Wajah Mohan sudah pucat dipermalukan di depan banyak orang. Lebih-lebih, sebenarnya dia sedang mencari muka terhadap atasannya ini untuk naik jabatan. Tapi sepertinya, Mohan harus melupakan itu sejenak lantaran masalah sepele yang menjadi besar.
Tampangnya sudah tidak enak dipandang. Belum lagi, dua pegawainya itu terlihat mengenyehnya.
"Keparat! gara-gara kau jadi aku yang kena semprot!" maki Mohan pada Joe.
"Sebaiknya kau bereskan atau aku akan mencarikan pengganti untuk posisimu!" ucap Fernando santai namun penuh penekanan. Mohan sadar kalau itu merupakan ancaman serius dari bosnya. Merahlah wajah Mohan. Seketika itu juga darahnya mendidih.
"Baik tuan," sahut Mohan, sambil menganggukan kepala.
Kaki Fernando siap melangkah, meninggalkan toko namun di saat itu dia mendengar suara berat dari seorang wanita yang dengan lantang memanggilnya, "Fernando Artilles."
Seketika Fernando terdiam. Dia tahu persis siapa ora
"Haha lucu sekali. Apa kau sudah melupakanku, Elianor?"Terang sekali wajah wanita perkasa itu langsung berubah rona, kaget sekaligus tegang begitu melihat Joe dengan jelas.Suasana berubah, semua orang langsung tertuju pada satu titik. Mereka semua kompak menatap Joe yang dipikirnya sudah konyol karena berani bersuara dengan wanita pembunuh berdarah dingin ini.Di sudut sana, seorang wanita muda yang baru saja membeli cincin Clarks Diamond untuk pernikahannya nanti sampai tercengang dan mengumpat Joe dalam hati. Bodoh! Apa yang kau lakukan! Kau sudah membuat kami semua mendapatkan masalah besar!Tidak kalah seru perseteruan di dalam diri Fernando yang begitu murka dengan laki-laki yang sudah membuat masalah tambah kacau."Sebaiknya kau usir gembel itu!" perintah Fernando pada Mohan tegas. Hanya saja dia merendahkan suaranya di hadapan Elianor."Baik tuan," sahut Mohan sigap. Sambil sang manager toko ini mengham
What the hell?Nampak sekali wajah Fernando seperti tidak percaya menyaksikan ini semua. Siapa sebenarnya pemuda ini? Kenapa Elianor sepertinya takut dengannya?Pemikiran ini pun dirasakan oleh Mohan, enam pegawai King's Mars Jewellery, empat sekurity, para pengunjung juga Mona dan calon suaminya Fian, yang mereka hanya bisa tercengang.Bagaimana bisa? Kalau barang mewah mungkin Joe bisa berpura-pura untuk memilikinya. Tapi tidak dengan kekuasaan. Kami semua tau siapa Elianor? Dia tidak mudah tunduk dengan orang begitu saja. Apalagi hanya seorang pemuda kampung rendahan seperti Joe. Siapa Joe sebenarnya? Mona begitu penasaran dengan sosok Joe.Elianor mengerti dengan apa yang Joe inginkan. Kemudian, dia menyuruh anak buahnya untuk mengambil paksa berlian cantik yang terpajang indah di dalam lemari kaca itu. Dan sejurus kemudian, Queen's Mary sudah kembali ke tangan Joe.Joe memperhatikan kalung itu dengan perasaan yang dalam
Tidak mudah dipercaya kalau bukan melihatnya langsung, Joe begitu saja pergi meninggalkan King's Mars Jewellery dengan sangat santai di antara penjagaan yang ketat dari anak buah Elianor. Termasuk Mona yang menyaksikan langsung kejadian ini sampai nanar mendapatkan dirinya seperti berada dalam mimpi. Lagi-lagi Joe membuatnya shock setengah mati.Hanya saja situasi sekarang berbeda, Mona tidak kaget lantaran Joe mengambil Queen's Mary yang bernilai jutaan dollar yang diaku-aku miliknya, melainkan dia terkejut dengan sikap Elianor yang seperti ayam kampung di hadapan Joe. Sekaligus dia pun bingung untuk mengisahkan ini pada Jilly nanti. Sudah tentu, Jilly tidak akan percaya dengan ceritanya.Di luar sana Joe mencari Ceasar yang sudah membuatnya gundah. "Apa dia tidak dengar dengan perkataanku?" gerutu Joe.Sebelum keluar mobil Joe sudah berpesan pada Ceasar agar menyusulinya ke toko. Tapi sampai urusan dengan Fernando selesai Ceasar belum menampa
Bahkan Joe sama sekali tidak tersentuh. Pihak berwajib baru saja datang karena laporan seseorang dan juga video yang viral di sosial media kalau toko King's Mars Jewellery dirampok. Mereka tengah sibuk memeriksa semua karyawan termasuk Fernando. Semua orang menyebutkan nama yang sama kalau dalang dari perampokan ini adalah Joe. Bahkan Mohan menunjukan wajah Joe dari rekaman video yang berasal dari pengunjung kepada penyidik."Namanya Joe. Itu saja yang saya tau," ujar Mohan pada laki-laki yang menjadi pimpinan penyidik di sini.Padahal, ada Elianor juga yang ikut andil disini. Tapi kenapa mereka tidak menyebutkan namanya. Apa karena akan merasa percuma saja kalau menyebutkan nama wanita perkasa itu tidak akan berpengaruh apa-apa dalam hukum.Semua berharap kalau Joe dapat tertangkap dan bisa diadili.Hanya saja semua angan-angan Fernando dan juga Mohan yang dari tadi sok sibuk semenjak Elianor meninggalkan tempat ini termenta
"Master Joe yakin ini tempatnya?" Joe sendiri tidak yakin kalau alamat yang diberikan Mohan tadi bertepatan dengan rumah nyonya Kim. Apa mungkin Kiara dirawat nyonya Kim? Tapi, kenapa aku tidak melihatnya waktu itu? "Manager toko itu memberikanku alamat ini," sahut Joe sambil menunjukan kertas yang ada di tangannya pada Ceasar. Kemudian, Ceasar memastikan kembali. "Sesuai. Ternyata mereka yang sudah membeli Kiara dari keluarga Miller," ujar Ceasar sekaligus menduga dengan penuh keyakinan. "Jangan mudah mengambil kesimpulan. Aku belum bisa memastikan apa-apa sampai aku sendiri yang melihat putriku ada di rumah itu." "Tapi ada yang aneh menurutku, master." "Kau sepemikiran denganku," balas Joe, yang seolah-olah sudah tau apa isi kepala asistennya ini. Karena itu Ceasar mengerutkan dahi. "Kau ingin mengatakan kalau untuk apa nyonya Kim menjual kalung itu padahal sebenarnya uangnya banyak, bukan?" Ceasar sendiri s
"Letakan dia di sana."James menunjuk ranjang kecil yang menyudut di ruangan pada saat memberi perintah pada anak buah. Kemudian dia duduk di kursi kayu singel sambil melipat lengan kemeja setengah. Setelah itu, dia melonggarkan dasi lalu membuka satu kencing bagian atas.Dengan sigap, dua pria itu langsung meletakan Pevita yang masih belum sadarkan diri di tempat itu.Sejurus kemudian, James mengirim pesan singkat pada seseorang.'Paket sudah berada dalam genggaman. Apa perlu dieksekusi sekarang?'Tidak lama kemudian, orang itu membalas pesan James.'Tunggu sebentar. Apa dia masih pingsan?''Sepertinya aku terlalu banyak memberikan dosis penenang. Dia begitu pulas tertidur.' Balas James.'Biarkan dulu sampai dia sadar. Bagaimanapun juga kita harus mendapatkan tanda-tangannya sebelum kita eksekusi.'Dan setelah pembicaraan ini, orang yang berbicara dengan James melalui pesan singkat sudah ti
"James.""Sudah sadar, manis," sarkas James, sambil melempar senyum licik."Apa-apaan ini!"Pria parlente dengan penampilannya yang selalu terlihat rapi dalam setiap moment itu tertawa ringan. "Maaf kalau seperti ini akhirnya."Pevita berusaha untuk beranjak, namun dua pengawal James sangat cekatan menahan langkah Pevita untuk tidak bergerak dari tempatnya. Sementara James hanya duduk santai dengan berpangku sebelah kaki dan melipat tangan di dada. Sebentar lagi akan ada drama di antara kita, pikir James."Tidak usah terburu-buru. Masih ada urusan yang belum kita selesaikan," ujar James.Tentu saja perkataan ini membuat dahi Pevita berkerut tajam, saking herannya. "Apa maksudmu?"James pun berdiri lalu mengambil map yang ada di meja sebelahnya. Kemudian, dia menghampiri Pevita. "Sepertinya aku tidak perlu memaksamu untuk menanda-tangani berkas ini."Sungguh bingung, berkas apa itu? Pevita menerima
"Apa yang dia lakukan?" Joe memperhatikan Ceasar yang menemui penjaga kediaman nyonya Kim yang dibatasi dengan pagar dari dalam mobil yang dia parkirkan dua ratus meter di seberang agak menjorok ke belakang dari rumah nyonya Kim. Dari posisi ini, Joe masih bisa melihat Ceasar dengan sangat jelas tanpa khawatir orang lain melihatnya. Ceasar mengambil alih pekerjaan ini. Dia menyamar sebagai pemilik toko berlian King's Mars. Tentu saja dengan kepemilikan yang saat ini dipegang oleh Joe sangat mudah membuat Ceasar leluasa untuk berkata apapun."Bisa bertemu dengan nyonya Rosemary," ujar Ceasar. "Ada keperluan apa?" penjaga rumah berbalik tanya. "Baru saja dia mengunjungi toko kami dan menjual berlian. Dan kami lupa untuk memberikan hadiah yang seharusnya dia terima. Kebetulan, itu memang hak pelanggan," sahut Ceasar dengan alasan yang sudah dia persiapkan. Tiga pasang penjaga kediaman nyonya Kim memperhatikan baik-baik Ceasar sebelum salah-satu di antara mereka memanggil orang yang b
“Tidak ada yang serius, pa,” sahut Joe sambil mengurai senyum. Kemudian, dia meletakan ponselnya di atas meja. Namun tidak lama setelah itu, pesan kedua dari pengirim tidak dikenal mengisi halaman notifikasi.Joe penasaran ingin membukanya. Tapi prof Ferguso langsung menegur,”sebaiknya kau kesampingkan dulu urusan kerjaanmu. Kita di sini untuk happy.”Dan Joe pun tersenyum. Dia sependapat dengan saran ayah angkatnya.Mereka semua bersulang minum untuk merayakan hari kebahagian ini. Nampak sekali wajah-wajah ceria penuh kesenangan terpancarkan dari semua orang yang ada di sini. Tidak terkecuali keluarga Miller yang sudah berangsur-angsur berkurang rasa bersalahnya terhadap Joe. Apalagi Joe sudah melupakannya.Tidak lama acara makan dan minum selesai, Joe meminta ijin untuk meninggalkan meja makan sejenak. Dia ingin bersantai di balkon dengan puterinya. Prof Ferguso mengijinkan.Pergilah Joe menuju tempat santai yang dari situ bisa melihat seluruh lampu yang menerangi kota ini. Sangat i
Setengah jam yang lalu pesta berakhir. Namun prof Ferguso masih belum ingin mengakhiri kerinduannya dengan Joe begitu saja. Dia mengundang Jeriko dan keluarga Miller untuk bergabung dengan pesta kecil miliknya. Ya anggap saja untuk merayakan kembalinya puteri semata wayang Joe yang hilang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di ruangan khusus milik prof Ferguso. Mereka duduk di meja panjang dengan hidangan yang tidak kalah istimewa dengan yang di bawah tadi. Suasana sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah tidak bisa lagi memandang Joe sebelah mata walaupun dengan penampilannya yang buruk. Bahkan sekarang membuat wanita-wanita cantik dari keluarga Miller tidak berani menengadahkan wajahnya untuk menatap Joe secara langsung. Semua tertunduk malu atas sikap mereka selama ini terhadap Joe. Pun juga Jeriko yang mendadak bingung harus bersikap seperti apa di depan pemuda yang penah dia hina dan remehkan. Di sini dia baru sadar, kalau pantas saja Joe memiliki ilmu bel
Cerita ini bermula ketika Aland Miller mengalami masalah dengan anak perusahaan prof Ferguso yang berada di negeri Asal. Prof Ferguso begitu marah ketika ada orang yang berkeinginan untuk menikungnya dari belakang. Dan setelah diusut, nama Aland Miller keluar sebagai target utama.Aland Miller ditangkap anak buah prof Ferguso dan hampir mati disiksa. Namun di sini prof Ferguso masih punya hati dan ingin memaafkannya. Tapi tentu saja dengan syarat."Perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan. Tapi, aku masih bisa mengampunimu kalau kau mau bekerja-sama denganku," kata prof Ferguso pada Aland Miller yang wajahnya sudah penuh luka dan darah dengan kedua tangan terikat menggantung juga tanpa pakaian kecuali selembar celana dalam."Apa kau mau menerima tawaranku?" tanya prof Ferguso, yang mau tidak mau dijawab iya oleh Aland Miller atau dia akan mati."Bagus." Prof Ferguso menepuk pipi Aland Miller. "Saat ini, ada putraku yang sedang mengemban tugas di negeri ini. Mungkin statusnya akan diraha
"Papa! Apa-apaan ini! Jangan mempermalukan diri kamu di depan banyak orang! Kamu tidak pantas memberi hormat sama pemuda kampung seperti dia!" Jangankan Rosita atau semua orang yang ada di sini, bahkan Joe sendiri pun bingung kenapa Aland Miller bisa seperti itu terhadap dirinya?Apa prof Ferguso sudah memberi tahu siapa aku sebenarnya? Dan tiba-tiba saja ... Plak! Aland Miller menampar istrinya dengan keras di depan banyak orang. "Kau tidak pantas berbicara kasar pada tuan Joe Hans, putra semata wayang prof Ferguso yang juga merupakan pangeran negeri Menara!" bentaknya, yang langsung membuat semua orang tercengang, sementara Rosita menahan sakit dan juga malu yang luar biasa. "Apa! Tidak mungkin!" Sontak semua orang kaget. "Mustahil! Tidak mungkin!" Salika masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. "Pa, jangan membodohi kami!" "Maafkan keluargaku prof Ferguso. Memang mereka tidak pernah tau siapa tuan Joe Hans. Karena sejak anda menugaskanku menjadi agent, aku tida
"Hei penjaga! Apa kerja kalian sampai membiarkan orang gila masuk ke acara besar seperti ini!" Seru salah seorang tamu undangan prof Ferguso, sebut saja dia Kenan. Dia baru saja berhasil meyakinkan prof Ferguso untuk menjadi donatur di perusahaannya. "Sudah gila! cepat usir dia!" ucap Matias, CEO perusahaan otomotif terbesar di negeri Menara. Dia juga baru mengajukan proposal kerja sama dengan prof Ferguso untuk mengekspand usahanya. Namun prof Ferguso masih mempertimbangkannya, kemungkinan setelah acara ini dia akan memutuskan untuk mengambil atau melepasnya. Gegas beberapa penjaga menghampiri kerumunan, mereka nanar mendapatkan pemuda dengan pakaian kusuh berada di tengah-tengah acara penting. Wajah mereka pun berubah kencang. Bahkan laki-laki ini tidak pantas untuk sekadar menjadi tukang bersih-bersih di Castile ini, pikir mereka. "Apa yang kau kerjakan sampai bisa meloloskan orang gila ini, hah!" Hardik William, kolega Ferguso, berbicara pada penjaga itu. Seketika orang jadi
"Sudah seharusnya anda mengenakan pakaian kebesaran, master Joe."Ceasar memberikan satu setel jubah terbaik yang dimiliki seorang kstria hebat di negeri Menara. Tidak sembarang orang yang bisa mengenakannya. Itu bagaikan pakaian raja yang tidak mungkin dikenakan rakyat biasa. Joe sudah menerima, namun dia belum mengenakannya. "Apa tidak berlebihan sampai aku mengenakan jubah kebesaran ini?""Justru ayah ingin mengenalkan pada semua orang yang ada di bawah sana siapa putra terbaik ayah yang pantas menggantikan posisi ayah nanti. Dan orang itu adalah kamu. Kamu lah pewaris yang tepat untuk menggantikan posisi ayah kemudian," ujar prof Ferguso. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk Joe menolaknya. Kemudian, dia mengganti baju yang kusam dengan jubah yang mewah. Sejurus kemudian, Joe sudah siap dengan penampilan barunya. Sementara itu dibawah sana Rosita dan dua putrinya sedang sibuk membantu kapten Frans untuk mencari Joe yang dianggap penyusup. Mereka sudah mencari sampai kesel
Rasanya tidak ada salahnya untuk mengikuti saran dari wanita-wanita cantik ini. Kapten Frans pun mengajak Rosita dan kedua putrinya masuk ke dalam ruangan monitoring CCTV yang dijaga langsung oleh anak buahnya. Di dalam ruangan itu ada empat petugas berseragam yang sedang serius bekerja, memperhatikan satu persatu layar monitor dari tembakan CCTV dari segala penjuru. "Silakan duduk," titah kapten Frans kepada Rosita, Salika dan Felicia. Dan kemudian dia berbicara pada salah seorang petugas pengendali monitor. "Bisa kau putarkan rekaman yang ada di lorong xx pada empat puluh lima menit yang lalu," pinta kapten Frans. Dengan sigap, petugas itu langsung mengikuti perintahnya. Dan sejurus kemudian, tayangan yang diminta Rosita sudah nampak di depan mata. Semua orang tertitik pada seorang pemuda yang sedang berjalan cepat menyusuri lorong xx sebelum bertemu dengan Salika dan Felicia. Penampilan yang hanya mengenakan kaos yang kusam menjadi perhatian kapten Frans dan yang lainnya. Saya
Kedua putri Miller secara kebetulan bertemu dengan induknya. Mereka saling pandang heran karena mendapatkan diri masing-masing sedang berada di tempat yang sama, pos utama penjaga. "Mama, sedang apa di sini?" Yang bertanya dengan wajah bingung ini adalah Salika. Tanpa sadar, dia masih memegang sebatang rokok yang nyaris habis. Begitu bola mata Rosita berputar pada benda yang dipegang putrinya, barulah Salika membuang puntung rokok itu. "Hanya sebatang. Tidak perlu diperpanjang," katanya. Beruntung ada hal lain yang mendominasi perasaan marah Rosita dibanding melihat putrinya merokok. Dan Rosita pun mengabaikannya. "Sedang apa kalian di sini?" Dia berbalik tanya pada kedua putrinya. "Baru saja kami melihat si gembel Joe dengan penampilan compang-camping masuk ke sini, ma. Aku rasa dia sudah menyusup. Aku khawatir dia akan membuat kericuhan di sini," ujar Felicia. Berkerutlah dahi Rosita saking kagetnya karena alasan dia ke tempat penjagaan utama serupa dengan kedua putrinya. "Kal
"Dasar gembel! Kau tau, negeri ini tidak pantas untuk laki-laki sampah sepertimu!" hardik Felicia. Joe yang berpisah dengan Ceasar nampaknya salah mengambil jalan. Tadinya, Joe ingin menemui prof Ferguso di tempat khusus untuk menghindari keramaian. Dan Joe mengambil arah selatan dari Castile ini untuk segera sampai ke ruangan itu. Sialnya, dia bertemu dengan dua kakak beradik yang menjadi musuhnya. Habislah Joe menjadi bulan-bulanan mereka. "Kau itu seperti hantu gentayangan, apa kau tau! Kau sengaja ingin terus mengikuti kami, hah!"Joe yang sudah malas meladeni dua wanita judes ini hanya menyeringai saja. "Aku tidak ada urusan dengan kalian," ujar Joe dingin. Dia ingin beranjak namun kerah bajunya ditarik Salika hingga robek. Sungguh, kejadian ini membuat Joe emosi. Namun justru itu menjadikan kakak beradik itu tergelak puas. "Haha! Dasar gembel! Bajumu sudah terlalu usang. Kenapa tidak kau jadikan lap lantai saja!"Dari kejauhan Joe melihat Ceasar sudah memberi arahan agar dia