Pagi harinya, terlihat Hera dengan memakai pakaian sporty turun dari bus tepatnya di kawasan Sudirman Jakarta pusat, ia pun melangkah dengan penuh percaya diri sambil menenteng ransel di punggungnya menuju salah satu gedung di pusat perkantoran itu.
Sesampainya di lobi ia pun menuju ke bagian resepsionis dan menanyakan kantor sekretariat berada di lantai berapa. Resepsionis menanyakan nama dan keperluannya, Hera menjawab semua yang ditanyakan resepsionis itu.
Hera masih berdiri menunggu resepsionis selesai bertelpon, tiba tiba dari arah luar gedung, terparkir mobil hitam nan elegan. Dari dalam mobil itu, keluar seorang pria tampan, tinggi dan berkharisma, dialah Sang CEO baru, semua orang terpana dibuatnya tak terkecuali Hera yang juga ikut terpesona dengan penampilan pria itu. Diam-diam ia mengagumi kegantengannya. Namun Hera kembali fokus kepada tujuannya ke kantor ini.
Saat King melewatinya, ia tidak menoleh sedikit pun ke arah King, sedangkan orang lain yang berada di ruangan itu semua mata mereka tertuju kepada King. "Mbak, halo mbak?" Hera memanggil Sang Resepsionis yang masih melongo melihat King lewat. "Oh.. iya, maaf mbak Hera, mbak ditunggu di ruangan sekretaris Wina, mari mbak, silakan saya antarkan mbak kesana" ujarnya.
Hera mengikuti si mbak resepsionis menuju lift, ia pun memencet tombol. Mereka sampai di lantai tujuan. Resepsionis itu menyuruh Hera menuju ruangan sekretaris Wina yang berada di sebelah kiri. Hera pun mengikuti petunjuk resepsionis itu, saat ini ia berada di depan ruangan sekretaris Wina.
Hera mulai mengetuk pintu ruangan itu dan terdengar kata "masuk" dari dalam. Ia melangkah menuju ke dalam ruangan itu. Di dalam ruangan ada pengawal Juyan dan sekretaris Wina. Mereka mempersilahkan Hera untuk duduk.
Pengawal Juyan mulai menjelaskan kepada Hera jika ruangan yang di interior adalah ruangan CEO. Hera membuka laptopnya dan memperlihatkan dengan jelas hasil interiornya. Hera juga kaget, jika ruangan yang ia akan interior ternyata milik CEO laki-laki. Hera pikir ia mendesain sebuah ruangan yang CEO nya adalah perempuan. Karena kesan interior ini lebih kearah girly.
Tiba-tiba perut Hera melilit dan ia pun pamit ke toilet yang berada di sisi belakang ruangan besar ini. Setelah keluar dari toilet. Hera hendak kembali ke ruangan tadi. Namun tiba tiba ada yang memanggilnya. "Hei kamu..," Hera melirik ke arah orang yang memanggilnya dan alangkah terkejutnya ia, saat tau jika yang memanggilnya adalah si pria tampan yang tadi ia lihat di lobby.
Hera melirik ke kanan dan ke kiri memastikan siapa yang dipanggil oleh pria itu. "Iya.., kamu, kamu yang saya panggil!" Ujarnya tegas. "Sa..saya?" ujar Hera kaget. "Iya kamu, apa ada orang lain disini? tidak ada kan?" Seru King marah.
"Lo office girl kan? bikinin gue kopi, buruan! ingat, semua harus pas, awas jika tidak, gue akan pecat lo!" ujarnya semakin marah.
"Tapi saya..." Hera ingin menjawab tapi kata-kata intimidasi dari King membuat nyalinya menciut. Ia segera menuju ke pantry yang tadi ia lewati saat ke toilet dan membuat kopi untuk King. Saat selesai membuat kopi, kebetulan office girl yang biasa bekerja di kantor CEO kembali ke pantry, ia tadi disuruh oleh sekretaris Wina untuk membeli bubur ayam untuknya.
Hera menyerahkan kopi itu kepada office girl dan mengatakan jika pria yang paling tampan di gedung ini yang meminta dibikinin kopi. "Ia pikir saya office girl disini mbak," seru Hera. "Mungkin karena mbak memakai pakaian sporty gitu mbak," ujar Si Office Girl. "Bisa jadi juga," pikir Hera dalam hati.
Mereka pun berpisah di depan ruangan King. Hera melangkah dan kembali ke ruang sekretaris Wina. Sementara itu di ruangan CEO, office girl meletakkan kopi buatan Hera di atas meja atas perintah King. Sedangkan King tidak menoleh sedikitpun dan fokus kepada laporan-laporan yang ada di depannya.
Ia menyesap rasa kopi itu, sedikit demi sedikit, "kenapa rasa kopi ini seperti aku kenali?" Ia mencoba keluar dari ruangannya dan mencari keberadaan si pembuat kopi tadi, namun ia tidak menemukannya.
King kembali mengumpulkan memorinya, rasa kopi yang ia minum saat ini, sama seperti rasa kopi yang dulu sering Gladis buatkan untuknya. Ia penasaran dengan wanita tadi, namun King tidak terlalu mengenali wajahnya dikarenakan Hera yang memakai topi, sedangkan King tidak terlalu fokus melihat kearah gadis itu. Emosi King sempat terganggu namun ia mencoba untuk menenangkan dirinya kembali dan fokus dengan pekerjaannya. Sementara itu Hera kembali berdiskusi dengan pengawal Juyan, ia memberitahukan hal-hal yang perlu di lengkapi untuk memulai mendesain ruangan CEO itu. Pengawal Juyan juga mengatakan jika besok bahan bahan yang digunakan sudah lengkap dan dipastikan pengerjaannya dimulai besok pagi. Keesokan harinya, dengan menggunakan bus angkutan kota, Hera kembali melangkah menuju perusahaan Quality TBK. Ia langsung menuju ke lantai paling atas. Sesuai petunjuk pengawal Juyan sebelumnya, ada beberapa orang yang akan membantunya mendesain kantor milik King. Semal
King memeriksa keaslian hasil desain Hera, ia tiba tiba mengerutkan dahinya, "sial! ini data asli," ujarnya gusar. "Bagaimana tuan muda? apakah datanya asli?" Tanya Juyan. "Udah tau, masih nanya lo!" Carikan desain lain. Saat ini King berada di ruangannya dan melihat sendiri hasil kerja Hera yang sangat rapi dan teliti. Seminggu telah berlalu, namun tak satupun desain interior yang sesuai dengan kemampuan Hera. Selama seminggu pula Sang CEO terus mengamuk dan sasarannya sudah pasti para bawahannya. Pengawal Juyan kewalahan menjinakkan serigala yang sedang mengamuk itu. Seperti siang ini, "woi men, gila bener dah! gue seorang CEO masa berkantor di ruangan yang sangat kacau ini, apa kata dunia?" Ujarnya kesal. "Masa lo nggak mendapat satupun desain yang melebihi wanita itu?" Ujarnya sambil melirik tajam ke arah Juyan. Sekretaris Wina yang kebetulan ada dalam ruangan itu berkata "boss King, bagaimana jika kita panggil lagi nona Hera dan meminta maaf atas kesalah
Kondisi ayah Hera belakangan ini semakin memburuk, dengan sisa tabungannya, Hera membawa ayahnya berobat ke dokter. Dokter di rumah sakit itu berkata jika ada penyempitan pembuluh darah di bagian kepala ayah Hera. Hal itu yang menyebabkan stroke yang berkepanjangan dan dampaknya dapat menimbulkan kelumpuhan saraf yang bisa terjadi seumur hidup. Itu berarti kemungkinan kecil ayah Hera bisa sembuh tetapi hal itu dapat di cegah jika dilakukan operasi pemulihan saraf. Hera menanyakan kepada dokter berapa kira-kira biaya pengobatan ayahnya. Dokter memberitahukan nominal angka yang sangat banyak mencapai milyaran rupiah. Hera sedikit kaget dengan penjelasan dari dokter. Bersama adik tirinya Ewan, mereka pun membawa pak Tobi pulang ke rumah. Hera berkata kepada adiknya agar merahasiakan biaya operasi yang besar kepada ayah mereka. Saat pak Tobi sedang di kamar untuk istirahat. Ewan keluar dari kamar dan menghampiri Hera yang sedang mengecek barang pesanan online yang
King masih uring-uringan, ia memeriksa sendiri email yang di kirimkan kepada Hera yang masih belum ada tanda-tanda telah dibaca. Ia semakin kesal akan hal itu. Belum lagi desakan kedua orang tuanya yang menyuruhnya untuk menikah. Dua hari lagi kedua orang tuanya akan datang ke Indonesia untuk memperkenalkan kepada King wanita pilihan mereka. Dengan bantuan pengawal pribadinya Juyan, King diperkenalkan dengan beberapa wanita namun satu pun tidak ada yang menarik baginya. Bahkan Wina sang sekretaris yang terkesan genit menyodorkan diri untuk menjadi pendamping King. Terang saja ia langsung menolak. Dan merasa risih dengan Wina. Ia mengedarkan pandangannya dan menatap ruangan kantor tempat ia bekerja yang sangat berantakan. Hanya satu sisi yang terlihat rapi yaitu hasil desain interior yang dikerjakan oleh Hera. Namun belum sepenuhnya selesai karena, perusahaan menuduhnya plagiat. Dan karena itulah ia juga memutuskan untuk tidak melanjutkan pekerjaannya. Tiba-ti
Pengawal Juyan yang menerima telpon dari tuan Roland terpaksa agak telat masuk hotel. Ia juga melihat kedua pria dan wanita yang sedang bertengkar itu, ia melihat wajah si wanita sesuai dengan profil yang diberikan wanita itu, tetapi kemana tuan muda King?. Juyan pura-pura tidak mengenali perempuan itu. Ia melewatinya begitu saja. Juyan terus berjalan dan saat ini ia memasuki restoran dimana King berada. Namun alangkah terkejutnya Juyan karena dari kejauhan ia melihat King sedang duduk bersama dengan seorang wanita. Juyan tidak dapat mengenali wanita itu, karena si wanita menghadap ke arah King dan membelakanginya. Ia semakin penasaran dengan wanita itu, karena wanita yang ia kenalkan kepada King telah pergi meninggalkan restoran. "Lantas siapakah wanita yang saat ini menemani King?" pikirnya dalam hati. "Dilihat dari belakang postur tubuh si wanita sangatlah proposional dan seksi, lalu siapakah wanita itu?." Karena penasaran ia mengambil langkah memutar sehingga ia bisa men
Ternyata yang menghubungi Hera adalah adik tirinya Ewan yang mengabarkan jika ayahnya saat ini berada di rumah sakit dan sedang kritis. Mendengar hal itu Hera buru-buru keluar dari hotel tersebut, setelah sebelumnya ia berkata kepada King, jika ia sedang terburu-buru, King meninggalkan kartu namanya kepada Hera. Dan berkata jika ia akan menunggu jawaban Hera sampai tengah malam nanti. Sementara itu masih di restoran hotel, King sedang tersenyum sinis, "menarik banget, hahahaha gue akan balas dendam kepada wanita itu," gumamnya dalam hati. Juyan pun bertanya-tanya ada apa dengan tuannya, kok tiba-tiba tersenyum seperti itu?." "Tuan muda, Anda punya rencana apa dengan nona Hera?" King malah menatap Juyan dengan tajam, "wanita itu mau gue jadiin istri guelah! lo tau kan, bokap nyokap gue mau jodohin gue dengan seorang wanita yang gue nggak kenal". "Tapi bos, anda kan tidak mengenal nona Hera?" Seru Juyan sengit. "Hahahaha, makanya lo diam! gue yang atur skenario
Namun ada salah seorang sekuriti yang baik hati menunjukkan kepada Hera letak apartemen yang akan ia tuju. Setelah mengucapkan terima kasih kepada sekuriti itu, Hera segera menuju ke apartemennya King. Sedangkan di dalam apartemen, sejak dari tadi King merasa gelisah, takut Hera tidak menyetujui permintaannya. Maka ia harus siap-siap pasrah dijodohkan kepada wanita lain. Jika ia menikahi Hera setidaknya ia yang memilih wanita itu, dan ia harus patuh dengan semua aturan yang dibuat oleh King. Saat ini sudah menunjukkan pukul setengah dua belas lewat lima belas menit dan hampir tengah malam. Tidak ada satu pesan atau panggilan telpon pun dari Hera. Disaat king mulai menyerah menunggu kabar dari Hera, dan hendak tidur. Tiba-tiba bel pintu apartemennya berbunyi. Ia segera menuju pintu dan melihat dari layar kecil yang ada di pintu tersebut. Jika Hera yang datang. Seketika King berjingkrak-jingkrak kesenangan dan menyebut kata "yes! yes, yes!" beberapa kali. Ia kembali me
Tanpa rasa takut sedikit pun, Hera kembali memesan taksi online di tengah malam itu. Namun diam-diam sesuai perintah King, orang suruhannya mengikuti taksi yang membawa Hera ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Hera segera menemui dokter, ia mengatakan jika saat ini ia memiliki setengah dari biaya operasi ayahnya. Dokter langsung menuliskan surat rekomendasi operasi untuk pak Tobi dan menyuruh Hera segera menyelesaikan pembayaran. Hati Hera sedikit lega setelah mengetahui jika besok pagi ayahnya akan di operasi. Namun disisi lain hatinya sedih karena besok ia tidak dapat mendampingi ayahnya untuk operasi. Saat ini ia berada di depan ruang tunggu ICU bersama dengan Ewan. Mereka sedang duduk di sebuah bangku panjang. Hera menyuruh Ewan untuk pulang ke rumah dan bergantian menjaga ayah mereka. Namun sebelum Ewan mengikuti perkataannya, ia memberanikan diri bertanya kepada Hera tentang semuanya. Dengan hati yang mantap, ia menceritakan semuanya kepada Ewan
Lui langsung mencari sang mommy. "Selamat sore jagoan Opa?" sapa tuan Roland kepada cucunya. "Oma, Mommy kemana,kok nggak kelihatan?" ia bukannya membalas sapaan kakeknya. Ia malah menanyakan keberadaan sang mommy. Jadinya tuan Luther menjadi terbengong-bengong dengan sikap cucunya itu. Sifat Lui bertolak belakang dengan sifat kakaknya Kiran yang menyapa kedua kakek dan neneknya dengan semangat. "Welcome home.., Oma, Opa," ucap Kiran lalu memeluk keduanya. "Lui.., kamu nggak kangen sama Oma?" Nyonya Yesi pura-pura sedih. Ia sangat tau kelemahan cucunya. "Tentu saja, Lui kangen Oma," ujarnya lalu memeluk omanya dengan erat. Namun ia tidak mau memeluk opanya. "Opa jangan sedih ya, sini main sama aku saja," Kiran mengetahui raut kesedihan di&n
Empattahun kemudian,"Kiran.., anak Daddy, Where are youbaby..," ucap King yang mulai mencari keberadaan anak sulungnya itu di setiap ruangan dalam rumahnya, karena tadi ia sengaja mampir ke sekolah anaknya untuk menjemputnya, namun gurunya mengatakan jika si anak sudah dijemput duluan oleh seseorang.Jelas saja ia sangat kuatir karena Bu Gurunya kurang kenal dengan orang itu, ia hanya berkata jika ia adalah sopir keluarga Elwood.Ditambah lagi, istrinya Hera sedang ngambek dengannya sudah dua hari ini. Semua gara-gara putranya yang lahir setelah dua tahun Kiran hadir dalam kehidupan mereka.Lui Putra Elwood, demikian nama putra mereka. Walaupun Luimasih berumur 2 tahun namun tingkahnya seperti anak yang berumur lima tahun, ia sering kali menjalihi King.Satu persatu King menyebut nama-nama orang yang ada di rumahnya. Namun tidak ad
"Sayang.., pelan aduh..," King merasa sangat kesakitan karena untuk kesekiankalimya Hera menancapkan kuku-kukunya dilengan King.Saat ini Hera sedang berjuang di ruang persalinan untuk melahirkan bayi pertama mereka.King yang sok jago,melarang mami Yesi dan mama Lisma untuk menemaninya masuk ke ruang bersalin. Alhasil ia yang menjadi bulan-bulanan istrinya yang sedang berjuang melahirkan bayi mereka.Hera terlihat menahan rasa sakit yang teramat sangat, namun bibirnya sama sekali tak mengeluh, hanya sorot matanya yang mengeluarkan banyak air mata, mengisyaratkan rasa sakit yang mendalam."Sayang.., semangat baby, kamu pasti bisa!" King mencoba menyemangati Hera, ia juga menyeka keringat yangsudah bercampur air mata di wajah istrinya."Bu Hera, sekali lagi kita coba, kepala si kecil sudah mulai nongol nih, tarik napas dalam-dalam, l
Beberapa bulan kemudian,"Sayang.., i'm home baby.., where are you?" ucap King setengah berteriak mencari keberadaan istrinya di dalam kamar."Aku disini mas," jawab Hera yang baru saja selesai mandi."Kamu baru selesai mandi sayang? ayo buruan, aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ujar King lagi."Lho mas, bukannya pagi ini kamu akan menghadiri meeting penting?" seru Hera bingung. Soalnya mami Yesi mengatakan jika suaminya sangat sibuk hari ini jadi, ibu mertuanya yang akanmenggantikan King untuk mengantarkannya ke rumah sakit."Sayang.., yang terpenting bagiku saat ini hanya kamu dan bayi kita, yang lain mah.., lewat! lagian kamu nggak usah kuatir ada dua tim kuat yang ikut mendukung suksesnya perusahaan kita," jelas King kepada istrinya."Maksud mas, tim kuat yang bagaimana sih?"
Pagi hari pukul enam, Hera terbangun dan merasakan badannya terasa capek. Ia melihat sekelilingnya, "aku ada dimana?" gumamnya dalam hati.Ia lalu mengitari pandangannya di dalam ruangan itu. Akhirnya ia tau jika ia sedang berada di dalam rumah sakit.Tangannya juga telah di infus, ia lalu mengingat bayi di dalam kandungannya."Bayiku.., apakah kamu baik-baik saja nak?" Hera mulai terisak, dan menangis tersedu-sedu. Tuan Roland danNyonya Yesi yang sedang menjaga Hera seketika terbagun dari sofa yang mereka tiduri."Pi.., Hera sudah sadar! segera hubungi dokter!" pinta nyonya Yesi kepada suaminya.Sementara ia sendiri menghampiri ranjang tempat Hera terbaring."Ra.., kamu sudah bangun?" sapa nyonya Yesi lembut."Mi.., bayiku mi.., bayiku bagaimana mi?" isaknya lagi."Kamu tenang ya Ra, cucu mami
Juyan yang baru saja mendapat laporan dari Jonas, jika Hera saat ini di rawat di sebuahrumah sakit, segera membawa King menuju rumah sakit dimana Hera sedang dirawat.Sepanjang perjalanan King mencoba terus mengumpulkan kesadarannya. Ternyata pengaruh wine yang ia minumtadi mulai bereaksi.Sesampai di rumah sakit, ia langsung menerobos masuk ke dalam ruangan unit gawat darurat, ia tidak peduli lagi jika beberapa perawat menghalangi jalannya.Ia melihat istrinya yang terbaring tidak sadarkan diri, dengan wajah pucat dan infus yang terpasang di tangannya.Ia lalu menggenggam tangan istrinya sambil menangisia berkata, "Ra.., kamu kenapa sayang? maafkan aku, bangun baby.., maafkan aku..," lirihnya."Dokter bagaimana keadaan istri saya?" tanyanya kepada dokter yang bertugas di UGD saat itu."Kondisi pasien saat ini
Sepanjang malam King terus mengitari jalanan kota Jakarta malam itu, namun ia tidak dapat menemukan jejak istrinya Juyan yang merasa kasihan dengan bosnya dari tadi tetap setiap mengikuti mobil King kemana pun ia pergi. Sementara itu, di sebuah apartemen, Hera tak henti-hentinya menangis. Berbagai cara dilakukan oleh Fred agar Hera berhenti untuk menangis namun sama sekali tidak berhasil. "Sudahlah Ra, untuk apa kamu menangisi suamimu yang tidak becus itu! itu hanya akan membuang-buang energimu, sudahlah lupakan saja masalah itu, anggap saja semua hanyalahangin lalu!" Fred bukannya membuat Hera tenang malah yang ia lakukan semakin memprovokasi Hera. "Kurang ajar lo,King! semua ini gara-gara lo! tunggu saja pembalasanku!" Fred mengeraskan rahangnya saat ini. Ia lalu
"Saya baru dapat kabar, dari seorang pengintai,jika Hera terlihat bersama Fred," Jonas segera memperlihatkan ponselnya yang menampilkan Hera dan Fred yang terlihat masuk ke dalam sebuah mobil. "Bajingan! jadi lo kerjasama dengan dengannya?!"dengan cepat King melayangkan tinjunya ke wajah Jonas. "Jo..nas..," Amel berteriak histeris dan segera menghampiri Jonas yang terjatuh di lantai karena mendapat serangan tiba-tiba dari King. "Lo pikir gue nggak tau, jika bokap lo yang menghancurkan perusahaan ayah Tobi?" Juyan terlihat menahan King yang ingin kembali menghajar Jonas. Jonas terlihat meringis kesakitan, lalu bangkit dari lantai dan mencoba untuk berdiri dibantu oleh Amel. Ia mulai berkata, "gue sama sekali tidak tau-menahu tentang rencana Fred untuk menculik Hera! dan mengenai perusahaan ayahnya Hera
Sarah terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya karena Jodi juga ikut-ikutan menatapnya penuh emosi saat ia melihat foto Sarah yang memeluk King.Hatinya merasa marah karena diam-diam Sarah mulai menarik perhatiannya. Dan ia sudah bertekad untuk lebih mengenalnya. Namun lagi-lagi ia harus menelan rasa kecewa karena cinta karena Sarah ternyata bukan gadis baik-baik."Itu semua tidak benar, semua ini hanya salah paham, aku.., aku.. bisa menjelaskannya..," lirihnya sambil mulai menangis.Sarah tiba-tibamenyesal telah memeluk King saat itu. Ia tidak menyangka jika ada orang yang akan diam-diam mengambil beberapa fotonya dengan King.Awalnya memang niat Sarah masuk ke perusahaan King untuk merayunya dan mengacaukan pernikahannya dengan Hera.Namun seiring berjalannya waktu, King yang menugaskannya menjadi sekretaris Jodi telah merubah segalanya.