oleh Oma Ainur adalah bahwa cucu menantunya, Arjuna, telah menyiapkan sebuah kejutan besar untuknya.Arjuna dan Jane segera membawa Oma Ainur ke sebuah rumah yang baru. Rumah tersebut terletak di lingkungan yang tenang dan asri, jauh dari kebisingan kota. Ketika mereka tiba, Oma Ainur tertegun melihat rumah megah dengan taman yang luas dan tertata rapi.“Ini … rumah siapa, Jane?” tanya Oma Ainur dengan wajah penuh keheranan.Arjuna tersenyum dan menggenggam tangan Oma Ainur. “Ini rumah baru Oma. Kami ingin Oma tinggal di tempat yang lebih nyaman dan tenang,” jawabnya dengan lembut.Jane, yang berdiri di samping Arjuna, menambahkan,“Kami ingin Oma mendapatkan perawatan terbaik dan merasa nyaman di masa pemulihan ini.” Jane ikut menimpali walaupun hatinya juga masih sangat kaget dengan semua yang telah dilakukan oleh Arjuna u
Malam itu, suasana begitu tenang di sebuah perumahan elit yang berlokasi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Pohon-pohon rindang yang berbaris rapi di sepanjang jalan utama menambah kesan sejuk dan nyaman. Jane sedang duduk di teras rumah, menikmati angin malam yang semilir. Matahari telah terbenam sepenuhnya, namun suasana hatinya masih diselimuti kegembiraan setelah kejutan spesial untuk Oma Ainur yang diberikan oleh suaminya, Arjuna, tadi pagi.Namun, Jane tidak menyangka bahwa Arjuna memiliki kejutan lain yang tak kalah mengejutkan. Pria tampan dan kaya raya itu datang menghampirinya dengan senyum yang penuh arti."Sayang, ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu," ucap Arjuna sambil mengulurkan tangannya.Jane menerima uluran tangan suaminya dengan penasaran. Mereka berjalan beriringan menuju sebuah rumah besar yang berdiri megah di samping rumah pribadi Oma Ainur, yang juga merupakan pemberian Arjuna. Jane memperhatikan rumah itu dengan seksama, merasa ada yang istimewa dengan
Musim semi di Negara Jepang adalah waktu yang sangat dinanti. Pohon sakura yang mekar menciptakan bentangan alam yang menakjubkan dengan warna merah muda yang menghiasi setiap sudut kota. Di sinilah, Arjuna memutuskan untuk mengajak istrinya tercinta, Jane, dan putra mereka yang baru berusia satu tahun, Elrod, untuk menikmati liburan keluarga yang tak akan terlupakan.Keluarga Arjuna tiba di Tokyo pada suatu pagi yang cerah. Setelah penerbangan yang cukup lama dari Jakarta, Indonesia, mereka langsung menuju hotel untuk beristirahat sejenak. Arjuna, seorang pria tampan yang juga merupakan pengusaha sukses dengan kaca mata hitamnya, terlihat sangat bersemangat. Jane, dengan senyum lembutnya, memeluk Elrod yang tampak mengantuk di pelukannya."Aku tidak sabar untuk melihat bunga sakura, Mas." ujar Jane dengan mata berbinar saat mereka memasuki lobi hotel."Ya, ini akan menjadi pengalaman pertama Elrod melihat keindahan seperti ini, Sayang." balas Arjuna sambil merapikan rambut putranya
Pada hari yang cerah itu, Tamani Kids Kafe di daerah Kemang, Jakarta Selatan, dipenuhi dengan suasana riang gembira. Jane dan Arjuna, pasangan muda yang penuh cinta dan kebahagiaan, merayakan ulang tahun pertama putra mereka, Elrod Levin. Hari itu sangat istimewa bagi mereka, dan mereka memastikan semuanya sempurna untuk hari besar Elrod.Dekorasi kafe dihiasi dengan tema Kapten Amerika, lengkap dengan balon-balon berwarna merah, biru, dan putih, serta poster-poster superhero yang menghiasi dinding. Di sudut ruangan, terdapat meja penuh dengan makanan lezat, mulai dari kue ulang tahun berbentuk perisai Kapten Amerika, hingga berbagai camilan yang disukai anak-anak.Para tamu mulai berdatangan satu per satu, dan suasana menjadi semakin ramai. Tuan William dan istrinya, Nyonya Amelia, datang bersama ketiga anak mereka, Isaac, Jacob, dan Josie. Mereka disambut dengan hangat oleh Jane dan Arjuna."Selamat ulang tahun, Elrod!" ujar Tuan William sambil menggendong Elrod. "Semoga panjang u
Pagi itu, Jane terbangun dengan rasa mulas di perutnya. Awalnya dia mengira itu hanya ketidaknyamanan biasa yang sering dia rasakan akhir-akhir ini, akan tetapi rasa mulasnya semakin kuat dan intens. Jane mencoba bangun dari tempat tidur dengan hati-hati, tapi rasa sakit itu membuatnya terhenti sejenak."Mas Arjuna …" panggil Jane dengan suara gemetar."Aku merasa ada yang tidak beres di perutku."Arjuna, yang baru saja selesai mandi, segera menghampiri Jane dengan wajah cemas. "Ada apa, Sayang? Apa yang kamu rasakan sekarang?" tanyanya dengan khawatir."Perutku mulas sekali, Mas. Sepertinya ini lebih dari sekedar kontraksi biasa," jawab Jane sambil memegang perutnya.Arjuna tahu bahwa waktunya telah tiba. Tanpa ragu, dia segera mengambil kunci mobil dan membantu Jane menuju pintu depan. "Sayang, sepertinya kita harus segera ke rumah sakit. Jangan khawatir, aku akan mengemudi dengan cepat dan hati-hati," ucapnya sambil membantu Jane masuk ke dalam mobil.“Iya, Mas. Ada baiknya kita
Di kediaman utama Levin yang megah dan elegan, suasana hari itu dipenuhi dengan kebahagiaan dan kehangatan. Pagi yang cerah seakan menyambut acara tujuh bulanan kandungan Jane dengan penuh suka cita. Rumah Keluarga Levin yang selalu bersinar dengan kemewahan, hari ini terlihat lebih bersinar lagi karena persiapan yang telah dirancang dengan matang oleh Arjuna untuk istrinya tercinta, Jane.Arjuna, seorang pria dengan karakter kuat dan perhatian yang mendalam, memastikan setiap detail acara ini sempurna. Jane, dengan senyum yang tak pernah pudar dari wajahnya, tampak anggun dengan balutan kebaya modern berwarna biru pastel. Kandungannya yang sudah memasuki tujuh bulan tampak jelas, dan itu menjadi pusat perhatian dan kebahagiaan semua orang yang hadir."Mas Arjuna, terima kasih sudah mengatur semua ini," ucap Jane sambil tersenyum manis kepada suaminya. "Tentu saja, Sayang. Ini semua untuk kamu dan Baby Elrod," jawab Arjuna dengan tatapan penuh kasih.Di taman belakang rumah, berbaga
Setelah sebulan penuh menikmati bulan madu mereka di Pulau Bora-Bora, Arjuna dan Jane akhirnya kembali ke Jakarta dengan kenangan indah yang tak terlupakan. Mereka menjalani hari-hari dengan penuh kebahagiaan dan cinta. Namun, kebahagiaan mereka tak berhenti di situ. Tak lama setelah kepulangan keduanya, Jane mulai merasakan mual dan muntah, terutama di pagi hari."Mas Juna, aku merasa mual setiap pagi," ucap Jane suatu pagi sambil memegang perutnya. Arjuna yang sedang siap-siap berangkat ke kantor segera menghampiri istrinya. "Apakah kamu baik-baik saja, Sayang?" tanya Arjuna dengan wajah khawatir."Aku tidak tahu, Mas. Mungkin saja aku hanya kecapekan," jawab Jane dengan lemah.Namun, gejala mual dan muntah yang dialami Jane tidak kunjung hilang. Arjuna pun memutuskan untuk membawa Jane ke sebuah rumah sakit untuk memeriksakan kondisinya. Di rumah sakit, setelah serangkaian pemeriksaan, dokter akhirnya memberikan kabar yang sangat mengejutkan dan menggembirakan."Selamat, Nona J
Pulau Bora-Bora selalu memancarkan pesonanya, namun malam ini terasa lebih istimewa. Senja mulai turun, langit memerah keemasan, dan angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membawa aroma laut yang segar. Di salah satu kafe tepi pantai yang romantis, persiapan sedang dilakukan dengan hati-hati. Arjuna, dengan bantuan Farah dan Peter, telah menyewa kafe tersebut untuk mengatur momen penting dalam hidupnya, yaitu ingin menyampaikan permohonan maaf kepada Jane, istrinya.Dekorasi kafe malam itu sangat indah. Bunga mawar putih menghiasi setiap sudutnya, melambangkan kesucian dan permintaan maaf yang tulus dari Arjuna. Meja-meja dihiasi lilin-lilin kecil yang akan menerangi malam dengan cahaya lembut. Di tengah kafe, sebuah panggung kecil disiapkan, lengkap dengan alat musik sederhana untuk menyemarakkan suasana.Arjuna berdiri di depan cermin, merapikan pakaiannya dan menarik napas dalam-dalam. Dia merasa gugup, tapi juga bersemangat. Malam ini, sang pria akan mengungkapkan isi hatinya yang t
Peter mengangguk paham. "Baiklah. Jane, kamu bisa tinggal di sini selama yang kamu butuhkan. Kami akan mendukungmu."Jane tersenyum tipis. "Terima kasih, Kak Peter. Aku sangat menghargai kebaikan kalian."Peter merangkul bahu Farah. "Aku akan tidur bersama anak-anak malam ini. Kamu bisa tidur bersama Jane. Aku tahu dia butuh dukunganmu."Farah mengangguk dan tersenyum kepada suaminya. "Terima kasih, Sayang."Setelah makan malam sederhana, mereka semua bersiap-siap untuk tidur. Farah dan Jane masuk ke kamar yang nyaman dengan pemandangan laut yang luas. Jane merasa sedikit lebih tenang berada di dekat sahabatnya. Mereka duduk di atas tempat tidur, berbicara dalam kegelapan yang lembut."Farah, aku takut," bisik Jane, suaranya hampir tidak terdengar. "Aku takut jika aku kembali, semuanya akan berubah. Aku nggak tahu apakah aku bisa memaafkan Mas Arjuna."Farah menggenggam tangan Jane dengan erat. "Aku ngerti, Jane. Perasaanmu pasti sangat terluka sekarang. Tapi kamu harus ingat, seti
Pekatnya malam semakin merayap di tepian pantai di Pulau Bora-Bora, menutupi resort yang megah dengan gelapnya malam. Angin lembut menerpa wajah Arjuna yang duduk di kursi rotan di beranda bungalow mereka. Suara debur ombak terdengar merdu, seolah-olah bernyanyi dalam harmoni dengan suara serangga malam yang riuh rendah. Cahaya rembulan yang hampir penuh memantulkan bayangannya di permukaan laut yang tenang, menciptakan kilauan perak yang mempesona.Namun, keindahan malam itu tak dapat menenangkan hati Arjuna yang sedang gundah. Sejak pagi tadi, Jane, istrinya, hilang tanpa jejak. Arjuna tahu betul alasan kepergian Jane. Sebelum mereka menikah, Arjuna terkenal dengan gaya hidupnya yang suka bergonta-ganti perempuan. Jane baru mengetahui semuanya tadi pagi, dan sejak saat itu, hubungan mereka menjadi berubah tegang.Pagi tadi, saat Arjuna selesai mandi, Jane sudah tak ada di sampingnya. Awalnya, dia berpikir mungkin istrinya sedang berjalan-jalan di pantai untuk menenangkan diri. Nam
"Farah, aku merasa sangat bodoh. Aku berpikir bahwa Mas Arjuna adalah pria yang sempurna. Ternyata dia memiliki masa lalu yang begitu kelam, dan dia tidak pernah memberitahuku," ujar Jane, matanya berkaca-kaca."Kamu tidak bodoh, Jane. Kamu hanya mencintai dan mempercayai suamimu. Tidak ada yang salah dengan itu. Tapi, kamu juga berhak untuk mengetahui kebenaran. Jika Arjuna benar-benar mencintaimu, dia seharusnya jujur sejak awal," tutur Farah mencoba menenangkan."Aku tahu. Tapi sekarang aku merasa semuanya berantakan. Apa yang harus kulakukan, Farah?" tanya Jane, putus asa."Yang pertama, kamu harus menenangkan diri. Jangan membuat keputusan saat kamu sedang emosi. Setelah kamu merasa lebih tenang, kamu bisa bicara dengan Arjuna dan meminta penjelasan darinya. Kamu berhak untuk mendapatkan jawaban," jawab Farah dengan bijak.Jane mengangguk, menyadari kebenaran kata-kata sahabatnya. "Kamu benar, Farah. Aku akan berusaha menenangkan diri dulu. Terima kasih telah membantuku."Farah