“Menarik. Mereka yang bermarga Qiao memang menarik. Apa kau yakin?”“Saya tidak mungkin salah, Tuan Putri. Beberapa saat lalu, saya melihat seorang penyusup masuk ke dalam penjara. Awalnya saya tidak mengerti. Saya pikir, para penyusup itu adalah seorang utusan yang berencana membebaskan orang-orang Keluarga Qiao. Tapi ternyata, saya salah. Yang mereka selamatkan hanya satu orang. Dia Nona Pertama, Qiao Li Ying,” jelasnya kepada wanita yang dipanggilnya Tuan Putri. Tuan Putri terakhir, Bai Qian Qian. Beberapa hari terakhir ini, suasana hati Bai Qian Qian semakin baik setelah mendengar berita pengkhianatan Jendral Qiao yang melibatkan seluruh keluarganya. Walaupun Qiao Zhi Jing berhasil lolos karena dia termasuk Keluarga Bai Wuxin, kebahagiaan Bai Qian Qian tetap terasa sangat menyenangkan saat membayangkan betapa tersiksanya Qiao Zhi Jing tatkala seluruh keluarganya ditangkap. Bai Qian Qian sangat ingin melihat ekspresi wajah Qiao Zhi Jing. Sayang sekali, dia belum mendapatkan kese
"Hua Rong, kenapa itu kamu?" Walaupun Hua Rong mengenakan penutup wajah, Qiao Zhi Jing dapat mengenal jelas wajah di baliknya.Dengan sigap Hua Rong melangkah maju demi menghindari percakapan dengan Qiao Zhi Jing. Dia berdiri membelakangi Qiao Zhi Jing yang terus memfokuskan pandangannya kepada sosok Hua Rong yang baru saja membawanya lari."Sudah lama tidak bertemu. Hua Rong, bagaimana kabarmu?" tanya Qiao Zhi Jing."Aku baik-baik saja," jawab Hua Rong singkat."Kenapa menculikku? tindakanmu ini bisa membawa masalah. Hua Rong, aku harus kembali. Kabur seperti ini sama saja mengakui kesalahanku. Aku tidak boleh membiarkan sesuatu terjadi kepada keluargaku," cetus Qiao Zhi Jing.Reflek Hua Rong berbalik dan membalas, "Tuan Putri, kau tidak boleh kembali. Aku tidak akan mengizinkanmu," cegahnya."Hua Rong, aku harus membuktikan bahwa keluargaku tidak bersalah. Aku tidak bisa egois demi menyelamatkan diriku sendiri. Aku harus segera kembali," tegasnya."Jika kebenaran yang ingin Anda seli
Jendral Tushan adalah pemimpin dari Klan Mo. Selama 5 dekade ini, Klan Mo banyak berhutang kepada Keluarga Bai, atau Keluarga Kekaisaran. Klan Mo adalah sebuah suku yang mendiami lembah Feng Xuan. Lembah Feng Xuan adalah lembah yang dikenal karena kekayaan emas yang berlimpah. Oleh sebab itu, perlahan-lahan banyak orang berdatangan dari segala penjuru demi mendapatkan kekayaan lembah Feng Xuan. Lembah Feng Xuan adalah rumah bagi Klan Mo. Selain tinggal di lembah Feng Xuan, Klan Mo tak dapat bertahan hidup lebih lama karena kondisi tubuh Klan Mo ini cukup unik. Klan Mo terlalu lemah untuk melawan para pendatang serakah yang terus menggali dan menghancurkan lembah Feng Xuan. Lembah Feng Xuan yang awalnya indah, berubah menjadi hancur berantakan. Demi melindungi Klan Mo, seorang leluhur Keluarga Tushan memberanikan diri menekan perjanjian dengan Keluarga Bai. Leluhur Keluarga Tushan diberitahu bahwa Klan Mo dapat bertahan hidup di tempat lain asalkan mereka memiliki artefak suci Jiuyan
Setelah benteng Kota Gu yang menjadi benteng Negara Qing telah berhasil dihancurkan, selanjutnya musuh berhasil menerobos pertahanan Kota Shui dan mendudukinya. Oleh karena Jendral Qiao dicap telah berkhianat dan keberadaannya tak kunjung diketahui, para prajurit mulai goyah. Mereka tidak percaya diri karena mereka tak lagi memiliki seorang pemimpin. Semangat tempur mereka melemah, sebelum akhirnya Pangeran Kedua, Bai Wuxin diutus untuk menggantikan posisi pemimpin. “Hormat kepada Pangeran!!!” seru para prajurit yang menyambut kedatangan Bai Wuxin ke kamp militer yang terletak di perbatasan Kota Ping’An. Setelah menempuh perjalanan selama 5 hari 5 malam, akhirnya Bai Wuxin bersama para tentara sampai ke perbatasan benteng Kota Ping `An. Tentu saja, perjalanan mereka tidak berjalan mulus. Mereka terus dihadang bahaya selama perjalanan. Baik itu bandit ataupun tentara musuh yang menyamar menjadi bandit, mereka selalu mencegat di rute-rute tertentu. Target mereka adalah membunuh Bai
Seringaian mengiringi senyuman Ling Yi. Ia menertawakan sikap Bai Wuxin yang tampak serius menanggapi ucapannya."Pangeran Kedua, jangan khawatir. Kami hanya mengurung mereka. Bagaimana, bukankah itu juga yang Anda inginkan? Kelihatannya saja prajurit, padahal mereka adalah mata-mata yang sengaja ditempatkan di sisi Anda untuk mengawasi segalanya. Benar begitu?" kekehnya."Ling Yi, beraninya kau mempermainkanku!" Bai Wuxin tampak kesal karena merasa dipermainkan."Ini hanya candaan. Tidak perlu dibawa terlalu serius. Emmm ... tentang ucapan tadi, saya akan mempertimbangkannya setelah Anda berhasil mengalahkanku. Peraturan pasukan Elang Hitam masih sama. Kita berduel satu lawan satu dan tentukan siapa yang pantas menjadi pemimpin," tawarnya.Suasana hening sejenak. Hanya menyisakan tatapan tajam dari kedua pria berperawakan gagah yang saling adu pandang. "Baiklah. Siapa takut?" tantangnya. Suara Bai Wuxin akhirnya memecah keheningan.Setelah kedua pihak setuju bertanding, mereka pun m
“Mereka korban yang tidak bersalah. A-Jing, kau bilang ingin mencari kebenaran. Kalau begitu, ikuti aku.” Hua Rong menuntun jalan menuju gunung belakang dan segera di ikuti oleh Qiao Zhi Jing. Hua Rong menghentikan langkahnya tepat di dekat sebuah pohon pinus yang ternyata dipasang sebuah mekanisme. Setelah kunci mekanisme digerakkan, langsung terbentuklah sebuah tangga bawah tanah. Qiao Zhi Jing sempat terpana tatkala melihat mekanisme yang begitu unik. Entah siapa yang telah menciptakannya. Tak menunggu bertanya, Hua Rong pun langsung menjelaskannya. “Mekanisme tangga pinus ini kalau tidak salah diciptakan oleh seorang ahli dari Klan Mo,” terangnya. “Kalau tidak salah, berarti betul. Pasti orang Klan Mo yang telah menciptakannya,” sahut Qiao Zhi Jing. Tanpa menunggu aba-aba dari Hua Rong, Qiao Zhi Jing lebih dulu melangkahkan kakinya menuruni tangga bawah tanah. Takut-takut berani, alhasil dipaksa memberanikan diri. Suasana lorong di bawah sana sangat gelap. Hampir saja Qiao
“Apa?! Seseorang membawanya pergi? Beraninya!!!” Bai Ruyu sangat geram kala mendengar kabar menghilangnya Qiao Zhi Jing. “Tunggu apa lagi? cepat sebar gambar wajahnya di seluruh Kota. Jadikan dia buronan yang melarikan diri. Pastikan kalian segera menangkapnya!” titahnya tegas. “Baik!” Tentara yang melapor kepada Bai Ruyu pun bergegas undur diri untuk menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. “Apa aku tidak salah dengar? Qiao Zhi Jing berhasil kabur?” sahut suara seorang wanita yang secara tiba-tiba keluar dari tempat persembunyiannya setelah sengaja menguping pembicaraan. Namun, tampaknya Bai Ruyu tak mempermasalahkan soal wanita itu karena telah lancang. “Kau mendengar semuanya? Baguslah. Aku tidak perlu menjelaskannya. Benar, adikmu berhasil kabur. Seseorang tiba-tiba muncul dan membawanya pergi,” ungkap Bai Ruyu berterus terang, tanpa menyembunyikan apa pun. Langkah kaki Qiao Li Ying dipercepat mendekati tempat di mana posisi Bai Ruyu tengah berpijak. Namun, Bai Ruyu
“Ah, sepertinya aku terlalu sibuk sampai ketinggalaan banyak informasi,” kata Kaisar Bai. “Hanya seorang pelayan rendahan seperti saya tidak terlalu penting untuk dibahas. Namun, jika Anda penasaran, saya akan memberitahunya.” Ming Tian mulai memainkan trik licik yang membuat Kaisar Bai penasaran. “Emm … tidak ada salahnya sedikit berbasa-basi. Kalau begitu, ceritakan apa yang telah terjadi,” perintahnya. “Baiklah. Kalau begitu, saya akan mulai menceritakannya … .” Panjang lebar Ming Tian menceritakan insiden yang terjadi di istana Bai Ruyu kepada Kaisar Bai. Respon Kaisar Bai tampak lebih serius kala mendengarkannya dengan seksama. Kaisar Bai merasa cerita yang disampaikan Ming Tian cukup menarik, hingga memicu rangsangan rasa penasarannya. “Bai Ruyu ini, sejak kecil dia memang tidak berubah. Dia masih kejam dan tidak berperasaan. Takutnya jika … .” Kaisar Bai sengaja menggantung ucapannya karena bimbang melontar isi pemikirannya tentang putra pertamanya yang tak pernah berhenti
Para tetua Negara Tang membawa kavalerinya untuk memerangi tentara Negara Qing yang menjaga di perbatasan. Sebelum berangkat ke Ibu Kota, Bai Wuxin sempat menitipkan perbatasan kepada Ling Yi untuk berjaga-jaga. Sesuai dengan prediksi, ternyata masih ada sisa-sia prajurit Negara Tang yang tidak terima dengan perjanjian perdamaian. Namun, melihat Kaisar Wan yang tampak baik-baik saja, seketika para tetua menghentikan para prajuritnya. Setelah itu, Kaisar Wan sendiri yang mencetuskan dekret bahwa Negara Qing dan Negara Tang telah menjanjikan perdamaian. Jika ada yang berani melawan dekret tersebut, maka dialah yang akan dicap sebagai pemberontak.Seketika para tetua dan segenap prajurit Negara Tang menerima dekret tersebut tanpa melawan. Sejak saat itu, Negara Qing dan Negara Tang akhirnya damai setelah berperang selama puluhan tahun. Rakyat menjadi lebih makmur, aman, dan tentram, sementara kursi singgasana Negara Qing masih dibiarkan kosong karena Bai Wuxin menolak posisi tersebut."P
"Jadi, namamu Qiao Zhi Jing?" Entah sejak kapan dia berdiri di sana, lalu tiba-tiba mencekal lengan Qiao Zhi Jing, lalu memojokkannya ke dinding.Hua Rongzhou sudah lama menunggu Qiao Zhi Jing keluar dari toilet. Mana kala pada saat itu, kelas tengah berlangsung dan Qiao Zhi Jing meminta izin untuk pergi ke toilet. Selang setalah 5 menit berlalu, giliran Hua Rongzhou yang turut meminta izin pergi ke toilet. Tak disangka, ternyata izin Hua Rongzhou hanyalah alasan agar dia dapat berbicara dengan Qiao Zhi Jing.Qiao Zhi Jing reflek mengernyitkan kedua alisnya seraya berontak dari cekalan Hua Rongzhou yang begitu kuat mencengkram lengannya. Tak hanya satu lengannya saja, kini Hua Rongzhou bahkan dengan beraninya mencengkram kedua lengan Qiao Zhi Jing dan mengangkatnya ke atas."Hei, apa yang kaulakukan?" protes Qiao Zhi Jing karena tak dapat menahan emosinya, apalagi melawan tenaga Hua Rongzhou yang jauh lebih besar dibandingkan tenaganya."Jawab aku! apa namamu Qiao Zhi Jing?" Nada suar
"Baiklah. Hua Rongzhou, silakan duduk di kuris kosong sebelah Qiao Zhi Jing," himbau Guru Fang."Apa?!" Reflek Qiao Zhi Jing bangkit dari posisinya dan mengejutkan seisi kelas. Mata memandang tertuju kepadanya. Untuk pertama kalinya, Qiao Zhi Jing dijadikan sorotan oleh seluruh teman kelasnya."Ada masalah apa, Qiao Zhi Jing?" tanya Guru Fang."Ah ... itu ... maaf, maaf, saya hanya terkejut." Qiao Zhi Jing dengan sungkan dan canggung kembali duduk di kurisinya.Selang kemudian, murid pindahan bernama Hua Rongzhou melangkah menuju kursi kosong yang terletak di samping kanan Qiao Zhi Jing. Sedangkan Qiao Zhi Jing sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain sembari menutupinya dengan buku. Ia terlalu enggan menatap siswa pindahan bernama Hua Rongzhou yang sempat beradu konflik dengannya pada pagi tadi."Aissshh ... sial! kenapa dia malah muncul di sini?" gerutunya kesal. "Tidak! untuk apa juga aku bersembunyi seperti ini? jelas-jelas dia yang salah karena menabrakku lebih dulu, bahkan perg
"Aisshh ... dasar bocah arogan! kuharap kau jatuh terpeleset," decak Qiao Zhi Jing karena kesal mendengar respon dari siswa tampan.SLERET ... "Och ... sialan! siapa orang yang masih membuang kulit pisang di trotoar," umpatnya selepas terlepet dan jatuh karena menginjak kulit pisang.Netra Qiao Zhi Jing membola tatkala menyaksikan pemandangan di hadapannya. Tercengang karena tak menyangka harapannya langsung dikabulkan hanya dengan menunggu satu detik saja. Bingung bercampur puas menjadi satu rasa berkecamuk dalam hatinya. Namun, perasaan puas yang memenangkan peraduan. Seulas senyum terukir jelas di garis bibir Qiao Zhi Jing. Kemudian, dia pun tertawa lepas."Hahaha. Dia memang pantas mendapatkannya," ucap Qiao Zhi Jing. "Ouch ... sakit sekali," rintihnya kesakitan tatkala menggerakkan kakinya guna beranjak dari tempatnya. "Bocah tengik! sudah membuatku seperti ini, malah langsung pergi. Awas saja jika kita bertemu lagi. Aku pasti akan langsung menendang lututmu!" cetusnya.***"Hei
Sama seperti biasanya, Qiao Zhi Jing kembali menjalani hari-hari normal sebagai siswa yang datang ke sekolah setiap pagi. Pagi hari, sekitar pukul 06.00 pagi, dia sudah berangkat menuju sekolah. Namun, entah mengapa tanpa sadar langkahnya menuntun dirinya menuju perpustakaan Kota."Ada apa denganku? Kenapa aku malah pergi ke sini?" Ketika terbangun dari alam bawah sadarnya, Qiao Zhi Jing akhirnya tersadar bahwa dirinya saat ini tengah berada di depan perpustakaan Kota yang masih belum beroperasi. Ia menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal. BRUK! Namun, tiba-tiba saja seseorang menabaraknya hingga dia kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur."Ouch. Sakit sekali," pekiknya kesakitan sembari memegangi lututnya yang memar, namun tidak berdarah."Maaf, maaf sekali. Aku tidak sengaja. Biar kubantu." Sosok yang baru saja menabrak Qiao Zhi Jing tak pergi begitu saja sebelum bertanggung jawab karena tidak sengaja menabrak Qiao Zhi Jing. Dia bergegas mengulurkan tangannya guna
"Hei, Bai Wuxin sialan! Keluarkan aku dari sini! Hei!!!" umpat Bai Ruyu seraya memberontak dengan cara menghantam-hantamkan tinjunya ke sel penjara. Alhasil, Bai Wuxin menyisakan nyawa Bai Ruyu dan memutuskan untuk mengurungnya di penjara. "Berisik sekali!!! Yo, lihatlah siapa ini? Bukankah ini Pangeran Pertama, Bai Ruyu? Apa kau masih mengingat siapa aku?" salah seorang narapidana berperawakan kekar, perlahan berjalan menghampiri Bai Ruyu seraya melemparkan senyum tersungging penuh makna tersirat.Reflek Bai Ruyu menoleh ke arah sumber suara. Sepontan, tubuhnya menegang kala menatap sang narapidana berotot yang berjalan menghampirinya."S-siapa kau?" tanya Bai Ruyu dengan nada bicara gagap. Kini, Bai Ruyu tak dapat menyembunyikan rasa takutnya lagi."Ternyata kau sungguh telah melupakanku. Auhh ... Jujur saja, aku merasa sakit hati. Kalau begitu, apa kau mengingat siapa Ketua Chen?" tanyanya guna menguji."Ada banyak orang bermarga Chen. Bagaimana aku tahu? Apa nama itu sepenting i
"Hahaha. Bai Wuxin, kau masih saja menyalahkanku atas segalanya. Sampai saat ini, ternyata kau masih saja belum mengerti. Semua ini terjadi karenamu!" tunjuk Bai Ruyu dengan wajah murka ke arah Bai Wuxin."Bai Ruyu, aku rasa kau yang tidak pernah mengerti. Sampai kapan kau akan bersikap egois hingga menghalalkan segala cara hanya untuk menyaingiku? Menyerahlah. Semua ini sudah berakhir. Sampai kapan pun, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku," cetus Bai Wuxin.SREEKK!CRING!Dengan sigap, Bai Ruyu bangkit dari singgasanya seraya menyerang Bai Wuxin dengan pedangnya. Sedangkan Bai Wuxin yang lebih cekatan langsung menangkis serangan dari Bai Ruyu. Pedang mereka saling beradu dengan gesitnya, bersamaan dengan sorot mata tajam bak ujung bilah pedang yang siap terhunuskan. Namun, di tengah pertarungan, penyakit Bai Ruyu tiba-tiba kambuh. Pada detik itu, Bai Wuxin tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjatuhkan lawan dengan sekali serang. Pada akhirnya, Bai Wuxinlah yang berhasil memena
"Siswa? Siswa?" Seorang petugas perpustakaan berusaha menggugah Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Hah?!!" Sepontan Qiao Zhi Jing terhenyak tatkala bangun dari lelapnya. Qiao Zhi Jing mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan netra terbelalak saking antusiasnya. "Apa yang terjadi? Di mana aku?" Qiao Zhi Jing bergumam dengan wajah ling lung."Siswa, apa kau baik-baik saja?" tanya sang petugas perpistakaan."Eh? Ah?" Tanggapan Qiao Zhi Jing gelagapan, tersadar kala mendapati di hadapannya berdiri seorang petugas perpustakaan yang sejak tadi berusaha keras membangunkan Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Maaf, sudah larut malam. Sudah waktunya kami tutup," kata sang petugas perpustakaan."Tutup? apa maksudnya?" Qiao Zhi Jing bertanya-tanya keheranan. Entah mengapa, Qiao Zhi Jing merasa amat kesulitan memahami dirinya sendiri, layaknya baru terbangun dari tidur yang cukup panjang. Entah apa yang telah terjadi kepadanya, yang jelas isi pikirannya sangat berantakan saat ini."Sudah larut malam. Pe
"TIDAAAAKKK!!!" teriak Bai Wuxin dengan lantang kala menyaksikan wanita yang dicintainya terluka. Tanpa banyak berpikir, Bai Wuxin bergegas berlari tergopoh-gopoh menuju istana demi menghampiri Qiao Zhi Jing.Setelah Ming Tian berhasil menargetkan Qiao Zhi Jing, Hua Rong yang berdiri di dekatnya takkan tinggal diam. Hua Rong turut memungut satu pedang yang tersisa dari lantai, lalu menebas leher Ming Tian. Tak puas hanya dengan satu kali tebasan, Hua Rong yang dikuasai dendam dan kemurkaan, ia menusuk-nusuk tubuh Ming Tian, lalu memutilasinya hingga tubuh Ming Tian terpisah menjadi beberapa bagian."Aaaarrrggghhh!!! kenapa kau membunuhnya? kenapa? kenapa? kenapa!!! aku harus membunuhmu! matilah! matilah!!!" Hua Rong telah kehilangan kendali atas dirinya."H-Hua Rong ... jangan. Be ... berhentilah," lirih Qiao Zhi Jing. Dia berusaha menghentikan Hua Rong. Pandangannya berkunang-kunang, tubuh Qiao Zhi Jing melemah dan meluruh. Setelah itu ...HAP!"Qiao Zhi Jing, bertahanlah ... ." Hua