Beranda / Urban / THE GREAT MAN / MENGINTROGASI KEPALA MAFIA

Share

MENGINTROGASI KEPALA MAFIA

Penulis: Eshal Arrayyan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah menceritakan rentang kisah beberapa tahun silam, Rayzen pun terdiam. Pandanganya menatap kosong. 

"Lalu, apa yang terjadi setelahnya?" Joe masih penasaran dengan cerita yang masih menggantung baginya. 

Rayzen menggelengkan kepala dalam pandangan kosong. 

Sungguh, membuat Joe geram. "Jangan coba coba menyembunyikan sesuatu dariku!" Tekan Joe serius dengan mengeraskan cengkraman tangannya kembali. 

"Uhukk!" Rayzen pun batuk batuk lantaran sesak bernapas. "Ak-aku mengatakan yang sebenarnya. Setelah itu aku tidak tau apa apa," terang Rayzen dengan suara tertahan. Joe pun menghunuskan tatapan tajam, seolah itu sebuah pesan tegas agar Rayzen jangan pernah berpikir kalau dia bisa membodohi Joe. 

"Percayalah, semua yang aku katakan ini sudah sepenuhnya. Tidak ada lagi yang aku sembunyikan," tuturnya dengan wajah pasrah. 

Belum puas sebenarnya, namun Joe belum mendapatkan klimaks dari apa yang diceritakan Rayzen.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • THE GREAT MAN   SELAMAT DARI KANDANG SINGA

    Ceasar pun kaget mendapatkan dirinya yang diperlakukan kasar oleh Joe. Walaupun dia tahu kalau Joe tidak serius. "Aau! Ada apa? Kenapa anda menamparku, Master?" Protes Ceasar. "Itu hukuman karena kau tidak memberi tahuku kalau Pevita ternyata putri kandung Jeriko. Berani sekali kau Ceasar." Ceasar pun mengerti. Kemudian, dia menahan tawa diam diam. "Kau mau mengejekku, Ceasar?" "Tidak. Tidak seperti itu," balas Ceasar. Dan kemudian, mobil pun meninggalkan markas besar Rayzen. Baru hanya Joe yang bisa keluar hidup hidup dengan segar bugar dari kandang singa. Biasanya, orang itu tinggal nama begitu menginjakan kaki di lantainya saja. Di pertengahan jalan, Joe penasaran dari mana Ceasar bisa menemui posisinya. "Bagaimana kau bisa menemukanku?" Ceasar tersenyum tipis. "Sepertinya selama di sini master Joe sudah banyak lupa." Setelah mengatakan ini, Ceasar menunjukkan id card miliknya. Di sinilah Joe teringat kalau kartu akses infinit yang berfungsi sebagai tanda pengenal ke

  • THE GREAT MAN   MENUNTUT KEJUJURAN

    Begitu sampai di dalam, Joe mendesak tubuh Pevita sampai memepet daun pintu. Jantung perempuan itu berdebar kencang. Deru napasnya pun mulai tak beraturan. "Bagaimana bisa kamu membodohiku?" cecar Joe. Sontak Pevita pun membuka matanya secara cepat. "Apa maksudmu?" Langsung saja wajah Pevita berubah tegang. Joe menaikan sebelah alis, menatap Pevita penuh intimidasi kuat. Di sinilah Pevita baru teringat kalau dia sudah membohongi Joe mengenai perusahaan papanya. Dan juga status dirinya yang sebenarnya merupakan putri kandung Jeriko, pemilik perusahaan Oilver Company. "Jangan salah paham. Ak-aku hanya tidak ingin kamu banyak bertanya ketika kamu tau siapa aku," sahutnya dengan gugup. "Justru sekarang aku tertarik untuk mengetahui itu. Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?" Cecar Joe. "Kalau yang kamu maksudkan menutupi siapa pembunuh gadis yang ada di poto itu, aku sungguh tidak tau. Aku hanya tidak ingin kamu dekat denganku karena kamu tau aku putri konglomerat," ujar Pevi

  • THE GREAT MAN   TUGAS PERTAMA JOE

    "Jangan perlakukan aku berbeda dari pegawaimu yang lain. Kalau aku memecahkan gelas, kamu harus memarahiku." Tentu saja membuat Pevita tak bisa menahan tawa. Sampai begitu lebar bibirnya terbuka. "Kamu ada ada saja. Iya tentu. Kalau kamu melakukan itu, aku akan memberimu hukuman. Apa kamu mengerti." Seolah olah Pevita memberi ultimatum tegas, padahal dia mengatakan itu sambil menyimpul senyum. Joe pun membalasnya dengan melakukan hal yang sama. "Baiklah, kalau begitu aku akan memulainya," pungkas Joe. Joe diantar Pevita untuk tugas pertamannya. Dia akan melayani tamu tamu yang berkunjung. Kebetulan, floor sudah ramai dipadati pengunjung. "Steve," panggil Pevita. Laki laki yang bekerja sebagai manager bar pun gegas mendatangi bosnya. "Ya nyonya," sapa Steve. "Mulai sekarang Joe akan menjadi tanggung jawabmu," ujar Pevita. Steve nampak canggung. Tidak percaya kalau laki laki yang dianggapnya begitu sangat dekat dengan pimpinan bar, memilih bekerja sebagai pelayan. Kenapa

  • THE GREAT MAN   MEMBELA JOE

    Karena kejadian ini akibatnya banyak pasang mata yang akhirnya tertitik pada pria paruh baya yang baru saja membuat keonaran. Sebagaian mereka ada yang mengenal siapa dia. Sebagain yang lain menyalahkan pelayan yang melayaninya sudah tentu tidak becus sampai membuat pengunjung marah seperti itu. Salah satu pegawai baru saja mengabari Pevita kalau Joe terlibat masalah di floor. Dengan secepat angin, Pevita pun keluar dari kandang dan menemui Joe. "Apa yang terjadi?" Pevita nanar begitu mendapatkan kepala Joe sudah berlumuran darah. "Oh, jadi kamu pemilik kedai susu ini? Bagus! Sekarang juga kamu pecat pegawaimu yang bodoh ini!" Kata pria itu dengan arogan sambil menunjuk wajah Joe dengan jarinya. Steve segera membisikan ke telinga Pevita, "pria ini mara-marah, nyonya. Dia menolak pembayaran bill di muka." Sungguh, wajah Pevita memerah, marah. Pevita menatap tajam pria tua itu. "Sebaiknya anda pergi, tuan!" Sontak pria itu pun tercengang. Tidak masuk akal baginya dan tidak

  • THE GREAT MAN   BEGITU MENGAGUMINYA

    "Ada apa?" Tanya Pevita khawatir, setelah dia berhadapan dengan pegawainya. "Di floor, pria yang tadi membawa banyak orang. Mereka membuat rusuh. Dia mencari ... " Bola matanya berputar ke arah Joe yang masih duduk di sofa. "Tuan itu." Tunjuknya dengan sangat hati hati. Sungguh, Pevita takut sejadi jadinya. "Apa yang kamu katakan itu benar?" Pegawai itu mengangguk singkat. "Kalau begitu aku akan menemuinya." Begitu Pevita ingin beranjak, Joe menahannya. "Biar aku saja yang mengurusnya," kata Joe. Kemudian dia memalingkan wajahnya pada pegawai. "Suruh yang lainnya masuk ke sini. Jangan ada yang keluar sebelum aku perintahkan," titah Joe dengan nada tenang. "Joe, jangan. Mereka bisa melukaimu," cegah Pevita dengan wajah khawatir. "Jangan khawatir, tidak akan terjadi apa apa denganku," sahut Joe santai. Beat! "Kamu." Joe menunjuk pegawai Pevita. "Iya, tuan," sahutnya. "Suruh teman temanmu ke sini. Dan jangan keluar sebelum aku perintahkan. Apa kamu paham?" Pegawai

  • THE GREAT MAN   TIDAK JADI SOLO AKSI

    "Wow! Sepertinya akan ada pesta? Apa aku terlambat?" Saat yang bersamaan Ceasar datang di waktu yang tepat dan disambut Joe dengan senyum licik. "Mengganggu saja," gumam Joe agak kesal lantaran aksinya gagal dengan kedatangan tamu tak di undang. Sama sekali Joe tidak berharap Ceasar datang dan membantu layaknya super hero khayalan yang difilmkan oleh produksi luar negeri. "Siapa kau?" Tanya pria tua dengan wajah kaget. "Jawabanku tergantung sikapmu bapak tua! Kalau kau mau diajak kerja sama, tentu aku akan menjadi malaikat yang manis untukmu, tapi kalau kau keras kepala ... " Beat! "Aku akan menjadi malaikat yang akan mencabut nyawamu!" Pada saat mengatakan kalimat ini, wajah Ceasar menghunus tajam membelah pandangan pria itu. "Keparat! Rupanya kau teman si cecunguk sialan ini!" Sahutnya. "Habisi mereka berdua!" Pria tua itu memberikan perintah kepada anak buahnya. "Hentikan! Kalau kalian semuanya masih ingin hidup sampai esok hari!" Yang mengatakan ini dengan suara la

  • THE GREAT MAN   BALAS BUDI

    Gemetarlah Charis dibuatnya."Bodoh! Apa kau terlalu pengecut untuk menekan pelatuknya, hah!" Rayzen meninggikan nadanya.Rayzen justru semakin bergerak mendekati Charis lalu menempelkan keningnya di moncong pistol. "Ayo. Tembak aku!" Ucapnya.Masih sama, Charis sama sekali tidak berani. Hingga akhirnya, Rayzen mengambil pistol itu dari tangan Charis."Dasar bodoh! Apa kau tidak bisa menggunakan pistol ini, hah!" Setelah mengatakan ini, Rayzen menarik pelatuk pistol lalu menembaki Charis sampai beberapa kali. Hingga mati lah Charis di tempat.Sungguh sadis. Rayzen terlihat begitu tenang. Tidak sama sekali merasa berdosa sudah melenyapkan nyawa orang begitu saja. Padahal, beberapa hari yang lalu Charis adalah sahabatnya. Juga sumber uangnya. Sebagai pejabat kota yang korup, Charis tidak sedikit mengalirkan dana ke rekening Rayzen. Tapi sekarang berbeda, Rayzen tau harus berpihak pada siapa. Atau tidak, justru nyawa dan

  • THE GREAT MAN   GEJOLAK

    Pevita membuka pintu. Dia melakukannya dengan hati hati. Perasaannya tak menentu bergejolak, khawatir. "J-." Cepat saja Joe mendekap mulut Pevita dengan tanganya begitu pintu baru terbuka setengah. "Sst!" Desis Joe. "Apa kamu sedang sibuk saat ini?" Tidak ada yang tau apa maksud Joe berkata seperti itu. Dalam situasi yang menegangkan begini, tidak terpikirkan oleh Pevita kalau Joe sedang mengajaknya berdiskusi apalagi becanda. Pevita menggeleng. "Kalau begitu, ikutlah denganku," pinta Joe. Kemudian Joe melepaskan tangannya yang sudah membuat separuh wajah Pevita tertutupi. Tentu saja membuat Pevita bingung sejadi jadinya, sampai kerutan di dahi menyiku tajam ke dalam. "Aku tidak mengerti," ucap Pevita. "Ikut saja. Nanti kamu akan segera memahami," sahut Joe. "Lalu, bagaimana dengan mereka semua?" "Biar saja. Anggap itu latihan mental untuk mereka," sahut Joe, sambil mengedipkan sebelah matanya. Joe bersikap seolah olah sedang tidak terjadi apa apa. Dengan begitu

Bab terbaru

  • THE GREAT MAN   PESAN MISTERIUS YANG KEDUA

    “Tidak ada yang serius, pa,” sahut Joe sambil mengurai senyum. Kemudian, dia meletakan ponselnya di atas meja. Namun tidak lama setelah itu, pesan kedua dari pengirim tidak dikenal mengisi halaman notifikasi.Joe penasaran ingin membukanya. Tapi prof Ferguso langsung menegur,”sebaiknya kau kesampingkan dulu urusan kerjaanmu. Kita di sini untuk happy.”Dan Joe pun tersenyum. Dia sependapat dengan saran ayah angkatnya.Mereka semua bersulang minum untuk merayakan hari kebahagian ini. Nampak sekali wajah-wajah ceria penuh kesenangan terpancarkan dari semua orang yang ada di sini. Tidak terkecuali keluarga Miller yang sudah berangsur-angsur berkurang rasa bersalahnya terhadap Joe. Apalagi Joe sudah melupakannya.Tidak lama acara makan dan minum selesai, Joe meminta ijin untuk meninggalkan meja makan sejenak. Dia ingin bersantai di balkon dengan puterinya. Prof Ferguso mengijinkan.Pergilah Joe menuju tempat santai yang dari situ bisa melihat seluruh lampu yang menerangi kota ini. Sangat i

  • THE GREAT MAN   TANGKAI MAWAR YANG BERDURI

    Setengah jam yang lalu pesta berakhir. Namun prof Ferguso masih belum ingin mengakhiri kerinduannya dengan Joe begitu saja. Dia mengundang Jeriko dan keluarga Miller untuk bergabung dengan pesta kecil miliknya. Ya anggap saja untuk merayakan kembalinya puteri semata wayang Joe yang hilang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di ruangan khusus milik prof Ferguso. Mereka duduk di meja panjang dengan hidangan yang tidak kalah istimewa dengan yang di bawah tadi. Suasana sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah tidak bisa lagi memandang Joe sebelah mata walaupun dengan penampilannya yang buruk. Bahkan sekarang membuat wanita-wanita cantik dari keluarga Miller tidak berani menengadahkan wajahnya untuk menatap Joe secara langsung. Semua tertunduk malu atas sikap mereka selama ini terhadap Joe. Pun juga Jeriko yang mendadak bingung harus bersikap seperti apa di depan pemuda yang penah dia hina dan remehkan. Di sini dia baru sadar, kalau pantas saja Joe memiliki ilmu bel

  • THE GREAT MAN   SEBUAH UNGKAPAN

    Cerita ini bermula ketika Aland Miller mengalami masalah dengan anak perusahaan prof Ferguso yang berada di negeri Asal. Prof Ferguso begitu marah ketika ada orang yang berkeinginan untuk menikungnya dari belakang. Dan setelah diusut, nama Aland Miller keluar sebagai target utama.Aland Miller ditangkap anak buah prof Ferguso dan hampir mati disiksa. Namun di sini prof Ferguso masih punya hati dan ingin memaafkannya. Tapi tentu saja dengan syarat."Perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan. Tapi, aku masih bisa mengampunimu kalau kau mau bekerja-sama denganku," kata prof Ferguso pada Aland Miller yang wajahnya sudah penuh luka dan darah dengan kedua tangan terikat menggantung juga tanpa pakaian kecuali selembar celana dalam."Apa kau mau menerima tawaranku?" tanya prof Ferguso, yang mau tidak mau dijawab iya oleh Aland Miller atau dia akan mati."Bagus." Prof Ferguso menepuk pipi Aland Miller. "Saat ini, ada putraku yang sedang mengemban tugas di negeri ini. Mungkin statusnya akan diraha

  • THE GREAT MAN   SEMUA TERTUNDUK MALU PADA JOE

    "Papa! Apa-apaan ini! Jangan mempermalukan diri kamu di depan banyak orang! Kamu tidak pantas memberi hormat sama pemuda kampung seperti dia!" Jangankan Rosita atau semua orang yang ada di sini, bahkan Joe sendiri pun bingung kenapa Aland Miller bisa seperti itu terhadap dirinya?Apa prof Ferguso sudah memberi tahu siapa aku sebenarnya? Dan tiba-tiba saja ... Plak! Aland Miller menampar istrinya dengan keras di depan banyak orang. "Kau tidak pantas berbicara kasar pada tuan Joe Hans, putra semata wayang prof Ferguso yang juga merupakan pangeran negeri Menara!" bentaknya, yang langsung membuat semua orang tercengang, sementara Rosita menahan sakit dan juga malu yang luar biasa. "Apa! Tidak mungkin!" Sontak semua orang kaget. "Mustahil! Tidak mungkin!" Salika masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. "Pa, jangan membodohi kami!" "Maafkan keluargaku prof Ferguso. Memang mereka tidak pernah tau siapa tuan Joe Hans. Karena sejak anda menugaskanku menjadi agent, aku tida

  • THE GREAT MAN   SELAMAT DATANG KEMBALI MASTER JOE

    "Hei penjaga! Apa kerja kalian sampai membiarkan orang gila masuk ke acara besar seperti ini!" Seru salah seorang tamu undangan prof Ferguso, sebut saja dia Kenan. Dia baru saja berhasil meyakinkan prof Ferguso untuk menjadi donatur di perusahaannya. "Sudah gila! cepat usir dia!" ucap Matias, CEO perusahaan otomotif terbesar di negeri Menara. Dia juga baru mengajukan proposal kerja sama dengan prof Ferguso untuk mengekspand usahanya. Namun prof Ferguso masih mempertimbangkannya, kemungkinan setelah acara ini dia akan memutuskan untuk mengambil atau melepasnya. Gegas beberapa penjaga menghampiri kerumunan, mereka nanar mendapatkan pemuda dengan pakaian kusuh berada di tengah-tengah acara penting. Wajah mereka pun berubah kencang. Bahkan laki-laki ini tidak pantas untuk sekadar menjadi tukang bersih-bersih di Castile ini, pikir mereka. "Apa yang kau kerjakan sampai bisa meloloskan orang gila ini, hah!" Hardik William, kolega Ferguso, berbicara pada penjaga itu. Seketika orang jadi

  • THE GREAT MAN   SAATNYA UNJUK DIRI

    "Sudah seharusnya anda mengenakan pakaian kebesaran, master Joe."Ceasar memberikan satu setel jubah terbaik yang dimiliki seorang kstria hebat di negeri Menara. Tidak sembarang orang yang bisa mengenakannya. Itu bagaikan pakaian raja yang tidak mungkin dikenakan rakyat biasa. Joe sudah menerima, namun dia belum mengenakannya. "Apa tidak berlebihan sampai aku mengenakan jubah kebesaran ini?""Justru ayah ingin mengenalkan pada semua orang yang ada di bawah sana siapa putra terbaik ayah yang pantas menggantikan posisi ayah nanti. Dan orang itu adalah kamu. Kamu lah pewaris yang tepat untuk menggantikan posisi ayah kemudian," ujar prof Ferguso. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk Joe menolaknya. Kemudian, dia mengganti baju yang kusam dengan jubah yang mewah. Sejurus kemudian, Joe sudah siap dengan penampilan barunya. Sementara itu dibawah sana Rosita dan dua putrinya sedang sibuk membantu kapten Frans untuk mencari Joe yang dianggap penyusup. Mereka sudah mencari sampai kesel

  • THE GREAT MAN   PROF FERGUSO AKAN MENGENALKAN SIAPA PUTRANYA

    Rasanya tidak ada salahnya untuk mengikuti saran dari wanita-wanita cantik ini. Kapten Frans pun mengajak Rosita dan kedua putrinya masuk ke dalam ruangan monitoring CCTV yang dijaga langsung oleh anak buahnya. Di dalam ruangan itu ada empat petugas berseragam yang sedang serius bekerja, memperhatikan satu persatu layar monitor dari tembakan CCTV dari segala penjuru. "Silakan duduk," titah kapten Frans kepada Rosita, Salika dan Felicia. Dan kemudian dia berbicara pada salah seorang petugas pengendali monitor. "Bisa kau putarkan rekaman yang ada di lorong xx pada empat puluh lima menit yang lalu," pinta kapten Frans. Dengan sigap, petugas itu langsung mengikuti perintahnya. Dan sejurus kemudian, tayangan yang diminta Rosita sudah nampak di depan mata. Semua orang tertitik pada seorang pemuda yang sedang berjalan cepat menyusuri lorong xx sebelum bertemu dengan Salika dan Felicia. Penampilan yang hanya mengenakan kaos yang kusam menjadi perhatian kapten Frans dan yang lainnya. Saya

  • THE GREAT MAN   LAPORAN GILA

    Kedua putri Miller secara kebetulan bertemu dengan induknya. Mereka saling pandang heran karena mendapatkan diri masing-masing sedang berada di tempat yang sama, pos utama penjaga. "Mama, sedang apa di sini?" Yang bertanya dengan wajah bingung ini adalah Salika. Tanpa sadar, dia masih memegang sebatang rokok yang nyaris habis. Begitu bola mata Rosita berputar pada benda yang dipegang putrinya, barulah Salika membuang puntung rokok itu. "Hanya sebatang. Tidak perlu diperpanjang," katanya. Beruntung ada hal lain yang mendominasi perasaan marah Rosita dibanding melihat putrinya merokok. Dan Rosita pun mengabaikannya. "Sedang apa kalian di sini?" Dia berbalik tanya pada kedua putrinya. "Baru saja kami melihat si gembel Joe dengan penampilan compang-camping masuk ke sini, ma. Aku rasa dia sudah menyusup. Aku khawatir dia akan membuat kericuhan di sini," ujar Felicia. Berkerutlah dahi Rosita saking kagetnya karena alasan dia ke tempat penjagaan utama serupa dengan kedua putrinya. "Kal

  • THE GREAT MAN   MEMBUKA JATI DIRI

    "Dasar gembel! Kau tau, negeri ini tidak pantas untuk laki-laki sampah sepertimu!" hardik Felicia. Joe yang berpisah dengan Ceasar nampaknya salah mengambil jalan. Tadinya, Joe ingin menemui prof Ferguso di tempat khusus untuk menghindari keramaian. Dan Joe mengambil arah selatan dari Castile ini untuk segera sampai ke ruangan itu. Sialnya, dia bertemu dengan dua kakak beradik yang menjadi musuhnya. Habislah Joe menjadi bulan-bulanan mereka. "Kau itu seperti hantu gentayangan, apa kau tau! Kau sengaja ingin terus mengikuti kami, hah!"Joe yang sudah malas meladeni dua wanita judes ini hanya menyeringai saja. "Aku tidak ada urusan dengan kalian," ujar Joe dingin. Dia ingin beranjak namun kerah bajunya ditarik Salika hingga robek. Sungguh, kejadian ini membuat Joe emosi. Namun justru itu menjadikan kakak beradik itu tergelak puas. "Haha! Dasar gembel! Bajumu sudah terlalu usang. Kenapa tidak kau jadikan lap lantai saja!"Dari kejauhan Joe melihat Ceasar sudah memberi arahan agar dia

DMCA.com Protection Status