Ia menyentuh dada King yang penuh luka goresan kukunya."Aduh..," King tiba-tiba mengaduh.Hera jadi kaget lalu ia mulai menangis. King segera membuka matanya."Sayang.., kamu sudah bangun?" ujarnya sambil mengusap pipi istrinya yang berderai air mata."Mas.., maafin aku..," isaknya semakin menjadi-jadi."Lho kok kamu malah yang minta maaf sayang, kamu tidak salah apa-apa, justru aku yang sangat merasa bersalah kepadamu..," ujar King bijak."Dadamu mas.., penuh luka karena aku..," lirihnya."Hehehe ini mah masalah kecil sayang, nanti juga sembuh sendiri. Sayang.., aku minta maaf ya soal yang tadi pagi, kamu mau kan mencoba memaafkanku?" King menunggu jawaban istrinya dengan harap-harap cemas."Aku.., aku akan mencobanya mas, tapi tolong beri aku waktu. Hatiku masih belum bisa menerimanya.
"Kok gombal sih sayang? ini benar adanya dari hatiku yang paling dalam." Seru King lagi."Nggak tau ah! aku mau tidur sekarang! selamat malam." Hera berubah ketus kepada suaminya. Ia masih saja kesal perbuatan suaminya tadi pagi.Hera naik ke atas ranjang tanpa mempedulikan tatapan memelas King.Ia langsung membaringkan tubuhnya.King hanya dapat memandang istrinya yang naik ke atas ranjang."Jadi benaran, dia tidak mau aku tidur di ranjang. Baiklah!" gumam King pasrah dalam hatinya.King punya rencana yang matang malam ini. Ia meraih bantal yang tadi diberikan Hera kepadanya. Lalu Ia mendekati ranjang lalu naik. Tidak ada kata protes dari Hera. Hanya saja ia memberikan guling sebagai pembatas tidur mereka."King tidak masalah dengan itu. Ia membiarkan istrinya melakukan apa yang dia suka di atas ranjang. Setengah jam berlalu. Hera ta
"Sudah.., sudah, jangan ribut, kamu juga Mona jangan menjadi pembawa rusuh. Gladis sudah tenang di surga dan ia juga hanya masa lalu dari King. Tidak baik membicarakan orang yang sudah tiada.""Benar kata Merry, Mona. Keponakan kita King sudah bahagia dengan Hera pilihan hatinya." Bibi Carol mencoba berkata bijak."Bagaimana kalau kita makan siang saja?" usul paman Ruben dan semua setuju untuk makan siang."Sweety, kamu jangan ambil hati ya apa yang dikatakan bibi Mona." Nyonya Yesi mencoba menghibur menantunya."Iya mi.., nggak apa-apa kok," Hera mencoba sabar dan menerima semuanya. Namun entah kenapa dari tadi wajah bibi Mona selalu sinis melihatnya.Acara makan siang pun di mulai. King yang daritadi sibuk dengan sepupu-sepupunya yang lain tidak menyadari perlakuan bibi Mona kepada Hera."Hei.., kamu kok makan sendiri, panggil suamimu!"
Pagi hari pun tiba. King bangun duluan dan langsung menuju kamar mandi untuk mandi. Ia masih membiarkan Hera tidur di pagi buta itu. Ia selesai mandi pun, istrinya itu masih belum juga bangun. Ia lalu mendekati ranjang dan mencoba membangunkan istrinya. "Sayang.., bangun sudah pagi." Ujarnya lalu mengusap pundak istrinya dengan lembut. Hera menggeliat, ia langsung terduduk. "Ya ampun sudah pagi," gumamnya dalam hati. Ia pun melirik suaminya yang sudah berpakaian rapi. "Mas kok nggak membangunkanku sih?" kesalnya seketika. Ia sudah membayangkan bagaimana bibi Mona akan mengomelinya. "Lho kenapa? kita tamu disini, jadi suka-suka kita dong, mau ngapain!" tegas King seketika. "Sayang.., tidak ada yang perlu kamu takuti disini!bibi Carol dan paman Ruben
"Bibi sudah mengacaukan semuanya! padahal kak Hera itu baik banget. Ia banyak membantuku dalam mempersiapkan konsep pernikahanku. Bagaimana jika kak King benar-benar membawa kak Hera balik ke London. Siapa yang bisa ku percaya untuk membantuku disini?" Sasha juga menjauh dari ruangan itu dengan genangan air mata di kedua pipinya."Puas kamu Mona semua menjadi seperti ini?" bibi Merry ikut menyesali perbuatan sepupunya itu."Apa yang salah denganku?" bibi Mona masih belum sadar juga."Kamu masih bertanya kesalahanmu apa?" kali ini tuan Roland yang angkat bicara."Jika King dan Hera keluar dari rumah ini. Saya juga ikut. Karena percuma saya disini! kalian tidak menghargai menantu saya sama sekali. Asal kalian tau menantu saya dari keluarga terhormat dan ia juga anak yang sangat disayangi oleh kedua orang tuanya. Disini kalian malah memperlakukannya dengan buruk! Yesi,
"Apaan sih Mer kamu ngomongnya." Mona berlalu dari situ menuju dapur ia lalu menghampiri bibi Carol."Kak.., aku minta maaf sudah mengacaukan persiapan pernikahan Shasa." Ujarnya menyesal.Bibi Carol menghela napasnya panjang melihat tingkah adiknya yang masih juga belum menyadari kesalahannya."Mona, kamu sebaiknya segera minta maaf kepada kak Yesi. Jangan sampai ultimatum Ruben benar-benar terjadi.""Tapi aku takut sama kak Roland..," jujurnya."Itu resikomu, lagian kamu itu terlalu ikut campur urusan orang lain. Sudah tau King telah bahagia dengan istrinya. Kamu malah menyodorkan wanita lain kepadanya. Dan satu lagi, kamu harus bertanggung jawab dengan konsep pernikahan Shasa. Asal kamu tau Hera itu lulusan sarjana desain interior. Dia seorang wanita cerdas! ia banyak membantu King di perusahaan jadi kamu jangan pernah meremehkan kemampuan orang l
Hera terlihat mulai mendekati King yang sudah menunggunya di atas ranjang. Ia sangat malu saat ini karena setiap lekuk tubuhnya terpampang nyata di depan mata King.Ia pun naik ke atas ranjang dengan wajah menunduk. King segera meraih tangan istrinya dan merangkulnya."Hei sayang.., kok kamu menunduk gitu sih..," gemasnya. Sambil tangannya mulai meremas dua gundukan istrinya."Ah.., mas.., aku malu..," wajahnya semakin menunduk."Lho kok kamu malu sih sayang..,""Aku baru pertama kali memakai baju seminim ini mas..,""Hahahaha, justru aku suka penampilanmu seperti ini. Apalagi jika semuanya aku buka. Tentu aku sangat suka sayang! tapi ingat ya.., kamu hanya bisa seperti ini di depanku saja..," ujarnya sambil memulai kecupan panasnya di bibir Hera.Hera hanya mampu meremas seprei dan sese
King terbangun dan melihat jika istrinya itu sedang sibuk dengan ponselnya dan terlihat tersenyum. Aura kecemburuan mulai merasukinya. "Cih! diasedang bertukar pesan dengan siapa sih?" Saking fokusnya Hera dengan ponselnya. Ia tidak menyadari jika dari tadi King sudah bangun dan duduk berhadapan dengannya di sofa saat ini. Tatapannya sangat tajam mengarah kepada Hera."Fokus banget ya kamu dengan ponsel sampai nggak tau suami sendiri sudah bangun!" suara King yang menggelar membuat Hera kaget."Ya ampun mas.., kapan kamu bangunnya?" ujar Hera masih kaget ternyata suaminya sudah berada di depannya."Sejak tahun lalu!" seru King dengan muka cemberut.Hera terlihat menghela napasnya. Lalu ia berpindah dan duduk di sebelah King."Kamu kenapa sih mas.., wajahmu kok cemberut seperti itu?" Hera mengamati wajah suaminya yang saat ini seperti orang yang sedan