"Kamu habis darimana? Jauh-jauh kok cuma pakai sandal jepit sama kaos oblong, tumben banget?"
Caca menatap wanita disampingnya, mengapa sifatnya sangat berbeda dengan si brengsek tadi, atau jangan-jangan Dafa bukan anaknya?
Ah! Caca lupa, Dafa kan memang anak pungut dan dia anak bunda Fenti.
Kalau lelaki itu ada disini, keningnya pasti mendapat jitakan. Dafa pasti juga akan mengomel karena bunda yang lebih memihak dirinya.
"Tadi Dafa ngajak beli mie ayam, katanya mau nraktir aku," Caca mulai mengadu, biar tau rasa si Dafa.
"Terus, sekarang mana Dafanya. Kok kamu sendiri, jalan lagi?" Tanya Fenti heran, matanya kadang menatap gadis di sampingnya kadang juga menatap jalan, takut menabrak.
Caca merengut, saatnya bersandiwara.
"Aku ditinggal bun, dia tadi ketemu pacarnya," kata Caca dengan suara parau seperti akan menangis.
"Aku juga gak bawa uang, kan tadi dia bilang mie ayamnya mau dibeliin."
"Kamu ditinggal di jalan?" Tan
"Gitu aja masih nanya, ya minta maaf lah!" Erki membentak gemas.Abizar hanya geleng-geleng dan menghela nafas lelah. Sungguh, ia tidak paham dengan jalan pikiran temannya yang satu ini, untuk meminta maaf saja harus diajari."Tapi gue gak boleh ke rumahnya," ucap Dafa."Lo punya handphone kan? Telfon. Gak punya pulsa? Beli. Jangan kayak orang susah deh," tegas Abizar. Temannya yang satu ini jarang berbicara, sekalinya bicara sangat tajam, setajam silet.Seperti apa yang temannya ucapkan, Dafa segera menghubungi Caca, tidak dijawab. Dia membuka aplikasi chat berwarna hijau lalu mengirim pesan pada gadis itu. Bukannya langsung centang biru malah nomor Caca sudah tidak aktif, mungkin gadis itu langsung mematikan data saat menerima pesan darinya.Dafa mengacak rambutnya frustasi."Gue pulang aja deh," ucapnya mengambil jaket yang tersampir di sofa."Daf, satu lagi pesan gue. Putusin cewek lo," kata Erki serius."Sebelum pers
"Dia itu penggoda Dafa, cewek itu pasti mau rayu kamu."Dafa berdecak lalu keluar dari mobilnya dan menarik tangan Naura menuju taksi yang kebetulan penumpangnya baru keluar."Pak tolong anterin dia pulang, ini ongkosnya selebihnya ambil aja," kata Dafa menyerahkan uang selembar seratus ribuan."Baik mas," jawab sopir taksi segera melajukan mobil. Naura berteriak tidak terima.Dafa bernafas lega. Kemarin dia meminta tolong Abizar untuk mencaritahu identitas Naura, dan tadi malam ia sudah mendapatkan hasilnya. Naura, dia wanita panggilan, pemuas nafsu disebuah diskotik di kota mereka.Lelaki itu kembali melihat ponselnya. Berkali-kali menghubungi Caca, namun tetap tidak dijawab. Pesan-pesan yang ia kirimkan juga tidak ada yang dibaca.***Seorang pemuda sedang duduk di balkon kamarnya, mengamati kamar di seberang jalan.Tadi dia sudah ke sana, namun kata Arga, Caca kemarin menginap di rumah temannya dan baru akan pulang sore ini.
Caca mengetuk pintu rumah Fenti. Tadi Fenti memberi rendang, jadi sekarang ia mengembalikan mangkuknya. Mangkuk kini ia isi dengan kue kacang yang masih hangat, bikinan salah satu art di rumahnya."Bunda, balikin mangkuk," ucap Caca sesaat setelah pintu terbuka. Kadang gadis itu akan langsung masuk tapi kadang juga mengetuk pintu dulu seperti hari ini."Wah, kok ada isinya," kata Fenti tersenyum saat menerima mangkuknya.Dia mempersilahkan gadis itu masuk, namun Caca menolaknya. Gadis itu mengatakan ingin ke rumah pohon saja. Di rumah pohon, Caca duduk bersandar di sofa. Matanya terasa berat karena tadi malam dia maraton nonton drakor bersama Fey. Caca memejamkan matanya.Baru beberapa menit ia tidur. Caca mengerjapkan mata saat merasa kakinya kram. Terkejut, karena mendapati Dafa yang juga tertidur di pangkuannya. Kapan datangnya? Kenapa ia tidak tau.Caca mendengus. Pantas saja kakinya tidak bisa digerakkan.Ingin memb
Rama mengangguk dan tersenyum."Tadinya mau ngasih kejutan, tapi ternyata ketemu disini," ucapnya memberi beberapa paper bag berisi baju, ada juga sebuah kalung, juga memegang boneka keroppi besar kesukaan gadis itu.Rendi melotot tak suka. Niatnya kesini untuk memanas-manasi, tapi kenapa sekarang dia yang panas. Tanpa basa-basi dia segera menarik Desi untuk pergi dari sana.Naya menyeringai puas, sedangkan Kiara bersorak dalam hati melihat kepergian mantan pacar sahabatnya."Mau jalan-jalan?" Tawar Rama.Naya melirik Kiara. Gadis itu mengangguk."Boleh, Ki gue duluan ya," pamitnya pada Kiara."Oke," balas Kiara menyatukan ibu jari dan jari telunjuknya.Naya pun pergi. Kiara tersenyum dan berjalan lagi menuju tempat make up berada.Dugg ...."Aww ...." Kiara meringis saat seseorang menabrak pundaknya."Eh, maaf mbak. Saya gak sengaja," ucap lelaki yang menabraknya.Laki-laki dengan tinggi
"Wah, dua Bos kita udah datang duluan, rupanya!" Teriak salah satu anggota UKS saat melihat Arga dan Gara duduk di teras warung Abah Amir.Warung ini sejak dulu sudah dijadikan tempat nongkrong oleh anggota UKS."Bah kopi satu, nanti dibayarin Erland," ucap Erza menghampiri abah."Lah, kok gue?" Tanya Erland kebingungan sekaligus tidak terima."Kan duit lo banyak Land, saya juga ya bah!" Teriak Alva yang duduk agak berjauhan."Saya juga Bah.""Saya juga Bah!""Woy anj*ng, kalo mau minum ya beli sendiri, napa gue yang harus bayarin?!" Erland berteriak marah, sebab banyak yang minta dibayarin."Yaelah Lan, cuma kopi doang. Harta gak dibawa mati Lan," kata Viky mengingatkan, niat sebenarnya untuk merayu sih."Heh, lo enak ngomong doang. Coba lo hitung, lima kali lima belas, berapa? Nah tadi yang teriak lebih dari itu, harus keluar berapa duit gue?""Dah, pokoknya bayar sendiri-sendiri. Bisa jadi gelandangan gu
"Pacarnya Naya. TNI loh Ca, kemarin gak sengaja ketemu di mall pas lagi ajang panas-panasan sama si Rendi," Kiara berkata antusias."Rendi yang baru lo putusin itu?" Tanya Fey pada Naya, Naya mengangguk dan tersenyum senang."sebenernya masih pengen gue panas-panasin lagi sampe gosong, tapi keburu pergi orangnya.""Asli, ngakak banget kalo liat sendiri," ujar Kiara cekikikan."Gue inget banget muka sok bangganya, pas bilang mau belanjain pacarnya," kata Naya tertawa pelan."Emang bagusan lo putusin sih kak, orangnya sombong plus lebay gitu," sahut Caca.Naya dan yang lainnya mengangguk setuju."Gue baru nyadar pas udah putus," gumam Naya bertopang dagu."Sebenernya kalo pacaran gitu, ada yang lo sukai gak sih? Satu aja diantara mereka.""Ada, tapi mungkin cuma sekedar suka bukan cinta."Caca meringis, keputusannya untuk tidak memiliki pacar semakin kuat.*** Caca kini berada di rumah Dafa. Sah
Fahri dan beberapa anak UKS yang berkuliah di Darmajaya akan berangkat. Mereka menghentikan laju motornya saat lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah. Fahri melihat motor yang berhenti di sampingnya. Seseorang dengan motor ninja hitam, memakai hoodie juga jeans hitam, namun postur tubuhnya seperti seorang perempuan.Pengendara itu menoleh karena merasa sedang diperhatikan. Netranya bertatapan dengan seorang laki-laki yang memakai jaket UKS."Si*l, kenapa malah ketemu mereka sih," gumam Caca. Gadis itu segera mengalihkan pandangan.Fahri menatap orang di sampingnya dengan alis bertaut, heran. Apa perempuan ini takut melihat anggota UKS?Lampu telah berubah menjadi warna hijau, mereka segera mengegas motor."Wah, Ri. Lo tau tadi siapa yang ada di samping lo gak?" Tanya Rion sesaat setelah mereka sampai di kampus."Siapa?" Tanya Fahri acuh tak acuh."Caca, selebgram yang lagi terkenal itu," balas Rion antusias. Yang lain me
"Jadi ke cafe?" Tanya Caca tanpa mengindahkan pertanyaan ketiga temannya."Jawab dulu kek Ca," ucap Naya dengan muka ditekuk.Caca menggeleng."Kalo gak jadi, gue pulang aja deh," ucapnya kemudian.Ketiganya buru-buru melangkah menuju mobil karena takut dengan ancaman Caca yang tidak pernah main-main.*** Mereka sampai di Cafe Cemara, cafe baru dengan nuansa alam yang memberikan ketenangan tersendiri bagi para pengunjungnya."Suasananya enak ya," ucap Fey."Hmm ... nyaman banget," sahut Kiara."Eh, itu anak UKS kan ya? Gil* produk unggul semua," kata Naya terkagum-kagum."Wah, iya. Duduk deket sana aja yuk, siapa tau gue dapat pengganti Rendi.""Heh, Nay. Pacar lo itu masih empat, udah mau nambah aja. Gak inget kalo kencan kudu ngumpet-ngumpet?" Kiara mengingatkan."Kak Kia tobat deh, sebelum kena karma," ucap Caca ikut gemas dengan tingkah salah satu teman akrabnya itu.Mereka berempat
Dio berjalan tergesa bersama mantan calon besannya, yaitu Hansa dan Hesti.Setelah bertanya pada resepsionis, mereka langsung menuju ruangan dimana Dafa dan yang lain berada.Kriet ....Orang yang didalam seketika menoleh.Dio langsung mendekati anaknya. Pergelangan tangan Dafa yang tadi sempat tergores pisau kini sudah diperban, juga beberapa luka goresan lain sudah diobati. Disebelahnya ada Caca yang dahi dan tangannya yang sempat terluka tadi telah diobati."Maafin Ayah," ucap Dio dengan nada penyesalan.Dafa diam, rasanya dia masih kesal dengan laki-laki yang selama ini menjadi penutannya."Ayah lagi ngomong tuh lho, kok nggak dijawab sih," omel Caca membuat Dafa menjawab dengan malas-malasan."Iya.""Perjodohannya batal sesuai keinginan kamu," kata Dio lagi.Gara yang duduk disebelah Kiara menyimak semua omongan Dio dengan perasaan tak menentu. Senang karena akhirnya gadis pujaannya batal dijodohkan, bi
Tin ... tin ....Perempuan dengan kaos putih dipadukan rok span dan flat shoes yang hendak berlari menyeberang jalan segera menghindar, namun sayangnya terlambat. Meski tidak tertabrak, namun tubuhnya tetap terserempet mobil a*anza yang hendak melintas."Aww ...!" Pekik Caca."Woy! Hati-hati dong kalau nyeberang, gue nggak siap masuk penjara tau," ketus supir mobil yang ternyata seorang perempuan muda.Walau tubuhnya lecet-lecet dan sakit, perlahan Caca berdiri dan meminta maaf hingga pengendara tersebut kembali melajukan mobilnya menjauh.Sebenarnya jarak antara kafe dan rumahnya tidak terlalu jauh, namun entah kenapa kali ini rasanya berbeda. Caca berlari sudah cukup lama tapi tidak sampai juga.Dia terus berlari dengan tertatih-tatih, tanpa memperdulikan jidat dan tangan yang sempat tergores batu dan mengeluarkan darah.Sekitar 10 menit barulah perempuan itu sampai, dia segera menuju kamar Dafa."Daf!" Serunya sa
Hari ini Dafa kembali mengurung diri di dalam kamar. Berkali-kali Fenti memanggilnya namun tidak ada sahutan, wanita itu jelas khawatir dan berpikiran yang tidak-tidak. Bagaimana kalau anaknya nekat melakukan hal buruk?"Udahlah, Bun, biarin aja. Nanti juga keluar sendiri," ucap Dio yang jengah dengan sikap anaknya yang menurutnya sangat pembangkang dan gampang marah."Ini udah sore dan Dafa belum keluar juga, tapi kamu tenang-tenang aja!" Bentak Fenti yang tersulut emosi.Suaminya ini kenapa tidak khawatir sama sekali, padahal Dafa adalah anak tunggal mereka.Dio berdecak, bukannya tidak khawatir. Dia hanya tidak ingin memanjakan Dafa, apa salah kalau dia ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya itu?"Coba kamu diemin, nanti juga juga bakal keluar sendiri kalau udah lapar.""Kalau segampang itu aku nggak akan sekhawatir ini, tapi coba kamu ingat, kemarin-kemarin bahkan Dafa betah nggak keluar selama seminggu.""Daf, ayo buka
Berkali-kali Dafa melirik ayahnya yang duduk di depannya."Ayah tadi udah bicara sama Caca supaya menjauh dari kamu," celetuk Dio membuat anaknya seketika mengangkat wajah dengan netra melebar."Maksud Ayah?""Ayah minta kamu juga menjauh, jaga perasaan calon istrimu."Calon istri? Ketemu saja belum. Dafa benar-benar tak habis pikir kenapa ayahnya sekarang jadi suka mengatur seperti ini."Ayah bisa nggak sih kalau mau bikin keputusan tuh ngomong dulu? Apa yang Ayah putuskan belum tentu aku mau," balas Dafa dengan kesal.Dio melepas kaca mata bacanya lalu menatap sang anak."Pendapat kamu itu nggak penting. Kalau kamu nggak setuju maka siap-siap Ayah kirim ke Singapura untuk melanjutkan pendidikan."Dafa menggenggam sendok dengan erat."Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa menentukan pilihanku sendiri. Yang akan menjalani rumah tangga itu aku, kalau kayak gini kenapa nggak Ayah aja yang nikahin dia!""Dafa!" S
[Ini terakhir, Ca. Aku bakalan dijodohin nggak tau sama siapa, mungkin setelah ini kita nggak bisa ketemu lagi]Caca kembali membaca pesan itu dengan tangan gemetar. Apa ini? Apa Dafa sudah lelah membujuknya hingga menerima saat dijodohkan dengan perempuan yang bahkan belum dikenal?Bergegas perempuan itu keluar dari kamar dan berlari menuju rumah pohon. Untung saja dia sudah berganti pakaian dan sempat mencepol asal rambutnya."Daf!" Serunya ketika baru masuk ke rumah pohon.Lelaki di pojok sana menoleh dengan pandangan sendu. Rambut gondrongnya acak-acakan, Caca menggeleng pelan, penampilan Dafa kali ini benar-benar tak terurus.Perempuan itu mendekat lalu duduk di samping Dafa yang sedari tadi menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Merasa tak tega, Caca langsung memeluknya."Ca ... aku nggak mau dijodohin, bertahun-tahun aku nunggu kamu. Aku cuma mau kamu ...," kata Dafa sambil terisak.Caca dapat merasakan kalau pundaknya pun
3 tahun telah berlalu.Banyak hal yang sudah terjadi, termasuk Devan yang menikah dengan Lily satu tahun setelah kedatangan Caca ke Korea.Kini, Caca kembali ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan Arga. Apa kalian tau lelaki itu akan menikah dengan siapa?Yap, dengan Fey! Salah satu teman dekatnya.Tidak kaget sih, sejak dulu juga Caca sudah menebak hal ini akan terjadi. Naya sendiri sudah menikah paling awal, tepatnya 1 tahun yang lalu. Yang tidak disangka-sangka ternyata dia menikah dengan Rendi, laki-laki yang dulu perempuan itu anggap sebagai mantan paling menyebalkan."Duh, calon adik ipar cantik banget. Sayangnya masih jomblo," goda Fey yang duduk di depan meja rias.Perempuan itu tampak sangat menawan dalam balutan kebaya putih, sedangkan Caca pun terlihat tak kalah cantik dengan pakaian bridesmaid berwarna dusty blue.Daripada hadir bersama keluarganya, dia justru memilih menemani Fey."Yaelah, Kak. Masih
Benar apa yang dikatakan Kiara tadi bahwa Dafa akan menyusulnya. Sejak tadi laki-laki itu berdiri di depan gerbang karena tidak diperbolehkan masuk oleh Devan. Ada rasa kasihan yan tiba-tiba menyelusup ke relung hati Caca, jauh-jauh datang kemari taunya tidak mendapat izin bertemu, namun setelahnya perempuan itu kembali sadar. Perbuatan Dafa yang katanya hanya bermain-main terlanjur membuat dia muak. Jadi, mungkin memang begini lebih baik. Setelah berdiam diri cukup lama akhirnya Dafa pergi, mungkin akan mencari penginapan karena sepertinya sebentar lagi akan hujan. "Apa dia udah berubah?" Tanya Caca pada dirinya sendiri dengan pelan. Setelah berucap demikian gadis tersebut kembali masuk ke kamarnya, sedaritadi dia hanya melihat Dafa dari balkon. Berbagai pikiran berkecamuk di benaknya. Kenapa Fenti bisa mengininkan Dafa untuk menyusulnya? Apakah ini yang disebut kasih ibu sepanjang masa, jadi meski anaknya salah akan tetap dibela? Ah, p
Benar. Memangnya kalau ketemu terus Caca masih mau sama dia? Dafa termenung, perasaannya jadi was-was tatkala memikirkan kejadian-kejadian buruk yang mungkin akan terjadi.Ucapan Abizar tadi terus menghantuinya. Tanpa sadar tangan Dafa menarik gas lebih dalam, dan dalam waktu singkat dia telah sampai di rumah.Baru membuka pintu dia langsung melihat bundanya yang sedang serius mengetik di laptop."Bun ...." Dengan lesu dia mendekati Fenti dan duduk di sebelahnya.Wanita itu melirik sekilas lalu kembali menatap laptop."Apa?" Tanyanya."Gimana kalau besok Caca nggak mau ketemu aku, nggak mau pulang juga?""Ya dirayu.""Kalau nggak mempan?""Usaha dong, Dafa ... masa semuanya kamu tanya, semua hal yang terjadi antara kamu dan Caca ujung-ujungnya Bunda yang mikir jalan keluarnya. Kamu itu udah cukup dewasa lho, kalau masih ragu mending nggak usah nyusul Caca!" Tegas Fenti.Dafa meringis."Iya, iya ... ng
Berkali-kali Dafa menelfon Caca, namun tak pernah dijawab. Kini, setelah 3 bulan laki-laki itu baru mengetahui kalau sang sahabat berada di Negeri Ginseng.2 bulan pertama benar-benar tidak ada kabar mengenai Caca, bahkan semua akun sosial medianya pun tidak aktif. Namun 1 bulan terakhir ini, akun gadis itu mulai aktif kembali, beberapa kali Caca memposting foto dengan beberapa teman barunya, dan diantara semua orang di foto itu ada satu yang membuat Dafa terbakar api cemburu.Lelaki memakai kaos hitam dan celana hitam yang dipadu dengan jas bermotif kotak-kotak hitam dan putih di foto tersebut tampak merangkul pundak Caca dengan akrab. Kalau dilihat dari wajahnya sepertinya laki-laki tersebut bukan asli orang Korea."Apa gue minta buat dijodohin lagi ya? Ah, tapi keluarga Caca pasti nggak setuju," monolognya sembari mengacak rambut dengan frustasi.Dulu, 2 hari setelah Caca pindah sekaligus hari dimana dia dimarahi Fenti habis-habisan, Dafa langsun