Setelah beberapa saat berpikir akhirnya Jane pun mengambil keputusan. Gadis itu terlihat menghela napasnya, sembari berkata,“Ba … baiklah, Tuan Arjuna. Ini KTP saya,” ucapnya lalu meletakkan kartu tanda pengenal nya di atas meja.Arjuna yang melihat KTP Jane, tiba-tiba menjadi berbinar matanya. Dia tak menyangka gadis itu dengan cepat menuruti keinginannya. Padahal baru saja Arjuna berpikir untuk menakut-nakuti Jane.“Wow! Ternyata Nona Jane sangat kooperatif rupanya!” tukas Arjuna dalam hati.“Baiklah, Nona Jane. Terima kasih atas kerja sama Anda. Sampai jumpa besok pagi,” ucap Arjuna sambil tersenyum penuh misteri kepada gadis itu.“Iya, Tuan. Saya permisi dulu, saya sangat buru-buru sekarang.” Setelah berkata seperti itu, Jane pun segera keluar dari unit apartemen Arjuna yg begitu mewah itu.Melihat Jane yang telah pergi dari apartemennya, membuat Arjuna juga ikut bersiap-siap untuk menggantikan pakaiannya. Pasalnya sore ini, sang pria akan menghadiri meeting penting. Dia lalu mer
Setelah mengobrol sebentar dengan Asher dan Ayin, Miss Jane kembali fokus pada tumpukan buku dan catatan di meja kerjanya. Kedua anak-anak itu dengan sabar menunggu sang guru selesai membersihkan meja kerjanya.Namun, kegembiraan Ayin dan Asher segera berubah menjadi kekecewaan, ketika keduanya melihat sesuatu yang membuat hati mereka terasa berat."Ayin … coba lihatlah," bisik Asher dengan suara yang penuh kekecewaan, menunjuk ke arah jari manis Miss Jane.Ayin menatap ke arah yang ditunjuk oleh Asher, dan matanya segera terpaku pada cincin bermata berlian yang telah menghiasi jari manis Miss Jane. Ekspresi kecewa langsung tergambar di wajah mereka berdua."Apa itu maksudnya, Asher? Apakah Miss Jane sudah memiliki kekasih?" tanya Ayin dengan suara yang hampir tak terdengar.Asher menggelengkan kepala dengan rasa kecewa yang tak terbendung. "Sepertinya begitu, Ayin. Dan itu berarti rencana kita untuk menjodohkan Miss Jane dengan Uncle Arjuna, gagal total."Ayin menatap cincin itu deng
Di sebuah kawasan perkantoran,Arjuna, seorang pria yang sedang menghadiri pertemuan dengan kliennya di gedung perkantoran miliknya, merasa tidak fokus saat ini. Pikirannya malah sedang melayang-layang kepada seseorang yang sangat dia rindukan, yaitu Jane, seorang perempuan yang telah menjadi istri pura-puranya. Wajah cantik gadis itu terus terbayang-bayang di pelupuk matanya. Sungguh sangat mengganggu konsentrasinya sepanjang pertemuan ini.“Hei! Ada apa ini? Kenapa aku malah memikirkan tentang Nona Jane?” tanya Arjuna bingung dalam hatinya.Arjuna malah sedang membayangkan saat-saat tadi dia menyentuh beberapa bagian tubuh gadis itu. Bahkan dengan beraninya Arjuna mencium dan melumat bibir Jane di depan kakek dan neneknya.“Shitt! Kenapa pikiranku menjadi semakin liar? Ada apa ini sebenarnya?” kesannya sendiri.Arjuna terus duduk di ruang konferensi yang elegan, di tengah suasana yang penuh dengan presentasi dan diskusi bisnis yang serius. Namun, meski ada di tengah-tengah kesibuka
Boris, asisten dari Arjuna, juga ikut bergabung dalam pertemuan di kafetaria. Boris memberitahu bahwa kelengkapan surat-surat pernikahan antara Arjuna dan Jane secara legal telah selesai. Mereka hanya perlu menandatanganinya besok. Arjuna dan Darel duduk di kafetaria, sedang asyik mengobrol, ketika Boris tiba-tiba muncul di meja mereka dengan senyuman lebar. "Hei, teman-teman! Apa kabar?" sapanya kepada keduanya. Walaupun Boris adalah asisten pribadi dari Arjuna. Namun di luar jam kantor mereka adalah teman lama. Baik Boris, Darel, dan Arjuna, dulunya adalah teman saat masih di bangku kuliah. Arjuna dan Darel terkejut melihat Boris, tapi senang melihatnya bergabung. "Boris! Senang melihatmu di sini. Apa kabar Bro?" sahut Darel. "Kabar gue baik, Bro Darel. Gue ke sini juga untuk menyampaikan kabar baik untuk Bos Juna,” tukas Boris sambil tersenyum jenaka. “Memangnya Lo mau mengatakan apa, Boris?” seru Arjuna. “He-he-he. Begini, Bos. Saya baru saja menyelesaikan urusan p
Farah semakin terkejut ketika dia mendengar perkataan dari Jane bahwa dirinya telah menjadi istri pura-pura dari seorang pria bernama Arjuna Levin. Dia tahu betapa suksesnya Arjuna sebagai seorang pengusaha, dan hal itu membuatnya semakin khawatir tentang niat sebenarnya Arjuna terhadap Jane. Farah tidak ingin melihat sahabatnya menjadi bahan mainan dari seseorang yang hanya ingin memanfaatkannya.Farah merasa perlu untuk mengungkapkan kekhawatirannya kepada Jane. Untungnya saat ini mereka sedang berada di tempat yang nyaman untuk berbicara dengan jujur.“Jane … apakah kamu tahu jika Tuan Arjuna Levin adalah seorang pengusaha sukses?” ujar Farah kepada sahabatnya.“Iya, Farah. Aku baru tahu hari ini,” sahut Jane.“Terus sekarang kamu malah telah menjadi istri pura-pura dari Arjuna Levin. Aku sangat terkejut dan khawatir tentang situasi ini. Kamu tahu betapa suksesnya Tuan Arjuna sebagai pengusaha, dan aku tidak ingin melihatmu menjadi bahan mainan dari seseorang yang hanya ingin mema
Setelah menghabiskan waktu bersama dari sore hari sampai malam tiba, Jane dan Farah sangat bahagia. Mereka berdua menikmati setiap momen yang keduanya habiskan bersama, tertawa, bercanda, dan saling berbagi cerita.Saat malam semakin larut, Jane tahu bahwa sudah waktunya, baginya untuk pulang. Dia merasa sedih karena harus berpisah dengan Farah, akan tetapi dia juga tahu bahwa mereka akan bertemu lagi di lain waktu.Farah melihat keadaan Jane yang sedih karena kegundahan hatinya dan berpikir untuk menawarkan diri untuk mengantarnya pulang ke rumahnya. Dia ingin memastikan bahwa Jane sampai di rumah dengan aman.Farah pun berkata,"Jane, aku bisa mengantarmu pulang ke rumah. Aku khawatir jika kamu pulang sendirian di malam hari."Jane lalu menjawab, "Benarkah? Terima kasih banyak, Farah! Aku sangat menghargainya. Kamu benar-benar teman yang baik.""Tentu saja! Kita sudah menghabiskan waktu bersama hari ini, jadi mengantarmu pulang adalah hal yang wajar. Ayo, kita berangkat!" tutur Far
Setelah dokter Diki pulang dari kediaman Jane, Oma Ainur merasa sangat ingin berbicara kepada cucunya tentang maksud dari kedatangan dokter Diki yang ingin melamar Jane menjadi istrinya. Namun, saat melihat wajah kelelahan Jane setelah beraktivitas seharian di luar rumah, Oma Ainur memutuskan untuk menunda pembicaraan itu hingga besok pagi. Situasi ini mungkin akan menciptakan ketegangan dan keingintahuan di antara mereka.Setelah dokter Diki pergi. Oma Ainur pun memperhatikan raut muka Jane, cucunya. Wajahnya tampak kelelahan setelah melewati hari yang panjang.Oma Ainur melihat Jane dengan penuh kekhawatiran. Sang nenek pun berkata, “Jane … kamu terlihat sangat lelah. Apa yang kamu sangat sibuk seharian ini?”Jane menghela napasnya berat, seraya berkata,“Iya, Oma. Hari ini sangat melelahkan bagiku. Aku beraktivitas seharian dan banyak hal yang telah aku lalui hari ini.” Sejenak Jane mengingat rentetan kejadian hari ini dimana dirinya semakin terjebak dalam permainan yang telah dir
Arjuna duduk termenung di ruang tamu apartemennya, wajahnya dipenuhi kegelisahan yang tak terbendung. Jane, istri pura-puranya tidak dapat dihubungi dari tadi dan belum memberikan kabar sedikit pun padanya. Meskipun mereka sebelumnya telah sepakat untuk menjalani pernikahan pura-pura, akan tetapi perasaan Arjuna terhadap Jane telah berubah menjadi lebih dalam.Dengan hati yang berat, Arjuna mengambil teleponnya dan memilih nomor yang sudah dia hafal dengan baik. Layanan wanita bayaran adalah jalan satu-satunya yang dapat menenangkan pikirannya malam ini. Cindy atau Nola, dua wanita yang sudah lama mengenalnya, akan menjadi pilihan yang tepat untuk mengalihkan perhatiannya dari kegelisahannya.Arjuna : "Cindy, apa kabar?" sapa Arjuna dengan suara yang terdengar lebih tenang dari yang sebenarnya.Cindy : "Cukup baik, Bos Arjuna. Apakah Anda membutuhkan sesuatu?" jawab Cindy dari ujung telepon.Arjuna : "Ya, saya butuh bantuanmu malam ini. Bisakah kamu datang ke apartemenku sekarang?
Di malam yang tenang di pulau Bora-Bora, bungalow yang terletak di pinggir pantai itu menjadi saksi bisu dari momen yang sangat penting dalam kehidupan Jane dan Arjuna. Bulan bersinar terang, memantulkan cahaya ke permukaan air laut yang tenang, menciptakan suasana yang sangat romantis dan damai. Angin malam berhembus lembut, membawa aroma laut yang menyegarkan, sementara suara ombak yang tenang menghantam pantai menambah nuansa magis malam itu.Jane dan Arjuna telah menunggu momen ini sejak lama. Setelah pernikahan mereka yang indah dan penuh kebahagiaan, akhirnya keduanya tiba di tempat di mana mereka akan memulai babak baru dalam kehidupan Arjuna dan Jane sebagai pasangan suami istri. Bungalow tersebut didekorasi dengan elegan, dengan lilin-lilin yang menyala di sudut-sudut ruangan, memberikan cahaya hangat yang menyelimuti mereka berdua.Jane mengenakan gaun malam yang indah, berwarna putih lembut, melambangkan kemurniannya. Arjuna, dengan senyumnya yang menenangkan, menatap Jan
Perjalanan bulan madu Jane dan Arjuna dimulai dengan semangat dan antusiasme. Setelah menikah dalam sebuah acara resepsi yang indah dan megah, keduanya pun memutuskan untuk menghabiskan bulan madu mereka di salah satu destinasi paling eksotis di dunia yaitu di Kepulauan Bora-Bora, Polinesia Prancis. Destinasi ini terkenal dengan keindahan alamnya, pantai berpasir putih, dan air laut yang jernih. Minggu pagi yang cerah di Jakarta saat ini, Jane dan Arjuna tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan penuh semangat. Tak lupa keduanya memeriksa tiket dan bagasi sebelum menikmati secangkir coklat panas sambil menunggu penerbangan mereka. Penerbangan pertama mereka adalah menuju Bandara Internasional Los Angeles (LAX) dengan maskapai penerbangan internasional.Jane pun lalu berkata,"Mas Juna aku sungguh tidak sabar untuk melihat Bora-Bora. Aku sudah mencari tahu tentang tempat itu melalui media online, pantainya sangatlah indah.""Aku juga, Sayang. Ini akan menjadi perjalanan yan
Di sebuah apartemen yang terletak di salah sudut Kota Jakarta, Nola duduk sendirian di sofanya. Layar televisi di depannya menayangkan siaran langsung resepsi pernikahan antara Arjuna Levin dan Jane Calista Cintania. Ballroom hotel bintang lima itu tampak megah, penuh dengan tamu yang berbahagia. Nola menatap layar dengan perasaan campur aduk. Nola ingat betul masa-masa ketika dia dan Arjuna sering bertemu diam-diam. Mereka adalah partner ranjang, namun bagi Nola, Arjuna lebih dari sekadar itu. Meski tahu bahwa hubungannya dengan Arjuna tidak memiliki masa depan, Nola tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa sesuatu yang lebih. Kini, melihat Arjuna menikah, hatinya merasa kosong tapi wanita itu juga merasa lega.Nola menarik napas panjang dan tersenyum tipis. "Aku ikut berbahagia untukmu, Bos Arjuna," bisiknya pada layar televisi. "Semoga Anda dan Nona Jane bahagia selalu."Di tempat lain, di sebuah apartemen yang lebih modern dan mewah, Dona dan Cindy, mantan partner ranjang Arj
Ballroom mewah di hotel bintang lima di kawasan Jakarta Pusat tampak berkilauan oleh gemerlap lampu kristal yang memancarkan kemegahan. Suasana malam itu penuh dengan keceriaan dan kebahagiaan, ketika Arjuna Levin dan Jane Calista Cintania merayakan hari pernikahan mereka. Para tamu yang hadir tampak berbaur, mengobrol, dan menikmati sajian yang telah disiapkan dengan cermat.Tamu-tamu yang datang tidak hanya dari kalangan keluarga, akan tetapi juga kolega bisnis dan sahabat dekat kedua mempelai. Tuan Rahez dan istrinya, Nyonya Zemi, terlihat sedang berbincang dengan Tuan Edward dan Nyonya Zuri di salah satu sudut ballroom. Sementara itu, Tuan Gideon dan Nyonya Septin duduk bersama di meja yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Di sisi lain ruangan, Farah dan suaminya, Peter, terlihat sedang tertawa bersama Jane yang tampak anggun dalam gaun pengantinnya. Jane, dengan senyuman manisnya, tampak bahagia dikelilingi oleh orang-orang terdekatnya. Farah, sahabat Jane sejak lama, meng
Pada suatu malam, suasana di rumah baru Arjuna dan Jane sangat hangat dan penuh kebahagiaan. Mereka baru saja pindah ke rumah yang baru yang telah dipersiapkan oleh Arjuna untuk istrinya, Jane. Kini rumah megah itu menjadi saksi berkumpulnya keluarga besar mereka untuk pertama kalinya. Malam ini istimewa, bukan hanya karena seluruh keluarga berkumpul, akan tetapi juga karena semua akan membicarakan tentang detail resepsi pernikahan Arjuna dan Jane yang akan dilangsungkan minggu depan.Di ruang makan yang besar dan elegan, hidangan mewah tersaji di atas meja panjang yang dihiasi oleh bunga-bunga segar. Aroma makanan menggoda, dari roasted chicken, beef wellington, hingga berbagai macam hidangan penutup yang menggiurkan. Di tengah-tengah ruangan, lampu gantung kristal berkilauan menambah keanggunan suasana malam itu.Opa Robi dan Oma Rini, orang tua dari Papi Fred, duduk di sisi kiri meja. Mereka tampak gembira dan penuh semangat, berbicara dengan cucu-cucunya. Opa Robi, dengan kemeja
Malam itu, suasana begitu tenang di sebuah perumahan elit yang berlokasi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Pohon-pohon rindang yang berbaris rapi di sepanjang jalan utama menambah kesan sejuk dan nyaman. Jane sedang duduk di teras rumah, menikmati angin malam yang semilir. Matahari telah terbenam sepenuhnya, namun suasana hatinya masih diselimuti kegembiraan setelah kejutan spesial untuk Oma Ainur yang diberikan oleh suaminya, Arjuna, tadi pagi.Namun, Jane tidak menyangka bahwa Arjuna memiliki kejutan lain yang tak kalah mengejutkan. Pria tampan dan kaya raya itu datang menghampirinya dengan senyum yang penuh arti."Sayang, ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu," ucap Arjuna sambil mengulurkan tangannya.Jane menerima uluran tangan suaminya dengan penasaran. Mereka berjalan beriringan menuju sebuah rumah besar yang berdiri megah di samping rumah pribadi Oma Ainur, yang juga merupakan pemberian Arjuna. Jane memperhatikan rumah itu dengan seksama, merasa ada yang istimewa dengan
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, kondisi kesehatan Oma Ainur semakin membaik dan dokter pun memberikan izin untuk pulang. Namun, yang tidak disangka oleh Oma Ainur adalah bahwa cucu menantunya, Arjuna, telah menyiapkan sebuah kejutan besar untuknya.Arjuna dan Jane segera membawa Oma Ainur ke sebuah rumah yang baru. Rumah tersebut terletak di lingkungan yang tenang dan asri, jauh dari kebisingan kota. Ketika mereka tiba, Oma Ainur tertegun melihat rumah megah dengan taman yang luas dan tertata rapi.“Ini … rumah siapa, Jane?” tanya Oma Ainur dengan wajah penuh keheranan.Arjuna tersenyum dan menggenggam tangan Oma Ainur. “Ini rumah baru Oma. Kami ingin Oma tinggal di tempat yang lebih nyaman dan tenang,” jawabnya dengan lembut.Jane, yang berdiri di samping Arjuna, menambahkan,“Kami ingin Oma mendapatkan perawatan terbaik dan merasa nyaman di masa pemulihan ini.” Jane ikut menimpali walaupun hatinya juga masih sangat kaget dengan semua yang telah dilakukan oleh Arjuna u
Keesokan harinya, kondisi kesehatan Oma Ainur berangsur-angsur mulai pulih. Kamar rumah sakit yang semula dipenuhi kekhawatiran kini dipenuhi rasa syukur dan harapan. Pagi itu, sinar matahari yang masuk melalui jendela memberikan kehangatan, seakan-akan menyampaikan pesan bahwa semuanya akan baik-baik saja.Oma Ainur duduk di tempat tidurnya, wajahnya lebih cerah dibandingkan hari sebelumnya. Dokter Diki baru saja selesai memeriksa tekanan darahnya."Bagaimana dengan kondisi Oma Ainur sekarang, Dokter?" tanya Jane, dengan nada penuh harap.Dokter Diki tersenyum sambil menatap monitor tekanan darah. "Tekanan darah Oma sudah normal. Ini perkembangan yang sangat baik," ucapnya sambil menoleh ke arah Oma Ainur. "Oma Ainur, Anda benar-benar tangguh. Terus jaga pola makan dan istirahat yang cukup, ya."Oma Ainur mengangguk pelan, matanya berbinar penuh rasa syukur. "Terima kasih, Dokter. Sekarang, saya merasa jauh lebih baik."Jane menghela napas lega. "Syukurlah, Oma. Kita semua sangat
Namun, sebelum mereka sempat mematikan lampu dan berbaring, ponsel Jane berdering. Jane mengangkat alisnya, sedikit terkejut karena ada panggilan malam-malam begini. Dia lalu meraih ponselnya dari meja samping tempat tidur dan melihat nama yang tertera: Dokter Diki.Jane : “Halo, Dokter Diki,” sapa Jane dengan nada sedikit khawatir.Dokter Diki :“Jane, saya minta maaf mengganggu tidurmu di malam hari ini. Tapi saya harus memberitahukan kepadamu jika Oma Ainur sedang dirawat di rumah sakit. Tekanan darahnya sangat tinggi dan kondisinya perlu pengawasan intensif,” seru Dokter Diki, suaranya terdengar serius.Jane : “Oh tidak ... bagaimana kondisi Oma sekarang, Dok?”Jane merasa darahnya berdesir.Dokter Diki :“Kondisi Oma Ainur telah stabil untuk saat ini, tapi kami para tim dokter masih memonitor. Saya pikir sebaiknya kamu datang ke sini secepatnya,” sahut Dokter Diki dari seberang sana.Jane :“Tentu, kami akan akan segera ke sana,” ujar Jane sebelum menutup telepon.Arjuna, ya