BAB KE : 109 PEPERANGAN ANTARA JIN SUMBING DAN SILUMAN ULAR DIMULAI 16 Ronal menganggukan kepala pertanda memahami maksud Galogentang. Namun, mungkin itu terlambat, karena suara Ronal tadi telah mengalihkan perhatian Ratu Kencana Wangi ke arah mereka. "Tangkap kedua makhluk itu, segera bawa ke Candraloka!" perintah Ratu Kencana Wangi pada anak buahnya. Mata Ronal terbelalak melihat cara Ratu Kencana Wangi memerintahkan anak buahnya. Wajah Ratu tersebut penuh amarah dan kebencian ketika menatap Ronal. "Mati aku, Mak! Mungkin sudah tidak ada cinta di hatinya!" batin Ronal. Mungkin rasa cinta seorang wanita akan berubah menjadi benci yang luar biasa apabila hatinya telah dibuat kecewa. Itu yang dipikirkan Ronal ketika melihat sikap Ratu Kencana Wangi yang sangat berbeda terhadapnya."Tidak usah ditangkap Ratu Kencana Wangi, dia bisa jalan sendiri ke sana," kata Galogentang menanggapi perintah Ratu Kencana Wangi. "Kenapa Kakek ngomong begitu? Sebaiknya kita segera kabur!" sentak
BAB KE : 110 RONAL DAN GALOGENTANG BERHASIL KABUR DARI MEDAN PERANG 16+"Bangsat ...!" Jin Sumbing bercula satu memaki dengan rahang mengeras. Matanya menatap ke arah Ratu Kencana Wangi penuh kemarahan. "Ha ha ha, cuma itu kehebatan kamu, Sumbing? Memaki ...? Ha ha ha dasar jin tidak berakhlaqul karimah kamu! Ha ha ha ha!"Ratu Kencana Wangi tertawa mengejek Jin Sumbing bercula satu. Perempuan itu tertawa dengan bertolak pinggang, tubuhnya sampai bergetar karena tawa. "Kekuasaanmu akan berakhir di tangan kami, Kencana Wangi!" Ancam Jin Sumbing dengan geraman yang tertahan. Jin Sumbing bercula satu melirik pada salah satu temannya yang kelihatan sedang terdesak, lalu dia bangkit dan melompat ke arah temannya dengan golok terhunus. Wajahnya mengelam, mungkin karena besarnya kemarahan pada makhluk tersebut. Ayunan golok Jin Sumbing bercula satu mengarah ke sosok ular yang hampir membunuh temannya. Serangan golok tersebut tepat mengenai ular yang sedang membelit salah satu Jin Su
BAB KE : 111 GALOGENTANG INGIN BERPISAH DENGAN RONAL 16+Apa yang diperkirakan Galogentang memang tepat, walau ada suara yang keluar dari gerakan terbangnya, tapi hal itu luput dari perhatian kelompok ular siluman dan kelompok Jin Sumbing. Sampai di suatu tempat, Galogentang mendarat dan menurunkan Ronal dari pundaknya. Ketika kakinya menyentuh tanah, Ronal sempoyongan seperti orang mabuk.Melihat keadaan Ronal yang demikian dengan segera Galogentang memapahnya, kemudian membawa ke bawah sebatang pohon, dan mendudukannya di sana. "Apa yang terjadi dengan mereka, Kek?" tanya Ronal setelah dia menyandarkan punggung pada batang pohon. Kelihatan wajahnya sedikit pucat. "Perang telah pecah antara Jin Sumbing dan Ratu Kencana Wangi. Inilah kesempatan bangsa kami dan bangsa Bunian untuk menghancurkan kedua kelompok tersebut," jawab Galogentang. "Maksudnya, Kek," tanya Ronal dengan dahi berkerut. "Maksudnya, kelompok kakek dan Jin Bunian akan bersatu untuk menghancurkan Ratu Kencana
BAB KE : 112RONAL DITENDANG KE DALAM JURANG OLEH GALOGENTANG 16+Sikap Ronal ini justru membuat tawa Galogentang semakin keras, wajahnya sampai memerah. Tentu sikap kakek tersebut membuat Ronal semakin masgul bin keki. "Benar-benar makhluk aneh, urusan hidup mati orang, malah ditanggapi dengan tawa," rutuk Ronal dalam hati."Jurang itu hanya bentuknya saja yang curam, tapi selalu ada sisi atau bagian tempat kita berpijak. Lakukan dengan percaya diri, jagan takut akan sesuatu! Bila kita sudah takut sebelum mengetahui keadaan yang sebenarnya. Itu sama saja takut dengan bayang-bayang," ucap Galogentang setelah tawanya reda."Tapi saya memang tidak berani menuruni jurang itu, Kek! Lewat jalan yang datar saja, atau Kakek ikut bersama saya," tawar Ronal. "Apakah kamu ingin bersama saya menuruni jurang itu?" tanya Galogentang. "Iya, kalau bersama Kakek, saya berani," jawab Ronal cepat. "Ayo, kita ke sana!" ajak Galogentang sambil berdiri. "Ayo!" Ronal menyanggupi, dia pun berdiri,
BAB KE : 113SILUMAN BUAYA DAN MAKHLUK BUNIAN IKUT PERANG 16+Balon tersebut menggelinding dengan cepat menuju dasar jurang. Terkadang melenting tinggi bila menabrak batu, kadang-kadang malah menghantam pohon yang tumbuh di sisi tebing.Namun, balon itu tidak pernah berhenti, terus meluncur karena pengaruh gravitasi bumi. Entah bagaimana nasib Ronal yang ada di dalam balon tersebut. Setelah melambaikan tangan ke arah balon raksasa yang terus meluncur, tanpa menunggu lambaiannya berbalas, Galogentang langsung menghentakan kaki ke bumi. Sekali hentak, tubuhnya melambung, lalu melayang di angkasa. Galogentang tidak kembali ke arena pertempuran Ratu Kencana Wangi dan Jin Sumbing. Dia malah terbang menuju wilayahnya, wilayah siluman buaya. Setelah sampai di wilayah siluman buaya, Galogentang segera menemui rajanya dan menceritakan apa yang terjadi, sekaligus mengusulkan untuk segera melakukan penyerangan ke wilayah Bukit Lampu. Mendengar apa yang disampaikan Galogentang, raja siluma
BAB KE : 114 MAKHLUK BUNIAN DAN SILUMAN BUAYA JADI PEMENANG16+Korban dari kedua belah pihak berjatuhan. Karena yang terjun ke medan tempur sangat banyak dari masing-masing kelompok, sehingga korban yang berjatuhan tentu sangat banyak pula, mungkin jumlahnya ribuan.Peperangan di perbatasan sebenarnya dimenangkan oleh Ratu Kencana Wangi. Kelompok Jin Sumbing bahkan sampai lari terbirit-birit menyelamatkan diri ke wilayahnya. Namun, betapa terkejutnya mereka, karena mereka langsung disambut oleh pasukan makhluk Bunian yang telah siap menanti dengan prajurit-prajurit andalan mereka. Tidak sulit bagi makhluk Bunian untuk mengalahkan kelompok Jin Sumbing yang sudah kelelahan. Akhirnya mereka semua berhasil di tangkap dan dijebloskan ke penjara. Nasib Ratu Kencana Wangi dan pasukannya juga tidak kalah apesnya dibandingkan dengan kelompok Jin Sumbing. Sebenarnya kelompok Ratu Kencana Wangi sengaja tidak mengejar Jin Sumbing, karena mereka merasa sudah yakin menang dan hanya menunggu
BAB KE : 115RONAL DIKIRA HANTU 16+Tidak jauh dari tempat Ronal pingsan, dari sebuah gubuk yang ada di sawah tersebut, terlihat seorang bapak-bapak berumur sekitar empat puluh lima tahun. Sebelum matahari menyinari bumi, dia telah berada di sawahnya, dengan maksud untuk menjaga padinya dari incaran burung liar. Ada keanehan yang dia rasakan pagi ini, tak ada satu pun burung yang hinggap di area sawahnya. Sementara temannya yang lain pada sibuk berteriak mengusir burung yang mampir untuk mencicipi bulir padi milik mereka.Keanehan itu memang sempat mengganjal hatinya, tumben burung-burung pada enggan mampir di petak sawahnya, padahal biasanya padi milik dialah sasaran utama dari burung-burung tersebut, karena petak sawah bapak tersebut berada persis di bawah kaki bukit, tempat di mana burung-burung bersarang.Rasa heran di hatinya semakin menjadi, ketika melihat asap tipis yang mengudara di bagian ujung sawahnya. Batin lelaki itu mengira ada api di sekitar sana. Tapi siapa pula y
BAB KE : 116 RONAL KEMBALI PULANG 16+Dua lelaki yang kelihatan sebaya itu keluar dari gubuk. Sesaat Nursalim menatap ke arah gubuknya yang berjarak tidak begitu jauh dari gubuk Kartim, terlihat istrinya masih sibuk mengusir burung yang silih berganti mampir di sawah mereka. Nursalim berjalan di depan, diikuti Kartim dengan hati yang masih diliputi rasa was-was. Sambil berjalan mereka terus berbincang, membicarakan dan menebak apa gerangan yang ada di sana. Bahkan Nursalim pun telah melupakan niat awalnya ke gubuk Kartim, yang sebenarnya hendak meminjam korek api, entah kenapa hari ini dia lupa membawa benda tersebut. Padahal biasanya benda yang satu itu selalu nyempil dalam kantongnya. "Sepertinya ada mayat!" kata Nursalim sambil menghentikan langkah ketika mereka telah hampir sampai di tempat Ronal. Kartim memanjangkan leher, mengintip dari belakang Nursalim. Mata Kartim cukup lama meneliti sosok lelaki yang tergeletak tanpa bergerak itu, yang jaraknya tidak jauh dari tempa