Kemeja suit lengan panjang warna biru dongker yang akan dilapisi dengan tuxedo hitam bersama celana kain chino yang sangat elegan, juga dilengkapi sepatu kulit semakin membuat penampilan Joe sempurna.
"Perfect," ungkap Pevita.
Joe cepat menoleh. "Kamu mengagetkan diriku."
Joe pun kagum dan takjub menadapatkan Pevita begitu anggun menawan. Namun bukan karena gaun yang dia kenakan, melainkan aura pesona kecantikannya yang memancar begitu dashat. Sangat kuat memikat hati Joe.
Kenapa setiap hari aku melihat gadis ini semakin cantik? Atau ini hanya perasaanku saja?
Hanya saja Joe terlalu gengsi untuk mengungkapkan itu secara langsung. Kali ini, Pevita memilih penampilan rambutnya bergelombang dari sebelumnya yang lurus terurai.
Sungguh sempurna dia. Aku melihat bidadari, bukan wanita biasa, ungkap Joe dalam hati.
Pevita mengakhiri dengan senyuman sambil bertanya, "apa kita sudah bisa pergi sekarang?"&nbs
Sejurus kemudian, dihadapan Joe sudah banyak pasang mata menatap penuh intimidasi dan penuh penilaian menghunus tajam ke arah Joe. Tidak ada satupun yang sepertinya ramah menyambut kehadiran Joe.Sepertinya ini keluarga besar Pevita. Mereka ternyata banyak juga. Aku melihat Jeriko berada di tengah tengah mereka. Dugaanku, laki laki itu yang sepertinya paling banyak berlimpah harta di antara yang lain."Jangan grogi, tenang saja," bisik Pevita di telinga Joe. Joe hanya menanggapinya dengan senyuman ringan.Yang pertama kali menghampiri Pevita tentu saja ayahnya, Jeriko. Dia berjalan dengan congkak dan sikapnya yang selalu membuat orang lain malas untuk menatap langsung wajahnya."Selamat datang putri kesayangan papa," sapanya. Lalu dia menciumi pipi kanan dan kiri Pevita."Makasih pa," sahut Pevita sekenanya.Dan kemudian, pandangan Jeriko berpaling pada Joe. "Laki laki ini lagi! Sayang, apa kamu tida
Jadi wanita yang mengoceh sok seperti nyonya besar ternyata hanya seorang pelakor? Ck ck. Hebatnya wanita jaman sekarang. Selalu merasa memiliki padahal mereka hanya dijadikan sebagai ban serep saja sama laki laki, batin Joe."Jadi, aku harap tante sama om jangan pernah mengatur dan melarangku untuk bergaul dengan siapapun! Dan asalkan kalian tau, Joe lebih mulia dari pada kalian yang selalu menjilat papaku!" Pevita mengatakan ini dengan wajah serius dan nada penuh penekanan sampai kedua mulut mereka tak mampu lagi berkata kata.Nampak sekali kekesalan yang terpendam di wajah wajah mereka. Lebih lebih pada diri seorang Wendy, dia merasa sangat terhina dengan perlakuan Pevita.Pantas saja Pevita tidak betah di istana yang megah seperti ini. Dia memilih menjadi wanita liar di luar sana. Ck ck. Pasti Pevita menghindari auman singa betina yang sekarang sudah menduduki kursi kerajaan, batin Joe.Di tengah perdebatan panas di awal acara, tiba
Apa yang mau papa lakukan pada Joe? Pevita mendadak cemas.Seketika tempat yang seindah surga ini, perasaan yang tadinya ceria entah kenapa mendadak jadi horor.Sungguh, sorot mata Jeriko sangat tidak membuat hati nyaman. Seperti sebilah pedang yang siap terhunus. Tajam dan mematikan."Franco, Gio, Kenneth!" Jeriko memanggil ketiga bodyguard andalannya. Gegas pria pria bertubuh besar besar itu langsung menghampiri.Sungguh, rona wajah mereka sangat tidak mengenakan. Terasa sekali aura membunuh yang begitu kuat."Apa yang harus kami lakukan untukmu, tuan?" Yang bertanya ini adalah Franco, bodyguard senior. Dia sudah terlalu lama bekerja dan menjadi orang kepercayaan Jeriko.Bola mata Jeriko langsung berputar menitik ke Joe. "Apa kau sekarang sudah mulai merasa takut?" Ujar Jeriko pada Joe. Entah apa maksudnya dia berkata seperti itu, yang pasti Jeriko sedang tidak mengajak Joe bergurau. Atau mungkin dia han
Tentu saja itu bukan pilihan yang sengaja diberikan Jeriko. Mau tidak mau Jeriko akan memaksa Joe bertarung."Hei Pevi, biarkan saja kekasihmu itu berduel dengan Franco. Kami ingin tau sekuat apa dirinya. Ini akan menjadi hiburan menyenangkan untuk kami semua. Bukan begitu?" Seru Omar.Franco sendiri sepertinya terlihat senang. Sudah lama dia tidak olah raga berat yang menegangkan seperti ini."Joe, jangan. Kamu tidak akan-."Tanpa diduga, Joe menghentikan perkataannya dengan menempelkan jari di bibir Pevita. Sambil tersenyum ringan dia mengatakan, "apa kamu khawatir mereka akan bisa mengalahkanku dengan mudah?""Apa maksudmu?" Pevita bingung. Hanya saja Joe tidak menyahuti lagi. Semakin penasaran Pevita dengan sikap Joe yang sangat santai sekali. Apa Joe tidak tau kalau bahaya sudah mengintai di depan mata?"Lepaskan putriku!" Jeriko menarik putrinya dari Joe. "Kau akan dapatkan dia kalau kau mampu mengalahkan
Dua pasang mata saling bersilang pandang. Bagai harimau benggala bertemu dengan singa Afrika. Sangat bengis dan saling memiliki aura membunuh yang sangat kuat."Hei jongos! Apa kau sudah siap menerima seranganku, hah!" Seru Franco, yang nampak sekali dia sangat percaya diri dapat mengalahkan Joe dengan sangat mudah.Tidak ada tanggapan serius dari suara berat yang baru saja terucap, Joe menerimanya dengan sangat tenang.KYIAAAAA!Franco pun memulai serangan. Hanya saja saat yang bersamaan, sebuah heli terbang pendek di atas kepala mereka. Habis semua berkibas lantaran kipasnya yang menyapu bersih sekitaran. Terpaksa mereka menahan sejenak aksi yang seharusnya sudah menjadi hiburan menarik bagi keluarga Jeriko.Semua mata menatap pada satu titik, pada seseorang yang baru saja turun dari heli.Dia seorang wanita tua tanpa pengawal pribadi. Hanya seekor anjiing lucu yang jalan bersamanya."Apa kalian a
Namun berbeda dengan apa yang diterima Jeriko. Perkaataan nyonya Kim sungguh membuat Jeriko terkekeh receh. "Haha. Aku hanya ingin membuat Franko sedikit berkeringan dengan mainan barunya," sahutnya."Kau salah. Justru Franko lah yang akan menjadi bulan bulannya," balas nyonya Kim santai.Sontak Jeriko kaget. Kemudian dia memaksakan tertawa kembali. "Haha. Nyonya Kim bisa saja berguraunya.""No. Aku bisa merasakan kalau pemuda itu sangat kuat dan hebat."Di titik ini, seketika garis garis senyum di wajah Jeriko luntur berangsur angsur. Dia jadi turun mental mendengar nyonya Kim justru membela Joe. Jeriko pun diam. Sementara nyonya Kim masih dengan senyuman liciknya.Sejatinya wanita tua yang berpenampilan parlente itu tidak asal menebak. Dia sangat punya pengalaman dengan menilai seorang petarung. Sewaktu masih muda dulu, dia pernah berkecimpung di dunia MMA. Suaminya, Clark Houston merupakan seorang juara internationa
"Benarkah? Sungguh gila dia menantang tiga sekaligus." Omar melongo tak percaya mendapatkan Joe yang menunjuk tiga orang sekaligus untuk melawannya.Sementara Alexa yang duduk di sebelah Omar justru menerimanya dengan senang. Dia kecewa pada pertandingan awal tadi lantaran Joe tidak memberikan serangan balasan, padahal Franko sudah sangat bersemangat sekali menyerang Joe tanpa henti."Bagus! Ini akan semakin seru," ungkapnya."Kekasihmu sepertinya sudah gila, Pevi. Bahkan Franko saja belum dia tumbangkan, dia sudah meminta Kenneth dan Gio maju. Sungguh tidak waras," komentar Effendi.Sementara Pevita sendiri masih berselimut ketegangan yang amat kuat. Tak mampu melihat Joe babak belur dihajar anak buah papanya. Karena itu Pevita tidak menanggapi perkatan Effendi."Tunggu apa lagi, kasihlah tanda kalau anda mengijinkan dua anak buahmu yang lain masuk ke dalam arena, tuan Jeriko," ujar nyonya Kim, yang sudah tidak sabar
Sudah tidak bisa berkata apa apa lagi ketiga orang itu selain menatap Joe dengan pandangan takjub. Sementara Jeriko mengira kalau Joe akan menghabisi Franko. Karena itu dia berseru dengan nada tinggi, "kalau kau mengampuni dia, aku akan memberikanmu hadiah."Franko sendiri tidak berani lagi berkata kata. Dia sudah merasakan sendiri bagaimana kerasnya tenaga Joe dan kemampuannya berkelahi yang di atas rata rata. Kemudian, Joe melepaskan diri dari Franko lalu berjalan santai menuju Pevita."Aku rasa dia bukan manusia, tapi robot!" Ungkap Alexa yang terkagum kagum pada kemampuan bela diri Joe. Sementara yang lainnya termasuk Omar dan Effendi hanya bisa diam tanpa mampu berkata kata lagi. Berbeda dengan sebelumnya, mereka sangat meremehkan Joe."Jagoanku. Aku sudah mengira kalau kau itu pemuda hebat," puji nyonya Kim saat Joe sudah berada dekat dengannya, Jeriko dan juga Pevita."Apa kamu masih ingat denganku?" Tanya nyonya Kim kemudia
“Tidak ada yang serius, pa,” sahut Joe sambil mengurai senyum. Kemudian, dia meletakan ponselnya di atas meja. Namun tidak lama setelah itu, pesan kedua dari pengirim tidak dikenal mengisi halaman notifikasi.Joe penasaran ingin membukanya. Tapi prof Ferguso langsung menegur,”sebaiknya kau kesampingkan dulu urusan kerjaanmu. Kita di sini untuk happy.”Dan Joe pun tersenyum. Dia sependapat dengan saran ayah angkatnya.Mereka semua bersulang minum untuk merayakan hari kebahagian ini. Nampak sekali wajah-wajah ceria penuh kesenangan terpancarkan dari semua orang yang ada di sini. Tidak terkecuali keluarga Miller yang sudah berangsur-angsur berkurang rasa bersalahnya terhadap Joe. Apalagi Joe sudah melupakannya.Tidak lama acara makan dan minum selesai, Joe meminta ijin untuk meninggalkan meja makan sejenak. Dia ingin bersantai di balkon dengan puterinya. Prof Ferguso mengijinkan.Pergilah Joe menuju tempat santai yang dari situ bisa melihat seluruh lampu yang menerangi kota ini. Sangat i
Setengah jam yang lalu pesta berakhir. Namun prof Ferguso masih belum ingin mengakhiri kerinduannya dengan Joe begitu saja. Dia mengundang Jeriko dan keluarga Miller untuk bergabung dengan pesta kecil miliknya. Ya anggap saja untuk merayakan kembalinya puteri semata wayang Joe yang hilang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di ruangan khusus milik prof Ferguso. Mereka duduk di meja panjang dengan hidangan yang tidak kalah istimewa dengan yang di bawah tadi. Suasana sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah tidak bisa lagi memandang Joe sebelah mata walaupun dengan penampilannya yang buruk. Bahkan sekarang membuat wanita-wanita cantik dari keluarga Miller tidak berani menengadahkan wajahnya untuk menatap Joe secara langsung. Semua tertunduk malu atas sikap mereka selama ini terhadap Joe. Pun juga Jeriko yang mendadak bingung harus bersikap seperti apa di depan pemuda yang penah dia hina dan remehkan. Di sini dia baru sadar, kalau pantas saja Joe memiliki ilmu bel
Cerita ini bermula ketika Aland Miller mengalami masalah dengan anak perusahaan prof Ferguso yang berada di negeri Asal. Prof Ferguso begitu marah ketika ada orang yang berkeinginan untuk menikungnya dari belakang. Dan setelah diusut, nama Aland Miller keluar sebagai target utama.Aland Miller ditangkap anak buah prof Ferguso dan hampir mati disiksa. Namun di sini prof Ferguso masih punya hati dan ingin memaafkannya. Tapi tentu saja dengan syarat."Perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan. Tapi, aku masih bisa mengampunimu kalau kau mau bekerja-sama denganku," kata prof Ferguso pada Aland Miller yang wajahnya sudah penuh luka dan darah dengan kedua tangan terikat menggantung juga tanpa pakaian kecuali selembar celana dalam."Apa kau mau menerima tawaranku?" tanya prof Ferguso, yang mau tidak mau dijawab iya oleh Aland Miller atau dia akan mati."Bagus." Prof Ferguso menepuk pipi Aland Miller. "Saat ini, ada putraku yang sedang mengemban tugas di negeri ini. Mungkin statusnya akan diraha
"Papa! Apa-apaan ini! Jangan mempermalukan diri kamu di depan banyak orang! Kamu tidak pantas memberi hormat sama pemuda kampung seperti dia!" Jangankan Rosita atau semua orang yang ada di sini, bahkan Joe sendiri pun bingung kenapa Aland Miller bisa seperti itu terhadap dirinya?Apa prof Ferguso sudah memberi tahu siapa aku sebenarnya? Dan tiba-tiba saja ... Plak! Aland Miller menampar istrinya dengan keras di depan banyak orang. "Kau tidak pantas berbicara kasar pada tuan Joe Hans, putra semata wayang prof Ferguso yang juga merupakan pangeran negeri Menara!" bentaknya, yang langsung membuat semua orang tercengang, sementara Rosita menahan sakit dan juga malu yang luar biasa. "Apa! Tidak mungkin!" Sontak semua orang kaget. "Mustahil! Tidak mungkin!" Salika masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. "Pa, jangan membodohi kami!" "Maafkan keluargaku prof Ferguso. Memang mereka tidak pernah tau siapa tuan Joe Hans. Karena sejak anda menugaskanku menjadi agent, aku tida
"Hei penjaga! Apa kerja kalian sampai membiarkan orang gila masuk ke acara besar seperti ini!" Seru salah seorang tamu undangan prof Ferguso, sebut saja dia Kenan. Dia baru saja berhasil meyakinkan prof Ferguso untuk menjadi donatur di perusahaannya. "Sudah gila! cepat usir dia!" ucap Matias, CEO perusahaan otomotif terbesar di negeri Menara. Dia juga baru mengajukan proposal kerja sama dengan prof Ferguso untuk mengekspand usahanya. Namun prof Ferguso masih mempertimbangkannya, kemungkinan setelah acara ini dia akan memutuskan untuk mengambil atau melepasnya. Gegas beberapa penjaga menghampiri kerumunan, mereka nanar mendapatkan pemuda dengan pakaian kusuh berada di tengah-tengah acara penting. Wajah mereka pun berubah kencang. Bahkan laki-laki ini tidak pantas untuk sekadar menjadi tukang bersih-bersih di Castile ini, pikir mereka. "Apa yang kau kerjakan sampai bisa meloloskan orang gila ini, hah!" Hardik William, kolega Ferguso, berbicara pada penjaga itu. Seketika orang jadi
"Sudah seharusnya anda mengenakan pakaian kebesaran, master Joe."Ceasar memberikan satu setel jubah terbaik yang dimiliki seorang kstria hebat di negeri Menara. Tidak sembarang orang yang bisa mengenakannya. Itu bagaikan pakaian raja yang tidak mungkin dikenakan rakyat biasa. Joe sudah menerima, namun dia belum mengenakannya. "Apa tidak berlebihan sampai aku mengenakan jubah kebesaran ini?""Justru ayah ingin mengenalkan pada semua orang yang ada di bawah sana siapa putra terbaik ayah yang pantas menggantikan posisi ayah nanti. Dan orang itu adalah kamu. Kamu lah pewaris yang tepat untuk menggantikan posisi ayah kemudian," ujar prof Ferguso. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk Joe menolaknya. Kemudian, dia mengganti baju yang kusam dengan jubah yang mewah. Sejurus kemudian, Joe sudah siap dengan penampilan barunya. Sementara itu dibawah sana Rosita dan dua putrinya sedang sibuk membantu kapten Frans untuk mencari Joe yang dianggap penyusup. Mereka sudah mencari sampai kesel
Rasanya tidak ada salahnya untuk mengikuti saran dari wanita-wanita cantik ini. Kapten Frans pun mengajak Rosita dan kedua putrinya masuk ke dalam ruangan monitoring CCTV yang dijaga langsung oleh anak buahnya. Di dalam ruangan itu ada empat petugas berseragam yang sedang serius bekerja, memperhatikan satu persatu layar monitor dari tembakan CCTV dari segala penjuru. "Silakan duduk," titah kapten Frans kepada Rosita, Salika dan Felicia. Dan kemudian dia berbicara pada salah seorang petugas pengendali monitor. "Bisa kau putarkan rekaman yang ada di lorong xx pada empat puluh lima menit yang lalu," pinta kapten Frans. Dengan sigap, petugas itu langsung mengikuti perintahnya. Dan sejurus kemudian, tayangan yang diminta Rosita sudah nampak di depan mata. Semua orang tertitik pada seorang pemuda yang sedang berjalan cepat menyusuri lorong xx sebelum bertemu dengan Salika dan Felicia. Penampilan yang hanya mengenakan kaos yang kusam menjadi perhatian kapten Frans dan yang lainnya. Saya
Kedua putri Miller secara kebetulan bertemu dengan induknya. Mereka saling pandang heran karena mendapatkan diri masing-masing sedang berada di tempat yang sama, pos utama penjaga. "Mama, sedang apa di sini?" Yang bertanya dengan wajah bingung ini adalah Salika. Tanpa sadar, dia masih memegang sebatang rokok yang nyaris habis. Begitu bola mata Rosita berputar pada benda yang dipegang putrinya, barulah Salika membuang puntung rokok itu. "Hanya sebatang. Tidak perlu diperpanjang," katanya. Beruntung ada hal lain yang mendominasi perasaan marah Rosita dibanding melihat putrinya merokok. Dan Rosita pun mengabaikannya. "Sedang apa kalian di sini?" Dia berbalik tanya pada kedua putrinya. "Baru saja kami melihat si gembel Joe dengan penampilan compang-camping masuk ke sini, ma. Aku rasa dia sudah menyusup. Aku khawatir dia akan membuat kericuhan di sini," ujar Felicia. Berkerutlah dahi Rosita saking kagetnya karena alasan dia ke tempat penjagaan utama serupa dengan kedua putrinya. "Kal
"Dasar gembel! Kau tau, negeri ini tidak pantas untuk laki-laki sampah sepertimu!" hardik Felicia. Joe yang berpisah dengan Ceasar nampaknya salah mengambil jalan. Tadinya, Joe ingin menemui prof Ferguso di tempat khusus untuk menghindari keramaian. Dan Joe mengambil arah selatan dari Castile ini untuk segera sampai ke ruangan itu. Sialnya, dia bertemu dengan dua kakak beradik yang menjadi musuhnya. Habislah Joe menjadi bulan-bulanan mereka. "Kau itu seperti hantu gentayangan, apa kau tau! Kau sengaja ingin terus mengikuti kami, hah!"Joe yang sudah malas meladeni dua wanita judes ini hanya menyeringai saja. "Aku tidak ada urusan dengan kalian," ujar Joe dingin. Dia ingin beranjak namun kerah bajunya ditarik Salika hingga robek. Sungguh, kejadian ini membuat Joe emosi. Namun justru itu menjadikan kakak beradik itu tergelak puas. "Haha! Dasar gembel! Bajumu sudah terlalu usang. Kenapa tidak kau jadikan lap lantai saja!"Dari kejauhan Joe melihat Ceasar sudah memberi arahan agar dia