Dengan gayanya yang pongah sambil menghisap cerutu khas negeri menara, Aland menyambut kedatangan Joe.
Aland melihat jam pada lengannya, lalu berkata, "sembilan lewat lima puluh sembilan. Kau tepat waktu."
Dan kemudian, dia menjentikan jarinya, mengajak Joe masuk.
Tidak asing bagi Joe berada di rumah yang pernah membuat hari harinya berat dan juga hatinya terluka. Keadaannya masih sama. Tidak ada yang berbeda. Hanya saja saat ini perasaannya yang tak lagi sama. Kalau dulu dia datang ke sini dengan Jilly, namun sekarang Joe hanya datang seorang diri.
"Duduklah, anggap saja rumah sendiri," titah Aland. Cukup baik sambutannya.
Sesaat kemudian, Rosita pun menyusuli. "Sudah datang rupanya si gembel ini!" Ucapnya, masih tak berubah. Dia masih senang menghina Joe. Padahal, Joe tidak pernah melakukan satu kesalahanpun padanya selain sudah menikahi putrinya. Tapi bagi Rosita, justru itulah kesalahan Joe yang paling besar karena sudah
"Haha." Aland pun terkekeh. "Itu mudah. Setelah kau menyelesaikan tugasmu, kami sendiri yang akan mengantarkan Kiara padamu.""Apa aku bisa mempercayaimu?" Joe memastikan.Seketika tawa di wajah Aland mendadak terhenti. "Apa kau meragukan kami?" Dia menatap Joe serius."Hanya memastikan saja. Bagiku, Kiara jauh lebih penting dari pada uang itu," tekan Joe."Sombong sekali kau! Kau pikir empat puluh ribu dollar itu uang sedikit, hah! Seumur umur, aku yakin bahkan bermimpi saja kau belum pernah mendapatkannya!" Sinis Rosita."Hei Joe! Sebaiknya kau terima saja penawaran papaku," sela Felicia, yang tiba tiba datang dan ikut nimbrung. "Papaku tidak akan mungkin ingkar janji!" Tekannya."Aku tidak ingin berlama lama, katakan saja apa kau menerimanya atau tidak?" Ucap Aland."Kasih tau satu bukti kalau memang Kiara dalam keadaan sehat sehat saja," pinta Joe.Dengan begitu, Aland pun men
Saat Joe membuang napasnya, dia sudah berada kembali di dalam mobil. Kaca film yang begitu tebal dan gelap, seakan melindungi kebebasannya bergerak dan tidak perlu khawatir orang lain akan melihatnya."Sepertinya master Joe sudah melewati perdebatan sengit. Apa boleh aku mengetahuinya?""Mereka menginginkan aku," sahut Joe ringan.Tentu saja membuat dahi Ceasar mengerut, heran. "Benarkah? Master akan dirujukan kembali dengan putrinya?"Karena mendengar lelucon konyol ini lah akibatnya Joe memalingkan wajahnya menatap Ceasar tajam. "Apa kau tidak bisa sedikit saja serius, Ceasar?"Dengan begitu, Ceasar pun salah tingkah. "Maaf master," ucapnya menyesali. "Tapi sungguh, aku tidak mengerti."Joe pun memalingkan pandangannya ke arah depan. "Mereka memanggilku bukan untuk meminta aku rujuk dan menikahi Jilly lagi tapi lebih dari itu. Mereka menginginkan aku bekerja sama."Kali ini Ceasar tidak meny
Setelah dirinya aman dari Ceasar, barulah Joe menjawab panggilan masuk dari gadis yang sudah begitu sangat perhatian dengannya. "Ada apa?" Tanya Joe langsung begitu menggeser tombol hijau pada layar hp. "Apa kamu sudah selesai dengan urusanmu?" Pevita berbalik tanya. "Baru saja. Katakan, ada apa? Apa tempatmu mengalami-." "Tidak. Bukan masalah kedai. Tapi ... apa aku boleh minta bantuanmu?" "Katakan, apa itu?" "Umm, sore ini ada acara tahunan di rumah. Apa kamu bersedia menemaniku ke sana?" Pevita nampak ragu mengatakan ini. Tidak langsung di jawab oleh Joe, dia diam sejenak. Tentu saja akan mengundang kericuhan apabila dirinya sampai hadir di tempat itu. Jeriko, ayah Pevita sudah tau siapa Joe. Tentu dia tidak akan membiarkan putri kesayangannya bergaul pada Joe, pikir Joe. "Aku tidak yakin mereka akan bisa menerimaku," sahut Joe. "Tenang saja. Kamu datang bersamaku." Pevita berusaha meyakini. Sejatinya, Pevita memang ingin mengajak Joe ke acara yang selalu keluarg
"Terima kasih. Kali ini aku harap kau bebaskan aku dari mata mata pengintaimu itu!" Pada saat mengatakan ini, Joe sudah berada di pelataran area Mercury Apartemen milik Pevita. Ceasar terkekeh. "Baiklah master. Aku tidak akan membuatmu kepikiran tentangku ketika sedang bersama non Pevita," sahut Ceasar. "Tidak akan terjadi apa apa antara aku dengan dia! Jadi tidak usah kau begitu penasaran ingin mencari tau!" Joe menekankan ucapannya, seolah itu peringatan tegas agar Ceasar tidak lagi iseng mengusilinya. Namun justru membuat Ceasar semakin penasaran ingin mencari tahu lebih lanjut hubungan Joe dengan Pevita. Joe memang seperti ini, terlalu gengsi untuk mengutarakan isi hati, pikir Ceasar. "Anda akan mendapatkan itu, master," sahut Ceasar dengan sedikit bumbu senyuman. Sebenarnya Joe tau kalau Ceasar akan terus mencari tau tentang hubungannya dengan Pevita, sampai dia memastikan betul apa yang dia pikirkan itu benar. Dasar keras kepala! Hanya saja Joe tidak ada waktu meladeni C
Kemeja suit lengan panjang warna biru dongker yang akan dilapisi dengan tuxedo hitam bersama celana kain chino yang sangat elegan, juga dilengkapi sepatu kulit semakin membuat penampilan Joe sempurna."Perfect," ungkap Pevita.Joe cepat menoleh. "Kamu mengagetkan diriku."Joe pun kagum dan takjub menadapatkan Pevita begitu anggun menawan. Namun bukan karena gaun yang dia kenakan, melainkan aura pesona kecantikannya yang memancar begitu dashat. Sangat kuat memikat hati Joe.Kenapa setiap hari aku melihat gadis ini semakin cantik? Atau ini hanya perasaanku saja?Hanya saja Joe terlalu gengsi untuk mengungkapkan itu secara langsung. Kali ini, Pevita memilih penampilan rambutnya bergelombang dari sebelumnya yang lurus terurai.Sungguh sempurna dia. Aku melihat bidadari, bukan wanita biasa, ungkap Joe dalam hati.Pevita mengakhiri dengan senyuman sambil bertanya, "apa kita sudah bisa pergi sekarang?"&nbs
Sejurus kemudian, dihadapan Joe sudah banyak pasang mata menatap penuh intimidasi dan penuh penilaian menghunus tajam ke arah Joe. Tidak ada satupun yang sepertinya ramah menyambut kehadiran Joe.Sepertinya ini keluarga besar Pevita. Mereka ternyata banyak juga. Aku melihat Jeriko berada di tengah tengah mereka. Dugaanku, laki laki itu yang sepertinya paling banyak berlimpah harta di antara yang lain."Jangan grogi, tenang saja," bisik Pevita di telinga Joe. Joe hanya menanggapinya dengan senyuman ringan.Yang pertama kali menghampiri Pevita tentu saja ayahnya, Jeriko. Dia berjalan dengan congkak dan sikapnya yang selalu membuat orang lain malas untuk menatap langsung wajahnya."Selamat datang putri kesayangan papa," sapanya. Lalu dia menciumi pipi kanan dan kiri Pevita."Makasih pa," sahut Pevita sekenanya.Dan kemudian, pandangan Jeriko berpaling pada Joe. "Laki laki ini lagi! Sayang, apa kamu tida
Jadi wanita yang mengoceh sok seperti nyonya besar ternyata hanya seorang pelakor? Ck ck. Hebatnya wanita jaman sekarang. Selalu merasa memiliki padahal mereka hanya dijadikan sebagai ban serep saja sama laki laki, batin Joe."Jadi, aku harap tante sama om jangan pernah mengatur dan melarangku untuk bergaul dengan siapapun! Dan asalkan kalian tau, Joe lebih mulia dari pada kalian yang selalu menjilat papaku!" Pevita mengatakan ini dengan wajah serius dan nada penuh penekanan sampai kedua mulut mereka tak mampu lagi berkata kata.Nampak sekali kekesalan yang terpendam di wajah wajah mereka. Lebih lebih pada diri seorang Wendy, dia merasa sangat terhina dengan perlakuan Pevita.Pantas saja Pevita tidak betah di istana yang megah seperti ini. Dia memilih menjadi wanita liar di luar sana. Ck ck. Pasti Pevita menghindari auman singa betina yang sekarang sudah menduduki kursi kerajaan, batin Joe.Di tengah perdebatan panas di awal acara, tiba
Apa yang mau papa lakukan pada Joe? Pevita mendadak cemas.Seketika tempat yang seindah surga ini, perasaan yang tadinya ceria entah kenapa mendadak jadi horor.Sungguh, sorot mata Jeriko sangat tidak membuat hati nyaman. Seperti sebilah pedang yang siap terhunus. Tajam dan mematikan."Franco, Gio, Kenneth!" Jeriko memanggil ketiga bodyguard andalannya. Gegas pria pria bertubuh besar besar itu langsung menghampiri.Sungguh, rona wajah mereka sangat tidak mengenakan. Terasa sekali aura membunuh yang begitu kuat."Apa yang harus kami lakukan untukmu, tuan?" Yang bertanya ini adalah Franco, bodyguard senior. Dia sudah terlalu lama bekerja dan menjadi orang kepercayaan Jeriko.Bola mata Jeriko langsung berputar menitik ke Joe. "Apa kau sekarang sudah mulai merasa takut?" Ujar Jeriko pada Joe. Entah apa maksudnya dia berkata seperti itu, yang pasti Jeriko sedang tidak mengajak Joe bergurau. Atau mungkin dia han
“Tidak ada yang serius, pa,” sahut Joe sambil mengurai senyum. Kemudian, dia meletakan ponselnya di atas meja. Namun tidak lama setelah itu, pesan kedua dari pengirim tidak dikenal mengisi halaman notifikasi.Joe penasaran ingin membukanya. Tapi prof Ferguso langsung menegur,”sebaiknya kau kesampingkan dulu urusan kerjaanmu. Kita di sini untuk happy.”Dan Joe pun tersenyum. Dia sependapat dengan saran ayah angkatnya.Mereka semua bersulang minum untuk merayakan hari kebahagian ini. Nampak sekali wajah-wajah ceria penuh kesenangan terpancarkan dari semua orang yang ada di sini. Tidak terkecuali keluarga Miller yang sudah berangsur-angsur berkurang rasa bersalahnya terhadap Joe. Apalagi Joe sudah melupakannya.Tidak lama acara makan dan minum selesai, Joe meminta ijin untuk meninggalkan meja makan sejenak. Dia ingin bersantai di balkon dengan puterinya. Prof Ferguso mengijinkan.Pergilah Joe menuju tempat santai yang dari situ bisa melihat seluruh lampu yang menerangi kota ini. Sangat i
Setengah jam yang lalu pesta berakhir. Namun prof Ferguso masih belum ingin mengakhiri kerinduannya dengan Joe begitu saja. Dia mengundang Jeriko dan keluarga Miller untuk bergabung dengan pesta kecil miliknya. Ya anggap saja untuk merayakan kembalinya puteri semata wayang Joe yang hilang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di ruangan khusus milik prof Ferguso. Mereka duduk di meja panjang dengan hidangan yang tidak kalah istimewa dengan yang di bawah tadi. Suasana sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah tidak bisa lagi memandang Joe sebelah mata walaupun dengan penampilannya yang buruk. Bahkan sekarang membuat wanita-wanita cantik dari keluarga Miller tidak berani menengadahkan wajahnya untuk menatap Joe secara langsung. Semua tertunduk malu atas sikap mereka selama ini terhadap Joe. Pun juga Jeriko yang mendadak bingung harus bersikap seperti apa di depan pemuda yang penah dia hina dan remehkan. Di sini dia baru sadar, kalau pantas saja Joe memiliki ilmu bel
Cerita ini bermula ketika Aland Miller mengalami masalah dengan anak perusahaan prof Ferguso yang berada di negeri Asal. Prof Ferguso begitu marah ketika ada orang yang berkeinginan untuk menikungnya dari belakang. Dan setelah diusut, nama Aland Miller keluar sebagai target utama.Aland Miller ditangkap anak buah prof Ferguso dan hampir mati disiksa. Namun di sini prof Ferguso masih punya hati dan ingin memaafkannya. Tapi tentu saja dengan syarat."Perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan. Tapi, aku masih bisa mengampunimu kalau kau mau bekerja-sama denganku," kata prof Ferguso pada Aland Miller yang wajahnya sudah penuh luka dan darah dengan kedua tangan terikat menggantung juga tanpa pakaian kecuali selembar celana dalam."Apa kau mau menerima tawaranku?" tanya prof Ferguso, yang mau tidak mau dijawab iya oleh Aland Miller atau dia akan mati."Bagus." Prof Ferguso menepuk pipi Aland Miller. "Saat ini, ada putraku yang sedang mengemban tugas di negeri ini. Mungkin statusnya akan diraha
"Papa! Apa-apaan ini! Jangan mempermalukan diri kamu di depan banyak orang! Kamu tidak pantas memberi hormat sama pemuda kampung seperti dia!" Jangankan Rosita atau semua orang yang ada di sini, bahkan Joe sendiri pun bingung kenapa Aland Miller bisa seperti itu terhadap dirinya?Apa prof Ferguso sudah memberi tahu siapa aku sebenarnya? Dan tiba-tiba saja ... Plak! Aland Miller menampar istrinya dengan keras di depan banyak orang. "Kau tidak pantas berbicara kasar pada tuan Joe Hans, putra semata wayang prof Ferguso yang juga merupakan pangeran negeri Menara!" bentaknya, yang langsung membuat semua orang tercengang, sementara Rosita menahan sakit dan juga malu yang luar biasa. "Apa! Tidak mungkin!" Sontak semua orang kaget. "Mustahil! Tidak mungkin!" Salika masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. "Pa, jangan membodohi kami!" "Maafkan keluargaku prof Ferguso. Memang mereka tidak pernah tau siapa tuan Joe Hans. Karena sejak anda menugaskanku menjadi agent, aku tida
"Hei penjaga! Apa kerja kalian sampai membiarkan orang gila masuk ke acara besar seperti ini!" Seru salah seorang tamu undangan prof Ferguso, sebut saja dia Kenan. Dia baru saja berhasil meyakinkan prof Ferguso untuk menjadi donatur di perusahaannya. "Sudah gila! cepat usir dia!" ucap Matias, CEO perusahaan otomotif terbesar di negeri Menara. Dia juga baru mengajukan proposal kerja sama dengan prof Ferguso untuk mengekspand usahanya. Namun prof Ferguso masih mempertimbangkannya, kemungkinan setelah acara ini dia akan memutuskan untuk mengambil atau melepasnya. Gegas beberapa penjaga menghampiri kerumunan, mereka nanar mendapatkan pemuda dengan pakaian kusuh berada di tengah-tengah acara penting. Wajah mereka pun berubah kencang. Bahkan laki-laki ini tidak pantas untuk sekadar menjadi tukang bersih-bersih di Castile ini, pikir mereka. "Apa yang kau kerjakan sampai bisa meloloskan orang gila ini, hah!" Hardik William, kolega Ferguso, berbicara pada penjaga itu. Seketika orang jadi
"Sudah seharusnya anda mengenakan pakaian kebesaran, master Joe."Ceasar memberikan satu setel jubah terbaik yang dimiliki seorang kstria hebat di negeri Menara. Tidak sembarang orang yang bisa mengenakannya. Itu bagaikan pakaian raja yang tidak mungkin dikenakan rakyat biasa. Joe sudah menerima, namun dia belum mengenakannya. "Apa tidak berlebihan sampai aku mengenakan jubah kebesaran ini?""Justru ayah ingin mengenalkan pada semua orang yang ada di bawah sana siapa putra terbaik ayah yang pantas menggantikan posisi ayah nanti. Dan orang itu adalah kamu. Kamu lah pewaris yang tepat untuk menggantikan posisi ayah kemudian," ujar prof Ferguso. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk Joe menolaknya. Kemudian, dia mengganti baju yang kusam dengan jubah yang mewah. Sejurus kemudian, Joe sudah siap dengan penampilan barunya. Sementara itu dibawah sana Rosita dan dua putrinya sedang sibuk membantu kapten Frans untuk mencari Joe yang dianggap penyusup. Mereka sudah mencari sampai kesel
Rasanya tidak ada salahnya untuk mengikuti saran dari wanita-wanita cantik ini. Kapten Frans pun mengajak Rosita dan kedua putrinya masuk ke dalam ruangan monitoring CCTV yang dijaga langsung oleh anak buahnya. Di dalam ruangan itu ada empat petugas berseragam yang sedang serius bekerja, memperhatikan satu persatu layar monitor dari tembakan CCTV dari segala penjuru. "Silakan duduk," titah kapten Frans kepada Rosita, Salika dan Felicia. Dan kemudian dia berbicara pada salah seorang petugas pengendali monitor. "Bisa kau putarkan rekaman yang ada di lorong xx pada empat puluh lima menit yang lalu," pinta kapten Frans. Dengan sigap, petugas itu langsung mengikuti perintahnya. Dan sejurus kemudian, tayangan yang diminta Rosita sudah nampak di depan mata. Semua orang tertitik pada seorang pemuda yang sedang berjalan cepat menyusuri lorong xx sebelum bertemu dengan Salika dan Felicia. Penampilan yang hanya mengenakan kaos yang kusam menjadi perhatian kapten Frans dan yang lainnya. Saya
Kedua putri Miller secara kebetulan bertemu dengan induknya. Mereka saling pandang heran karena mendapatkan diri masing-masing sedang berada di tempat yang sama, pos utama penjaga. "Mama, sedang apa di sini?" Yang bertanya dengan wajah bingung ini adalah Salika. Tanpa sadar, dia masih memegang sebatang rokok yang nyaris habis. Begitu bola mata Rosita berputar pada benda yang dipegang putrinya, barulah Salika membuang puntung rokok itu. "Hanya sebatang. Tidak perlu diperpanjang," katanya. Beruntung ada hal lain yang mendominasi perasaan marah Rosita dibanding melihat putrinya merokok. Dan Rosita pun mengabaikannya. "Sedang apa kalian di sini?" Dia berbalik tanya pada kedua putrinya. "Baru saja kami melihat si gembel Joe dengan penampilan compang-camping masuk ke sini, ma. Aku rasa dia sudah menyusup. Aku khawatir dia akan membuat kericuhan di sini," ujar Felicia. Berkerutlah dahi Rosita saking kagetnya karena alasan dia ke tempat penjagaan utama serupa dengan kedua putrinya. "Kal
"Dasar gembel! Kau tau, negeri ini tidak pantas untuk laki-laki sampah sepertimu!" hardik Felicia. Joe yang berpisah dengan Ceasar nampaknya salah mengambil jalan. Tadinya, Joe ingin menemui prof Ferguso di tempat khusus untuk menghindari keramaian. Dan Joe mengambil arah selatan dari Castile ini untuk segera sampai ke ruangan itu. Sialnya, dia bertemu dengan dua kakak beradik yang menjadi musuhnya. Habislah Joe menjadi bulan-bulanan mereka. "Kau itu seperti hantu gentayangan, apa kau tau! Kau sengaja ingin terus mengikuti kami, hah!"Joe yang sudah malas meladeni dua wanita judes ini hanya menyeringai saja. "Aku tidak ada urusan dengan kalian," ujar Joe dingin. Dia ingin beranjak namun kerah bajunya ditarik Salika hingga robek. Sungguh, kejadian ini membuat Joe emosi. Namun justru itu menjadikan kakak beradik itu tergelak puas. "Haha! Dasar gembel! Bajumu sudah terlalu usang. Kenapa tidak kau jadikan lap lantai saja!"Dari kejauhan Joe melihat Ceasar sudah memberi arahan agar dia