Terlalu sulit untuk menghentikan tindakan gila Qiao Li Ying. Bahkan, darah segar pun terus menetes dari telapak tangannya akibat robekan kulit yang tergores belati ketika Bai Ruyu berusaha menghentikannya. Tak ingin Qiao Li Ying terluka lebih parah, Bai Ruyu segera memukul pundaknya dengan keras hingga berhasil membuatnya jatuh pingsan."Ming Tian!" Sekali Bai Ruyu memanggil nama Ming Tian dengan lantang. "Ming ... ." Ah, dia sampai lupa jika pelayannya yang bernama Ming Tian sudah menjabat dalam pemerintahan.Pavilium di Istana Timur tampak sangat sepi. Namun, itu bukan hal yang buruk. Dengan demikian, Bai Ruyu dapat membawa Qiao Li Ying pergi tanpa sepengetahuan siapa pun. Peristiwa yang baru saja terjadi itu tak boleh diketahui oleh siapa pun. Jadi, Bai Ruyu terpaksa harus memutar arah dengan mengambil rute jalan belakang.Bai Ruyu menggendong tubuh Qiao Li Ying yang bersimbah darah menuju istananya secara diam-diam.***"Hei! Bai Wuxin, kenapa kau muncul di mana-mana. Pergi sekar
"Tidak, aku masih ingin mengganggumu," imbuh Bai Wuxin dengan santainya."Hei, sudah kubilang jangan menyentuhku! singkirkan tanganmu!" marahnya tatkala merasakan hawa dingin menggerayangi pergelangan tangannya."Apa maksudmu? aku sama sekali tidak menyentuhmu." Bai Wuxin gegas mengangkat kedua tangannya ke permukaan air guna membuktikan ucapannya. "Lihat!" Ternyata dia sama sekali tidak berbohong. Dia sama sekali tak menyentuh Qiao Zhi Jing.Lantas, mengapa Qiao Zhi Jing merasa pergelangan tangannya terlebit seolah dicengkram oleh sesuatu?Sepontan manik netra Bai Wuxin membola tatkala menyaksikan penampakan di balik tubuh Qiao Zhi Jing. Dengan sigap, lengannya langsung menerobos ke balik tubuh Qiao Zhi Jing. Pada detik itu, Qiao Zhi Jing sangat terkejut dan reflek menoleh ke belakang."Aaaa!!!" Qiao Zhi Jing berteriak histeris karena sangat ketakutan kala melihat penampakan seekor ular berukuran sedang yang tengah melingkar di tubuhnya."Jangan bergerak!" Bai Wuxin menarik tubuh Qia
“Selamat pagi, Permaisuri. Sekarang saya adalah pelayan yang akan melayani kebutuhan Anda di istana ini,” sambut seorang wanita yang mengenakan pakaian pelayan Istana Timur. Pelayan wanita itu adalah Qiao Li Ying. Setelah siuman, Qiao Li Ying pun bergegas melarikan diri dari kediaman Bai Ruyu demi menuju Istana Timur dan menyamar menjadi seorang pelayan yang akan melayani Tuan Putri Negara Tang, Wan Ming Ye. “Ouch … sejak kapan aku tertidur?” tanya Wan Ming Ye sembari memegangi kepalanya yang terasa pusing akibat efek obat bius dari dupa yang baru saja dimatikan oleh Qiao Li Ying. Dupa yang mengandung obat bius sengaja dihidupkan untuk menjaga Wan Ming Ye tetap terlelap. Sedangkan Qiao Li Ying sengaja mematikan dupa agar Wan Ming Ye tersadar dari lelapnya.“Semalam Anda tertidur nyenyak. Mungkin Anda tidak terlalu mengingatnya,” ujar Qiao Li Ying. “Benarkah? Jadi, sekarang kau adalah pelayanku. Lalu, di mana pelayanku biasanya?” cecar Wan Ming Ye. “Maaf, Permaisuri. Istana
"Permaisuri, terimakasih karena telah menerimaku." Qiao Li Ying menatap wajah Wan Ming Ye dengan netra berkaca-kaca."Tidak masalah. Mulai sekarang, tidak akan ada lagi yang bisa melukaimu. Kau aman bersamaku." Wan Ming Ye berusaha menenangkan dengan ucapan tulusnya.Wan Ming Ye benar-benar tak pernah menganggap seorang Qiao Li Ying adalah ancaman baginya. Itulah sebabnya, tepat di hari upacara pernikahannya, sebuah tragedi besar terjadi.FLASHBACK ON"Qiao Li Ying, aku harap kau tidak memainkan trik di belakangku. Wan Ming Ye bukanlah orang yang bisa kausentuh sembarangan. Dia adalah kunci kekuasaanku. Jika tidak ... .""Kau akan membunuhku?" potong Qiao Li Ying."Jika harus, aku tidak akan segan membunuhmu dengan tanganku sendiri," tegas Bai Ruyu. Dia sudah kehabisan cara untuk menghadapi Qiao Li Ying. Ada masanya dia menyesal karena telah memelihara dan memberikan banyak kasih sayang kepada hewan buas yang bisa sewaktu-waktu menerkamnya."Kau tidak akan bisa membunuhku. Bai Ruyu, a
[Hari Upacara Pernikahan Bai Ruyu dan Wan Ming Ye]Hari yang dinanti-nanti kedua Negara akhirnya telah tiba. Demi menjaga ketertiban acara, Negara Qing memberi peraturan agar para prajurit Negara Tang tetap ditahan di perbatasan, sementara hanya Keluarga Kerajaan yang akan dipersilakan memasuki wilayah Negara Qing.Kabar gembira ini telah menyebar luas ke berbagai penjuru. Para rakyat bersuka cita dan merayakan hari berbahagia, di mana mereka tidak perlu menderita lagi akibat peperangan yang berangsur-angsur. Jika pernikahan ini berhasil, maka kedua Negara akan bersatu dan perdamaian akan tercipta. Semua itu adalah hasil akhir yang diinginkan semua orang, walaupun sebenarnya mereka tidak tahu bahwa secara tidak langsung Negara Qing telah menyerahkan wilayahnya sebagai wilayah persatuan Negara Tang. Jika pernikahan berhasil dilanngsungkan, maka tidak akan ada lagi nama Negara Qing."Jika pernikahan ini berhasil, maka usaha kita selama ini akan sia-sia. Negara Tang akan mengambil alih k
"Permaisuri, apa Anda sudah selesai?" tanya Qiao Li Ying dari luar kamar mandi.Sudah sekitar 30 menit Wan Ming Ye berdiam diri di dalam kamar mandi. Dia memang tak berniat keluar dari sana, sebab hari ini adalah hari pernikahannya. Kini, hanya tersisa satu harapan baginya. Entah apakah surat rahasia yang dikirimkannya telah sampai ataukah belum kepada sang penerima. Surat yang dikirimkan oleh Wan Ming Ye ditujukan kepada Ju Ji Man. Dia berharap agar pria yang dicintainya menerima suratnya dan bersedia membantunya melarikan diri dari pernikahan yang sama sekali tak diinginkannya. Hanya itulah yang diharapkan oleh Wan Ming Ye saat ini. Meskipun dia tahu semua pada akhirnya akan sia-sia, namun dia tak pernah berhenti berharap pada satu kemungkinan dalam kemustahilan.Setelah berpikir lama, akhirnya Wan Ming Ye menyerah. Kali ini, hanya terserah bagaimana takdir yang menentukan. Wan Ming Ye pun keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk kulit, lalu disambut oleh Qiao Li Ying."Perma
CRING!JLEB!Ujung bilah pedang tajam tanpa ragu menembus jantung sang pengantin wanita yang mengenakan penutup kain merah. Perlahan kain tersebut merosot, lantas mengungkap wajah di baliknya."B-Bai Ruyu ... tidak kusangka, kau benar-benar membunuhku," ucapnya dengan suara terputus-putus akibat menahan sakitnya tikaman yang menembus jantungnya."Qiao Li Ying ...," gumam Bai Ruyu. Ia hanya terpaku di tempat, menatap tajam sorot mata Qiao Li Ying yang menatapnya dengan tatapan nanar.Dalam hatinya hanya tidak menyangka bahwa Bai Ruyu akan sangat kejam menikam jantungnya, walaupun sebenarnya Qiao Li Ying telah menduga bahwa Bai Ruyu telah mengetahui trik yang sedang dimainkan oleh Qiao Li Ying. Bai Ruyu tahu jika wajah di balik pengantin wanita bukanlah Wan Ming Ye, melainkan Qiao Li Ying. Namun, dia sengaja tetap diam hingga penyamaran Qiao Li Ying terungkap, lalu tanpa ragu menikam jantungnya."Dia bukan Tuan Putri Wan Ming Ye? lalu, di mana dia?" "Di mana Tuan Putri Wan Ming Ye?"Se
Tatkala kembang api peringatan tanda bahaya diluncurkan, seketika seluruh pasukan Negara Tang mulai bersiap berperang. Kabar tentang meninggalnya Tuan Putri Wan Ming Ye pun telah menyebar dengan cepat, mengobarkan semangat balas dendam prajurit Negara Tang untuk berperang melawan Negara Qing yang telah berani berkhianat. Kabar itu pun telah sampai ke kamp militer tempat Bai Wuxin dan para rekannya berlatih. Perubahan benar-benar terjadi dan hal ini telah menjadi salah satu hal yang telah diprediksi. Seluruh prajurit Elang Hitam telah lama mempersiapkan diri dan menyusun strategi demi berperang melawan musuh di perbatasan Kota Ping’An yang sampai saat ini masih tetap berhasil dipertahankan oleh Pasukan Elang Hitam, sementara di Kota Shui pasukan musuh mulai bergerak maju. “Tuan Putri Wan Ming Ye meninggal? Siapa yang membunuhnya?” Qiao Zhi Jing menerobos masuk ke dalam tenda tempat Bai Wuxin dan rekannya yang tengah berunding menyusun strategi peperangan. Kedatangannya sontak menghen
Para tetua Negara Tang membawa kavalerinya untuk memerangi tentara Negara Qing yang menjaga di perbatasan. Sebelum berangkat ke Ibu Kota, Bai Wuxin sempat menitipkan perbatasan kepada Ling Yi untuk berjaga-jaga. Sesuai dengan prediksi, ternyata masih ada sisa-sia prajurit Negara Tang yang tidak terima dengan perjanjian perdamaian. Namun, melihat Kaisar Wan yang tampak baik-baik saja, seketika para tetua menghentikan para prajuritnya. Setelah itu, Kaisar Wan sendiri yang mencetuskan dekret bahwa Negara Qing dan Negara Tang telah menjanjikan perdamaian. Jika ada yang berani melawan dekret tersebut, maka dialah yang akan dicap sebagai pemberontak.Seketika para tetua dan segenap prajurit Negara Tang menerima dekret tersebut tanpa melawan. Sejak saat itu, Negara Qing dan Negara Tang akhirnya damai setelah berperang selama puluhan tahun. Rakyat menjadi lebih makmur, aman, dan tentram, sementara kursi singgasana Negara Qing masih dibiarkan kosong karena Bai Wuxin menolak posisi tersebut."P
"Jadi, namamu Qiao Zhi Jing?" Entah sejak kapan dia berdiri di sana, lalu tiba-tiba mencekal lengan Qiao Zhi Jing, lalu memojokkannya ke dinding.Hua Rongzhou sudah lama menunggu Qiao Zhi Jing keluar dari toilet. Mana kala pada saat itu, kelas tengah berlangsung dan Qiao Zhi Jing meminta izin untuk pergi ke toilet. Selang setalah 5 menit berlalu, giliran Hua Rongzhou yang turut meminta izin pergi ke toilet. Tak disangka, ternyata izin Hua Rongzhou hanyalah alasan agar dia dapat berbicara dengan Qiao Zhi Jing.Qiao Zhi Jing reflek mengernyitkan kedua alisnya seraya berontak dari cekalan Hua Rongzhou yang begitu kuat mencengkram lengannya. Tak hanya satu lengannya saja, kini Hua Rongzhou bahkan dengan beraninya mencengkram kedua lengan Qiao Zhi Jing dan mengangkatnya ke atas."Hei, apa yang kaulakukan?" protes Qiao Zhi Jing karena tak dapat menahan emosinya, apalagi melawan tenaga Hua Rongzhou yang jauh lebih besar dibandingkan tenaganya."Jawab aku! apa namamu Qiao Zhi Jing?" Nada suar
"Baiklah. Hua Rongzhou, silakan duduk di kuris kosong sebelah Qiao Zhi Jing," himbau Guru Fang."Apa?!" Reflek Qiao Zhi Jing bangkit dari posisinya dan mengejutkan seisi kelas. Mata memandang tertuju kepadanya. Untuk pertama kalinya, Qiao Zhi Jing dijadikan sorotan oleh seluruh teman kelasnya."Ada masalah apa, Qiao Zhi Jing?" tanya Guru Fang."Ah ... itu ... maaf, maaf, saya hanya terkejut." Qiao Zhi Jing dengan sungkan dan canggung kembali duduk di kurisinya.Selang kemudian, murid pindahan bernama Hua Rongzhou melangkah menuju kursi kosong yang terletak di samping kanan Qiao Zhi Jing. Sedangkan Qiao Zhi Jing sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain sembari menutupinya dengan buku. Ia terlalu enggan menatap siswa pindahan bernama Hua Rongzhou yang sempat beradu konflik dengannya pada pagi tadi."Aissshh ... sial! kenapa dia malah muncul di sini?" gerutunya kesal. "Tidak! untuk apa juga aku bersembunyi seperti ini? jelas-jelas dia yang salah karena menabrakku lebih dulu, bahkan perg
"Aisshh ... dasar bocah arogan! kuharap kau jatuh terpeleset," decak Qiao Zhi Jing karena kesal mendengar respon dari siswa tampan.SLERET ... "Och ... sialan! siapa orang yang masih membuang kulit pisang di trotoar," umpatnya selepas terlepet dan jatuh karena menginjak kulit pisang.Netra Qiao Zhi Jing membola tatkala menyaksikan pemandangan di hadapannya. Tercengang karena tak menyangka harapannya langsung dikabulkan hanya dengan menunggu satu detik saja. Bingung bercampur puas menjadi satu rasa berkecamuk dalam hatinya. Namun, perasaan puas yang memenangkan peraduan. Seulas senyum terukir jelas di garis bibir Qiao Zhi Jing. Kemudian, dia pun tertawa lepas."Hahaha. Dia memang pantas mendapatkannya," ucap Qiao Zhi Jing. "Ouch ... sakit sekali," rintihnya kesakitan tatkala menggerakkan kakinya guna beranjak dari tempatnya. "Bocah tengik! sudah membuatku seperti ini, malah langsung pergi. Awas saja jika kita bertemu lagi. Aku pasti akan langsung menendang lututmu!" cetusnya.***"Hei
Sama seperti biasanya, Qiao Zhi Jing kembali menjalani hari-hari normal sebagai siswa yang datang ke sekolah setiap pagi. Pagi hari, sekitar pukul 06.00 pagi, dia sudah berangkat menuju sekolah. Namun, entah mengapa tanpa sadar langkahnya menuntun dirinya menuju perpustakaan Kota."Ada apa denganku? Kenapa aku malah pergi ke sini?" Ketika terbangun dari alam bawah sadarnya, Qiao Zhi Jing akhirnya tersadar bahwa dirinya saat ini tengah berada di depan perpustakaan Kota yang masih belum beroperasi. Ia menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal. BRUK! Namun, tiba-tiba saja seseorang menabaraknya hingga dia kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur."Ouch. Sakit sekali," pekiknya kesakitan sembari memegangi lututnya yang memar, namun tidak berdarah."Maaf, maaf sekali. Aku tidak sengaja. Biar kubantu." Sosok yang baru saja menabrak Qiao Zhi Jing tak pergi begitu saja sebelum bertanggung jawab karena tidak sengaja menabrak Qiao Zhi Jing. Dia bergegas mengulurkan tangannya guna
"Hei, Bai Wuxin sialan! Keluarkan aku dari sini! Hei!!!" umpat Bai Ruyu seraya memberontak dengan cara menghantam-hantamkan tinjunya ke sel penjara. Alhasil, Bai Wuxin menyisakan nyawa Bai Ruyu dan memutuskan untuk mengurungnya di penjara. "Berisik sekali!!! Yo, lihatlah siapa ini? Bukankah ini Pangeran Pertama, Bai Ruyu? Apa kau masih mengingat siapa aku?" salah seorang narapidana berperawakan kekar, perlahan berjalan menghampiri Bai Ruyu seraya melemparkan senyum tersungging penuh makna tersirat.Reflek Bai Ruyu menoleh ke arah sumber suara. Sepontan, tubuhnya menegang kala menatap sang narapidana berotot yang berjalan menghampirinya."S-siapa kau?" tanya Bai Ruyu dengan nada bicara gagap. Kini, Bai Ruyu tak dapat menyembunyikan rasa takutnya lagi."Ternyata kau sungguh telah melupakanku. Auhh ... Jujur saja, aku merasa sakit hati. Kalau begitu, apa kau mengingat siapa Ketua Chen?" tanyanya guna menguji."Ada banyak orang bermarga Chen. Bagaimana aku tahu? Apa nama itu sepenting i
"Hahaha. Bai Wuxin, kau masih saja menyalahkanku atas segalanya. Sampai saat ini, ternyata kau masih saja belum mengerti. Semua ini terjadi karenamu!" tunjuk Bai Ruyu dengan wajah murka ke arah Bai Wuxin."Bai Ruyu, aku rasa kau yang tidak pernah mengerti. Sampai kapan kau akan bersikap egois hingga menghalalkan segala cara hanya untuk menyaingiku? Menyerahlah. Semua ini sudah berakhir. Sampai kapan pun, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku," cetus Bai Wuxin.SREEKK!CRING!Dengan sigap, Bai Ruyu bangkit dari singgasanya seraya menyerang Bai Wuxin dengan pedangnya. Sedangkan Bai Wuxin yang lebih cekatan langsung menangkis serangan dari Bai Ruyu. Pedang mereka saling beradu dengan gesitnya, bersamaan dengan sorot mata tajam bak ujung bilah pedang yang siap terhunuskan. Namun, di tengah pertarungan, penyakit Bai Ruyu tiba-tiba kambuh. Pada detik itu, Bai Wuxin tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjatuhkan lawan dengan sekali serang. Pada akhirnya, Bai Wuxinlah yang berhasil memena
"Siswa? Siswa?" Seorang petugas perpustakaan berusaha menggugah Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Hah?!!" Sepontan Qiao Zhi Jing terhenyak tatkala bangun dari lelapnya. Qiao Zhi Jing mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan netra terbelalak saking antusiasnya. "Apa yang terjadi? Di mana aku?" Qiao Zhi Jing bergumam dengan wajah ling lung."Siswa, apa kau baik-baik saja?" tanya sang petugas perpistakaan."Eh? Ah?" Tanggapan Qiao Zhi Jing gelagapan, tersadar kala mendapati di hadapannya berdiri seorang petugas perpustakaan yang sejak tadi berusaha keras membangunkan Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Maaf, sudah larut malam. Sudah waktunya kami tutup," kata sang petugas perpustakaan."Tutup? apa maksudnya?" Qiao Zhi Jing bertanya-tanya keheranan. Entah mengapa, Qiao Zhi Jing merasa amat kesulitan memahami dirinya sendiri, layaknya baru terbangun dari tidur yang cukup panjang. Entah apa yang telah terjadi kepadanya, yang jelas isi pikirannya sangat berantakan saat ini."Sudah larut malam. Pe
"TIDAAAAKKK!!!" teriak Bai Wuxin dengan lantang kala menyaksikan wanita yang dicintainya terluka. Tanpa banyak berpikir, Bai Wuxin bergegas berlari tergopoh-gopoh menuju istana demi menghampiri Qiao Zhi Jing.Setelah Ming Tian berhasil menargetkan Qiao Zhi Jing, Hua Rong yang berdiri di dekatnya takkan tinggal diam. Hua Rong turut memungut satu pedang yang tersisa dari lantai, lalu menebas leher Ming Tian. Tak puas hanya dengan satu kali tebasan, Hua Rong yang dikuasai dendam dan kemurkaan, ia menusuk-nusuk tubuh Ming Tian, lalu memutilasinya hingga tubuh Ming Tian terpisah menjadi beberapa bagian."Aaaarrrggghhh!!! kenapa kau membunuhnya? kenapa? kenapa? kenapa!!! aku harus membunuhmu! matilah! matilah!!!" Hua Rong telah kehilangan kendali atas dirinya."H-Hua Rong ... jangan. Be ... berhentilah," lirih Qiao Zhi Jing. Dia berusaha menghentikan Hua Rong. Pandangannya berkunang-kunang, tubuh Qiao Zhi Jing melemah dan meluruh. Setelah itu ...HAP!"Qiao Zhi Jing, bertahanlah ... ." Hua