Test Pack ART-ku (56) #Testpack_Inem#Testpack-Hati Yang Mengharu Biru-Ya Allah, dia Pak Saga!“Tolong bawa dia ke rumah sakit Pertamina, Pak. Saya yang akan jamin!”Aku menyetop taksi yang lewat.“Pak Udin, tolong bilang Lastri untuk jemput saya ke rumah sakit, bawa tas saya juga hape saya,” pintaku pada security.Pikiranku panik, tapi aku berinisiatif ikut ke dalam taksi yang akan membawa Pak Saga.“Ibu masuk saja dulu, Bu. Biar kepala bapak ini bisa direbahkan di paha ibu sebagai bantalan,” ucap salah seorang warga. Sebaiknya memang begitu, walau aku khawatir darah itu pasti akan tumpah mengenai bajuku.“Tolong kebut, Pak. Saya khawatir dia tak tertolong.” “Baik, Bu.” Mobil terpacu kencang.Kulihat wajah dihadapanku ini. Hidungnya sobek nyaris separuhnya, terkena hantaman pecahan kaca di depan mobil. Pipinya penuh dengan tancapan kaca kecil. Lalu Kaki dan paha berlumuran darah.Kuraba kepalanya, ya Allah gumpalan darah di dekat tengkuknya.Lelaki di depanku ini tak pingsan, ia
#Testpack_Inem#Testpack-Undangan dari Pak Saga -[Miss you so bad, Dear.]Setelah itu, tak ada pesan lagi darinya. Dan aku tak tahu ini nomor milik Aksa atau bukan. Jadi aku memutuskan tak menghubunginya jika ia tak menghubungiku.*[Hallo Karin, Assalamualaikum. kamu tahu, aku sudah sembuh dari koma, bahkan saat ini aku bisa mengirim pesan untuk kamu. Aku mau bilang terima kasih banyak atas semua bantuan kamu saat aku kecelakaan. Maaf kalau nggak keberatan, bisakah kamu besok datang menjenguk?]==Ada riak dalam hati saat menyadari yang mengirim pesan adalah Pak Saga. Dia sudah sembuh. Sudah tiga hari aku tak menjenguknya lagi.[Hallo, Pak. Waalaikumussalam. Alhamdulillah, ini beneran Bapak yang mengirim pesan? Nggak kebayang senangnya hati saya Bapak sudah jauh lebih sehat. Selamat sehat kembali ya, Pak. Insyaa Allah besok saya datang ke rumah sakit. Akan menepati janji saya, apa Bapak tahu?][Saya tahu, kamu akan ajak saya keliling taman rumah sakit, ‘kan? Lekas ke sini kalau git
Test Pack ART-ku (58) #Testpack_Inem#Testpack-Kamu Mirip Mendiang, Karin-“Innalillahi wainnailaihi rojiun. Saya turut berduka, Pak.”Aku tak berani banyak berkata, menghormati orang yang sedang bersedih mungkin dengan diam dan tak banyak tanya. Tapi jujur aku bisa merasakan kesedihan itu. Bagaimana tidak, Pak Saga kehilangan orang yang sangat dicintainya pada saat mengandung lima bulan buah hatinya. Ya Allah, kebayang gimana hancur hati Pak Saga. Entah aku menilai, Pak Saga bukan tipikal lelaki yang mudah jatuh cinta. Jadi wanita yang menjadi istrinya pastilah wanita yang beruntung karena akan selalu dicintai sepanjang waktu, dan apa jadinya Pak Saga kalau akhirnya yang istri berpulang. Nyess, hatiku nyeri sendiri. “Terima kasih, dan kamu tahu, Karin, wajahnya, sangat mirip denganmu.”Deg!Pak Saga menatapku. “Kamu bilang tak ada yang kebetulan terjadi di dunia ini. Ya, betul, semua terjadi untuk sebuah alasan yang telah Allah rencanakan, untuk memberi hikmah atau suatu nilai ke
Test Pack ART-ku (59) #Testpack_Inem#Testpack-Karin Pingsan-“Saya pikir kamu sudah benar-benar move on dari Karin, ternyata kalian masih sering berdua-dua’an di dalam rumah begini, ya. Duduk mesra seperti layaknya seorang suami istri, apa-apa’an ini namanya? Sudahlah Mas, sudah jelas semuanya. Sudahlah kita putus!”Masih dengan berteriak. Kemudian Refi pergi meninggalkan rumah.Astagfirullah Refi. Kenapa gadis itu jadi demikian temperamentalnya. Aku seperti tak mengenalinya, bukankah dia gadis yang ramah dan nggak pemarah? Apa yang harus dicemburui dariku, sich?Kulihat Mas Hangga bangkit mengejar Refi ke teras, sayangnya Refi sudah melaju kencang dengan mobilnya.“Mas, kenapa Refi? Kok jadi kaya bukan watak Refi seperti itu?”“Itulah, Rin. Belakangan ini dia berubah. Mungkin karena dia sudah nggak ingin melanjutkan hubungan dengan, Mas, makanya cari-cari masalah. Ya sudahlah biarin. Kalau dia mau putus ya putus saja. Mulai saat ini Mas nggak akan hubungi dia lagi, mungkin itu mau
Test Pack ART-ku (60) #Testpack_Inem#Testpack-Wanita Dalam Pigura-“Mama, ini bunga untukmu!” Dia memberikan satu ikat bunga liar kepadaku.“Dari Mana kamu dapatkan bunga-bunga cantik ini, Nak?”“Dari kebun ilalang tidak jauh dari sini, Ma. Banyak bunga liar yang sedang mekar di sana, tapi entah kenapa sangat cantik-cantik. Jadi kupikir aku harus mengumpulkannya menjadi seikat, dan harus memberikannya padamu, Ma. Bunga ini cantik, unik, jarang ada yang tahu, jarang ada yang melihat, tapi dia istimewa, sepertimu,” ucapnya sembari tersenyum tulus.Aku tersenyum, lalu menaruhnya pada sebuah botol yang diisi dengan air setengahnya.Sejak itu, setiap pagi, ia selalu memberikan seikat bunga liar yang cantik untukku. Anak yang manis.Bahkan terkadang ia sendiri yang mengganti air dalam botol dan bunga yang baru, tanpa aku tahu. Jadi setiap pagi aku akan tersenyum melihat bunga segar sudah ada di sudut meja makan. Terkadang di meja itu juga sudah ada lima piring nasi goreng spesial. Kupik
#Testpack 61-Pulang Dan Tergores Hati-Pak Saga bangkit dari duduknya, lalu menghampiri Sang Nenek.Memegang kendali kursi roda dan mendorongnya ke dekat kami.Sang Nenek masih lekat memandangiku.Senyumku terkembang mencoba hangat kepada seseorang uzur di depanku.“Nek, kenalin, ini Karina, teman Saga ….” Lembut Lelaki yang juga memiliki kemiripan dengan wanita tua ini berucap.Kuulurkan tangan dan mencium takzim tangannya. Anak-anakku mengikuti, juga Lastri.“Jadi nama kamu Karin, apakah kamu kenal Clarissa?”“Cla-ris-sa?” Aku mengeja nama itu pelan. Berpikir tentang siapa sosok yang Nenek maksud.“Nek ... Clarissa tidak mengenal Karina ….” Pak Saga menjawab pertanyaan wanita tua ini.Nenek ini tampak mencerna perkataan Pak Saga.“Oh, ya … ya …. Nenek yang bingung mau tanya apa tadi karena mereka berdua sangat mirip sekali, ya ….”Pak Saga mengangguk pelan di antara senyum tipisnya.“Sorry, Rin. Clarissa itu almarhumah istriku,” ucpanya.’“Oh, nggak apa-apa. Mungkin Nenek sedang ri
#Testpack62Bagaimana Kalau Kita Menikah?“Masyaa Allah, Aksa!”Sontak anak-anak menghentikan aktivitas menatapku lalu beralih pada apa yang kulihat.“Om Aksa …!”“Om Aksa …”Sefina dan Hanifa berlari menghambur, dan Aksa langsung memposisikan diri berjongkok siap menyambut anak-anak dalam pelukan.“Om, kapan datangnya?”“Om kemana aja, sich?”“Om, aku kangen, Om. Kenapa Om jarang menelepon?”“Om sudah berhasil usir dinosaurusnya, ya, makanay bisa ke sini?”“Om, aku punya mainan baru nanti kita buka bareng, ya.”Dan lelaki bertubuh kekar itu mengangkat kedua anak ini dengan tangannya yang kokoh di sisi kiri kanan pinggangnya.“Asyik kita digendong, Om lagi.” Mereka cekikikan bahagia sekali.“Apa kabar Sefina dan Hanifa? Om kangen juga sama kalian. Kangen super pake banget banget malah.” Matanya menatapi kedua bocah ini bergantian.Lalu mereka memeluk bahu Aksa berbarengan, Aksa mengelus punggung-punggung kecil dalam dekapannya itu. tatapannya sempat bertemu dengan tatapanku sesaat. Aks
#Testpack (63)Test Pack ART-ku -Tiga Hari Lagi Kita Ke KUA-Menikah?Aku diam tak menjawab, tapi berusaha mencerna ajakannya itu. Jadi maksudnya menikah dadakan minggu ini?“Maksudnya, Sa?”“Iya, nggak ada salahnya ‘kan, kita menikah siri dulu?”“Iya, itu nggak salah ….” Suaraku tertahan.Aku terhenyak. Nggak sebenarnya nggak ada salahnya. Bahkan aku bahagia dengan tawaranmu ini meskipun tiba-tiba. Tapi aku sedikit kaget. Harus siap dalam waktu seminggu ini. Apa bisa?“Rin?”“Enggak. Nggak ada salahnya, Sa. Tapi …. Sudahlah, nanti saja, Sa. Anak-anak belum tidur,” bisikku. Aku pergi ke kamarku. Entah kenapa aku ingin merenung sejenak. Aku tahu pernikahanku dengan Aksa memang sudah direncanakan, jika sesuai jadwal, dua bulan lagi. Tapi sekarang? Keadaannya berbeda. Rencana pda tanggal yang telah ditentukan dibatalkan. Keputusan keluarga pada waktu itu akhirnya menunggu Aksa pulang tugasnya selama dua tahun. Keluarga aksa pun sepakat. Tapi ajakan Aksa barusan, membuatku sedikit shock.
TEST PACK 174Test Pack ART-ku-Bahagia Tak Berujung-“Nggak bisa apa, Mas ...?”Dia merebahkan tubuhku ke bantal perlahan. Lelaki bermata bening dengan sepaket wajah yang selalu memabukkanku itu, mendekati wajahku.---“Nggak bisa jauh-jauh dari perempuan cantik di hadapan, Mas ini pastinya.” Kali ini wajahnya serius menatapku.“Mas, liatin akunya harus gitu, ya?”“Emm, memang Mas lihatnya gimana, si?”“Kayak, em … apa, yaa …?”“Mas juga nggak tahu, Dek. Mungkin karena kemarin-kemarin, Mas selalu buang jauh-jauh tatapan Mas ke tempat lain saat lihat kamu.”“Terus sekarang.” “Sekarang sayang dong, sudah halal nggak dilihatin. Mubajir. Heheheh.”“Oh, gitu, Mas …”“Iya, jadi ya Mas lihatinnya sepenuh hati. Biar masuk ke hati juga.”“Kelihatannya sudah bukan masuk ke hati saja. Sudah meresap ke jiwa sampai ke sum-sum tulang juga, Mas. Aku ‘kan sayang banget sama, Mas.”Ia membelai rambut lurus tergeraiku yang kini sudah panjang sepinggang.“Mas ….”“Hmmm …”“Jadi, Mas tadi mau minta apa?
#Testpack (173)Test Pack ART-ku-Dua Hati Mencecap Rasa-“Adududu … sakit, Dek.”Mas Hangga menghindar ke ujung kasur.“Coba jawab, apa dia itu kamu, Mas?” Aku mengejarnya dan mulai memegang kupingnya. Wajahku kini di atasnya dengan mata melotot.“Yang mana, sih?” Kini ia mulai sok cool.“Ish, emangnya Mas mau jelasin yang mana lagi? Dia yang selama ini mengganjal pikiranku. Belakangan dia bukan memberi informasi, malah jadi orang sok bijak yang banyak menasehatiku.”“Ya mungkin dia termasuk orang-orang yang sangat sayang sama kamu, Dek.”“Tapi kok Mas nggak kaget aku cerita begini? Nggak curiga. Kalau bukan Mas, pasti Mas akan langsung penasaran dan cari tahu siapa pengganggu itu?”Ia tergelak. Lalu memegang kedua bahuku dan membalik tubuhku, sehingga kami berguling-guling.Kini tubuhnya ada di atasku. Kedua netra ini hanya berjarak sekian inci saja. Napasnya memburu.“Kamu gemesin, Sayang, kalau marah-marah seperti ini.”“Ih, malah ngegombal!”“Beneran. Makanya Mas nggak kuat liat
#Testpack (172)Test Pack ART-ku-Jadi Siapa Sosok Misterius Itu?-Perlahan tubuh kokoh itu meletakkan tubuhku ke atas springbed. Tubuhnya kini menjadi tepat ada di hadapanku.Bulu-bulu lentik itu bergerak, mengerjap. Bola mata cokelat itu menatapku lekat.“Tak pernah berubah dan tak ada yang berubah. Yang ada, rasa rindu yang terpendam lama dan kini mulai terobati.” Lirih suara itu, namun helaan napas itu hangat menyentuh wajahku.Seketika aku menjadi teramat kasihan kepada lelakiku ini. Bertahun-tahun ternyata aku mengabaikannya dalam kesendirian. Mungkin aku akan lega ketika dia sempat melupakanku. Tapi nyatanya dia justru tak pernah berhenti untuk terus berusaha membuat agar aku kembali padanya.Kubelai wajah putih dengan cambang tipis yang terlihat baru di cukur itu. Kubelai kumis tipis di atas bibirnya. Aku menikmati keadaan ini. dia sudah sah kembali menjadi suamiku. Dari dulu, aku sangat menyukai keadaan ini. Berdua-dua, dan menyentuh seluruh area wajahnya. Saat ini seakan mey
#Testpack (171)Test Pack ART-ku-Honeymoon ke Norwegia-Mas Hangga membuktikan semuanya. Saat aku datang ke KJRI semua surat-surat telah secepat kilat ia urus. Kugunakan pakaian serba putih yang telah ia persiapkan untukku sekeluarga. Di sini prosesi ijab kabul akan berlangsung. Tentunya resepsi nanti akan dilaksanakan di Indonesia. Aku duduk di sebuah ruangan serba putih.“Bismillah, Nak. Ternyata benar, kalau kita berbuat baik, sama Allah ditambah nikmatnya. Siapa yang mengira, pada akhirnya kamu justru menikah dengan Hangga saat umroh, Nak.”Mama mengelus bahuku lembut. Dirapikannya jilbabku itu. Mama menatapku dengan senyuman paling menyejukkan seakan menenangkan dan menyemangatiku bahwa ijab kabulku akan berjalan lancar. Mama paling tahu apa yang ada dalam benakku. Kupeluk Mama erat, lalu aku dan Mas Hangga mencium tangannya khidmat.Mama kemudian mengelus pipiku juga Mas Hangga, dan mengangguk-angguk seakan ingin bicara bahwa ia memberi restu.“Selamat Hangga. Papa salut sama u
#Testpack (170)Test Pack ART-ku-Aku Mau, Mas-Seketika aku merasakan duniaku hening!Sedang bercandakah dia? Rasa-rasanya dia sedang men-chat prank-ku. [Jangan meragukan Mas, Dek. Mas tidak sedang bercanda.]Ah, kenapa dia bisa membaca pikiranku.Aku masih diam mematung. Memandangi sebaris tulisan yang baru masuk ini. [Turunlah, Mas ingin bicara lebih serius lagi. Mas tunggu di lobi.][Jangan ragu lagi. Semuanya sudah Mas putuskan. Mas ingin kembali denganmu. Masih bolehkan, Dek?][ Boleh juga ‘kan Mas kali ini GR, meyakini bahwa kamu dan anak-anak berharap Mas kembali?”]Aku hanya mampu membaca pesan demi pesannya yang terus masuk satu demi satu.[Mas akan terus berada di lobi ini sampai kamu turun. Tak perduli kalau security sampai mengusir Mas pun. Mas akan tunggu!]Kupegang dadaku yang berdebar. Kugigit bibirku berkali-kali, memastikan bahwa ini bukan mimpi.Kuusap aku air mata yang dengan kurang ajarnya menerobos begitu saja melewati pipiku. Aku tak ingin menangis di hadapan
#Testpack (169)Test Pack ART-ku-Kita Menikah Sekarang-“Sudahlah, Mas. Kenapa kamu sekarang jadi kolokan begini. Kamu lagi akting, ya?”“Akting?”“Ya kamu berminggu-minggu nggak datang ke rumah kemarin-kemarin biasa saja. Kenapa sekarang kok jadi aneh merasa bersalah, mohon-mohon begini?”“Ya … Karena ….” Ia menjeda kata … bukan terlihat berpikir, tapi terlihat menahan kata. Wajahnya tampak malu-malu. Jujur itu menggemaskan di mataku. Seandainya dia suamiku, seandainya aku tak marah padanya. Seperti yang dulu biasa kulakukan, akan kucubit hidung atau pipinya lalu mengoyak-ngoyak rambutnya. Tapi rasa kesalku saat ini masih jauh lebih besar. Rasa emosiku muncul kala mengingat dia berkelahi membabi buta menghajar Bang Saga. Begitu sulit kuhentikan."Ah sudahlah, cepat pergi saja dari sini. Hidup menjauh dariku dan anak-anak. Kamu kelihatannya sudah cukup berbahagia hidup berdua saja dengan Zayyan, putra mahkota kamu itu!" Aku mendengkus kesal.“Loh, kok gitu, Dek. Zayyan kan anak kes
-Dua Hati yang Tak Bisa Saling Membohongi-Mas Hangga, seemosional itu dia. Dia mungkin bahkan sudah mengira hubunganku dengan Bang Saga semakin rekat, karena semakin dekat dengan tanggal pernikahan. Maka dari itu dia semakin menjauh dariku, dan jadi sangat kecewa melihat keadaan ini.Kalau begitu, kondisi Bang Saga benar-benar berbahaya. Tak akan ada yang bisa melerainya kecuali aku.“Clarissa, kamu bisa pulang sendiri ‘kan? Rasanya aku tak bisa membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalah ini tanpa ada pihak lain. aku khawatir sesuatu terjadi.”“Aku bisa pulang sendiri, tapi aku merasa perlu ikut kamu, Rin. Karena ada aku masalah ini timbul. Ada andil aku dalam masalah kalian. Aku merasa perlu meminta maaf dan menjelaskan ke Mas Hangga.”“Please Clarissa. Cukup aku.”“Kamu percaya aku, kan Karin, aku janji kehadiranku tak akan memperkeruh apapun. Aku hanya berusaha bertanggung jawab atas ini semua.”Kedua tangannya ditelangkupkannya di hadapanku, memohon. “Nggak Clarissa! Kamu te
#Testpac k (167)Test Pack ART-ku-Mas Hangga Begitu Sayang Kamu, Rin-“Benar, Rin. Sebaiknya memang begitu. Jangan terlalu memikirkan Mas Hangga dulu. Fokus saja mendekat pada Allah. Jika dia jodohmu. Allah akan bukakan hati Mas Hangga.”“Ya. Yasudah, yuk bahas kapan persiapan kalian akan menikah ulang?”“Aku ingin kamu yang menentukan tanggalnya, Rin.”“Dua bulan lagi terlalu lama tidak?”“Emm, berapapun tanggal yang kamu kasih. Aku akan siapin.”“Tunggu, sepertinya aku harus lihat tanggalan. Nanti aku kabari lagi, ya?“Oke, nggak apa-apa, kabari saja kalau sudah nemu.”“Ya udah sekarang Abang Istirahatlah. Kan masih harus jaga tubuh biar kankernya nggak tumbuh-tumbuh lagi. Semangat selalu Abang dan Clarissa, ya. Aku mau urusin si duo kembarku.”“Ya, Insyaa Allah. Titip sun ya buat duo kembar.” Suaranya sedih. "Iya, Abang bisa kapan saja datang atau video call mereka, ya. Anak-anakku, anak Abang juga. Mereka tetap menganggapmu Papa mereka."Setelah mengucap salam, kututup panggilan
#Testpac k (166)Test Pack ART-ku-Biarkan Semesta Yang Membuka Hati-Aku paham, Bang Saga mengumbar kata manis untuk Clarissa di hadapanku, sebagai penanda, bahwa semuanya sudah berakhir. Bahwa dia sudah benar-benar memutuskan melepas tali kasih yang pernah terjalin. Ini bukan suatu keburukan. Ini suatu tindakan tegas darinya. Bang Saga Mengingatkanku pada momen yang tepat, pada saat Clarissa sedang bersamaku. Bahwa kini, Bang Saga sudah menjadi milik Clarissa.“Clarissa, kamu dengar sendiri ‘kan? Bang Saga meletakkan hatinya untukmu. Bukan karena aku. Tapi karena cintamu memang layak diperjuangkan. Aku dan Bang Saga sudah tak ada hubungan apa-apa. Kami baik-baik saja. Kamu jangan lagi merasa bersalah seolah kahadiranmu mengacaukan segalanya. Kamu wanita yang sangat berarti, sangat dibutuhkan Bang Saga.” Kugenggam erat tangannya, mengangguk menatap netranya. tersenyum memberi peyakinan bahwa tak ada masalah yang berat antara aku dan Bang Saga.Aku bangkit, melangkah, kutinggalkan me