15 - Semanis maduTerlihat sepasang pengantin baru, masih terlelap padahal jam sudah menunjuk angka delapan. Sepertinya kelelahan karena aktifitas malam, Amira menggeliat lalu mengucek matanya dan bangkit. Ia menggeram kesal karena Faiz bohong padanya."Katanya gak bakal sakit banget, aku lagi malam sampai nangis," gerutu Amira melihat Faiz tidur dengan damai."Duh pengen pipis," ucapnya segera bangkit, tapi meringis saat miliknya terasa linu."Kamu kenapa, Mir. Apa masih sakit?" tanya Faiz, terbangun karena suara Amira."Udah tau nanya," ketus Amira menatap kesal ke arah Faiz."Maafffff, memangnya kamu mau ke mana?" tanya Faiz bangkit, ia meraih boxer dan lekas memakainya."Mau ke kamar mandi, pengen pipis," balas Amira berusaha berdiri lagi tetapi rasa linu itu semakin menyerang."Sini biar aku bantu." Faiz dengan sigap langsung menggendong Amira, membuat wanita itu memeki. Dengan santai ia menurunkan Amira di WC tak lupa menutup pintu."Mas, kok masih di sini?" tanya Amira merapatk
16 - Sangat berbeda "Sementara di sini ya, kalau Sekar sudah pulang kamu tinggal di apartemen dulu, soalnya rumah belum beres," sahut Faiz sambil memegang bahu Amira, ia mengangguk."Mas, sudah membuatkan aku rumah?" tanyanya tak percaya.Faiz mengangguk. "Aku takut Sekar menyakitimu, aku juga tidak mau melihat kalian bertengkar, apalagi Sekar terluka," tutur Faiz, membuat Amira tersenyum kecut, karena perhatian untuk istri pertamanya terlalu berlebihan atau Amira yang terbakar cemburu."Mas, bahan makanan sudah habis. Aku mau belanja," tutur Amira mengalihkan topik, ia beranjak hendak pergi tetapi ditahan Faiz."Aku antar ya." Faiz bangkit lalu melangkah pergi mengambil kunci mobil di meja, lalu mengapit lengan Amira agar berjalan beriringan dengannya."Ke mana, Mir?" tanya Faiz saat sudah melajukan mobil."Pasar," sahut Amira datar, entah kenapa hatinya merasa kesal."Gak ke minimarket, kan enak Mir?" tanya Faiz bingung karena biasanya dia belanja di minimarket."Ke pasar aja, Mas.
17 - Tertangkap basahSekar tersenyum senang, akhirnya ia kembali ke rumahnya. Ia menenteng oleh - oleh dari luar negeri, untuk suaminya. Sudah empat hari dirinya berlibur, pasti Faiz sangat merindukannya. Membuka pintu tanpa membunyikan bel, ingin mengejutkan kekasihnya. Melangkah ke ruang tamu tetapi tidak ada, dia akhirnya mencari di setiap bilik."Mas Faiz, di mana ya? ehhh, mungkin di dapur lagi masak," gumam Sekar, ia mulai berjalan ke dapur lalu terdiam, matanya memanaskan karena melihat pemandangan pasangan baru itu tengah bercumbu.Sekar hendak pergi, tetapi ia malah menyenggol vot bunga membuat Faiz dan Amira menoleh kaget. Mata Faiz membulat karena Sekar sudah ada di rumah, bukannya wanita itu bilang akan sampai malam hari. Sekar ketauan, yang ada dipikirannya ada berlari, tetapi ditahan Faiz yang sudah disampingnya."Sayang, kamu udah pulang? bukannya nanti malam," ujar Faiz memegang lengan Sekar, tetapi wanita itu tepis."Tadinya aku mau kasih kejutan, eh malah aku yang d
Jam menunjuk pukul dua belas malam, Faiz menatap istri pertamanya yang sudah terlelap. Ia mengembuskan napas pelan, jemarinya sangat pegal dan tenggorokannya huas. Saat bersama Amira, wanita itu selalu menemaninya sampai tertidur di lantai, tak lupa menyiapkan cemilan dan secangkir kopi untuk menemani."Kamu sangat berbeda dengan Amira," batin Faiz berseru, ia menyelimuti Sekar lalu melangkah ke dapur untuk menghilangkan dahaganya."Leganya," ucap Faiz saat air dingin meluncur dikerongkongannya."Aku lihat Amira dulu deh," katanya melangkah santai ke bilik di mana dirinya dan perempuan itu memadu kasih. Memegang handel pintu lalu memutarnya perlahan, terdengar suara pintu terbuka."Tidak dikunci," gumam Faiz tersenyum puas, masuk ke kamar lekas menutup pintunya lagi.Hanya lampu tidur yang menyala, ia melangkah mendekati istrinya yang terlelap dengan damai. "Kamu enak ya, tidurnya nyenyak banget," gumam Faiz membelai puncuk kepala Amira."Aku tidak bisa tidur tau," gerutu Faiz pelan,
19 - sinis"Sekarrrr," panggil Faiz hendak mengejar istrinya tetapi ditahan Amira."Biarkan Mbak Sekar, menenangkan hatinya dulu," ujar Amira dibalas anggukan Faiz, ia mulai melakukan kegiatan yang tertunda tadi.Sarapan sudah tersedia dimeja, suara bel berbunyi membuat keduanya saling pandang."Aku akan buka pintu, Mas, panggil Mbak Sekar untuk sarapan," tutur Amira dibalas anggukan Faiz.Amira langsung melangkah dengan cepat ke arah pintu utama lalu membukanya, senyuman terpatri memandang wanita parubaya dihadapannya."Assalamualaikum, menantu kesayanganku," ucap Arum dengan senyum sumringah."Walaikumsalam, Bu. Ibu bisa aja, ayoo masuk kita sarapan bareng," ajak Amira mempersilakan masuk.Sedangkan Faiz tengah memeluk istri pertamanya yang sedang merajuk, dengan keadaan wanita itu hanya berbalut handuk."Kamu wangi sekaliii," goda Faiz mencium aroma tubuh Sekar."Sudah lama kita tidak bermain diranjang," ujar Faiz mengembuskan napas lama, membuat Sekar sumringah dan berbalik badan.
Arum benar - benar membeli semua kebutuhan Amira, terlihat dari Faiz menenteng semua barang belanjaan. Wanita parubaya itu menarik menantunya ke sana ke mari, membuat yang ditarik kelelahan. "Ibu, kita istirahat dulu ya," pinta Faiz menatap Arum, membuat wanita itu menoleh."Belum ke beli semua, Faiz." Arum menatap kesal ke arah anaknya."Apa kamu tidak mau mengeluarkan uang untuk istrimu!" tunduh Arum tajam menatap garang ke anaknya. "Terserah kalian mau menghabiskan berapa, tapi, coba Ibu lihat Amira, dia kelelahan Bu," tutur Faiz membuat wanita parubaya itu menoleh menatap wajah lelah menantunya."Astafigrullah, maafkan Ibu, ayo kita ke resto untuk istirahat dan makan," ajak Arum menggenggam jemari Amira."Terimakasih Bu," seru Amira pelan, sungguh tungkainya sudah seperti jelly ingin ambruk saja."Berterimakasihlah, pada suamimu! dia yang mengingatkan Ibu," balas Arum membuat Amira mengangguk lalu menatap suaminya."Terimakasih, Mas," kata Amira dengan lembut membuat seperti ad
21 - Api cemburuSudah dua hari Sekar mendiamkan suaminya, tetapi belum ada bujuk rayu bahkan Faiz ikut diam membuat dia semakin marah dan membenci Amira. Terlihat istri kedua Faiz tengah memasak sarapan dengan bersenandung, jam baru saja menunjuk ke angka setengah enam. Sekar menatap tajam ke arah Amira, merasa terintai Amira menoleh dan matanya bertubruk dengan Sekar."Ehh, Mbak sudah bangun," sapa Amira mengulas senyum lalu mulai memasak lagi."Kamu pantas jadi pembantu," celetuk Sekar membuka kulkas lalu meraih air minum dan meneguknya."Mbak, Mas Faiz apa sudah bangun?" tanya Amira tak menghiraukan ucapan Sekar."Kamu gak dengar saya ngomong apa!" geram Sekar menatap tajam ke arah Amira."Denger Mbak, denger kok. Saya sekarang nanya, apa Mas Faiz sudah bangun?" tanya Amira sekali lagi, lalu menghidangkan sarapan di meja makan."Dia belum bangun, kecapean habis olahraga malam," ketus Sekar lalu duduk dikursi dan menyantap makanan."Ohhhh," sahut Amira menganggukan kepala, lalu men
Amira menatap ruangan milik Faiz, ternyata suaminya menyandar gelar CEO ia bahkan baru tau hari ini. Tangannya menyusuri bilik yang berwarna abu - abu khas pria, bokongnya mendarat ke sofa saat pegal menyerang kaki. "Kamu suka ruangan ini?" tanya Faiz ikut duduk disamping Amira lalu merengkuh pinggangnya."Suka Mas." Amira menatap sekeliling lalu bangkit mendekati meja Faiz yang terpajang foto pernikahan istri pertama suaminya."Mbak Sekar, cantik," puji Amira memegang foto pernikahan itu. "Kamu juga cantik," ungkap Faiz memeluk pinggang Amira dari belakang dan menjatuhkan dagunya ke bahu istrinya."Maaffff, aku belum sempat menaruh foto pernikahan kita," kata Faiz mencium pipi Amira sekilas."Tak apa, aku tau kamu sibuk," kata Amira memegang lengan Faiz yang memeluknya."Aku cek berkas - berkas dulu ya, kamu bisa lihat - lihat isi kantor." Faiz melepaskan pelukannya lalu melangkah ke kursi kebesaran dan mulai mengerjakan perkerjaannya."Aku keluar dulu ya, lihat - lihat," pamit Ami
51 - Waktu yang ditungguEmpat puluh hari berlalu, masa nipas Amira berakhir. Senyuman keduanya mengembang saat aqiqah anak-anaknya telah berlangsung. Acara yang dilaksanakan di rumah baru mereka, kediaman yang dulu dijual oleh Faiz. Amira resmi jadi istri satu-satunya karena Faiz dan Sekar telah bercerai.Rangga dan Alina menimang saling satu anak Faiz, mereka akan menikah beberapa hari lagi. Lelaki tersebut setelah berbicara pada Ibunya dan hari esok langsung melamar kekasih hati. "Masss, allhamdulillah semuanya berjalan lancar," ucap Amira memandang suaminya."Iya, sayang. Allhamdulillah, semoga keluarga kita menjadi sakinah mawadah warohmah ya," balas Faiz menggenggam tangan Amira."Aminnn." Setelah mengucapkan itu, mereka langsung menoleh karena mendengar deheman seseorang."Kayanya lagi ada yang kangen nih, sabar-sabar, bentar lagi malam kok," goda Rangga mendapatkan cubitan dari Alina disampingnya."Aduhhh, apaan sih, sayang." Rangga mengaduh lalu memandang kekasihnya dengan
50 - Sahabat selalu adaFaiz memandang rumah Ibunya setelah sampai, lalu menarik napas dan membuang perlahan. Baru saja hendak mengetuk pintu, benda itu telah terbuka. Arum yang membuka langsung mengajak anaknya masuk saat mengetahui Faiz di depan."Mira, Faiz sudah datang," ucap Arum saat sampai ruang tengah, terlihat Amira tengah berbincang dengan kekasih Rangga."Mira, ayo kita pulang," ajak Faiz saat melihat istrinya tengah memberi asi kepada kedua anaknya."Pulang, pulangggg. Menginaplah disini dulu, kasian Mira dia butuh istrirahat," seloroh Arum memandang anaknya tajam."Tapi Bu, nanti rumah kosong dong," seru Faiz mendapatkan decakan kesal Arum."Emang kenapa, udah kamu kunci'kan. Rumahmu gak bakal ngilang ini, kalau ditinggal cuma sehari, gak punya kaki'kan dia," sinis Arum membuat Rangga tertawa."Masss, mau minum?" tawar Amira memberikan anaknya pada Rangga dan kekasih adik iparnya."Aku buat sendiri aja, kamu istirahat," seru Faiz lalu melangkah menuju dapur."Ibu mau buat
49 - Amarah FaizFaiz langsung membuka laptop dan menuruti perkataan Amira. Matanya membulat dan tangan mengepal saat melihat adegan di layar, ia sangat tak percaya tapi di hadapannya adalah bukti. Dia terus melihat semua rekaman CCTV setiap harinya dan jam yang sama, dadanya bergemuruh karena marah dengan cepat meraih handphone untuk menelepon istri pertamanya."Ada apa, Mas?" tanya Sekar dengan suara manja."Di mana kamu!" bentak Faiz membuat yang ditelepon terkejut."Lagi arisan sama teman, Mas. Akukan sudah bilang padamu," balas Sekar dengan suara gemetar."Pulang!" hardik Faiz lalu mematikan sambungan telepon tanpa menunggu jawaban istrinya.Faiz memasukan ponsel ke saku lalu melangkah keluar menemui Amira yang ternyata tengah menyusui anak-anaknya. Dengan langkah pelan ia mendekat dan memandang Amira sayu. Ia berjongkok di hadapan Amira nan tengah duduk. "Maafkan aku, maukan kamu bersamaku lagi. Kenapa kamu tidak memberitahu dari awal?" tanya Faiz dengan suara terisak.Amira me
48 - Bertemu wanita yang di talak FaizMereka telah sampai di rumah Arum, Rangga membukakan pintu saat bel berbunyi. Pria tersebut ngeryitkan alis saat melihat kakaknya dan dua bayi kembar. Matanya membesar saat melihat duo twin yang menggemaskan."Kakak, pinjem bentar. Mau foto bareng," pinta Rangga dengan hati-hati mengambil bayi dalam gendongan Kakaknya."Hati-hati, Ngga," kata Faiz saat anaknya telah pindah ke tangan Rangga."Ini ponakanku, Kak?" tanya Rangga sambil mencolek hidung keponakannya."Iya, Ngga. Yang dipegang Ibu juga keponakanmu," sahut Faiz lalu melirik sekitar."Wahhh, Mbak Amira melahirkan anak kembar. Semoga saat aku menikah dengan kekasihku, aku diberi anak kembar juga," tutur Rangga hanya dibalas senyuman tipis oleh Faiz."Kamu mencari Amira?" tanya Arum sinis saat melihat anaknya melirik sekitar."Mbak Amira lagi istirahat, dia belum keluar sedari tadi semenjak Ibu pergi," seru Rangga dibalas anggukan Faiz."Mira di kamar bekasmu, Iz," seloroh Arum, Faiz langsu
47 - Amira mulai beraksiSetelah kepergian kedua manusia itu, Amira menutup wajah karena netra sudah banjir air mata. Walau berusaha tegar tapi tetap ia hanya seorang wanita, hatinya sangat rapuh dan hancur saat sang suami tak percaya padanya. Sehabis letih menangis Amira jatuh tertidur.Malam tiba Arum masuk ke bilik Amira untuk melihat menantu kesayangan. Ia melihat mata bengkak wanita itu lalu bergegas mendekat dan memegang pipi Amira. Perempuan paruh baya tersebut duduk di kursi dan memandang paras sendu Amira."Kamu kenapa, sayang?" tanya Arum lembut.Amira menggeleng lemah, tanpa sadar air mata berjatuhan lagi."Kenapa kamu menangis, sayang. Cerita dong sama Ibu," pekik Arum bangkit lagi untuk mengusap air mata Amira yang berjatuhan."Anakku mana, Bu?" tanya Amira dengan suara serak dan lemah."Baby twin dibawa oleh Faiz ke rumah, memang dia tak bilang padamu?" balas Arum dengan wajah bingung memandang menantunya."Aku ditalak, Mas Faiz," lirih Amira membuat Arum membulatkan mat
46 - PertengkaranFaiz menemani istrinya saat menjalani operasi, sedangkan Arum menunggu di luar. Setelah mendengar suara tangisan bayi, Faiz terus mengucapkan terimakasih dan mengecup kening Amira. Wanita itu hanya bisa mengeluarkan air mata karena terharu, dirinya bisa memiliki dua bayi sekaligus."Terimakasih, sayang." Faiz terus mengucapkan kalimat itu."Kamu wanita terhebat kedua untukku," seru Faiz lagi."Mass, pergilah jika ingin melihat anak kita," ucap Amira dibalas anggukan Faiz."Terimakasih pengertiannya," kata Faiz sekali lagi lalu mengucap kening Amira dan pergi melihat anak-anaknya."Dokkkk, dingin," adu Amira mengigit bibir bawahnya."Sabar ya, sebentar lagi," sahut Dokter."Ingin kamu jangan batuk," peringatan Dokter lagi."Iya Dok." Amira mengangguk.Setelah selesai operasi, Amira langsung dipindahkan. Pintu ruangan di mana Amira berada terbuka, terlihat Sekar menatapnya tajam. Wanita tersebut mendekat dan berhenti tepat di samping brankar."Ini chek, seratus juta un
45 - Jadwal CaesarSetelah melihat rekaman CCTV itu, Amira masih terdiam memikirkan apa yang harus dilakukan. Sudah seminggu dia mengecek dan masih sama. Sekar membawa seorang lelaki dan bersanggama di setiap bilik, ia mengembuskan napasnya pelan lalu meraih handphone untuk menelepon suaminya."Hai sayang," sapa Faiz saat menerima telepon dari istrinya."Hai juga, Mas," balas Amira seadanya, terdengar lirih membuat Faiz menautkan alis."Kenapa suara kamu lesu banget?" tanya Faiz lalu mengalihkan telepon menjadi video call.Amira menerima video call itu, mengarahkan kamera ke wajahnya yang langsung mengulas sebuah senyuman. "Tak apa, hanya beberapa hari ini aku lemas banget," ujar Amira membuat Faiz mengangguk kepala paham."Tidurlah," perintah Faiz lembut membuat Amira mengerucutkan bibirnya."Tapikan aku baru saja nelepon, Mas!" rajuk Amira membuat Faiz terkekeh."Nanti aku yang telepon balik," seru Faiz."Janji ya! pokoknya harus telepon balik," ujar Amira dibalas anggukan oleh Faiz
44 - Diluar batasHari ini tepatnya Faiz berangkat keluar negeri untuk mengurus perusahaannya yang lain. Kemarin pria tersebut membawa keluar Amira, ingin membicarakan kepergiaan yang cukup lama sekitar dua minggu. Setelah memandang kepergian suami mereka, Sekar langsung mendorong kursi roda menuju kamar Amira."Lo diam aja di sini! Gue mau tidur dulu," ketus Sekar saat membantu Amira berbaring di kasur."Mbak, tolong bukain jendela. Pasti tadi Mas Faiz lupa karena buru-buru," seloroh Amira membuat Sekar mendengkus tapi menurutinya."Sudah'kan, aku juga sudah siapkan makanan untuk siang tuh, di nakas. Jadi jangan ganggu tidurku!" ujar Sekar dengan nada ketus lalu melangkah pergi.Amira mengembuskan napasnya pelan menerima semua perilaku Kakak madunya. Ia memandang keluar jendela dan memandang langit kamar, berusaha memperbaiki posisi agar nyaman. Mata mulai terpejam masuk ke alam mimpi semalaman ia bergadang dengan suaminya bermain ludo, itu akibat Faiz terburu-buru akibat hendak terl
43 - mengulur waktuAmira memakan pesanannya dengan lahap, Faiz tersenyum geli memandang bibir Amira yang penuh dengan saos. Spontan lengan lelaki tersebut terulur untuk membersihkan benda kenyal itu dengan ibu jarinya. Amira terdiam, bola matanya langsung memandang manik hitam milik Faiz."Kamu itu seperti anak kecil, makan aja masih belepotan," kekeh Faiz lalu tatapan mereka saling beradu.Amira mempautkan bibirnya lalu menepis lengan Faiz. "Iya aku ini masih kecil dan akan memiliki dua anak kecil!" ketus Amira menatap kesal ke arah Faiz."Ishhh, istriku marah," goda Faiz mencolek hidung Amira."Massss," rengek Amira mempautkan bibir tapi masih melahap pizza."Iya-iya Maaf, ayo cepat habiskan pizzanya. Nanti aku ajak keliling," tutur Faiz membuat bibir Amira yang tadi cemberut sekarang melengkung membentuk senyuman."Awas, Mas udah janji. Jangan sampai mengingkari nanti aku marah!" seloroh Amira dengan mulut penuh makanan dan jari menunjuk suaminya."Kamu sangat menggemaskan." Faiz