"Kalau Nak Zemi, bagaimana? Apakah sudah punya gandengan?" sergah Tante Gita, juga ikut penasaran."Oh ... kalau saya hampir sama dengan Agnes, Tante. Mau fokus kerja dulu," jawabnya sambil tersenyum.Agnes dan Zemi saling lihat-lihatan mereka menjadi semakin bingung dengan perkataan kedua tante sosialita itu.Sementara Arlyn kembali memulai pembahasan hangatnya bersama Tante Angelina."Tapi lho, kalian berdua jangan keasyikan kerja. Harus diingat juga kapan akan menikah dan membina keluarga," timpal Tante Jasmine kepada keduanya. Namun sorot matanya tertuju kepada Agnes.Tante Gita juga ikut setuju dengan apa yang dikatakan oleh Tante Jasmine."Kalau keasyikan kerja. Nanti jodoh kalian malah bisa semakin jauh. Nggak ada salahnya kalian berkenalan dengan seseorang, siapa tahu cocok." seru Tante Gita.Namun dengan cepat Zemi menjawab Tante Gita dengan tegas."Maaf, Tante. Tapi kami bertiga belum berniat untuk pacaran atau pun dijodohkan," tutur Zemi.Tante Gita menjadi diam tak bersuar
Arlyn baru saja menyelesaikan sesuatu di dalam toilet itu. Dia pun ke luar dan melihat kedua temannya yang juga berada di dalam toilet khusus wanita yang ada di restoran itu."Hei! Kalian ngapain di sini?" tanyanya kepada keduanya sahabatnya."Gilingan Lo, Lyn! Pakai nanya lagi Lo, ngapain kita di dalam sini?" sindir Zemi yang sedang asyik merapikan penampilannya di depan cermin. Sementara Agnes sedang mencuci tangannya di wastafel."Perut gue and Zemi ada sedikit trouble-nya. Sepertinya gak perlu dijelasin Lo pasti sudah tahu jawabannya kan, Lyn?" Kali ini Agnes yang angkat bicara, sambil membersihkan tangannya dengan tisu."A ... apa? Jadi perut kalian juga sedang sakit?" seru Arlyn sambil cengengesan."Menurut, Lo?" ketus Zemi."Ha-ha-ha!" Tawa Arlyn mulai membahana di dalam toilet itu."Lo sih, nggak kira-kira kalau ngomong, Lyn! Gue sama Zemi kena getahnya juga jadinya, kan?" ucap Agnes."Lo nggak lihat apa? Perut gue begah banget! Kayak ibu yang sedang hamil tiga bulan! Buncit!"
"Enak saja! Gue nggak mau. Jalanan macetnya minta ampun. Yang ada kita ntar kelamaan di jalan. Percuma, hanya buang-buang waktu saja," cecar Edward."Benar kata Edward. Lama-lama kita bisa kehabisan waktu untuk menonton film fenomenal itu." Kali ini Rahez yang angkat bicara. "Ya sudah, kalau begitu kita masuk saja ke dalam mall. Lagian kan tempat ini sangat luas. Nggak mungkin kita bisa ditemukan oleh ketiga bidadari kahyangan itu," seru Tian lalu ke luar dari dalam mobil."Eh ... tapi jangan salah. Nyokap kita punya mata di mana-mana," ucap Edward."Lo mah, Ed! Malah nakut-nakutin!" timpal Rahez."Yaelah yang gue katakan benar, kali! Tunggu saja ntar lagi." Sepertinya Edward punya firasat jika akan ditemukan oleh ketiga ibu mereka.Namun Tian tidak yakin akan hal itu. Dia pun mulai berkata,"Teori Lo mah, Ed! GI segede ini? Mana mungkin itu terjadi? Ayo ... kita lebih baik segera masuk. Nanti filmnya keburu mulai lagi," sergah Tian lalu mengajak kedua temannya untuk mulai masuk ke d
"Duh, bagaimana gue bisa angkat telepon dari Agnes. Dia nahan gue di sini. Nyebelin banget sih, Bos Edward!" kesal Zemi dari dalam hatinya."Zemi Rania! Kamu dengar nggak saya ngomongnya?" Tiba-tiba Zemi tersentak dari lamunannya. Dia pun segera berkata,"Iya, Bos! Siap laksanakan!" ucap Zemi namun ponselnya masih tetap saja berdering."Suara ponsel mu, Zemi! Bikin kuping saya peka! Segera angkat! Lagian itu telepon dari siapa, sih? Ganggu banget!" ketus Edward."Dih, nggak nyadar Bos Edward, jika dia yang mengganggu ketentraman gue dari tadi! Ngapain juga dia nyuruh gue ke tempat sepi gini?" kesalnya lagi di dalam hatinya."Woi! Kok kamu malah semakin melamun, Zemi?" tukas Edward lagi.Zemi sudah tidak tahan lagi, dia pun segera angkat bicara,"Bos, panggilan telepon ini dari teman saya. Kami tadi sedang menghabiskan waktu bersama di mall ini, dan hendak bersiap-siap untuk pulang ke tempat tinggal kami," terang Zemi."Terus ... apa hubungannya saya sama teman kamu itu?" Edward masih
"Hei ... hei! Kalian berdua kenapa kok marah-marah begitu?" tanya Zemi yang heran kepada kedua temannya."Huh ... akhirnya orangnya datang juga!" tukas Agnes."Ya ampun Zemi Rania! Dari tadi kami nungguin Lo, tahu! Sibuk banget pacarannya, ya? Sampai-sampai Lo lupa sama kita berdua!" ketus Arlyn, marah."Wait, wait ... Lo bilang apa barusan, Lyn? Gue sibuk pacaran?" tanya Zemi bingung."Cih! Masih pakai nanya lagi, Lo!" Arlyn tetap saja ketus."Sudah ada bukti konkrit lho, Zem. Lo kepergok gue kan tadi? Ponsel Lo yang angkat malah Si Andra! Mampus tadi gue marahin dia habis-habisan," ucap Agnes kepada temannya itu."Apa?" Zemi seketika menjadi sangat kaget mendengar ucapan kedua temannya yang begitu sangat menusuk.Terlebih lagi disaat Agnes memarahi bos-nya tadi. Yang dia pikir adalah Andra. Membuat Zemi semakin pusing memikirkannya. Apalagi sikap keduanya saat ini sangat ketus kepadanya."Apa! Apa! Apa kamu berani melanggar perjanjian kita? Ingat konsekuensinya, Zem. Lo bakalan jatu
Kegundahan hati Zemi menjadi terbawa dengan raut wajahnya yang tadinya berseri-seri sekarang malah mengkerut bagai jeruk yang telah diperas isinya."Woi, Zemi! Lo kenapa? Muka Lo itu, lho? Gak biasanya cemberut begitu," celutuk Arlyn yang pertama kali menyadari perubahan raut wajah sahabatnya.Bukannya menjawab Zemi malah terdiam dan tak berbicara."Wei, Zem! Are you okay, now? Kenapa sih, Lo? Lo bisa cerita apa pun ke kita. We are friend, you know that!" tukas Agnes menimpali.Zemi bukannya menjawab pertanyaan kedua temannya. Dia malah berjalan menuju dapur, lalu membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa camilan dan tiga kotak jus buah kemasan.Setelah itu Zemi membawa semua makanan ringan tadi di ruang TV di mana kedua temannya sedang berada saat ini."Eits ... kita ada party apa nih, Zem. Banyak banget camilannya, oi!" sergah Agnes."OMG, Zem! Apa kabar perut kita setelah memakan semua camilan ini?" Arlyn juga menjadi ikut-ikutan menimpali."Iya, Zem. Benar kata Arlyn. Bukannya tadi
"Lagian Lo kenapa sih, Hez! Kok seperti orang galau begitu?" tutur Edward bingung."Bagaimana gue nggak galau! Tadi Bokap gue menelepon. Jika gue akan dijodohkan dengan anak temannya Bokap, yang berasal dari Bali," serunya menjelaskan."Apa? Jadi Lo sudah pasti akan dijodohkan?" sergah Tian dan Edward."Sudah tahu, malah pakai nanya lagi Lo berdua!" ketus Rahez tajam kepada kedua sahabatnya."Ha-ha-ha-ha! Selamat ya Hez, otw jadi pengantin pingitan." Tawa kedua sahabatnya membahana seketika."Sialan Lo berdua! Bukannya bantu gue cari solusi. Eh ... malah nertawain gue! Nggak setia kawan banget, sih!" seru Rahez kesal."Habis ... bagaimana coba, cara kita bantu Lo, Hez? Sedangkan kasus kita sama! Bakalan dijodohkan juga." Kali ini Edward yang angkat bicara. "Ya setidaknya Lo berdua cari cara kek, bagaimana agar gue dapat meloloskan diri kali ini." Rahez masih saja berharap, kedua temannya mau menolongnya."Lho bukannya Lo pernah mengatakan jika Lo sudah memiliki gebetan? Ya tinggal
"Lho memangnya kenapa jika Mami ikut-ikutan menjodohkanmu? Ini semua juga Mami lakukan demi kebaikan kita bersama kok," jelas Mami Gita."Kebaikan bersama? Maksud Mami apa ngomong begitu?" tanya Rahez kepada ibunya. "Yailah semua demi kelangsungan penerus keluarga Finley. Hanya kamu satu-satunya kandidatnya, makanya Mami juga ikut andil," jelas Mami Gita."Pokoknya aku nggak mau! Titik!" Rahez tetap bersikeras tidak mau dijodohkan.Bahkan Rahez telah menyusun satu rencana jitu untuk kembali menggagalkan rencana perjodohan dari kedua orang tuanya. Namun satu hal yang tidak diketahui oleh Rahez. Jika sang ayah, Tuan Jack telah menyewa beberapa orang detektif rahasia untuk memata-matai putranya agar tidak melarikan diri lagi saat waktu perjodohan tiba."Rahez ... putra Mami yang paling ganteng. Dengarkan Mamimu ini, baik-baik. Dari pada kamu dijodohkan dengan putri kolega Papi. Yang masih belum jelas itu. Mendingan kamu mau Mami jodohkan dengan perempuan pilihan Mami. Dijamin gadis it
Ketiga keluarga yang bersahabat diantaranya Keluarga Edward dan Agnes, Keluarga Tian dan Arlyn, serta keluarga Rahez dan Zemi telah merencanakan liburan ke Negara Sakura, Jepang tepatnya di Disneyland yang berada di Tokyo.Para ayah muda tersebut, saat ini sedang berkumpul di sebuah kafe untuk membicarakan rencana liburan tiga keluarga."Bro, bagaimana persiapan keluarga Lo dalam rangka rencana liburan kita ke Jepang?" tanya Rahez kepada Edward dan Tian."Keluarga gue aman, Bro. Semua barang-barang telah dipacking dengan baik sama Agnes." sahut Edward."Bagaimana dengan Lo, Tian?""Beres! Semua tinggal berangkat," sahut Tian.Mereka pun merencanakan keberangkatan ke sana, akhir minggu ini.Perjalanan udara dari Jakarta ke Jepang adalah petualangan yang menarik bagi keluarga Arlyn, Tian, Edward, Agnes, Rahez, dan Zemi beserta anak-anak mereka: Harvey, Eva, Isaac, Jacob, Josie, Fritz, dan Leticia. Mereka semua sangat bersemangat untuk menjelajahi keajaiban Disneyland, yang berada di Tok
Hari libur sekolah telah tibaRahez dan Zemi telah berjanji kepada kedua anaknya, Fritz dan Leticia akan membawa mereka ke Taman Safari yang terletak di daerah Puncak Bogor."Fritz, Leticia. Kita berangkat sekarang ke Taman Safari," tutur Papa Rahez kepada kedua anaknya."Hore! Aku sudah nggak sabar, Pa!" Leticia bersorak kegirangan sudah tidak sabar untuk segera sampai di sana."Ayo, Pa! Tunggu apalagi. Kita berangkat sekarang saja. Selagi masih pagi. Ntar semakin siang akan semakin macet." Fritz ikut mengingatkan sang ayah agar segera melajukan mobil.Mama mana? Kok nggak kelihatan?" tanya Papa Rahez kepada kedua anaknya.Lalu dari arah dalam rumah Mama Zemi terlihat sedang melangkah menuju ke tempat mobil berada."Mama, buruan! Nanti kita bisa kena macet!" teriak Leticia kepada sang ibu."Iya, Sayang. Mama memang akan masuk ke dalam mobil." ucap Zemi lalu masuk ke dalam mobil, dan mulai bergabung dengan anggota keluarga lainnya."Baik ... karena semua sudah lengkap. Kita berangkat
Hari ini Harvey dan Eva menerima raport dari sekolah. Mereka sungguh senang karena keduanya mendapatkan nilai yang bagus.Sang ayah pernah berkata jika mereka mendapatkan nilai bagus saat pembagian raport, Papi Tian dan Mami Arlyn akan membawa mereka untuk berjalan-jalan ke Ancol."Harvey, Eva .... Seperti janji Papi jika nilai kalian bagus, Papi akan membawa kalian untuk jalan-jalan ke Ancol. Jadi kita besok ya, kita ke sana." ucapnya kepada kedua putra-putri nya."Hore!" teriak Harvey."Asyik! Jalan-jalan ke Ancol!" Eva juga turut senang saat ini. "Ya sudah, anak-anak. Ayo kalian mandi dulu. Hari sudah sore," tutur Arlyn kepada kedua anaknya."Beres, Mami!" sahut keduanya.Keluarga Arlyn dan Tian sangat bersemangat ketika mereka memutuskan untuk menghabiskan hari istimewa di Sea World Ancol dan Dufan Ancol bersama kedua anak mereka, Harvey dan Eva. Hari itu pastinya akan dipenuhi dengan kebahagiaan dan petualangan yang tak terlupakan.Mereka tiba di Sea World Ancol di pagi cerah
Liburan sekolah telah tiba, Edward dan Agnes pun menghadiahi ketiga anak-anaknya untuk menghabiskan waktu liburan mereka di Pulau Komodo."Daddy! Jadi benar kita akan ke sana?" tanya Isaac tak percaya."So pasti, dong! Kan Daddy sama Mommy sudah janji kepada kalian,"serunya menjawab perkataan anak sulungnya."Dad, di sana kami bisa berenang dan snorkeling?" Kali ini Jacob, si putra kedua yang bertanya."Tentu saja boleh, Jacob. Asalkan kalian melakukan kegiatan di laut atas izin dari Daddy dan Mommy," jawab Edward kepada anak laki-lakinya yang ke dua."Hore .... Aku sudah tidak sabar ingin segera sampai ke sana, Dad!" Si bungsu Josie juga ikut antusias."Ya sudah, kalau begitu kalian bantu Mommy untuk packing," ujar Agnes kepada ketiga anaknya."Siap, Mommy!" jawab ketiganya serentak.Persiapan keluarga Agnes dan Edward untuk perjalanan dari Jakarta ke Pulau Komodo adalah momen yang penuh antusiasme bagi keluarganya.Dengan tiga anak mereka yang bersemangat, Isaac, Jacob, dan Josie, y
Saat siang hari, di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta Selatan,Rahez terlihat sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit, dengan perasaannya yang campur aduk. Dia merasa cemas dan khawatir, akan tetapi juga penuh antusiasme. Sejak beberapa menit yang lalu, Zemi, istrinya telah dibawa ke ruang operasi untuk menjalani prosedur operasi caesar. Mereka akan segera menjadi orangtua untuk pertama kalinya.Saat Rahez sedang menunggu istrinya. Seketika dia mengingat momen-momen indah yang mereka telah lewati bersama selama perjalanan panjang menuju kehamilan ini.Keduanya telah bersiap dan merencanakan semuanya dengan cermat. Mereka ingin memastikan bahwa kelahiran Baby Fritz, berlangsung dengan aman dan baik.Di sisi lain, Rahez merasa sedikit cemas. Operasi caesar adalah tindakan medis yang serius, dan meskipun risiko adalah bagian dari setiap prosedur medis, dia ingin Zemi dan bayi mereka dalam keadaan sehat.Sang pria tak luput untuk berdoa agar semuanya berjalan lancar dan tanpa komplik
Di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta.Tiano Pisceso, suami dari Arlyn Virgolin. Terlihat sangat tegang saat ini. Pasalnya sang istri sedang berjuang di atas meja operasi untuk melahirkan bayi pertama mereka yang sesuai prediksi dokter, bayi dalam kandungan Arlyn itu berjenis kelamin laki-laki.Tian sengaja menunggu di luar karena pria itu tidak sanggup melihat istrinya disayat-sayat perutnya oleh alat-alat kedokteran. Tak berapa lama setelah itu, seorang dokter kandungan ke luar dari ruang operasi. Seraya berkata,"Tuan Tiano Pisceso.""Iya ... saya, dok." jawabnya dengan wajah tenang.Sang dokter segera mengulurkan tangannya kepada Tian dan mengucapkan selamat kepadanya,"Selamat, Tuan Muda. Bayi Anda terlahir sehat dan semua anggota tubuhnya juga lengkap," ucap sang dokter dengan mengulas senyum kepadanya."Keadaan istri saya bagaimana, dok? Apakah Arlyn baik-baik saja? Bisakah saya menemuinya? Saya sangat ingin melihatnya dokter. Terus terang saya sangat khawatir dengan keadaa
Hari ini adalah jadwal Agnes untuk melahirkan anak pertamanya bersama Edward. Sesuai kesepakatan bersama, sang istri akan menjalani operasi caesar.Tak tanggung-tanggung, Edward menyewa satu lantai rumah sakit, untuk menyambut kelahiran putra pertamanya.Para keluarga besar mereka juga turut hadir menunggu Agnes ke luar dari kamar operasi. Edward ikut masuk ke dalam ruang operasi untuk mendampingi istrinya.Agnes dan Edward telah sepakat memberi nama anak laki-laki pertama mereka dengan nama Isaac Connor Award.Tak lupa pemuda itu mengabadikan kelahiran Baby Isaac melalu rekaman video. Edward dari tadi sangat fokus untuk mengabadikan momen mendebarkan itu.Karena perkembangan zaman yang semakin canggih, kurang dari setengah jam Baby Isaac terlahir di dunia.Wajahnya kemerah-merahan, dengan hidung mancung dan rahang yang sangat kokoh seperti ayahnya. Sepertinya delapan puluh persen wajah Baby Isaac mendominasi wajah Edward.Agnes menangis terharu melihat bayi yang berada di dalam rahim
Ternyata para pria mesum itu, berhasil membuat istri mereka hamil yang berjarak beberapa minggu saja. Sepertinya istri-istri mereka akan melahirkan secara berdekatan.Sangat kebetulan juga, para istri saat ini sedang mengandung bayi laki-laki. Ternyata oh ternyata, pria-pria mesum itu memiliki bibit unggul yang sangat bagus sehingga dapat membuat istri-istri mereka hamil dengan berjenis kelamin laki-laki.Namun karena ketakutan mereka jika para istri kesakitan saat melahirkan. Baik Edward, Rahez, dan Tian pun memutuskan agar istri-istri mereka melahirkan secara operasi caesar.Walaupun sebenarnya para istri ingin melahirkan normal. Akan tetapi mereka tidak kuasa untuk menolak permintaan para suami yang suka memaksakan kehendak mereka itu."Baby, hati-hati jalannya!" ucap Edward kepada Agnes."Honey, pelan ya kamu jalannya!" Tian juga ikut khawatir dengan Arlyn."Sayang, satu-satu langkahnya!" Rahez ternyata juga mewanti-wanti Zemi.Sementara ketiga istri mereka terlihat saling pandang
"Andra! Anda belum rapi memangkas tanaman yang itu! Jangan sampai Pak Bos Rahez memecat Anda!" perintah Asisten Frans yang sedang mengawasi pemuda itu untuk membersihkan taman di depan kantor."Tolong, saya jangan dipecat Asisten Frans. Saya akan menata ulang taman ini agar lebih indah lagi.""Buruan kamu kerjakan!""I ... iya, saya akan melakukannya lagi." seru Andra sambil mulai mengerjakannya lagi."Asal Anda, tahu. Taman ini adalah salah satu spot kesukaan istri dari Bos Rahez. Jadi Anda harus mengerjakannya dengan baik. Bahan-bahan juga sudah lengkap. Anda tinggal menatanya kembali. Kalau Anda memang tidak mampu. Jujur saja! Bos Rahez bisa memperkerjakan orang lain yang lebih kompeten di bidangnya!" Asisten Frans lagi-lagi menakut-nakuti Andra."Jangan diganti orang lain, Asisten Frans. Saya akan melakukannya sendiri." sahut Andra.Sudah dua minggu lamanya dia bekerja sebagai tukang kebun di sebuah perusahaan besar itu. Andra terpaksa menerima pekerjaan ini karena bayarannya yang