Share

Chapter 12

Author: Amelia Siauw
last update Last Updated: 2021-01-20 15:46:36

     Kemudian, ia tersenyum.

     “Karena kita punya nasib yang sama, sama-sama sebagai kaum terjajah, bagaimana jika kalian membantu kami?” tanyanya santai.

     “Tentu, jika Anda ingin turut bergabung melawan Han, kami akan dengan senang hati siap membantu Anda.”

     “Oh, bukan untuk itu. Aku tetap setia pada Han.”

     Seluruh pemberontak menggerung keras. He Xian tersenyum semakin lebar.

     “Jika kalian tidak bersedia, aku juga tidak akan memaksa. Karena itu, izinkan aku tetap menjalankan kewajibanku sebagai wakil Han.” He Xian berpaling ke arah Sersan Zhen, “Kira-kira, apakah mereka sudah selesai?”

     “Kurang lebih, Tuan.”

     “Bagus,” Ia kembali menoleh ke arah Tuan Li dan lainnya. “Silakan kalian pergi keluar dan lihat, apa yang sedang terjadi.”

     Para pemberontak kelihatan benar sangat enggan menuruti perintah He Xian, namun melihat roman muka He Xian yang nampak seolah mengejek, mau tak mau mereka merasa was-was, pun segera melangkah keluar.

     Dan apa yang mereka saksikan di luar benar-benar mengejutkan mereka, begitu mengejutkan sampai-sampai membuat jantung mereka nyaris copot.

     Ada sekitar 1.000 pasukan Han yang tengah mengepung kegubernuran Chang. Tapi poin pentingnya bukan di situ, melainkan pada benda yang dibawa pasukan Han, yang merupakan patung Dewi Yu-Wang raksasa setinggi kira-kira 100 m. Patung itu sungguh-sungguh indah, seluruhnya terbuat dari batu giok berstandar paling tinggi, dan cahaya kehijauannya kini memantulkan warna jingga terang dari pancaran api obor yang dibawa para pasukan Han. 

     “Mereka semua siap menghanguskan patung peninggalan satu-satunya Dewi Yu-Wang kalian. Sebetulnya aku sendiri menyayangkannya, patung itu teramat indah, namun tak ada pilihan lain...” He Xian berujar santai. “Dan perlu kuberitahu satu hal lagi, pasukan kami juga telah mengepung Kuil Yu-wang Tian-tang kalian yang tersohor itu. Mereka tinggal menunggu perintahku, jadi jika kalian menyatakan siap melawan, aku akan...” 

     He Xian siap mengangkat tangan kanannya, namun seruan mendadak Tuan Li membuyarkan rencananya.

     “Hentikan!...” Ia tampak putus asa. “Kami menyerah!”

     Dengan frustrasi, Tuan Li membanting pedang kebesarannya ke tanah. Melihat sang pemimpin telah mengibarkan bendera putih tanda kalah perang, para petinggi Chang lainnya juga menyerukan hal yang sama. He Xian dapat melihat kegetiran tergambar jelas dalam raut wajah mereka. Pemuda itu kemudian meraih selembar gulungan kuning emas berisi titah kaisar, kemudian membacakannya keras-keras, dekrit yang menitahkan mereka semua diganjar hukuman mati.

     Setelah usai menjalankan tugas, mereka segera pulang ke Han. Di tengah perjalanan, Letnan Xiang berkata dengan kagum, “Jadi begitu rupanya, Tuan Sun, mengapa Anda menaruh pasukan kita di Hesheng-lu, Anshan-lu serta Kunlun-lu. Karena tujuan utama Anda adalah menyerang Kuil Yu-wang Tian-tang?”

     “Bangsa Chang amat menjunjung tinggi adat istiadat dan kepercayaan mereka. Maka pula, mereka berhasil mempertahankan kepercayaan itu hingga ribuan tahun. Sayang,  kepercayaan yang seharusnya membawa kebaikan itu kini malah mengundang bencana...”

     Namun demikian, ada sesuatu dalam kata-kata para petinggi Chang tadi yang mengusik pikirannya begitu rupa. Sesuatu mengenai Han Ming Shi, yang amat mengusiknya hingga ia memutuskan untuk segera memastikannya begitu ia telah sampai di Han.

***

     “Selamat, Tuan Sun. Aku sangat bangga padamu. Kau membuktikan pada dunia bahwa keputusanku memilihmu tidaklah salah,” Ming Shi berujar, bola matanya menatap He Xian dengan berbinar.

     “Terima kasih atas pujian Yang Mulia...” He Xian menelan ludah. Ia masih kurang berani menanyakan pertanyaan yang sebetulnya sudah ada di ujung lidah itu.

     Ming Shi tanggap akan gelagat He Xian itu. “Bila Tuan Sun memiliki pertanyaan, jangan ragu, silakan tanyakan saja.”

     He Xian menarik nafas. “Yang Mulia, saya dengar Anda melarang bangsa Chang menunaikan adat istiadat dan kepercayaan mereka. Mengapa?”

     “Ah, soal itu,” Ming Shi tampak jengkel. Sepertinya telah banyak orang yang menanyakan pertanyaan yang serupa dengan He Xian padanya. “Bangsa Chang sebetulnya berpotensi untuk maju, namun terlalu terikat kepercayaan kuno yang  selanjutnya menghambat kemajuan mereka.”

     “Tapi itu budaya yang sudah berumur ribuan tahun!” Sadar akan keberaniannya yang kelewatan dengan memutus kata-kata kaisar, He Xian cepat-cepat membungkuku meminta maaf, “Maafkan kelancangan saya, Yang Mulia, Saya tidak bermaksud...”

     “Tidak apa. Teruskan!”

     “Maksud saya sebaiknya Anda jangan memaksakan kehendak Anda pada mereka. Bangsa Chang amat mempercayai agama mereka, biarkan saja mereka begitu. Karena Anda tidak akan pernah bisa membuat dunia khayalan Anda seluruhnya menjadi kenyataan.”

     Mungkin bagi He Xian kata-kata itu hanyalah merupakan usulan belaka, tetapi bagi Ming Shi, kata-kata itu bagaikan pelecehan besar. Ia seolah dapat mendengar ulang kata-kata Sekretaris Li bergema dalam pikirannya, “Anda tidak bisa membuat dunia serupa alam khayal imajinasi Anda...”. “Jadi maksudmu kau mengerti tentang apa yang sempurna dan tidak sempurna? Apa yang harus, dan tidak harus, kulakukan?...”

     He Xian dapat menangkap kilat kemarahan dalam bola mata Ming Shi. Tetapi ia merasa kata-katanya tidak melanggar jalan kebenaran, karenanya dengan berani ia membalas, “Sama sekali bukan maksud saya untuk mendikte Anda, Yang Mulia. Saya hanya tidak menginginkan terjadi kembali perang dan pemberontakan, yang pada selanjutnya harus mengorbankan nyawa-nyawa tak bersalah. Sebab bila Anda menginginkan perubahan suatu bangsa secara instan, ya beginilah hasilnya. Pemberontakan. Dan sebetulnya, kepercayaan bangsa Chang itu sangat unik dan akan sangat baik bila kita membiarkannya mengisi khazanah keanekaragaman bangsa dunia, dan bukan menghilangkannya...”

     “Dan apakah layak dipertahankan bila kepercayaan itu malah menghilangkan nyawa manusia? Tampaknya masih banyak hal yang harus kaupelajari, Sun He Xian. Hanya demi kepercayaan kolot mereka, bangsa Chang bahkan tega mengorbankan anak-anak dan bayi-bayi kepada dewa-dewi yang belum tentu nyata! Makanya seperti yang kau lihat sendiri, mereka bahkan bersedia mati hanya demi sebuah patung yang tak bernyawa!”

     He Xian terdiam. Ia memang tak menyangka bangsa Chang memang sebegitu kelewatannya menyembah agama mereka. Tapi bukankah kau sendiri tega membasmi tawanan kalah perangmu dengan kejam, sama saja kau dengan kekolotan orang-orang Chang! “Tapi yang Mulia, walau demikian Anda tetap tidak boleh mengadakan perbaharuan demikian ekstrim? Toh, Anda bisa melakukan perbaharuan secara perlahan-lahan?”

     “Yang namanya mengadakan perbaharuan, tentunya harus menggunakan perlakuan keras seperti ini, kalau tidak, sampai kapanpun mereka tidak akan bisa diubah! Sun He Xian, bila kau tidak mengerti apa-apa tentang sistem ketatanegaraan, sebaiknya tutup mulut dan jangan membantah lagi, lakukan saja seperti yang kuperintahkan!” ujar Ming Shi keras kepala.

     He Xian terhenyak. “Jadi misalnya bila negeri kami, Ming, memiliki kepercayaan yang Anda anggap sama kolotnya dengan Chang, Anda juga akan menumpasnya tanpa ampun?”

     “Tentu saja!” Ming Shi menatap He Xian, dengan sangat tajam. “Kau punya keluhan?”

     He Xian menunduk. “Saya tidak berani” 

     “Bagus. Sekarang pergilah!”

     Kalimat itu bernada pengusiran. Tak punya pilihan lain, He Xian membungkuk memberi hormat, kemudian segera melangkah keluar ruangan.

     Kejadian ini membuat He Xian semakin mengetahui sifat asli junjungannya, dan itu amat tidak menyenangkan hatinya.

Related chapters

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 13

    Ming Shi menatap pemuda yang baru saja berdebat dengannya itu menghilang di balik pintu, wajahnya berkeriut tidak senang. Bahkan sekarang, anak ingusan itu, yang pula berstatus jauh lebih rendah darinya, pun berani memprotesnya? Padahal ia sudah muak melayani komentar-komentar sok itu. Ia bekerja keras memikirkan yang terbaik buat bangsanya, dan ia sebagai pemimpin tentu saja tahu apa yang terbaik bagi negeri yang dipimpinnya. Tapi, mengapa protes-protes itu tetap saja ada? Bahkan, bukan hanya Chang saja yang melancarkan aksi perlawanan. Banyak negeri-negeri vassal lainnya yang turut memberontak, walaupun masih tidak separah Chang. Mengapa sulit sekali untuk membimbing mereka - orang-orang rendahan itu - untuk bisa mengerti akan jalan yang benar? Iapun teringat akan kata-kata salah seorang leluhurnya, “Bila kau tidak bisa menuntut sesuatu dengan kebaikan, maka gunakanlah kek

    Last Updated : 2021-01-20
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 14

    Masih ada tiga negara yang belum berhasil dikuasai Han. Yeong-Shan, Khanate dan Qi. Ming Shi memastikan ambisinya harus dapat terwujud. Ia harus menguasai ketiga negara itu. Target pertamanya adalah Yeong-Shan. Ia membicarakannya dalam rapat kerajaan. “Sudah tiba waktunya kita mengerahkan pasukan menaklukkan Yeong-Shan. Ada yang mempunyai usul mengenai ini?” Jenderal Wei maju ke depan. “Lapor, Yang Mulia. Pasukan kita berada dalam stamina puncak. Bila kita menyerang Yeong-Shan, kemenangan sudah pasti berada di pihak kita.” Tidak ada tanggapan dari menteri lainnya. Menganggap kebisuan mereka sebagai tanda persetujuan, Ming Shi bangkit berdiri, mengeluarkan titahnya. “Kuperintahkan Menteri Sun memimpin 100.000 pasukan, untuk segera pergi menaklukkan Yeong-Shan!” *** Yeong-Shan terletak

    Last Updated : 2021-01-20
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 15

    Bahkan perjalanannya saja sudah membuat pasukan Han teramat lelah. Apalagi anggota pasukan seperti He Xian beserta Letnan Xiang dan Sersan Zhen yang berangkat dari Han. Perjalanan dari Han ke Tukhestan saja sudah memakan waktu seminggu. Ditambah perjalanan dari Tukhestan ke Yeong-Shan yang memakan waktu kurang lebih tiga hari. Manalagi mereka tidak bisa beristirahat barang sejenak pun setelah sampai, karena Teluk Dong-Nal yang menjadi pelabuhan teraman bagi kapal-kapal dari Tukhestan telah dipenuhi armada laut Yeong-Shan. Takjub juga He Xian melihat kemegahan armada laut Yeong-Shan yang tidak diduganya. Di pihak lain, pasukan Yeong-Shan juga sangat terkejut mendapati armada laut mereka kalah jumlah sangat jauh dari Han. Ditambah lagi reputasi Han menguasai tiga perempat dunia telah sebelumnya menjatuhkan semangat tempur pasukan Yeong-Shan. Betapapun, Jenderal Min-Hwa tidak lantas putus asa. Ia berdiri di dok terdepan kapal, berseru pen

    Last Updated : 2021-01-20
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 16

    Pagi-pagi sekali, peperangan telah dimulai. Matahari masih belum sepenuhnya bangkit di ufuk timur. Namun kedua pihak, Han dan Yeong-Shan, telah menyiapkan angkatan militer yang serba canggih dan kini siap berhadapan satu sama lain. Ratusan ribu prajurit berjejer menunggu aba-aba, dan begitu tambur dibunyikan, mereka pun segera berlari menyerang. Pertempuran terjadi begitu dashyatnya selama seminggu lamanya. Karena bagaimanapun Yeong-Shan telah kalah, baik secara jumlah, maupun kualitas prajurit serta teknologi senjata. Han menggilas mereka semua dan menekannya sampai ke ibukota Jeong-Neon. Pasukan Han segera berhasil memasuki ibukota Jeong-Neon. Mereka berlari dengan sangat cepat, dan tepat ke arah Istana Hwa-Soon. Hanya dalam waktu kurang lebih lima belas menit, Istana Hwa-Soon telah berada dalam kepungan erat Pasukan Han.*** Seo-Yu memandang Ryu-Na. “Masih belum ada kabar dari

    Last Updated : 2021-01-22
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 17

    Tidak ada seorangpun yang lebih terkejut dibanding He Xian sendiri. Tak disangkanya, ia begitu berani menjatuhkan gulungan berisikan titah kaisar itu. Dan ia tahu dengan jelas, nasib apa yang dinantinya setelahnya kini. Tapi, ia sudah bertekad. Ini keputusannya, ia tidak boleh ragu lagi. Ia mengambil gulungan tersebut, menepuk-nepuknya. “Saya rasa ada yang salah dengan isi gulungan ini. Saya akan terlebih dahulu menanyakannya kepada Yang Mulia Kaisar mengenai hal ini. Baiklah sementara ini begitu saja keputusannya.” Kembali tercipta kesunyian. Semua orang di halaman luas tersebut kontan terbelalak. Min-Hwa kini menatap He Xian lekat-lekat. Ada sebersit sinar kagum terpancar dari bola matanya. Bibirnya melengkung ke atas. Ia tersenyum. Namun tak lama, terdengar suara yang sangat janggal memecah kesunyian. Suara derap kaki kuda yang begitu cepat. Seisi lapangan menoleh, dan mendapat

    Last Updated : 2021-01-24
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 18

    “Hukum mati seluruh pasukan Han!!! “Tunggu sebentar, Yang Mulia!” Seisi lapangan segera mengalihkan pandangan melihat yang barusan berteriak tersebut. Jenderal Park Min-Hwa. “Harap Yang Mulia tidak secara membabi buta mencabut nyawa seseorang. Saya lancang meminta, Yang Mulia mempertimbangkan secara matang baru memutuskan, mana yang pantas dihukum mati, dan mana yang tidak.” Suara Hao Shi keras menggelegar. “Mengampuni mereka?! Tidak mungkin! Aku tak bisa mengampuni siapapun yang bersedia, dan dengan senang hati mengikuti keinginan setan Ming Shi! Apalagi ketika mereka telah melakukan sesuatu yang begitu kejam” “Namun Yang Mulia, perlu Anda ingat. Ada juga pejabat Han yang tidak sungguh-sungguh bersedia mengikuti kemauan kaisarnya, mereka berlaku demikian hanya untuk kelangsungan hidup mereka. Dan, banyak juga pejabat Han yan

    Last Updated : 2021-01-26
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 19

    He Xian terhenyak. Pertanyaan ini benar-benar di luar dugaannya. “Tetapi Yang Mulia, keluarga dan kerabat saya masih di Ming... maksud saya...” “Itu gampang diatur. Aku akan mengabarkan pada Ming Shi bahwa aku menyanderamu sebagai tawanan. Kuberitahukan padamu, dan pada seluruh orang di ruangan ini.” Ia mengedarkan pandangannya ke arah pejabat Han lainnya. “Tujuanku bukanlah untuk saling menyerang dan menaklukkan seperti yang adikku lakukan selama ini. Aku hanya ingin membantu kalian untuk melepaskan diri menjadi masing-masing negara merdeka. Hanya sesederhana itu. Karena aku yakin, kalian semua, terutama yang merupakan bangsa taklukkan Han, merasakan sakit hati yang amat sangat melihat kenyataan negeri kalian dijajah, dan di beberapa sikon, bahkan diperlakukan semena-mena. Begitu bukan? Ya, tentu saja, karena aku sendiri sangat mengerti akan hal itu. Aku sendiri pernah menjadi korban atas ketamakan adikku itu. &n

    Last Updated : 2021-01-28
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 20

    Sungguh suatu kesalahan besar bagi Yan Xu bila ia mengira akan bahagia setelah menikah dengan Ming Shi. Dan ia sangat menyesal karena ia baru mengetahui kenyataan itu setelah mereka menikah. Dulu sang puteri selalu berpikir, seorang suami pastilah akan sangat menyayangi dan memperhatikan isterinya. Walau sebanyak apapun gundik yang dimilikinya, tetap saja sang suami tetap akan mencurahkan perhatian terbanyaknya ke isteri sahnya. Apalagi bayangan Yan Xu tentang Ming Shi pada mulanya adalah, pria itu bersedia menyelamatkannya, rela menghukum mati perdana menteri setianya hanya demi seorang puteri negeri bagian yang tentunya kurang berarti. Pikirnya, pastilah sang kaisar muda yang tampan dan mempesona ini begitu peduli dan memperhatikan wanita. Namun kenyataan berkata sangat pahit. Ming Shi benar-benar tidak menghargai wanita. Karena ia tidak pernah menghargai pernikahan dengan permaisurinya itu.

    Last Updated : 2021-01-30

Latest chapter

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 96

    “Run... Xiang...” Ming Shi bergumam lemah. “Juga... Yan Xu... kurasa aku tak akan bisa bertahan di dunia ini lebih lama...” “Kakanda! Jangan berkata seperti itu! Tabib akan dapat menyembuhkan luka Anda!...” Yan Xu menjerit histeris, sementara He Xian dan Sekretaris Li memandang Ming Shi dengan lesu. Luka di tubuhnya sudah terlalu parah untuk dapat disembuhkan. Nyawanya tak mungkin diselamatkan. “Percuma saja Yan Xu...”M ing Shi menatap Yan Xu lekat-lekat. “Aku hanya menyesalkan satu hal, mengapa aku tidak diperbolehkan berada di dunia ini lebih lama. Aku masih belum sempat membahagiakan permaisuri yang aku cintai...” Yan Xu tergugu. Selama ini tidak pernah ia mendengar Ming Shi mengatakan bahwa pria itu mencintainya. Jangankan itu, pria itu bahkan tidak pernah memujinya cantik seperti yang lumrah dilakukan seorang pria terhadap kekasihnya. Mendadak, ia merasa limbung luar bi

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 95

    Putri Chang menyentak sinar setar, begitu keras dan mengejutkan hingga membangkitkan suatu sengatan yang secepat kilat menstimulasi otak He Xian. Senyum sang putri mengembang. Ia telah berhasil memengaruhi He Xian sepenuhnya, dan pemuda itu akan mengangkat pedangnya untuk selanjutnya menyerang Ming Shi. “Kalian salah. Hatiku tidak lagi menyimpan kebencian dan dendam terhadap Kaisar Han. Dan itu jauh lebih baik. Dendam bagaikan kumpulan api yang panas membakar, belum tentu kalian berhasil meluapkannya, namun kobaran api tersebut sudah pasti melukai diri kalian sendiri. Dengan membuang kobaran api tersebut, aku menghentikan melukai diriku sendiri.” He Xian berkata bijaksana. “Aku tahu Tuhan menciptakan aku ke dunia ini bukan untuk mewujudkan misi negatif. Melainkan untuk mewujudkan sebuah misi positif dengan mengalahkan rintangan berupa hasrat negatif. Begitu juga dengan kalian. Singkirkanlah semua kebencian kalian, dan

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 94

    Mangkuk tersebut kini berada dekat sekali dengan tangan Ming Shi. Si wanita menyentak halus, dan Ming Shi mulai mengangkat mangkuk itu, siap meminumnya. TSRATTT! Lontaran panah secepat kilat menjatuhkan mangkuk beracun tersebut. Si wanita berbalik, siap membuat perhitungan pada orang yang berani mengacaukan pekerjaannya yang nyaris rampung itu. “Siapa kau?!” Ia berseru marah. Di saat bersamaan Ming Shi juga tersadar sepenuhnya dari hipnotis si wanita. “Sun He Xian dan Run Xiang?!” serunya. “Juga... Yan Xu! Bagaimana kalian bisa ada di sini?!” He Xian dan Sekretaris Li menghaturkan hormat, “Berkat Yang Mulia Permaisuri, Yang Mulia, beliaulah yang mendapatkan firasat Anda tengah mengalami bahaya. Dan syukurlah, rupanya kami datang tepat pada waktunya. Anda nyaris saja membunuh diri Anda sendiri!” &

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 93

    Mereka telah merencanakan akan mengadakan di bawah pohon willow raksasa ini. Dua orang telah berdiri di sana, menunggu dengan tak sabar orang ketiga yang tak kunjung datang. “Mengapa ia lama sekali datang?” si wanita berseru tak sabar. “Apa dia lupa kalau hari ini kita akan mengadakan pertemuan di sini?” Si pria menenangkan. “Tidak mungkin, Putri. Dia pastilah sedang sibuk, bagaimanapun dia adalah kepala kasim di istana ini.” “Huh, dia baru seorang kasim, sedangkan kau Menantu Raja!” “Aku bukanlah Menantu Raja dengan gelar resmi, Putri... Pernikahan kita hanya beratapkan sinar rembulan di dalam hutan...” “Bagaimanapun juga kau menikah denganku yang merupakan seorang putri!” ujar si wanita berapi-api. “Kau tidak seharusnya merendahkan diri seperti itu, ap

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 92

    Mulanya Yan Xu bingung melihat jumlah pengawal Istana Barat bertambah dua kali lipat, pula mendapati He Xian dan San Jin kini ganti mengiringinya ke mana-mana. Ming Shi sendiri pun selalu datang menemaninya tepat setelah pria itu menyelesaikan tugasnya di istana. “Apa kalian mau mengatakan si pembunuh kini ganti mengincarku?” tanyanya pada He Xian, yang menjawab, “Kami tidak tahu, Yang Mulia. Tetapi para selir telah mendapatkan pengawalan yang aman, sementara Anda tidak sama sekali, padahal Anda adalah permaisuri.” Yan Xu melengos. “Aku tidak apa-apa, kalian sama sekali tidak perlu mengkhawatirkanku. Apa kau tak tahu Tuan Sun, aku kan pernah membunuh Khan Khanate! Jadi si pelaku tentunya bukan tandinganku!” Ia berseloroh. “Ohya, tentu saja kau tak tahu. Kau kan tengah menuju negeri Qi saat itu.” Walaupun Yan Xu mencoba bergu

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 91

    Secara tak terduga Min-Hwa melintas di hadapan mereka. He Xian terpana. Min-Hwa kini nampak sangat feminim dan gemulai, dan jauh lebih cantik, dengan sorot matanya yang sendu dan sayu. Gadis itu sendiri juga melihat He Xian. Mulutnya pun membuka, “He Xian!...” Min-Hwa tak sempat melanjutkan kata-katanya; Ming Shi telah menotok jalur energi pada gadis itu. Ia segera terkulai lemas sementara pria itu segera merengkuhnya, sangat mesra. “Kaulihat, Sun He Xian. Aku sangat mencintai selirku, termasuk dia yang dulu pernah melawanku,” Ia berujar, jari-jari tangannya kini sibuk membelai-belai wajah Min-Hwa. “Bukankah dia merupakan rekan sejawatmu yang terbaik? Dia selalu membantumu dan menyertaimu, benar kan? Sekarang, ia bersedia menyerahkan dirinya menjadi milikku. Tidakkah kau membencinya? Tidakkah kau membenciku, yang telah merenggut orang yang kausayangi darimu?” Ming Shi menata

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 90

    Mau tak mau He Xian merasa heran juga. Sama sekali tidak melintas gejolak kemarahan dalam benaknya saat bertatap muka dengan Ming Shi tadi. Seakan semua dendam dan kemarahannya telah menguap habis tanpa sisa sedikitpun. Bagaimanapun, cerita Li Sha mengenai masa lalu Ming Shi memang telah mengubah total pandangannya akan sang kaisar, pula kehidupannya di Qi selama dua tahun ditambah pengalamannya membantu sesama semakin menguatkan tekadnya. Bahwa apa yang mampu membuatnya bahagia bukanlah menang atas musuhnya dan membalaskan dendamnya, atau mewujudkan keinginannya yang berdasar nafsu duniawi semata. Bahwa jika kita dapat melakukan panggilan terpendam hati kita, serta membuat orang di sekitar kita merasa bahagia, itu semualah yang akan memberikan kita kebahagiaan yang sesungguhnya. Karena landasan pikiran itulah mungkin, maka He Xian sama sekali tidak merasa marah ataupun dendam saat berhadapan dengan Ming Shi. Malah, raut kegelisahan san

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 89

    He Xian sangat terkejut saat mendapati para utusan Han mendatangi pemondokan tempat ia tengah berceramah. Walaupun ia telah menyiapkan batin dari jauh hari sebelumnya, ternyata tetap saja ia masih menyimpan trauma dan ketakutan saat menghadapi mereka. Bahkan kakinya nyaris berderap melarikan diri ketika batinnya mencelos, Bukankah misi utamaku adalah mengubah pola pikir Kaisar Han? Sekarang pihak istana mencariku, ini menandakan aku punya kesempatan untuk mewujudkan misiku. Maka iapun tetap berdiri di tempatnya, dengan tenang menyambut mereka semua. “Selamat datang Tuan-Tuan sekalian, ada yang bisa saya lakukan untuk Anda?” Di pihak lain, Sekretaris Li tidak kalah terkejut. Ternyata Sang Guru Besar adalah Sun He Xian. Sang sekretaris negara merutuk dalam hati. Kalau begini, keadaannya bisa menyulitkan. Dan ia apatis Ming Shi mau menerima si pemuda jangan-jangan malah sang kaisar aka

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 88

    Diawali dengan kematian salah seorang selir di harem paling terkucil. Para pelayan menemukan mayat gadis itu mengapung di atas kolam teratai taman istana pada pagi hari. Menurut pemeriksaan, selir tersebut mati atas dasar kemauannya sendiri - ia menggores pembuluh nadi besar di pergelangan tangannya sebelum menjatuhkan dirinya ke dalam kolam. Pisau pembunuh ditemukan di tepi kolam. Dan segalanya terjadi begitu cepat. Dalam seminggu tiba-tiba saja telah ada tiga selir lain yang bunuh diri, dan jumlah kematian para selir itu meningkat di minggu berikutnya. Kini, telah ada lebih dari selusin selir yang mati bunuh diri sementara alasan di balik tindakan mereka masih belum tersingkap. “Yang mengherankan, jika mereka bunuh diri atas kehendak sendiri, seharusnya gelagat nereka telah terlihat pada hari-hari sebelumnya. Akan tetapi, tidak terlihat sama sekali kesedihan dalam raut wajah mereka. Bahkan menurut para

DMCA.com Protection Status